Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
RSUD CENGKARENG
Jl. Kamal Raya, Bumi Cengkareng Indah, Cengkareng Timur Jakarta Barat 11730
Telp : (021) 54372874 (hunting), Fax : (021) 5442693
Email : marketingrs@rsudcengkareng.com
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan (dalam keadaan emergency)
sehari hari adalah hak asasi manusia / hak setiap orang dan merupakan
kewajiban yang harus dimiliki oleh semua orang.
Pelayanan dan pertolongan kasus gawat darurat di rumah sakit, dewasa
ini semakin meningkat jumlahnya, sebagai akibat dari modernisasi hasil
pembangunan, sarana pengangkutan, kepadatan penduduk, lingkungan
pemukiman serta kemajuan teknologi di segala bidang.
Instalasi
Gawat
Darurat
(IGD)
adalah
garda
terdepan
dalam
pelaksanaan pelayanan medis di suatu rumah sakit, sekaligus suatu unit kerja
yang bertanggungjawab terhadap tatalaksana kasus kegawatdaruratan dan
bencana.
Memiliki begitu kompleksnya manajemen kasus kegawatdaruratan, serta
begitu besarnya resiko dan ancaman pada keselamatan nyawa pasien. Bila
terjadi akibat mismanajemen / penundaan tindakan medis. Maka dalam hal ini
IGD dituntut secara sistem memiliki kesiapan pelayanan yang komprehensif
dalam melakukan tatalaksana kasus tersebut diatas. Hal diatas harus
dicerminkan dengan tersedianya layanan kegawatdaruratan secara terus
menerus (24 jam), serta pemberian layanan sesuai standar yang berlaku.
Buku pedoman pelayanan ini disusun dengan harapan dapat menjadi
pedoman bagi unit terkait dalam melaksanakan manajemen pelayanan,
khususnya pada Instalasi Gawat Darurat RSUD Cengkareng.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Ruang Lingkup
C. Batasan Operasional
D. Landasan Hukum
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi sumber daya manusia
B. Distribusi ketenagaan
C. Pengaturan jaga
BAB III
STANDAR FASILITAS
A. Denah ruang
B. Standar fasilitas
BAB IV
Pendaftaran
A. Sistem komunikasi
B. Pelayanan triage
C. Informed consent
D. Transportasi pasien
E. Pelayanan false emergency
F. Pelayanan visum et repertum
G. Pelayanan DOA
H. Sistem informasi pelayanan pra rumah sakit
I. Sistem rujukan
a. Alih rawat
b. Pemeriksaan diagnostik
c. Spesimen
BAB V
LOGISTIK
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
B. Tujuan
C. Tata laksana keselamatan pasien
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
PENUTUP
dapat
hidup
dan
berfungsi
kembali
dalam
masyarakat
sebagaimana mestinya
-
kursus
yang
berhubungan
dengan
pengetahuan
dan
2. Mekanisme kejadian :
Tertumbuk, jatuh, terpotong, tercekik oleh benda asing, tersengat,
terbakar baik karena efek kimia, fisik maupun listrik atau radiasi
3. Waktu kejadian :
a. Waktu perjalanan (traveling / transport time)
b. Waktu bekerja, waktu sekolah, waktu bermain, dll
6. Cedera
Masalah kesehatan yang didapat / dialami sebagai akibat kecelakaan
7. Bencana
Peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam dan atau
manusia yang mengakibatkan korban dan penderitaan manusia
kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana dan
prasarana umum serta menimbulkan gangguan terhadap tata kehidupan
dan penghidupan masyarakat dan pembangunan nasional yang
memerlukan pertolongan dan bantuan
b. Instalasi Pelayanan Gawat Darurat melakukan pelayanan terus menerus
selama 24 jam
c. Secara prinsip maka IGD hanya melakukan primary care sedangkan
definitive care dilakukan pada unit lain dengan cara kerjasama yang baik
d. Penjabaran teknis standar klasifikasi IGD. Sesuai dengan kriteria kelas
rumah sakit, maka IGD RSUD Cengkareng adalah tergolong IGD bintang III
dengan penjabaran sebagai berikut :
Memiliki dokter spesialis empat besar (dokter spesialis bedah, dokter
spesialis penyakit dalam, dokter spesialis anak, dokter spesialis kebidanan)
yang siaga di tempat (on-site) dalam 24 jam, dokter umum siaga ditempat
(on-site) 24 jam yang memiliki kualifikasi medik untuk pelayanan GELS dan
atau ATLS + ACLS dan mampu memberikan resusitasi dan stabilisasi kasus
dengan masalah ABC (Airway, Breathing, Circulation) untuk terapi definitif
serta memiliki alat transportasi untuk rujukan dan komunikasi yang siaga 24
jam.
D. Landasan Hukum
Dalam pelayanan IGD RSUD Cengkareng memiliki landasan hukum sebagai
berikut :
1. UU no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
2. UU no. 22 tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
3. UU no. 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah
4. UU no. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen
5. UU no. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah Pusat dan Propinsi
6. UU no. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran
7. UU no 44 tahun 2009 tentang rumah sakit
8. UU no 36 tahun 2009 tentang kesehatan
9. UU no 340 tahun 2010 tentang klasifikasi rumah sakit
10. Permenkes no 856 tahun 2011 tentang Standar Fasilitas IGD
11. Peraturan Pemerintah no 32 tahun 1996 tentang tenaga kesehatan
12. PMK no 1691 tahun 2010 tentang keselamatan pasien rumah sakit
13. Keputusan Presiden RI no. 111 tahun 2001 tentang Perubahan dan
Keputusan Presiden no. 3 tahun 2001 tentang Badan Koordinasi Nasional
Penanggulangan Bencana dan Penangan Pengungsian
14. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 28/Menkes/SK/IV/1995 tentang
Petunjuk Pelaksanaan Umum Penanggulangan Medik Korban Bencana
15. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 979/Menkes/SK/IX/2001 tentang
Prosedur Tetap Pelayanan Kesehatan Penanggulangan Medik Korban
Bencana dan Penangan Pengungsian
16. Keputusan Menteri Kesehatan RI no. 462/Menkes/SK/V/2002 tentang Safe
Community (Masyarakat Hidup Sehat dan Aman)
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia
KUALIFIKASI
NO
NAMA JABATAN
Kepala Instalasi
Gawat Darurat
KEBUTUHAN
SERTIFIKASI
PENGALAMAN
KERJA
S1 Kedokteran
Umum
PPGD / ATLS
/ ACLS
5 tahun di
Manajemen
Rumah Sakit /
Institusi Kesehatan
PENDIDIKAN
1a
Kepala Ruangan
IGD
S1 Keperawatan
PPGD / BLS /
BTLS / BCLS
Manajemen
Keperawatan
1b
Dokter Umum
PPGD / ATLS
/ ACLS
14
1c
Perawat
Pembimbing ( C.I )
S1 Keperawatan
PPGD / BLS /
BTLS / BCLS
1d
Perawat Pelaksana
D3 Keperawatan
IGD
PPGD / BLS /
BTLS / BCLS
40
1e
Petugas
Administrasi
SLTA sederajat
1f
SLTA sederajat
1g
Petugas MR IGD
SLTA sederajat
1h
Pembantu Perawat
SLTA sederajat
1i
1j
Staf Ambulance
SLTA sederajat
Petugas Farmasi
5
Diutamakan yang
telah
berpengalaman di
Bidang Farmasi
Perumahsakitan
SAA
B. Distribusi Ketenagaan
Sesuai dengan target kerja yang ditetapkan dalam RENSTRA RSUD
Cengkareng tahun 2013 - 2018, maka berikut ini diuraikan standar ketenagaan
serta distribusi ketenagaan dimaksud :
a. Kebutuhan
No
Kualifikasi
Pendidikan
Pelatihan
Jabatan
Kepala Instalasi Gawat
S2 Kedokteran
Darurat
S1 Keperawatan
Dokter Umum
D3 Keperawatan
D3 Keperawatan
6
7
8
9
10
10
Petugas Administrasi
Kasir IGD
Petugas MR IGD
Pembantu Perawat
Staf Ambulance
Petugas Farmasi
D3
SLTA sederajat
SLTA sederajat
SLTA sederajat
SLTA sederajat
SAA
ATLS, ACLS
PPGD / BLS /
BTLS / BCLS
ATLS / ACLS
PPGD / BLS /
BTLS / BCLS
PPGD / BLS /
BTLS / BCLS
Kebutuhan
1
1
14
1
40
1
4
4
4
5
1
Jabatan
Kepala Instalasi Gawat
Darurat
Kepala Ruangan IGD
Tersedia
1
1
Kualifikasi
Pendidikan
Pelatihan
Memenuhi
ATLS, ACLS
syarat
S1
PPGD / BLS /
Kekurangan
0
0
3
4
33
Petugas Administrasi
Kasir IGD
Petugas MR IGD
Pembantu Perawat
10
Staf Ambulance
11
Petugas Farmasi
Umum
S1
PPGD / BLS /
Belum
pelatihan :
0
0
0
0
C. Pengaturan Jaga
Pengertian
Adalah suatu tata cara pengaturan jadwal jaga bulanan dokter IGD RSUD
Cengkareng, agar pelayanan dapat berlangsung dengan tertib, aman dan
bertanggung jawab.
Tujuan
Agar dapat memberikan kejelasan serta keteraturan dokter jaga IGD, serta
kemudahan bagi para petugas IGD dan petugas RSUD Cengkareng yang lain
tugas jaga IGD sampai dokter jaga di IGD yang menggantikan datang dan
juga memberitahu kepada Kepala IGD.
10. Dokter jaga IGD yang sedang bertugas sanggup meneruskan jaga IGD
bilamana tidak ada seorangpun dokter jaga IGD lain yang sanggup
menggantikan tugas jaga, dan selanjutnya memberitahu kepada Kepala
IGD
Unit Terkait
1.
Admission
2.
Komite medis
BAB V
Nama Farmasi
Abbocath No 14
Satuan
Pcs
LE
2
Jumlah
Trolley
Abbocath No 16
PCs
Arm Sling S
Pcs
Arm Sling M
Pcs
Arm Sling L
Pcs
Bisturi No 11
Pcs
Bisturi No 15
Pcs
Pcs
Pcs
10
Pcs
11
Condom cath L
Pcs
12
Condom Cath M
Pcs
13
Condom Cath S
Pcs
14
Pcs
15
15
Pcs
21
12
16
ETT No 2.5
Pcs
17
ETT No 3
Pcs
18
ETT No 3.5
Pcs
19
ETT No 4
Pcs
20
ETT No 4.5
Pcs
21
ETT No 5
Pcs
22
ETT no 5.5
Pcs
23
ETT No 6
Pcs
24
ETT No 6.5
Pcs
25
ETT No 7
Pcs
26
ETT No 7.5
Pcs
27
ETT No 8
Pcs
28
Pcs
29
Pcs
30
Pcs
31
Pcs
32
Pcs
33
Pcs
10
34
Pcs
10
35
Pcs
36
Pcs
37
Pcs
38
Gamex No 8
Pcs
39
Pcs
10
40
Leucocrepe 3 inch
Pcs
41
Leucocrepe 4 inch
Pcs
42
Leucocrepe 6 inch
Pcs
43
Lomatulle
Pcs
60
44
Pcs
200
45
Masker N-95
Pcs
46
Pcs
47
Pcs
48
Pcs
49
Micromist Anak
Pcs
10
50
Micromist Dewasa
Pcs
10
51
Pcs
15
52
Pcs
10
53
Pcs
10
54
Pcs
30
55
Needle No 18
Pcs
56
Needle No 23
Pcs
57
Needle No 25
Pcs
20
58
Needle No 27
Pcs
59
Pcs
10
60
Neoflon No 24
Pcs
100
61
NGT No 3.5
Pcs
62
NGT No 5 (100cm)
Pcs
63
NGT No 8
Pcs
64
NGT No 10
Pcs
65
NGT No 12
Pcs
66
NGT No 14
Pcs
67
NGT No 16
Pcs
68
NGT No 18
Pcs
69
Pcs
70
Pcs
10
71
Perfusor Tubing
Pcs
72
Pcs
Pcs
Pcs
75
Pcs
76
Pcs
77
Pcs
78
Pcs
30
79
Pcs
30
80
Pcs
10
81
Spuit 3 cc Therumo
Pcs
100
82
Spuit 5 cc Therumo
Pcs
30
83
Pcs
84
Spuit 50 cc Therumo
Pcs
85
Pcs
86
Pcs
87
Suction Catheter No 10
Pcs
88
Suction Catheter No 12
Pcs
89
Suction Catheter No 14
Pcs
90
Suction Catheter No 6
Pcs
91
Suction Catheter No 8
Pcs
92
Pcs
15
93
Surgical gloves No 7
Pcs
10
94
Pcs
10
95
Pcs
20
96
Urine Bag
Pcs
20
97
Venflon 2 No 18 G
Pcs
100
98
Venflon 2 No 20 G
Pcs
100
99
Venflon 2 No 22 G
Pcs
100
100
Wing Needle No 21
Pcs
101
Wing Needle No 23
Pcs
102
Wing Needle No 25
Pcs
103
Amp
104
Amp
105
Amp
10
73
74
106
Amp
100
10
107
Bricasma Amp
Amp
10
108
Amp
109
Amp
110
Cedocard amp
Amp
111
Amp
10
112
Amp
113
Amp
20
10
114
Farmabes
Amp
115
Fargoxin injeksi
Amp
116
Amp
25
117
Amp
10
118
Amp
10
119
Amp
30
120
Amp
30
121
Amp
10
122
Amp
10
123
Amp
124
Amp
125
Piracetam amp 3 g
Amp
126
Amp
50
127
Amp
128
Amp
50
129
Amp
10
130
Fls
20
131
Fls
15
132
Kolf
10
133
Ecosol G5
kolf
134
Ecosol NaCl
Kolf
100
135
Ecosol RL
Kolf
200
136
Fls
137
Kolf
10
138
Kolf
10
139
Fls
10
140
Fls
141
Fls
142
Fls
15
143
Fls
10
144
kolf
10
145
kolf
146
Tube
10
147
Combivent 2.5 ml
Amp
10
148
Pcs
10
149
Pcs
150
Pcs
10
151
Amp
20
152
Vial
153
Amp
154
Amp
10
155
ml
30
156
Supp
157
Supp
158
Supp
10
159
Supp
12
160
Supp
10
161
Supp
162
Supp
163
Supp
164
Aspilet tablet 80 mg
Tablet
10
165
Tablet
10
166
Captopril tablet 25 mg
Tablet
10
167
Tablet
10
168
Nipedipine tablet 10 mg
Tablet
10
169
Tablet
10
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Pengertian
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu sistem
dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut
meliputi : assessmen risiko, identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan
dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari
insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan
timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya
cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan
atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit
2. Meningkatnya akutanbilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat
3. Menurunnya kejadian tidak diharapkan di rumah sakit
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak
5. terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan.
C. Tata Laksana Keselamatan Pasien
Program keselamatan pasien (patient safety) di RSUD Cengkareng
dikelola oleh Panitia KPRS (Keselamatan Pasien Rumah Sakit). Sesuai
sistematika program yang telah ditetapkan oleh panitia KPRS, maka
tatalaksana bidang Keselamatan Pasien mengacu pada hal tersebut dengan
metode dan uraian sebagai berikut :
1. 7 Standar Keselamatan Pasien yaitu :
1. Hak pasien;
2. Mendidik pasien dan keluarga;
3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan;
( suatu obat dengan dosis lethal diberikan ,diketahui secara dini lalu
diberikan antidote nya).
4. KTC (kejadian tidak cedera ):
Insiden sudah terpapar ke pasien, tetapi pasien tidak timbul cedera misal
kesalahan penyerahan obat.
5. KPC ( kondisi potensial cedera ) :
Kondisi atau situasi yang sangat berpotensi untuk menimbulkan cedera
tetapi belum terjadi insiden misal; jumlah petugas yang tidak sebanding
dengan beban kerja, jumlah perawat yang tidak sebanding dengan jumlah
pasien, lantai licin, jarum suntik yang tidak dibuang dalam safety box,
pinggiran tempat tidur yang tidak terpasang dll.
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
Pengelolaan sistem Keselamatan Kerja di IGD RSUD Cengkareng
mengacu pada buku Pedoman Umum Keselamatan Kerja, Kebakaran, dan
Kewaspadaan Bencana yang disusun oleh K3 (Keselamatan Kerja Karyawan)
RSUD Cengkareng, sedangkan uraian hal dimaksud adalah sebagai berikut :
PEDOMAN PELAKSANAAN KESELAMATAN KERJA
Di dalam Pedoman Pelaksanaan Keselamatan Kerja ini dicakup pedoman
pelaksanaan tentang Keselamatan Kerja itu sendiri, Keselamatan Kerja dan
Keselamatan Rumah Sakit.
A. Keselamatan Kerja
1) Iklim kerja
Iklim Kerja, adalah keadaan lingkungan kerja yang merupakan perpaduan
antara parameter-parameter suhu udara, kelembaban udara, suhu radiasi,
kecepatan gerakan udara dan panas metabolisme sebagai hasil aktivitas
dari seseorang. Bila melampaui Nilai Ambang Batas (NAB) sesuai dengan
Keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor. KEP - 51/MEN/1999 tanggal 16
April 1999 dan Keputusan Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44, maka
akan mengakibatkan berbagai kelainan fisik dan fisiologis.
Pengendalian bahaya fisik akibat iklim kerja dilakukan sebagai berikut:
a) Terhadap lingkungan kerja
(1) Menyempurnakan sistem ventilasi
(2) Terhadap permukaan yang mempunyai suhu permukaan tinggi
memperkecil panas radiasi
(3) Menyediakan tempat istirahat yang cukup
(4) Memberikan warna yang cerah pada peralatan yang memberikan
sumber panas
(5) Memasang shielding (penyekat) antara sumber panas dan tenaga
kerja
dengan
pakaian
kerja
dengan
tertutup
seluruh
(3) Dihindari bagi tenaga kerja yang harus bekerja dilingkungan panas
apabila berbadan gemuk sekali dan menderita penyakit cardiovasculer
(2)
(3)
Memperbesar E req dengan menaikan metabolisme melalui pemberian makanan tambahan dan dalam hal-hal tertentu meningkatkan
aktivitas
2) Kebisingan
Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat menimbulkan
bising mengganggu (annoyance noise), yaitu kebisingan yang tidak menghilangkan
daya
dengar,
tetapi
mengganggu
konsentrasi/ketenangan.
Gangguan Fisiologis
b)
Gangguan Tidur
c)
Gangguan Komunikasi
d)
Gangguan Psikologis
e)
Gangguan Pendengaran
Pengendalian terhadap bahaya kebisingan pada prinsipnya adalah mengurangi tingkat dan atau lamanya pemaparan, secara garis besar usahausaha yang dapat ditempuh dengan cara :
(2)
(3)
Fondasi mesin harus baik, dijaga agar baut dan sambungan tidak
ada yang goyang
(2)
Pemeriksaan berkala
diatur dalam Peraturan Menteri Perburuan (PMP No.7 th 1964) tentang syaratsyarat kebersihan di tempat kerja dan intensitas pencahayaan dan Keputusan
Dirjen PPM & PLP No.HK.00.06.64.44.
Penerangan yang buruk dapat mengakibatkan :
a) Kelelahan mata dengan akibat berkurangnya daya dan efisiensi kerja
b) Keluhan pegal-pegal didaerah mata dan sakit kepala disekitar mata
c) Kerusakan indra mata
d) Meningkatnya terjadinya kecelakaan
jendela tempat jalannya masuk sinar matahari tidak terhalang atau tertutup
d) Penambahan penerangan lokal apabila penerangan umum tidak mencukupi
getaran
e) Merawat mesin secara rutin
5) Gelombang Radiasi
Radiasi dapat ditimbulkan oleh peralatan-peralatan dengan kemajuan teknologi yang sangat pesat sekarang ini. Radiasi gelombang elektromagnetik
terdiri dari radiasi yang mengion dan radiasi yang tidak mengion, seperti gelombang-gelombang mikro, sinar laser, sinar tampak (termasuk sinar dari layar
monitor), sinar infra red, sinar ultra violet.
Nilai Ambang Batas (NAB) telah diatur menurut Keputusan Menteri Tenaga
Kerja Nomor KEP-51/MEN/1999 tanggal 16 April 1999 dan . Pengaruh dari
pada radiasi adalah:
a) Menyebabkan kemandulan
b) Menyebabkan mutasi gen
c) Menyebabkan berbagai penyakit mata
d) Menyebabkan iritasi kulit
yang cukup
d) Menggunakan alat pelindung diri
e) Merawat mesin secara rutin dan Pemberian makanan tambahan
1) Mengetahui Material Safety Data Sheets (MSDS) dari setiap material atau
bahan.
2) Tempat penyimpanan bahan-bahan kimia harus dikelompokan dan disimpan
dengan baik. Ruang penyimpanan sebaiknya terbuat dari bahan tahan api,
mempunyai ventilasi yang cukup baik untuk mencegah terjadinya akumulasi
gas-gas yang berbahaya. Suhu ruang penyimpanan juga harus disesuaikan,
setiap kali harus diamati apakah kondisi ruang penyimpanan selalu bersih,
tidak ada bocoran atau tumpahan zat kimia.
3) Material Handling yang baik yaitu membawa atau memindahkan bahan kimia
dari suatu tempat ke tempat lain harus dilakukan dengan hati-hati, karena
dapat menimbulkan bahaya bila sampai terjatuh atau tumpah.
4) Ruang tempat kerja harus mempunyai sistem ventilasi yang cukup dimana
aliran udara masuk dan keluar cukup bersih. Penerangan dan suhu ruang kerja
juga harus diperhatikan.
5) Pemantauan secara berkala konsentrasi gas di ruangan yang dapat memapar
pekerja
6) Sebelum bekerja dengan bahan-bahan kimia, terlebih dahulu
para pekerja
harus diberikan pelatihan yang memadai agar dapat bekerja sesuai dengan
Standart Operating Prosedur (SOP) yang berlaku.
7) Penggunaan alat pelindung diri
8) Pemeriksaan pra kerja, pemeriksaan berkala dan pemeriksaan khusus
terhadap pekerja
12)Buatkan pegangan khusus pada semua barang dalam kemasan atau kotak,
dan lain-lain yang akan diangkat maupun dibawa, atau tentukan bagian
yang dapat dijadikan pegangan.
13)Bila memindahkan barang secara manual (tanpa alat), usahakan sesedikit
mungkin gerakan meninggikan atau merendahkan dari posisi ketinggian
semula
14)Bila memindahkan benda-benda yang berat, lakukan secara mendatar
dengan didorong atau ditarik, jangan diangkat maupun diturunkan
15)Sewaktu mengerjakan benda/barang, membawa, mengangkat dan sebagainya hindari gerakan membungkuk maupun memutar pinggang
16)Benda yang kita bawa agar selalu dirapatkan pada badan kita
17)Lakukan gerakan mengangkat dan menurunkan barang secara perlahanlahan, dan hindarkan gerakan memutar pinggang ataupun membungkukkan
badan
18)Bila kita mengangkat beban/benda panjang, tumpukan sebagian beban
berat di atas bahu (dipikul), agar terjaga keseimbangan tubuh
19)Untuk menghindari kelelahan dan cedera tubuh, bagi mereka yang melakukan pekerjaan mengangkat beban berat, seyogyanya diselingi dengan
pekerjaan-pekerjaan ringan
20)Sediakan dan tempatkan bak sampah pada posisi yang memudahkan
penggu-naannya
21)Jalur-jalur keluar bangunan (untuk keadaan darurat), agar diberi tanda/garis/tulisan yang jelas, serta harus bersih dari benda-benda yang dapat
menghambat.
selalu
jendela-jendela
dan
rawat
selalu
sumber-sumber
penerangan
e. Fasilitas Umum
1) Sediakan dan lakukan perawatan yang baik, termasuk mengganti dan
mencuci berbagai fasilitas sanitasi yang ada, agar kerapian maupun
kebersihan dan kesehatan terjaga
2) Sediakan fasilitas air minum, ruang makan, dan ruang istirahat dengan
kondisi yang baik dan nyaman untuk para pengguna
3) Tingkatkan fasilitas kesejahteraan dan pelayanan, sejalan dengan usaha
peningkatan kinerja para pekerja
4) Sediakan tempat/ruangan khusus bagi para pekerja untuk mengadakan
rapat, pertemuan, dan program pelatihan
(7) Jangan memindahkan korban secara terburu-buru, harus diatasi dulu keadaankeadaan yang membahayakan korban, seperti: perdarahan, patah tulang,
nafas hilang, denyut jantung berhenti, dan lain sebagainya.
b. Pencegahan Kecelakaan Kerja dengan pemakaian Alat Pelindung Diri
Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan, yang fungsinya mengisolasi tenaga kerja
dari bahaya di tempat kerja. APD dipakai setelah usaha rekayasa (engineering)
dan cara kerja yang aman (work practice) telah maksimum. Namun pemakaian
APD bukanlah pengganti dari kedua usaha tersebut.
Sebagai usaha terakhir dalam usaha melindungi tenaga kerja, APD haruslah
enak dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif
terhadap bahaya.
Kelemahan penggunaan APD
Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena:
(1) Memakai APD yang tak tepat;
(2) Cara pemakaian APD yang salah;
(3) APD tidak memenuhi persyaratan yang diperlukan;
Sering APD tak dipakai karena tidak enak/kurang nyaman, karena itu adalah
penting dalam pemeliharaan dan kontrol terhadap APD, sehingga fungsi APD tetap
baik, misalnya ;
(1) APD yang sangat sensitif terhadap perubahan tertentu;
(2) APD yang mempunyai masa kerja tertentu seperti kanister, filter dan cartridge;
(3) APD dapat menularkan penyakit, bila digunakan bergantian;
c. Pencatatan dan Pelaporan Kecelakaan Kerja di lingkungan Rumah Sakit
Kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja di rumah sakit memuat
komitmen dan tekad dalam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja,
dengan kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan secara menyeluruh
kantong)
(2) Mencegah terkontaminasinya limbah padat non medis dari limbah padat medis
(3) Memudahkan pengelola sampah dalam mengenali sampah didalamnya
atau
perlengkapan lain setelah digunakan. Cliping, bending atau breaking jarumjarum untuk membuatnya tidak bisa digunakan sangat disarankan karena
akan menyebabkan accidental inoculation. Prosedur tersebut dalam beberapa
hal perlu diperhatikan kemungkinan dihasilkannya aerosol. Menutup jarum
dengan kap dalam keadaan tertentu barangkali bisa diterima, misalnya dalam
penggunaan bahan radioaktif dan untuk pengumpulan gas darah.
Limbah golongan ini ditempatkan dalam kontainer yang tahan tusukan dan
diberi label dengan benar untuk menghindari kemungkinan cidera saat proses
pengumpulan dan pengangkutan limbah tersebut. Dan pada proses akhir
dimusnahkan dengan incinerator.
2) Limbah infeksius
Limbah infeksius memiliki pengertian ;
pengamanan
adalah
yang
terpenting
(good
housekeeping).
Pemilahan dan reduksi volume limbah hendaknya mempertimbangkan halhal sebagai berikut ;
a) Kelancaran penanganan dan penampungan limbah
b) Pengurangan jumlah limbah yang memerlukan perlakuan khusus, dengan
kontainer
yang
sama
untuk
penyimpanan,
pengangkutan
dan
standar
kantong
&
kontainer
limbah
memberikan
dan harus
mudah dibersihkan.
4) Pemusnahan
Incinerator digunakan untuk melakukan proses pembakaran yang
dilaksana-kan dalam ruang ganda incinerator yang mempunyai mekanisme
pemantauan secara ketat dan pengendalian parameter pembakaran. Limbah
yang combustible dapat dibakar bila incinerator yang tepat tersedia, bila tidak
justru akan merusak dinding ruang incinerator. Residu dari incinerator/abu bisa
dibuang langsung ke landfill, namun tidak untuk residu yang mengandung
logam berat.
6. Pengelolaan Jasa dan Barang Berbahaya
Barang berbahaya dan beracun (B3) adalah bahan yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia
serta makhluk hidup lainnya.
Yang termasuk kategori bahan berbahaya dan beracun adalah:
a. Memancarkan radiasi
Bahan yang memancarkan gelombang elektromagnetik atau partikel radioaktif
yang mampu mengionkan secara langsung atau tidak langsung materi bahan
yang dilaluinya, misalnya: Ir192, I131, Tc99, Sa153, sinar X, sinar alfa, sinar beta,
sinar gamma, dll
b. Mudah meledak
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat tanpa disertai pengimbangan kehilangan panas, sehingga kecepatan reaksi, peningkatan suhu dan
tekanan meningkat pesat dan dapat menimbulkan peledakan. Bahan mudah
meledak apabila terkena panas, gesekan atau bantingan dapat menimbulkan
ledakan.
c. Mudah menyala atau terbakar
Bahan yang mudah membebaskan panas dengan cepat disertai dengan
pengim-bangan kehilangan panas, sehingga tercapai kecepatan reaksi yang
menimbulkan nyala. Bahan mudah menyala atau terbakar mempunyai titik
nyala (flash ponit) rendah (210C)
d. Oksidator
Bahan yang mempunyai sifat aktif mengoksidasikan sehingga terjadi reaksi
oksidasi, mengakibatkan reaksi eksothermis (keluar panas)
e. Racun
Bahan yang bersifat beracun bagi manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius apabila masuk ke dalam tubuh melalui
pernapasan kulit atau mulut.
f. Korosif
Bahan yang dapat menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan proses
pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi lebih besar
dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur uji 55 0C, mempunyai pH sama atau
kurang dari 2 (asam), dan sama atau lebih dari 12,5 (basa)
g. Karsinogenik
Sifat bahan penyebab sel kanker, yakni sel luar yang dapat merusak jaringan
tubuh.
h. Iritasi
Bahan yang dapat mengakibatkan peradangan pada kulit dan selaput lendir.
i. Teratogenik
Sifat bahan yang dapat mempengaruhi pembentukan dan pertumbuhan
embrio.
j. Mutagenik
Sifat bahan yang dapat mengakibatkan perubahan kromosom yang berarti
dapat merubah genetika.
k. Arus listrik
Faktor yang mendukung timbulnya situasi berbahaya/tingkat bahaya dipengaruhi
oleh:
a. Daya racun dinyatakan dengan satuan LD 50 atau LC50, dimana makin kecil nilai
LD50 atau LC50 B3 menunjukkan makin tinggi daya racunnya
b. Cara B3 masuk ke dalam tubuh yaitu melalui saluran pernapasan, saluran
pencernaan dan penyerapan melalui kulit. Diantaranya yang sangat berbahaya
adalah yang melalui saluran pernapasan karena tanpa disadari B3 akan masuk
ke dalam tubuh bersama udara yang dihirup yang diperkirakan sekitar 8,3 M 2
selama 8 jam kerja dan sulit dikeluarkan kembali dari dalam tubuh.
c. Konsentrasi dan lama paparan
d. Efek kombinasi bahan kimia, yaitu paparan bermacam-macam B3 dengan sifat
dan daya racun yang berbeda, menyulitkan tindakan-tindakan pertolongan atau
pengobatan
e. Kerentanan calon korban paparan B3, karena masing-masing individu
mempunyai daya tahan yang berbeda terhadap pengaruh bahan kimia.
a. Identifikasi semua B3 dan instalasi yang akan ditangani untuk mengenal ciri-ciri
dan karakteristiknya. Diperlukan penataan yang rapi dan teratur, dilakukan oleh
petugas yang ditunjuk sebagai penanggung jawab. Hasil identifikasi diberi label
atau kode untuk dapat membedakan satu sama lainnya. Sumber informasi
didapatkan dari lembar data keselamatan bahan (MSDS).
b. Evaluasi, untuk menentukan langkah-langkah atau tindakan yang diperlukan
sesuai sifat dan karekteristik dari bahan atau instalasi yang ditangani sekaligus
memprediksi resiko yang mungkin terjadi apabila kecelakaan terjadi.
c. Pengendalian sebagai alternatif berdasarkan identifikasi dan evaluasi yang
dilakukan meliputi:
1) Pengendalian
operasional,
seperti
eliminasi,
substitusi,
ventilasi,
organisasi
administrasi,
seperti
pemasangan
label,
proses
dilakukan
secara
tertutup
atau
mengendalikan
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Dengan semakin meningkatnya tuntutan masyarakat akan mutu pelayanan,
maka fungsi pelayanan kesehatan termasuk pelayanan dalam rumah sakit secara
bertahap perlu terus ditingkatkan agar menjadi efektif dan efisien serta memberi
kepuasan terhadap pasien, keluarga maupun masyarakat. Dengan latar belakang
diatas, maka program pengendalian / peningkatan mutu pelayanan merupakan
prioritas utama di semua rumah sakit.
Instalasi Gawat Darurat (IGD) merupakan garda terdepan pelayanan medis
rumah sakit tentunya dituntut pula melakukan program pengendalian / peningkatan
mutu. Khusus di IGD RSUD Cengkareng, maka program pengendalian /
peningkatan mutu pelayanan disusun berdasarkan sistematika sebagai berikut :
1. Penetapan alur pelayanan teknis dan alur pelayanan administratif
2. Penetapan sistem pengadaan logistik dan fasilitas penunjang terkait
3. Penetapan Standar Pelayanan Medis dan Penunjang Medis (Penerapan
Standar Pelayanan Minimal, Indikator Mutu, dan penyusunan SPO)
4. Penetapan sistem rekruitmen dan pengembangan ketenagaan
5. Penetapan media monitoring layanan beserta standar layanan, meliputi :
-
Morning Report
Case Presentation
Rapat Bulanan
D.
Supervisi rutin; dilaksanakan oleh Ka. Instalasi IGD dan supervisi unit terkait