Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Dicky Priadi Suhendi
(213.C.0016)
menjadi 6,0 7,0. Didalam getah penkreas terdapat tripsinogen yang diubah
menjadi enzim aktif tripsin. Tripsin berfungsi untuk mengubah kimotripsinogen
menjadi kimotripsin yang merangsang kerja enzim enteropeptidase. Definisi
enterpeptidase akan mengakibatkan kelainan congenital dan nutrisi protein.
Merupakan Adenoma yang jinak dan Adenokarsinoma yang ganas yang
berasal dari sel parenkim (asiner atau sel duktal) dan tumor kistik. Yang termasuk
factor resiko eksogen adalah makanan tinggi lemak dan kolesterol, pecandu
alkohol, perokok, orang yang suka mengkonsumsi kopi, dan beberapa zat
karsinogen. (Setyono, 2001).
2.2.2 Faktor Resiko Endogen
Penyebaran kanker/tumor dapat langsung ke organ di sekitarnya atau
melalui pembuluh darah kelenjar getah bening. Lebih sering ke hati, peritoneum,
dan paru. Kanker di kaput pankreas lebih banyak menimbulkan sumbatan pada
saluran empedu disebut Tumor akan masuk dan menginfiltrasi duodenum
sehingga terjadi perdarahan di duodenum. Kanker yang letaknya di korpus dan
kaudal akan lebih sering mengalami metastasis ke hati, bisa juga ke limpa.
(Setyono, 2001).
TX
T1
Tis
T1
T2
T3
limpa, kolon, dan jaringan sekitar lainnya, tapi belum mengenai trunkus
Klasifikasi stadium
Stadium 0
Stadium IA
Stadium IB
Stadium IIA
Stadium IIB
Stadium III
Stadium IV
:
:
:
:
:
:
:
Tis, N0, M0
T1,N0, M0
T2, N0, M0
T3, N0, M0
T1-3, N1, M0
T4, N apapun, M0
T apapun, N apapun, M1
Berikut adalah klasifikasi TNM kanker pankreas menurut UICC tahun 2002.
Klasifikasi Stadium
Stadium 0
Tis, N0 ,M0
Stadium IA
T1, N0, M0
Stadium IB
T2, N0, M0
Stadium IIA
T3, N0, M0
Stadium IIB
T1-3, N1, M0
Stadium III
T4, N apapun, M0
Stadium IV
T apapun, N apapun, M1
mengarah
pada
menurunnya
metabolisme tubuh
i) Depresi berkepanjangan
j) Gangguan pada organ hati atau liver
yang letaknya di korpus dan kaudal, lebih sering mengalami metastasis ke hati dan
ke limpa.
Konsumsi alcohol, infeksi bakteri/virus akan serta faktor-faktor yang
beresiko mengakibatkan edema pada pancreas (terutama daerah ampula vater).
Edema pada ampulla akan berakibat aliran balik getah empedu dari duktus
koledokus ke dalam duktus pankreatikus. Dengan demikian didalam pancreas
akan terjadi peningkatan kadar enzim yang mengakibatkan peradangan pada
pancreas. Proses peradangan ini kalau ditumpangi mikroorganisme maka akan
berakibat terbawanya toksik kedalam darah yang merangsang hipotalamus untuk
meningkatkan ambang suhu tubuh (muncul panas).
Adanya refluks enzim akan meningkatkan volume enzim dan distensi pada
pancreas yang merangsang reseptor nyeri yang dapat dijalarkan ke daerah
abdomen dan punggung. Kondisi ini memunculkan adanya keluhan nyeri hebat
pada abdomen yang menjalar sampai punggung.
Distensi pada pancreas yang melampaui beban akan berdampak pada
penekanan dinding duktus dan pancreas serta pembuluh darah pancreas.
Pembuluh darah dapat mengalami cidera bahkan sampai rusak sehingga darah
dapat keluar dan menumpuk pada pancreas atau jaringan sekitar yang berakibat
pada ekimosis pinggang dan umbilicus.
Kerusakan yang terjadi pada pancreas secara sistemik dapat meningkatkan
respon asam lambung sehingga salah satu pertahanan untuk mengurangi tingkat
kerusakan. Akan tetapi kelebihan ini justru akan merangsang respon gaster untuk
meningkatkan ritmik kontraksinya yang dapat meningkatkan rasa mual dan
muntah.
Mual akan berdampak pada penurunan intake cairan sedangkan muntah
akan berdampak peningkatkan pengeluaran cairan tubuh. Dua kondisi ini
menurunkan volume dan komposisi cairan tubuh yang secara otomatis akan
menurunkan volume darah. Penurunan volume darah inilah yang secara klinis
akan berakibat hipotensi pada penderita.
pada stadium awal, kanker ini seringkali menyebar ke organ-organ tersebut atau
ke dekat ujung limpa.
terdapat atrofi korpus dan ekor dari pankreas. Gambaran ini dapat dilihat pada
20% dari pasien dengan kanker pankreas. Pembesaran fokal dapat juga dapat
terjadi pada penyakit yang jinak, oleh karena itu hal ini kurang spesifik.
Pembesaran yang difus lebih jarang terjadi dan biasanya lebih mengarahkan pada
pankreatitis.
Seiring dengan waktu massa ini mengalami pembesaran fokal, massa
biasanya akan berkembang menjadi suatu keadaan yang inoperable. Beberapa
tumor yang kecil biasanya akan menyebabkan obstruksi duktus biliaris dan
tampak awal. Perubahan pada bentuk dari kelenjar tanpa adanya pembesaran
adalah tanda yang penting dan mengarahkan pada adanya suatu tumor. Adanya
jaringan lemak interstisial didalam massa menunjukkan adanya lobulasi fokal dari
pankreas normal. Jika jaringan lemak interstitial ini absen dan jika massa
seluruhnya solid, kemungkinan massa ini abnormal, dan biopsi direkomendasikan.
Massa pada kanker pancreas biasanya kurang vaskular dibandingkan
dengan pankreas normal, oleh karena itu pada CT scan akan menunjukkan massa
fokal dengan attenuation yang lebih rendah dibandingkan dengan jaringan
pankreas yang normal. Pankreas normal mempunyai nilai attenuation 30-50 HU.
Penurunan dari nilai attenuation terjadi pada 83% dari pasien. Margin dari massa
dengan attenuation yang rendah ini biasanya poorly defined. Tumor pankreas ini
juga dapat terjadi nekrosis sentral dengan densitas rendah, dan kemudian
membentuk suatu pseudokista kecil. Lebih dari setengah kanker pankreas terjadi
pada kaput pankreas, obstruksi dan dilatasi dari CBD dapat dilihat. Obstruksi
dengan dilatasi yang uniform dari duktus pankreas distal tanpa adanya kalkuli
duktus (dibandingkan dengan dilatasi ireguler pada pankreatitis akut) dan atrofi
kelenjar distal juga merupakan karakteristik pada temuan CT scan. Dilatasi duktal
terjadi pada 58% dari pasien. Diantara pasien dengan dilatasi duktus, 75%
mengalami dilatasi baik duktus pankreatikus maupun biliaris. Dilatasi duktus
pankreas proksimal dari obstruksi terjadi pada 88% dari tumor caput pankreas dan
60% dari neoplasma korpus pankreas. Ukuran duktus pada kanker pankreas
adalah berkisar 5-10 mm, dimana duktus ini dapat mulus ataupun tidak beraturan.
Duktus pankreas berdilatasi sampai lebih dari 50% diameter anteroposterior dari
kelenjar dengan atrofi akibat kanker pankreas tersebut. Pada pankreatitis kronik
dilatasi duktus ini kurang dari 50% dari diameter anteroposterior. Abnormalitas
attenuation dari jaringan lemak peripankreas sugestif terhadap pelebaran atau
invasi dari tumor melebihi batas dari kelenjar pankreas. Jaringan lemak
peripankreas menunjukan peningkatan attenuation. Ekstensi melibatkan jaringan
lemak peripankreas dan struktur sekitarnya dapat dilihat pada CT scan pada 92%
dari pasien kanker pankreas.
Keterlibatan dari vaskular pada kanker pankreas menentukan apakah suatu
tumor dapat di lakukan tindakan bedah atau tidak dan dapat dilihat pada CT scan
sebagai penyempitan, perubahan letak ataupun obliterasi dari lumen pembuluh
darah oleh tumor. Sirkulasi vena kolateral dapat dilihat akibat oklusi vena dengan
contrast-enhanced pada pembuluh darah di sekitar lambung dan hilum splenik.
Adapun arteri-arteri yang terlibat berdasarkan frekuensi berturut adalah arteri
mesentrika superior, splenikus, seliak, hepatis, gastroduodenal dan renalis sinistra.
Penyebaran ke organ sekitarnya dapat melibatkan limpa, lambung, duodenum,
fleksura lienalis dari kolon, mesokolon transversalis, porta hepatis, ginjal, dan
vertebra. Penyebaran tumor posterior ke porta hepatis dapat dilihat pada 68% dari
pasien. Adanya ascites mengindikasikan adanya metastasis peritoneal. Ascites
dapat ditemukan pada 13% pasien dengan kanker pankreas. Metastasis ke kelenjar
limfe regional dilaporkan bervariasi dari 38-65%. Metastasis ke hati umum terjadi
pada kanker pankreas, terjadi pada sekitar 17-55% pasien. Common bile duct
dapat berpindah ke anterior dan medial ketika massa pankreas menyebabkan
obstruksi duktus distal. Dilatasi dukuts intrahepatis dan dilatasi dari gall
Lihat adanya lesi hipodens irreguler kecil multipel pada lobus kanan hati (panah
terbuka) menunjukkan adanya metastasis ke hati.
2.7.3 Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) dan resonansi magnetik
Kolangiopankreatografi (MRCP)
Bukan sebagai metode pilihan untuk diagnosis kanker pankreas, tetapi
ketika pasien alergi dengan kontras ketingkatkan CT maka dapat dilakukan
pemeriksaan scan MRI,tetapi tidak untuk mendeteksi tingkatan stadiumnya.
Selain itu, beberapa lesi sulit untuk dikarakterisasi, berdasarkan pemeriksaan CT
dapat digantikan dengan melakukan MRI, untuk melengkapi kekurangan dari
gambar CT. MRCP dilakukan untuk menentukan perbandingan tanpa obstruksi
bilier dan tempat obstruksi, penyebab obstruktif memiliki keuntungan jelas, dan
Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP), empedu transhepatik
saluran pencitraan alat invasif, dan lebih aman.
2.7.4 Endoscopic Retrograde Cholangiopancreatography (ERCP)
Gambaran pankreatografi kanker pankreas abnormal pada 95% pasien.
ERCP memiliki tingkat sensitivitas 95% dan sensitifitas 85% untuk keganasan
pankreas. Sebagian besar karsinoma pankreas berasal dari epitel duktal dan
menimbulkan obstruksi duktus komplit dan parsial. Ketika hal ini terjadi pada
kaput pankreas akan mengakibatkan blok komplit dari CBD. Duktus pankreas
menunjukkan dilatasi duktus proksimal dari titik obstruksi dengan pemotongan
tiba-tiba kolom kontras. Pengisian inkomplit dapat dibedakan dari obstruksi
sejalan dengan kolom kontras menghilang secara gradual. Duktus yang tidak terisi
dikarenakan kesalahan teknik merupakan penyebab penting dari temuan postif
palsu. Duktus pankreas antara titik obstruksi dan papila Vater biasanya normal.
Temuan ini penting untuk membedakan karsinoma pankreas dari pankreatitis.
Sedangkan pada pankreatitis duktus ini biasanya abnormal.
Karsinoma
pankreas
mengakibatkan
oklusi
komplit
dari
duktus
jauh
jaraknya
serta
penyempitan
dengan
tepi
yang
mulus
konvensional dibutuhkan untuk penilaian arteri intrahepatik dan cabang dari arteri
mesenterika superior.
Karsinoma pankreas merupakan lesi hipovaskular, maka angiografi telah
menggantikan metode pilihan untuk penilaian penyakit parenkim pancreas.
Helical CT angiografi menunjukkan informasi penting tentang pembuluh
darah peripancreatic pada pasien karsinoma pancreas. Pada studi 84 pasien, nilai
prediksi negatif dari tumor yang resectable sebanyak 96% untuk helical CT
angiografi dan axial helical CT dibandingkan dengan hanya helical CT sebesar
70%. Penambahan dari helical CT angiografi meningkatkan kemampuan
radiologist untuk memprediksi resectability dari tumor pankreas. Angiografi
memiliki keakuratan hanya 70% dalam menentukan diagnosa spesifik dari
karsinoma pankreas.
(http://www.asiancancer.com/indonesian/cancer-healthcare/cancer-diet-
therapy/1363.html)
3.1 Pengkajian
I. Identitas pasien
II. Status kesehatan
a)
b)
c)
d)
Pola Nafas
Pola Nutrisi (Makanan dan Minuman)
Pola Eliminasi
Pola Aktivitas dan Latihan
Pola Tidur dan Istirahat
Pola Berpakaian
Pola Rasa Nyaman
Pola Kebersihan Diri
Pola Rasa Aman
Pola Komunikasi (Hubungan dengan orang lain)
Pola Beribadah
Pola Produktivitas (Fertilisasi, Libido, Menstruasi, Kontrasepsi, dll)
Pola Rekreasi
Kebutuhan Belajar
V. Diagnosa keperawatan
1) Nyeri akut b/d penekanan obstruksi pankreas
2) Gg. Pola napas b/d distensi abdomen ditandai dengan tidak maksimalnya
pola nafas.
3) Perubahan nutrisi Kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan
anoreksia, gangguan sekresi insulin, mual diare, keletihan.
4) Intoleransi aktivitas b/d kelemahan
5) Defisit pengetahuan b/d perubahan status kesehatan, prognosis penyakit
dan cara pegobatan
VI. Rencana asuhan keperawatan
No
Dx
Tujuan
1.
Interveni
Rasional
1) Kaji tanda-tanda
1. Bermanfaat dalam
penekanan
diberikan
mengevaluasi
obstruksi
tindakan
verbal maupun
nyeri,
pankreas
keperawata
nonverbal, catat
menentukan
selama 3x24jam
lokasi,
pilihan intervensi,
diharapkan
intensitas(skala 0-10)
menentukan
nyeri berkurang
/ terkontrol
dengan KH:
-klien mampu
mengontrol
nyeri dan
menggunakan
dan lamanya.
2) Letakkan pasien
efektivitas terapi.
2. Mencegah hyper
ekstensi
3. Teknik relakasai
pemanggil dan
dapat
mengalihkan
digunakan dalam
perhatian pasien
jangkauan yang
teknik non
mudah
4) ajarkan teknik
farmakologi
untuk
relaksasi (nafas
mengurangi
dalam), dan
nyeri
pengalihan nyeri
- mampu
(menonton tv,
mengenali nyeri
mengajak mengobrol)
5) Kolaborasi dengan
(skala,
dokter,berikan
intensitas,freku
mediksi analgesik
ensi)mengataka
sesuai kebutuhan,
n rasa nyaman
observasi efek
setelah nyeri
berkurang
a.
k
b.
samping.
terhadap nyeri.
4. Membantu pasien
agar dalam
keadaan yang
nyaman
5. Untuk
mengurangi
ambang batas
nyeri pasien
2.
1) Tinggikan posisi
b/d distensi
diberikan
abdomen
tindakan
kepala 30o
2) Dorong latihan napas
ditandai
keperawatan
dengan tidak
selama 3 x24
maksimalnya
jam diharapkan
pola nafas.
pernapasan
pasien normal
dengan KH:
-pasien tidak
mengalami
sesak
dalam
3) Ubah posisi secara
periodik
4) Berikan oksigen
tambahan
5) Auskultasi suara
nafas, catat adanya
suara ronchi
1. Mendorong
pengembangan
diafragma /
ekspansi paru
optimal &
meminimalkan
tekanan isi
abdomen pada
rongga thorak
2. Meningkatkan
ekspansi paru
3. Meningkatkan
pengisian udara
seluruh segment
paru
4. Memaksimalkan
sediaan oksigen
untuk pertukaran
dan penurunan
kerja napas
5. Ronchi
merupakan
indikasi adanya
obstruksi atau
smapasme
laringea yang
membutuhkan
evaluasi dan
intervensi yang
cepat dan tepat.
Perubahan
Setelah
nutrisi Kurang
diberikan
dari kebutuhan
tindakan
badan, elektron
tubuh yang
keperawatan
protein
berhubungan
selama 3x24jam
total,albumin
dengan
diharapkan
serum,hemoglobin,t
anoreksia,
nutrisi
gangguan
pasien
sekresi insulin,
terpenuhi
mual diare,
dengan KH:
keletihan.
-mual muntah
cairan
diare
-BB dapat di
pertahankan
1. Untuk
mengetahui status
nutrisi pasien
2. Untuk
meningkatkan
selera makan
pasien
3. Untuk
massa otot
2) Berikan makanan
mengurangi mual
muntah
4. Indikator fisiologi
tapi sering
3) Anjurkan oral
higine 2 kali sehari
4) Obs. Berat badan &
turgor kulit pasien
5) Kolaborasi dengan
lanjut dari
dehidrasi dan
kurangnya nutrisi
5. Untuk
mengetahui
kebutuhan nutrisi
hitung jumlah
nutrisi yang
yang diperlukan
sesuai dengan
untuk
kondisi pasien
mempertahankan/m
enaikkan berat
badab mendukung
kebutuhan
metabolik dan
mempertahankan
glukosa darah
dalam batas normal
Intoleransi
Setelah
1) Evaluasi respon
1) Menetapkan
aktivitas b/d
diberikan
pasien terhadap
kemampuan
kelemahan
asuhan
aktivitas, catat
pasien
keperawatan
peningkatan
selama 3x24
kelelahan &
diharapkan
pasien dapat
beraktivitas
dengan normal
dengan KH:
Pasien tidak
mengeluhkan
adanya
intolerasi
aktifitas
perubahan TTV
2) Berikan lingkunag
tenang & batasi
pengunjung. Dorong
penggunaan
manajement stres
3) Bantu pasien
memilih posisi yang
nyaman untuk
istirahat
beraktivitas
2) Menurunan stres
& rangsangan
berlebihan,
meningkatkan
istirahat
3) Pasien mungkin
nyaman dengan
kepala
ditinggikan
Defisit
Setelah
1. berikan penilaian
1. mengetahui
pengetahuan
diberikan askep
tentang tingkat
tingkat
b/d perubahan
selama 3x24
pengetahuan pasien
pengetahuan
status
jam diharapkan
tentang proses
penyakit yang
nosis penyakit
tentang
dan cara
penyakit yang
pegobatan
dideritanya
dengan KH :
- pasien dan
keluarga
menyatakan
pemahaman
tentang
penyakit,
kondisi,
prognosis, dan
program
pengobatan
- - pasien dan
keluarga
mampu
melaksanakan
prosedur yang
telah
dijelaskan
spesifik
2. gambarkan tanda dan
gejala yang biasa
muncul pada penyakit
3. gambarkan proses
penyakit dengan cara
yang tepat
4. sediakan informasi
tentang kondisi
5. diskusikan perubahan
gaya hidup yang
mungkin diperlukan
pasien
2. Pasien dan
keluarga
mengetahui
tentang tanda dan
gejala dari
penyakit yang
dialami
3. pasien dan
keluarga
mengetahui
tentang
kondisinya
4. mengetahui
perkembangan
kondisi pasien
5. untuk mencegah
komplikasi di
masa mendatang
PENUTUP
Kesimpulan
Kanker pankreas merupakan tumor ganas yang berasal dari sel sel yang
melapisi saluran pankreas
Gejala Klinis kanker pankreas adalah nyeri pada abdomen yang hebat
khususnya pada epigastrium. Rasa sakit dan nyeri tekan pada abdomen yang juga
disertai nyeri pada punggung, terjadi akibat iritasi dan edema pada pankreas
sehingga terjadi rangsangan pada syaraf. Kerena sumbatan pada duktus
koledoktus maka dapat menyebabkan ikterus.
Penatalaksanaan kanker pankreas adalah pasien dapat diterapi dengan
radio terapi dan kemoterapi (Fluorourasil, 5-FU). Jika pasien menjalani
pembedahan, terapi radiasi intraoperatif (IORT = Intraoperatif Radiation Terapi)
dapat dilakukan untuk memberikan radiasi dosis tinggi pada jaringan tumor
dengan cidera yang minimal pada jaringan lainya serta dapat mengurangi nyeri.
Saran
Diharapkan perawat dapat bertindak secara profesional dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan kanker pankreas, mampu mengkaji
masalah pasien dengan akurat sehingga dapat dirumuskan suatu doagnosa yang
tepat dan dapat di rancang intervensi yang tepat untuk pasien, melasanakkan
implementasi secara tepat sehingga pada evaluasi dapat diperoleh hasil yang
diharapkan dan sesuai dengna tujuan sehingga masalah dapat teratasi
Daftar Pustaka