Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Oleh :
Nama : Prasetyo Hade
NIM : B1J008190
Rombongan: VIII
Kelompok : 1
Asisten : Dewi Indriyati
A. Latar Belakang
Kelas aves memiliki organ embrionik yang spesial berupa membran fetal.
Perkembangan embrional dimulai sejak terjadinya fertilisasi dan berakhir pada saat
penetasan atau kelahiran. Aves dalam hal ini diwakili oleh ayam, merupakan hewan
yang tergolong dalam hewan amniota, karena janinnya mempunyai selaput ekstra
(Kosasih, 1975). Tingkat kesukaran dalam metode ini adalah menentukan lokasi
pemotongan yang tepat. Hal ini harus diperhatikan dalam skema umum organ yang
Ayam merupakan jenis aves yang mempunyai organ embrionik spesial yaitu
membran fetal diantaranya amnion. Membran ini sangat penting, karena menjaga
kelembaban embrio dan mencegah kerusakan embrio. Membrane fetal lainnya yaitu
Pembelahan dimulai pada waktu telur melalui oviductus. Telur mendapat albumen
dan selaput lainnya. Albumen kental yang terputar dan berbentuk seperti tali disebut
kalaza. Kalaza berfungsinya untuk menjaga keseimbangan sel telur agar tetap
terletak sentral dalam albumen dan keping lembaganya selalu menghadap ke atas
(Yatim, 1982).
sudah diinkubasi selama 1-3 hari. Namun, apabila waktu inkubasi kurang, maka
embrio tidak dapat terlihat dengan jelas. Wholemount digunakan untuk mengamati
perkembangan embrio ayam umur 1-3 hari. Telur ayam digunakan dalam praktikum
wholemount karena telur ayam lebih mudah didapatkan dan embrio ayam mudah
B. Tujuan
dan amfibi), karena memiliki organ embrionik yang spesial. Organ embrionik
tersebut disebut membran fetal dan terletak di antara amnion. Membran ini penting
menyesuaikan dengan tempat hidupnya yang baru dari habitat air ke habitat darat
(terrestrial) dan udara. Membran fetal yang lain, serosa disamakan dengan korion
pada ikan. Ikan dan amfibi belum memiliki alantois sebagai membrana fetal. Hal ini
disebabkan pada embrio ikan dan amfibi, pertukaran gas dan pembuangan sisa
Telur Aves memiliki yolk yang banyak. Kandungan yolk berfungsi untuk
Kebutuhan mineral seperti Ca2+ pada embrio dapat di serap dari cangkang telur
(Huettner, 1961). Ovum pada Aves merupakan bulatan yolk dengan bioplasma dan
intinya, sedangkan telur yang terdiri dari cangkang telur, albumen (putih telur) dan
yolk (kuning telur). Ovum merupakan suatu sel yang berukuran sangat besar. Hal ini
Tipe telur Aves adalah telolecithal berat atau sering disebut dengan
megalecithal. Hal ini disebabkan oleh volume yolk hampir mengisi seluruh bagian
Pembelahan pada Aves juga disebut dengan meroblastik diskoidal karena bagian
yang membelah berberntuk seperti cawan atau diskus atau perisai (Soeminto, 2000).
Telur bangsa burung dilengkapi dengan yolk yang banyak untuk mengantisipasi
kebutuhan bahan makan embrio yang secara keseluruhan harus dipenuhi oleh telur
tempatnya berkembang, kecuali kebutuhan oksigen (Strorer and Usinger, 1961).
karena proses diferensiasi awal dari sistem organ dan dasar pembentukan tubuhnya
dan terbentuk lapisan yang mengisi hampir semua telur, sedangkan semua inti dan
sedikit sitoplasma menempati hanya daerah puncak kutub animal. Yolk berlapis
terdiri dari yolk kuning dan yolk putih. Perbedaan warna ini dikarenakan yolk kuning
dengan gastrulasi embrio amfibi. Perbedaan paling penting adalah dalam telur
burung atau ayam yolknya sangat banyak sehingga walaupun pada embrio burung
atau ayam terbentuk juga blastopor, tetapi tidak sebagai blastopor yang bulat dan
berlubang seperti pada amfibi. Adanya hambatan yolk yang banyak, menyebabkan
blastopor embrio ayam hanya berupa satu sayatan membujur kearah cranio-caudal
(Syahrum, 1994).
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah mangkuk, alat peneropong,
sendok, gunting, gelas arloji, kertas saring, pipet tetes, gelas benda, kompor listrik,
Bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah telur ayam fertil yang
sudah diinkubasi selama 1-3 hari, larutan garam fisiologis, larutan Bouin dan alkohol
(50%, 60%, 70%, 80%, 90%, absolut), eosin, formalin, xilol, pewarna hematoxilin,
B. Metode
1. Sediakan telur ayam fertil ayam kampung (ayam bukan ras = buras) yang
telah diinkubasikan atau dierami oleh induk ayam selama 1-3 hari.
menghadap ke permukaan air ditandai dengan pensil, setelah itu bagian yang
5. Bagian cangkang telur yang telah ditandai digunting secara hati-hati, setelah
ukuran embrio
tepat berada di tengah-tengah lubang dan embrio menempel pada tepi lubang
kertas saring
10. Masukkan embrio ayam tersebut ke dalam fiksatif (larutan Bouin) dan
difiksasi selama 2 x 24 jam setelah itu dibersihkan dengan alkohol 70% yang
dicampur amonia.
dengan hematoxilin.
merendam dalam air selama beberapa detik kemudian rendam dalam hematoxilin
selama kuran lebih 7 detik, selanjutnya bilas dengan akuades dan mulai masuk
masing 10 menit.
rendam dalam eosin selama 10 menit lalu dimasukkan kedalam xilol : alkohol
kaca penutup, diberi label nama preparat, dan diamati dibawah mikroskop.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
yang diamati pada praktikum ini yaitu embrio ayam umur antara 24-48 jam. Hal ini
didasarkan atas dari hasil praktikum bahwa embrio pada telur yang dimilki masih
terbentuk tidak bisa diamati. Disediakan preparat awetan dari embrio ayam yang
telah ada untuk mengatasi kekurangan itu. Perkembangan embrio dari telur yang
beryolk banyak, kantong vitelus menjadi pembungkus vitelus (yolk) yang ada,
mencerna dan menyerap zat-zat makanan yang ada untuk diedarkan melalui
pembungkus embrio langsung mempunyai rongga amnion yang berisi cairan yang
tetapi untuk memudahkan pengertiannya proses itu dibagi menjadi 6 tahapan. Batas
antara tahapan itu sebenarnya juga tidak jelas, ada yang tumpang-tindih satu dengan
yang lain. Stadium morula merupakan tahap pertama dalam embriologi. Sel-sel hasil
pembelahan masih bergandengan satu dengan yang lain. Sel orisinil (zigot) tetap saja
besarnya, hanya membelah dan tiap belahan tumbuh mencapai besar tertentu. Sel
yang membelah itu hanya terdapat pada sel-sel dalam kutub animal. Pembelahan sel-
sel morula selanjutnya membentuk bola sel-sel yang berongga (blastula). Rongga itu
betina (singami), diikuti dengan fusi kedua intinya (kariogami). Beberapa hewan,
telur dapat berkembang tanpa melalui pembuahan, yaitu melalui suatu proses yang
muda, teristimewa di dalam embrio, pembelahan sel begitu aktif. Hal yang perlu
2000).
Urutan alur pembelahan segmentasi pada ayam sama dengan pada amphioxus
maupun katak. Alur pertama yaitu meridional, kedua meridional tegak lurus
Setelah pembelahan kelima selesai, embrio tersusun dari 32 blastomer dan dicapai
stadium morula. Blastulasi ayam sama dengan blastulasi pada telur ikan, yaitu
dengan yolk yang ada di bawahnya. Atap blastosol terdiri dari sel-sel blastomer hasil
segmentasi sebelumnya, dengan lantai permukaan yolk dan pada bagian lateralnya
terdapat zona penghubung yang terdiri dari blastomer yang berlekatan di bawahnya.
Menurut Huettner (1961), embrio ayam pada stadium 24 jam bagian yang
terbentuk masih sederhana. Adapun struktur embrio yang telah terbentuk yaitu stria
Bagian yang aktif pada pembelahan sel telur ayam adalah keping lembaganya
(blastodiskus). Pembelahan sudah dimulai ketika telur melalui oviduk yang jalannya
kalaza untuk menjaga agar sel telur tetap terletak sentral di dalam albumin dan
terbentuknya keping neural. Keping neural akan membentuk lipatan neural. Lapisan
anterior dari keping neural membentuk suatu peninggian dan tumbuh kebagian depan
menjadi kepala. Daerah antara lipatan kepala dan ectoderm, sebelah bawahnya
terbentuk suatu struktur yang mempunyai kantong yang disebut kantong subsefalik
(Yatim, 1982).
Embrio yang telah berumur 24 jam, lipatan neuralnya mendekat satu sama
lain. Persatuan lipatan neural pertama-tama terjadi di bagian depan somit pertama.
Embrio umur 33 jam, bumbung neural yang telah terbentuk dapat dibedakan menjadi
bagian anterior yang agak lebar, bagian tengah, serta posterior yang menyerupai
bumbung. Persatuan lipatan neural yang paling akhir, terjadi di bagian depan dan di
belakang, sehingga terbentuk lubang-lubang neuroporus-anterior dan posterior.
Belakang somit terakhir terdapat lipatan neural yang mengembang dan menghilang
ectoderm yang disebut sinus phromboidalis. Stria primitiva terus makin menghilang.
Daerah diantara kedua lapisan ectoderm dari tiap lipatan neural yang menyatu
terlepas sel-sel yang akan menjadi dua batang neural crest di kiri-kanan bumbung
neural. Neural crest ini bersegmen dan merupakan primordial dari akar dorsal saraf
spinal dan juga ganglia dari sistem saraf otonom (Yatim, 1982).
Bagian mesoderm dapat dibentuk tiga bagian, yaitu mesoderm dorsal atau
somatis dan lapisan splankhnis yang melebar jauh di luar embrio, karenanya pada
selom dapat dibedakan dua daerah yaitu intra dan ekstra embrionik selom (Saunders,
1982).
Menurut Djuhanda (1981), embrio utuh akan membentuk 12 somit pada umur
inkubasi 22 jam. Embrio ayam yang diinkubasi selama 33 jam akan memperlihatkan
tahap-tahap pokok perkembangan dan pembentukan sistem syaraf pusat dan sistem
daerah usus depan dan somit serta diferensiasi pada mesoderm luser media yang
seluruh luas kepala. Rongga vesikula optika (optisol), pada mulanya mempunyai
Lipatan kepala makin berkembang ke arah posterior, sebaliknya dengan amniotic tail
fold (berkembang ke arah anterior), dan lateral body fold semakin menutup. Mata
yang akan berkembang menjadi upper limb bud atau wing bud, merupakan primordia
sayap, sedangkan di daerah cauda dibentuk lower bud yaitu primordia kaki
(Syahrum, 1994).
Gambar skematis embrio ayam umur 72 jam.
posterior tampak berbintik bintik, yaitu pulau-pulau darah yang kelak akan menjadi
sebagaian besar sistem pembuluh ekstra embrional. Area opaka yang berbintik-bintik
penebalan setempat pada mesoderm yaitu pada lapisan splankhnis. Mula-mula pulau-
pulau darah merupakan kumpulan sel-sel yang kompak, selanjutnya terjadi rongga
dan terpisah menjadi kumpulan sel-sel sentral. Sel-sel sentral ini kelak akan menjadi
darah itu sedemikian banyaknya, sehingga bersentuhan satu sama lain, dan terjadi
suatu jaringan pembuluh kapiler yang disebut retikulum. Akhirnya rongga-rongga di
dalam pulau darah tersebut diisi dengan plasma darah (Balinsky, 1970).
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
2. Embrio ayam umur antara 24-48 jam masih berupa blastodiskus atau embrioblas.
B. Saran
telur) sedang dalam kondisi rusak sehingga praktikan tidak tahu seperti apa alat
yang dierami berkisar umur antara 24-48 jam. Jadi praktikan tidak mengetahui
secara langsung bentuk embrio ayam yang berumur 48 jam dan 72 jam dan hanya
DAFTAR REFERENSI
Syahrum, M.H. 1994. Reproduksi dan Embriologi. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta.