Vous êtes sur la page 1sur 2

ABSTRAK

Teater tradisi Besutan merupakan salah satu karya seni tradisional yang berasal dari
Jombang-Jawa Timur. Besutan bagi masyarakat Jombang merupakan kesenian tradisional
yang memiliki nilai-nilai mithologis, perjuangan dan pendidikan serta memiliki tanda-tanda
atau simbol-simbol yang tercermin pada tokoh Besut yang sangat menarik untuk dicermati, di
kaji dan diteliti. Bagi masyarakat Jombang, tokoh Besut tidak dimitoskan namun dia dicintai
secara sadar.
Teori yang digunakan untuk menganalisis struktur kidungan/parikan adalah teori
struktur naratif Parry-Lord. Analisis fungsi bertolak dari pandangan Dundes (1965) dan
Bascom (1965). Makna Simbolik mengacu pada semiotika Charles Sanders Peirce (Mulyana,
2014).
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif.
Paradigma yang digunakan didalam penelitian ini adalah konstruktivis yang lebih memahami
kegiatan manusia dalam membangun atau menciptakan pengetahuan dengan memberi makna
pada pengetahuannya sesuai dengan pengalamannya.
Formula pada adegan pembukaan setelah ritual dan menari Merdeka, dapat diamati
pada syair dalam parikan/kidungan pembukaan tersebut. Seniman Besutan selalu
mengungkapan formulaik yang sama. Tema dalam parikan/kidungan dalam Besutan
merupakan alat atau media untuk menyampaikan aspirasi dan permasalahan yang sedang
menjadi issue sosial di masyarakat. Cerita/lakon Besutan tidak mengenal sebuah struktur
cerita/lakon yang terdiri atas introduksi/eksposisi, komplikasi, klimaks, penurunan klimaks
(antiklimaks), dan penyelesaian seperti halnya kesenian ludruk pada umumnya.
Keywords: semiotika, teater tradisi Besutan, representasi

ABSTRACT
Theater tradision Besutan is one of the traditional artwork derived from Jombang-East
Jawa. Besutan for Jombang society is a tradition art that has values mythologist, struggle and
education and have signs or symbols that are reflected in the figures Besut very interesting to
be observed, in the review and investigation. For the people of Jombang Besut not
mythologized figure but he loved it consciously.
The theory that used to analyze the structure kidungan/partikan is the theory of
narrative structure Parry Lord. Analysis function departed from the views Dundes (1965) and
Bascom (1965). Symbolic meaning refers to the semiotics of Charles Sanders Pierce
(Mulyana, 2014).
This research uses descriptive method with qualitative approach. The paradigm used
in this study is constructivist better understand human activity in the building or creating
knowledge to give meaning in accordance with his experience.
Formula in the opening scene of ritual and dancing after Merdeka, can be observed in
the poetry in the opening kidungan/parikan. Besutan artist always express the same formula.
Themes in parikan/kidungan of Besutan is a tool or medium to convey the aspirations and
problems that are becoming a social issue in the community. Story/play Besutan not
recognize an act story structure consisting of introduction/exposition, complication, climax,
decline climax (anticlimactic), and completion as well as ludruk art in general.

Key words : semiotics, theater Besutan tradition, representation

Vous aimerez peut-être aussi