Vous êtes sur la page 1sur 11

Parasetamol, Sifat,mekanisme dan toksisitas

PARASETAMOL

sumber gambar .wikipedia.org

SIFAT
Parasetamol adalah drivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik / analgesik.
Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas badan yang disebabkan oleh
karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping itu, paracetamol juga dapat digunakan
untuk meringankan gejala nyeri dengan intensitas ringan sampai sedang. Ia aman dalam dosis
standar, tetapi karena mudah didapati, overdosis obat baik sengaja atau tidak sengaja sering
terjadi.
Obat yang mempunyai nama generik acetaminophen ini, dijual di pasaran dengan
ratusan nama dagang. Beberapa diantaranya adalah Sanmol, Pamol, Fasidol, Panadol, Itramol
dan lain lain.
Sifat antipiretiknya disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga
berdasarkan efek sentral. Parasetamol memiliki sebuah cincin benzena, tersubstitusi oleh satu
gugus hidroksil dan atom nitrogen dari gugus amida pada posisi para (1,4). Senyawa ini dapat
disintesis dari senyawa asal fenol yang dinitrasikan menggunakan asam sulfat dan natrium
nitrat. Parasetamol dapat pula terbentuk apabila senyawa 4-aminofenol direaksikan dengan
senyawa asetat anhidrat.
Sifat analgesik Parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
Dalam golongan obat analgetik, parasetamol memiliki khasiat sama seperti aspirin atau obatobat non steroid antiinflamatory drug (NSAID) lainnya. Seperti aspirin, parasetamol berefek
1

menghambat prostaglandin (mediator nyeri) di otak tetapi sedikit aktivitasnya sebagai


penghambat postaglandin perifer. Namun, tak seperti obat-obat NSAIDs.
Parasetamol termasuk ke dalam kategori NSAID sebagai obat anti demam, anti
pegel linu dan anti-inflammatory. Inflammation adalah kondisi pada darah pada saat luka
pada bagian tubuh (luar atau dalam) terinfeksi, sebuah imun yang bekerja pada darah putih
(leukosit). Contoh pada bagian luar tubuh jika kita terluka hingga timbul nanah itu tandanya
leukosit sedang bekerja, gejala inflammation lainnya adalah iritasi kulit.
Sifat antiinflamasinya sangat rendah sehingga tidak digunakan sebagai antirematik.
Pada penggunaan per oral Parasetamol diserap dengan cepat melalui saluran cerna. Kadar
maksimum dalam plasma dicapai dalam waktu 30 menit sampai 60 menit setelah pemberian.
Parasetamol diekskresikan melalui ginjal, kurang dari 5% tanpa mengalami perubahan dan
sebagian besar dalam bentuk terkonjugasi.
Karena Parasetamol memiliki aktivitas antiinflamasi (antiradang) rendah, sehingga
tidak menyebabkan gangguan saluran cerna maupun efek kardiorenal yang tidak
menguntungkan. Karenanya cukup aman digunakan pada semua golongan usia.
METABOLISME
Parasetamol berikatan dengan sulfat dan glukuronida terjadi di hati. Metabolisme utamanya
meliputi senyawa sulfat yang tidak aktif dan konjugat glukoronida yang dikeluarkan lewat
ginjal. Sedangkan sebagian kecil, dimetabolismekan dengan bantuan enzim sitokrom P450.
Hanya sedikit jumlah parasetamol yang bertanggung jawab terhadap efek toksik (racun) yang
diakibatkan oleh metabolit NAPQI (N-asetil-p- benzo-kuinon imina). Bila pasien
mengkonsumsi parasetamol pada dosis normal, metabolit toksik NAPQI ini segera
didetoksifikasi menjadi konjugat yang tidak toksik dan segera dikeluarkan melalui ginjal.
Perlu diketahui bahwa sebagian kecil dimetabolisme cytochrome P450 (CYP) atau N-acetylp-benzo-quinone-imine (NAPQI) bereaksi dengan sulfidril.
Namun apabila pasien mengkonsumsi parasetamol pada dosis tinggi, konsentrasi
metabolit beracun ini menjadi jenuh sehingga menyebabkan kerusakan hati. Pada dosis
normal bereaksi dengan sulfhidril pada glutation metabolit non-toxic diekskresi oleh ginjal.

MEKANISME
2

MEKANISME KERJA
Selama bertahun-tahun digunakan, informasi tentang cara kerja parasetamol dalam tubuh
belum sepenuhnya diketahui dengan jelas hingga pada tahun 2006 dipublikasikan dalam
salah satu jurnal Bertolini A, et. al dengan topik Parasetamaol : New Vistas of An Old Drug,
mengenai aksi pereda nyeri dari parasetamol ini.
Mekanisme kerja yang sebenarnya dari parasetamol masih menjadi bahan perdebatan.
Parasetamol menghambat produksi prostaglandin (senyawa penyebab inflamasi), namun
parasetamol hanya sedikit memiliki khasiat anti inflamasi. Telah dibuktikan bahwa
parasetamol mampu mengurangi bentuk teroksidasi enzim siklooksigenase (COX), sehingga
menghambatnya untuk membentuk senyawa penyebab inflamasi. Paracetamol juga bekerja
pada pusat pengaturan suhu pada otak. Tetapi mekanisme secara spesifik belum diketahui.
Ternyata di dalam tubuh efek analgetik dari parasetamol diperantarai oleh aktivitas tak
langsung reseptor canabinoid CB1. Di dalam otak dan sumsum tulang belakang, parasetamol
mengalami

reaksi

deasetilasi

dengan

asam

arachidonat

membentuk N-

arachidonoylfenolamin, komponen yang dikenal sebagai zat endogenous cababinoid.


Adanya N-arachidonoylfenolamin ini meningkatkan kadar canabinoid endogen dalam
tubuh,

disamping

juga

menghambat

enzim siklooksigenase yang

memproduksi prostaglandin dalam otak. Karena efek canabino-mimetik inilah terkadang


parasetamol digunakan secara berlebihan.
Sebagaimana diketahui bahwa enzim siklooksigenase ini berperan pada metabolisme
asam arakidonat menjadi prostaglandin H2, suatu molekul yang tidak stabil, yang dapat
berubah menjadi berbagai senyawa pro-inflamasi.
Kemungkinan lain mekanisme kerja parasetamol ialah bahwa parasetamol
menghambat

enzim

siklooksigenase

seperti

halnya

aspirin

mengurangi

produksi

prostaglandin, yang berperan dalam proses nyeri dan demam sehingga meningkatkan ambang
nyeri, namun hal tersebut terjadi pada kondisi inflamasi, dimana terdapat konsentrasi
peroksida yang tinggi. Pada kondisi ini oksidasi parasetamol juga tinggi, sehingga
menghambat aksi anti inflamasi. Hal ini menyebabkan parasetamol tidak memiliki khasiat
langsung pada tempat inflamasi, namun malah bekerja di sistem syaraf pusat untuk
menurunkan temperatur tubuh, dimana kondisinya tidak oksidatif.

MEKANISME REAKSI
3

Paracetamol

bekerja

dengan

mengurangi

produksi

prostaglandins

dengan

mengganggu enzim cyclooksigenase (COX). Parasetamol menghambat kerja COX pada


sistem syaraf pusat yang tidak efektif dan sel edothelial dan bukan pada sel kekebalan dengan
peroksida tinggi. Kemampuan menghambat kerja enzim COX yang dihasilkan otak inilah
yang membuat paracetamol dapat mengurangi rasa sakit kepala dan dapat menurunkan
demam tanpa menyebabkan efek samping,tidak seperti analgesik-analgesik lainnya
MEKANISME TOKSISITAS

Sulfat dan glukuronida pada liver tersaturasi

paracetamol lebih banyak ke CYP -> NAPQI bertambah -> suplai glutation tidak
mencukupi

NAPQI bereaksi dengan membran sel

Hepatosit rusak -> nekrosis

RESORPSI
Resorpsi dari usus cepat dan praktis tuntas, secara rektal lebih lambat. PP-nya ca 25%,
plasma t1/2-nya 1-4 jam. Antara kadar plasma dan efeknya tidak ada hubungan. Dalam hati
zat ini diuraikan menjadi metabolit-metabolit toksis yang diekskresi dengan kemih sebagai
konyugat-glukuronida dan sulfat.
BAHAYA PARASETAMOL
Dalam dosis normal, parasetamol tidak menyakiti permukaan dalam perut atau
mengganggu gumpalan darah, ginjal atau duktus arteriosus pada janin. Parasetamol relatif
aman digunakan, namun pada dosis tinggi dapat menyebabkan kerusakan hati. Risiko
kerusakan hati ini diperparah apabila pasien juga meminum alkohol.
Setelah berpuluh tahun digunakan, parasetamol terbukti sebagai obat yang aman dan
efektif. Tetapi, jika diminum dalam dosis berlebihan (overdosis), parasetamol dapat
menimbulkan kematian. Parasetamol dapat dijumpai di dalam berbagai macam obat, baik
sebagai bentuk tunggal atau berkombinasi dengan obat lain, seperti misalnya obat flu dan
batuk. Antidotum overdosis parasetamol adalah N-asetilsistein (N-acetylcysteine, NAC).
Antidotum ini efektif jika diberikan dalam 8 jam setelah mengkonsumsi parasetamol dalam
jumlah besar. NAC juga dapat mencegah kerusakan hati jika diberikan lebih dini

Hal yang jarang terjadi, antara lain reaksi hipersensitifitas dan kelainan darah. Pada
penggunaan kronis dari 3-4 g sehari dapat terjadi kerusakan hati, pada dosis di atas 6 g
mengakibatkan nekrose hati yang reversible. Hepatotoksisitas ini disebabkan oleh metabolitmetabolitnya, yang pada dosis normal dapat ditangkal oleh glutation (suatu tripeptida dengan
SH). Pada dosis diatas 10 g, persediaan peptida tersebut habis dan metabolit-metabolit
mengikat pada protein dengan SH di sel-sel hati, dan terjadilah kerusakan irreversible.
Parasetamol dengan dosis diatas 20 g sudah berefek fatal. Over dosis bisa menimbulkan
antara lain mual, muntah, dan anorexia. Penanggulanganya dengan cuci lambung, juga perlu
diberikan zat-zat penawar (asam amino N-asetilsisten atau metionin) sedini mungkin,
sebaiknya dalam 8-10 jam setelah intoksikasi (Tjay dan Rahardja, 2002) Wanita hamil dapat
menggunakan parasetamol dengan aman, juga selama laktasi walaupun mencapai air susu
ibu
Efek Racun dan Akibat pada Pasien Anak
Penggunaan paracetamol terus menerus dapat menyebabkan overdosis dan keracunan.
Overdosis yang tak dapat penanganan cepat dapat menyebabkan kegagalan liver dan
kematian. Kematian akibat overdosis paracetamol jarang terjadi pada anak-anak. Penggunaan
parasetamol berbahaya pada seseorang yang memiliki kelainan hati, terutama konsumen
alkohol.
Jangan meminum parasetamol selama lebih dari 10 hari berturut turut tanpa
berkonsultasi dengan dokter. Obat ini juga jangan sembarangan diberikan pada anak dibawah
3 tahun tanpa terlebih dahulu meminta saran dari dokter
Segera ke dokter bila salah satu dari tanda berikut muncul setelah anda minum
paracetamol. Tanda tanda itu antara lain : terjadi perdarahan ringan sampai berat, keluhan
demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang yang kemungkinan disebabkan oleh karena
infeksi sehingga perlu penanganan lebih lanjut.
Bila karena suatu sebab yang tidak jelas pasien bandel minum obat ini melebih dosis
maksimum tadi maka akan terjadi kerusakan hati yang fatal. Gejala kerusakan hati yang perlu
mendapatkan perhatian dan harus segera ke dokter antara lain : mual sampai muntah, kulit
dan mata berwarna kekuningan, warna air seni yang pekat seperti teh, nyeri di perut kanan
atas, dan rasa lelah dan lemas.
Beberapa reaksi alergi yang dilaporkan sering muncul antara lain : kemerahan pada
kulit, gatal, bengkak, dan kesulitan bernafas/sesak. Seperti biasa, bila mengalami tanda tanda
diatas setelah minum paracetamol, segera ke dokter untuk mendapatkan penanganan lebih
lanjut.
5

Parasetamol sebernarnya jarang memberi efek samping yang serius apabila digunakan
sesuai dengan petunjuk. Beberapa isu yang menyebutkan bahwa obat ini terkait dengan asma
pada anak-anak juga belum terbukti secara klinis. Hanya kadang obat ini bisa menimbulkan
ruam atau gatal-gatal pada beberapa orang tertentu. Penggunaan yang berlebihan dan dalam
jangka panjang perlu diwaspadai karena bisa memicu kerusakan hati. Perlu diperhatikan juga
beberapa tanda overdosis dari parasetamol misalnya jika terdapat gejala mual, muntah, lemas
dan keringat berlebih.
Jangan terlalu sering memberikan parasetamol pada anak. Penelitian pada tahun 2008
membuktikan bahwa pemberian parasetamol pada usia bayi dapat meningkatkan risiko
terjadinya asma pada usia kanak-kanak.
Penggunaan paracetamol secara berlebihan atau sering, bisa menimbulkan efek
samping bagi si kecil dikemudian hari. Seperti yang ditulis di jurnal Lancet, dua penelitian
telah menemukan bahwa penggunaan paracetamol dalam intensitas yang cukup sering, dapat
meningkatkan risiko anak terkena asma dan eksim ketika mereka berusia 6 atau 7 tahun.

Pada penelitian yang pertama, para peneliti menemukan, dari 205.000 anak, yang
menggunakan paracetamol di tahun pertama kehidupan mereka ternyata meningkatkan risiko
terkena asma pada usia 6 atau 7 tahun sebesar 46 persen, dibandingkan mereka yang tidak
mengonsumsinya
Lalu, sebatas apa paracetamol boleh digunakan? Menurut peneliti, penggunaan
paracetamol satu kali sebulan atau lebih dengan dosis tingi, mampu meningkatkan risiko
asma sebanyak tiga kali. Penggunaan paracetamol yang dinilai cukup (medium) didefinisikan
sebagai penggunaan sebanyak satu kali setahun atau lebih, tetapi kurang dari satu kali
sebulan.
Satu teori yang dikemukakan oleh para peneliti mengenai hubungan antara
paracetamol dengan asma adalah antioksidan. Paracetamol mampu mengurangi kadar
antioksidan dalam tubuh. Padahal, antioksidan sangat dibutuhkan tubuh untuk melawan
radikal bebas yang masuk ke tubuh kita dan mencegah kerusakan.
Sama halnya pada asma. Penggunaan parasetamol dapat melipat gandakan risiko
eksim, bersin yang terus-menerus, bunyi napas sengau, dan sakit tenggorokan, ketika anak
berusia 6 atau 7 tahun.
Oleh sebab itu, para peneliti sangat mendukung pedoman yang diberikan oleh
WHO, yang merekomendasikan paracetamol tidak boleh digunakan secara rutin. Sebaiknya
6

paracetamol hanya digunakan untuk anak-anak yang mengalami demam tinggi (38,5 derajat
Celcius atau lebih).
Efek Lainnya
a.

Parasetamol Dapat Merusak Paru-Paru


Parasetamol memang sangat manjur untuk menghilangkan rasa sakit kepala, pusing

atau demam. Tapi, dibalik keampuhannya tersebut, ternyata menyimpan bahaya yang cukup
besar yakni dapat menurunkan fungsi paru-paru.
Meski demikian, jangan gunakan obat ini secara rutin. Apalagi bagi penderita
penyakit asma dan penyakit paru obstruktif menahun atau chronic obstructive pulmonary
disease (COPD). Karena, bila obat ini digunakan setiap hari, dapat menyebabkan penurunan
fungsi paru-paru. Hasil ini berdasarkan data survei yang dikumpulkan oleh 'Third National
Health and Nutrition Examination Survey' dari tahun 1988-1994 pada sekitar 13.500 orang
dewasa di Amerika Serikat. Mereka semua memberikan informasi akan obat yang dipakai
yaitu Aspirin Parasetamol dan Ibuprofen.
Dari data survey ini terlihat bahwa mereka yang menggunakan obat Parasetamol,
mengalami resiko untuk menderita Asma dan COPD yang lebih tinggi. Dan pada penggunaan
Parasetamol rutin setiap hari atau penggunaan lebih besar, dihubungkan dengan terjadi
penurunan dari fungsi paru. Sedang pada obat Aspirin dan Ibuprofen, tidak terlihat adanya
gangguan dari paru.
Penelitian yang dilakukan pada hewan, dosis tinggi dari Parasetamol akan
menurunkan kadar dari salah satu antioksidan yang penting, yaitu Glutathion, yang ada pada
jaringan paru. Jadi, kemungkinan gangguan paru yang terjadi akibat pemakaian rutin
Parasetamol disebabkan karena terjadi penurunan Glutathion, yang menyebabkan
peningkatan resiko dari kerusakan jaringan paru dan peningkatan dari penyakit pernafasan.
Penelitian ini mendukung penelitian sebelumnya, yang menyatakan bahwa penggunaan
Parasetamol dapat meningkatkan resiko yang berat bagi penderita asma.
Bahaya Parasetamol atau yang disebut juga Asetaminofen, ternyata tidak hanya
menyerang paru-paru saja, termasuk juga ginjal bila digunakan dalam waktu yang lama.
Kebiasaan menggunakan Parasetamol, terutama bagi kaum wanita untuk menghilangkan
nyeri seperti pada saat haid, dinilai sangat membahayakan. Penelitian ini dilakukan terhadap
1.700 wanita yang diteliti selama lebih dari 11 tahun, yang mengalami penurunan fungsi
filtrasi ginjal sebesar 30 persen. Dari penelitian terlihat bahwa wanita yang mengkonsumsi
Parasetamol sebanyak 1.500 - 9.000 butir selama hidupnya, berisiko untuk mengalami
gangguan ginjal sebesar 64 persen.
7

Sedangkan untuk mereka yang mengkonsumsi lebih dari 9.000 tablet, risiko ini
meningkat hingga dua kali lipat. Tapi penelitian ini tidak menunjukkan adanya hubungan
antara gangguan fungsi ginjal dengan Aspirin atau obat pereda nyeri/inflamasi lainnya seperti
golongan anti inflamasi non-steroid. Penelitian ini bukan untuk menghentikan penggunaan
Parasetamol. Tapi untuk berhati-hati dalam menggunakannya untuk jangka panjang. Selain
itu bagi para peneliti, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan pengobatan lain
dalam mengatasi rasa nyeri, yang tidak berbahaya bila digunakan untuk waktu yang lama.
Berbeda dengan obat analgesik yang lain seperti aspirin dan ibuprofen, parasetamol
tak memiliki sifat antiradang. Jadi parasetamol tidak tergolong dalam obat jenis NSAID.
b.

Penggunaan Paracetamol efek terhadap urine


Parasetamol (asetaminofen) dalam dosis terapeutik normal umumnya dianggap sebagai

salah satu minor analgesic yang paling aman , walupun garus diperhatikan bahwa kelebihan
dosis parasetamol dapat mengakibatkan nekrosis hati pada manusia dan hewan lain. Setelah
pemberian parasetamol dieliminasi dari tubuh oleh proses- proses metabolisme orde 1 yang
nyata dandalam jumlah kecil metabolism utamanya pada manusia adalah sebagai konjugat
glukuronida dan konjugat sulfat.
Eliminasi

parasetamol

bias

dirasionalkan

secra

matematik

menurut

metode Cumming et al (1967). Dengan menggunakan pendekatan dini, terbukti bahwa plt log
laju ekskresi obat total akhirnya akan menjadi garis lurus dengan kemiringan sama
dengan :
-Ke / 2,303
Dimana k adalah konstanta laju eliariminasi . jadi dalam percobaan ini log laju ekskresi dari
obat total(mg/jam) diplot pada titik tengah dari masing masing interval waktu pengumpulan
urine. Konstanta laju eliminasi ditaksir dari kemiringan plot di atas dan waktu paruh t 1/2 dari
parasetamol dapat dihitung :
T1/2 = 0,693 / ke
a)

Subjek manusia

Dalam individu normal yang sehat dosis parasetamol yang digunakan dalam percobaan
ini tanpa efek samping sama sekali .tetapi harus ditekankan bahwa obat ini tidak
boleh dimakan oleh orang yang;
1)

Mempuyai sejarah penyakit ginjal/ hati tipe apapun

2)

Mempunyai kebiasaan makan parasetamol


8

3)

Menunjukkan aksi alergis / hipersensitifitas terhadap obat ini

4)

Sedang dalam pengobatan dengan obat lain

5)

Umumnya tidak sehat

Pemberian parasetamol dan pengumpulan urine


1)untuk menjaga aliran urine yang lyak, subjek harus minum 200ml air. Setelah 30 menit ,
kandung kemih haru di kosongkan dan dimsukkan dalam wadah yang sesuai ; sampel ini
menunjukan urine blanko.
2)Parasetamol 500mg diminum dengan 200ml air dan waktu mulai di catat ; ini adalah waktu
nol
3)setelah 1 jam sampel urine diukur diberi catatan dan diberi air 100ml
4)Prosedur yang sama seperti nomor 3 diulang setiap jam selama 2jam, 3jam,4jam,5jam,6jam
5)Total urine di ukur
c

Metode Analitik

Sampel urine akan dianalisa total parasetamolnya dengan menambahkan asam kedalam
sampel urine. Parasetamol dan konjugat sulfat serta glukuronidanya yang ada dalam urine
dihidrolisis dalam adanya asam 4- aminofenol. Senyawa ini kemudian berikatan dengan fenol
dalam adanya hiobromit membentuk suatu zat warna indofenol yang konsentrasinya
ditentukan secara spektrofotometrik.
1)

Membuat larutan parasetamol 1mg/ml dalam air . pengenceran stok ini denga air
memberikan larutan parasetamol standar 50,100,200,400,600 dan 800 mikrogram/ml

2)

Urine blanco 1ml dipipet masukan kedalam tabung reaksi tambahkan 4ml HCl 4M
dan 1ml dari masing masing larutan parasetamol standar

3)

Tabung ditutup dengan gundu dan ditempatkam dalam penangas air mendidih selama
1jam

4)

Tabung didinginkan volme dari masing- masing dicukupkan secara seksama dengan
air ad 10ml

5)

Setelah tercampur seluruhnya 1ml Aliquot dipipet dari sampel urine yang dihidroisis
(10ml) kedalam tabung reaksi lain, dan ditabahkan 10ml larutan pembentuk warna.
Sesudah dicampur perlahan , larutan didiamkan selama 40menit

6)

Serapan dari masing masing larutan diukur pada 620nm dalam suatu
spektrofotometer, nol kana lat terhadap sampel urine blanco yng tidak mengandung
obat

7)

Mulai dari 2 diatas, masing masing sampel urine yang dikumpulkan diberi
perlakuan dengan cara yang sama, dengan mensubtitusi sampel urine pada saat itu
9

untuk urine blanco. Disampng itu, 1ml larutan parasetamol standar diganti dengan 1ml
air .
DOSIS
Jika tidak ada masalah di organ hati, dosis maksimum paracetamol untuk orang
dewasa adalah 4 gram (4000mg) per hari atau 8 tablet paracetamol 500 mg.
Indikasi : analgesik, antipiretik Cara pakai : oralDosis anak 6-12 bulan 60 mg/kali,
maks. 6 kali sehari; 1-6 tahun 60-120 mg/kali, maks. 6 kali/hari; 6-12 tahun 150-300 mg/kali,
maks. 1,2 g/hari; dewasa 300 mg 1 g/kali, maks. 4 g/hariSediaan : tab. 100 mg, 500 mg; sir.
120 mg/5 ml
Parasetamol termasuk aman dikonsumsi tanpa efek candu seperti obat narkotika.
Untuk orang dewasa umumnya dosis dikonsumsi sebesar 500mg, bisa dilihat pada komposisi
berbagai merek obat pilek kandungan Asetaminofen ini antara 400-600mg selain kandungan
lain dalam kadar rendah, tergantung merek obatnya. Meskipun aman jangan mengkonsumsi
Parasetamol lebih dari 5 gram dalam sehari, apalagi untuk seorang pecandu alkohol, malah
bisa menyebabkan kerusakan liver.
KOMBINASI OBAT
Paracetamol sering dikombinasikan dengan aspirin untuk mengatasi rasa nyeri pada
rematik sebab paracetamol tidak mempunyai efek anti inflamasi seperti aspirin sehingga bila
kedua obat ini digabung maka akan didapatkan sinergi pengobatan yang bagus pada penyakit
rematik. Paracetamol aman diberikan pada wanita hamil dan menyusui namun tetap
dianjurkan pada wanita hamil untuk meminum obat ini bila benar benar membutuhkan dan
dalam pengawasan dokter. Paracetamol dikombinasikan dengan opiod codein.
Paracetamol dokombinasikan dengan codein dan penenang (syndol atau mersyndol).
Parasetamol umumnya digunakan untuk mengobati demam, sakit kepala, dan rasa nyeri
ringan. Senyawa ini bila dikombinasikan dengan obat anti inflamasi non steroid (NSAID)
atau obat pereda nyeri opioid, dapat digunakan untuk mengobati nyeri yang lebih parah.
POINT PENTING PARASETAMOL
Beberapa poin penting yang perlu dicermati dalam penggunaan parasetamol :

Hentikan penggunaan parasetamol bila demam berlangsung lebih dari 3 hari atau
nyeri semakin memburuk lebih dari 10 hari, kecuali atas saran dokter.

Bagi ibu hamil dan menyusui, konsultsikan dengan dokter jika hendak
menggunakan obat ini.
10

Orang dengan penyakit gangguan liver sebaiknya tidak menggunakan obat ini.

Konsultasikan dengan dokter sebelum mengkombinasi parasetamol dengan obatobat NSAID,antikoagulan (warfarin), ataupun kontrasepsi oral.

Penggunaan parasetamol bersama alkohol dpat meningkatkan toksisitas hati.

Konsumsi vitamin C dosis tinggi dapat meningkatkan kadar parasetamol dalam


tubuh.

11

Vous aimerez peut-être aussi

  • Bab I
    Bab I
    Document2 pages
    Bab I
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Jurnnal Interna
    Jurnnal Interna
    Document21 pages
    Jurnnal Interna
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Porto Folio
    Porto Folio
    Document7 pages
    Porto Folio
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Bab I
    Bab I
    Document11 pages
    Bab I
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Acute Appendicitis
    Acute Appendicitis
    Document21 pages
    Acute Appendicitis
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Keratitis Pungtatata
    Keratitis Pungtatata
    Document4 pages
    Keratitis Pungtatata
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Dengue Hemorrhagic Fever
    Dengue Hemorrhagic Fever
    Document25 pages
    Dengue Hemorrhagic Fever
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Presentation 1
    Presentation 1
    Document26 pages
    Presentation 1
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Journal Reading.2
    Journal Reading.2
    Document5 pages
    Journal Reading.2
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Current Update in Stroke Management
    Current Update in Stroke Management
    Document8 pages
    Current Update in Stroke Management
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Metabolisme Paracetamol
    Metabolisme Paracetamol
    Document4 pages
    Metabolisme Paracetamol
    PutuSudik
    100% (1)
  • Kasus 2 Rad
    Kasus 2 Rad
    Document10 pages
    Kasus 2 Rad
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Para Set Amol
    Para Set Amol
    Document11 pages
    Para Set Amol
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Keratitis Pungtata Superfisial
    Keratitis Pungtata Superfisial
    Document18 pages
    Keratitis Pungtata Superfisial
    Sheila Hikmah Pranacipta
    Pas encore d'évaluation
  • Current Update in Stroke Management
    Current Update in Stroke Management
    Document8 pages
    Current Update in Stroke Management
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Critical Appraisal
    Critical Appraisal
    Document22 pages
    Critical Appraisal
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Kasus 6 Rad
    Kasus 6 Rad
    Document6 pages
    Kasus 6 Rad
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Kasus 3 Rad
    Kasus 3 Rad
    Document9 pages
    Kasus 3 Rad
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Kasus 5
    Kasus 5
    Document11 pages
    Kasus 5
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Kasus 7 Rad.
    Kasus 7 Rad.
    Document8 pages
    Kasus 7 Rad.
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • C A
    C A
    Document21 pages
    C A
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Kasus 4 Rad
    Kasus 4 Rad
    Document9 pages
    Kasus 4 Rad
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Kasus 7 Rad.
    Kasus 7 Rad.
    Document8 pages
    Kasus 7 Rad.
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Reflesi Kasus Radiologi
    Reflesi Kasus Radiologi
    Document11 pages
    Reflesi Kasus Radiologi
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • TB Pulmo
    TB Pulmo
    Document30 pages
    TB Pulmo
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Copd
    Copd
    Document22 pages
    Copd
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Jurnal
    Jurnal
    Document12 pages
    Jurnal
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • SIROSIS HATI
    SIROSIS HATI
    Document16 pages
    SIROSIS HATI
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation
  • Jurnnal Interna
    Jurnnal Interna
    Document25 pages
    Jurnnal Interna
    Strawberry_cool
    Pas encore d'évaluation