Vous êtes sur la page 1sur 4

a) ASUHAN KEPERAWATAN KASUS

Kasus:
Seorang pasien wanita berusia 47 tahun mengeluh nyeri kepala mendadak yang
hebat setelah mengalami kecelakaan. Pada pemeriksaan pasien sadar dan tidak
demam, tetapi sangat kesakitan disertai kaku kuduk sedang dan fotofobia.
Pasien muntah satu kali. Tidak ada tanda-tanda neurologis fokal abnormal. CTScan awalnya tampak normal. Pasien dipulangkan dengan diagnosis dugaan
migrain (tidak ada nyeri riwayat sebelumnya) dan diberi analgesik. 2 minggu
kemudian pasien mengalami episode penurunan kesadaran yang tidak diketahui
sebabnya selama waktu yang tidak dapat ditentukan pasien tinggal sendiri dan
saat pasien sadar ia tergeletak dilantai kamar mandi dan muntah. Dokter
pribadinya merujuk pasien ke RS lain untuk mendapat pendapat neurologis.
saat pasien dilakukan pemeriksaan di klinik neurologi, dipikirkan bahwa pasien
sudah teralu terlambat untuk mendapatkan pemeriksaan cairan serebrosponal
untuk pemeriksaan adanya xantokromia, walaupun ia datang secepat mungkin
setelah dirujuk. Pemeriksaan ct-scan ulang normal. Pada pasien segera dilakukan
angiografi serebral yang menunjukkan aneurisma arteri komunikans posterior
kiri selanjutnya dilakukan penjepitan aneurisma dan berhasil. (Lionel Ginsberg,
Neurologi, Hal 69).
1.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

( Arif Muttaqin, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan,


Hal 142)

Risiko peningkatan TIK b.d adanya peningkatan volume intrakranial.

Perubahan perfusi jaringan otak yang b.d perdarahan intraserebral

Defisit perawatan diri b.d kelemahan neuromuskular, menurunnya kekuatan

dan kesadaran
2.

INTERVENSI

( Arif Muttaqin, Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan,


Hal 144-145)
Perubahan perfusi jaringan otak yang b.d perdarahan intraserebral
INTERVENSI

RASIONAL

Berikan penjelasan pada keluarga tentang sebab peningkatan TIK dan


akibatnya.

Keluarga lebih berpartisipasi dalam roses penyembuhan

Baringkan klien dengan posisi tidur telentang tanpa bantal

Perubahan pada

tekanan intrakranial dapat menyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak


Monitor tanda-tanda neurologis dengan GCS

Dapat mengurangi kerusakan

otak lebih lanjut


Monitor tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi dan hati-hati pada
hipertensi sistolik

Pada keadaan normal autoregulasi mempertahankan

keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi. Kegagalan


autoregulasi akan menyebabkan kerusakan vaskuler serebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diikuti oleh penurunan
diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan
infeksi
Monitor input dan output

Hipertermi dapat menyebabkan peningkatan IWL dan

meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang tidak sadar, nausea
yang menurunkan intake peroral
Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung

Rangsangan aktifitas

yang meningkat dapat meningkatkan TIK.istirahat total dan ketenangan mungkin


diperlukan untuk pencegahan terhadap perdarahan
3.

IMPLEMENTASI

IMPLEMENTASI
memberikan penjelasan pada keluarga tentang sebab peningkatan TIK dan
akibatnya.
R: keluarga menyimak dengan baik
H: keluarga lebih tenang menghadapi musibah klien
membaringkan klien dengan posisi tidur telentang tanpa bantal
R: klien melakukan dengan kooperatif
H: klien dapat berbaring dangan baik
memonitori tanda-tanda neurologis dengan GCS
R: klien mengikuti pemeriksaan dengan baik
H: hasil pemeriksaan GCS 13
Memonitori tanda-tanda vital seperti TD, nadi, suhu, respirasi dan hati-hati pada
hipertensi sistolik
R: klien bersedia di periksa
H: hasil pemeriksaan tidak ada yang abnormal
Memonitori input dan output
R: klien mau bercerita secara terbuka

H: hanya muntah yang menjadi output tambahan


menciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
R: klien dan keluarga mau mengikuti intruksi
H: klien tampak tenang

4.

EVALUAS

S.O.A.P
S: klien mengatakan tidak muntah dan tidak merasa pusing lagi.
O: kesadaran klien tampak membaik dan tampak tenang
A: masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan tindakan
BAB III
PENUTUP
A.

Kesimpulan

Perdarahan subarachnoid atau stroke hemorage merupakan penyakit dimana otak


kehilangan fungsinya akibat berhentinya suplai darah ke otak. Di unit gawat
darurat, penanganan diprioritaskan pada penanganan jalan napas, pola pernapasan
dan sirkulasi. Dengan dilakukan penanganan pada ABC tadi diharapkan
kesembuhan pasien, tidak terjadi kecacatan ataupun kematian.
B.

Saran

1)

Perawat yang bekerja di unit gawat darurat perlu memiliki keterampilan dalam

penanganan pasien dengan perdarahan subarachnoid.


2)

Keluarga yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat perdarahan

subarachnoid dan lainnya dapat segera memeriksakan diri secara teratur untuk
mencegah terjadinya stroke hemorageyang tidak tertolong.
DAFTAR PUSTAKA
Hartono. Kapita Selekta Neurologi. Gadjamada University Press. Yogyakarta.2009
Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Jakarta: EGC. 2009. Hal; 94-96.
Greenberg, Michael. Teks Atlas Kedokteran Kedaruratan Greenberg Jilid 1. Jakarta:
Erlangga. 2004.
Snell, Richard. Neuroanatomi Klinik Edisi 5. Jakarta: EGC. 2007 Hal 24.
Muttaqin, Arif. Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan.

Jakarta: Salemba Medika. 2008.


Ginsberg, Lionel. Neurologi Edisi 8. Jakarta: Erlangga. 2008 Hal 69.
Waxman, Stephen. 26th Edition Clinical Neuroanatomy. Mc Graw Hill Medical:
America. 2010

Vous aimerez peut-être aussi