Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Abstrak
Sebagian besar posisi kerja pekerja batik tulis di Sragen tidak ergonomis, sehingga berisiko terjadi gangguan
muskuloskeletal. Penelitian ini bertujuan untuk mendesain kursi ergonomis dan menilai efektifitas disain kursi terhadap
gangguan muskuloskeletal pekerja wanita batik tulis. Jenis penelitian adalah eksperimental quasi dengan pendekatan
one group pre and posttest design. Populasi adalah seluruh pekerja industri Batik Sragen. Teknik sampling quota
random sampling. Sampel sebanyak 50 orang diukur tingkat risiko keparahan gangguan muskuloskeletalnya sebelum
dan sesudah menggunakan kursi ergonomis. Selanjutnya, dilakukan uji Wilcoxon test, McNemar test, dan Chi Square
test. Perbedaan tingkat risiko keparahan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis
(p=0,000). Terdapat perbedaan keluhan muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis
(p=0,035). Indeks massa tubuh teridentifikasi sebagai confounding factor karena terdapat hubungan yang signifikan
terhadap gangguan muskuloskeletal, baik sebelum maupun sesudah menggunakan kursi ergonomis (masing-masing
p=0.033 dan p=0.015). Melalui uji Ancova, confounding factor dikendalikan, diperoleh hasil uji yang tetap signifikan
(p=0,033). Kursi kerja ergonomis menurunkan risiko keparahan gangguan muskuloskeletal.
Abstract
Effectiveness of Ergonomic Chair to Musculosceletal Disorders among Female Batik Workers in Sragen.
Majority of female batik workers uses non-ergonomic chairs (dingklik), therefore having risks of
sufferingmusculoskeletal disorders. This study aims to design an ergonomic chair and to evaluate effectiveness of the
designed chair to the reduction of musculoskeletal disorders among female batik workers. This study used a quasiexperimental study, one group pre and post-test design). By quota sampling, 50 female batik workers were selected.
Musculoskeletal disorders were measured among the sample before and after using the designed ergonomic chair. The
workers were asked to use the chair for two months. T-test, ANCOVA, Wilcoxon test, McNemar test, and Chi Square
test were used for analyses. The study found a statistical significant difference of risk factor to musculoskeletal
disorders among female batik workers before and after the use of the designed ergonomic chairs (p=0,000). There was a
statistical significant difference of musculoskeletal disorders before and after using the ergonomic chair (p= 0,035). We
identified body mass index as a confounding factor. We found a statistical significant difference of musculoskeletal
disorders among the workers with body mass index <25 and >25 even before and after using ergonomic chair (p=0.033
and p=0.015 respectively). By ANCOVA statistical test, after controlling body mass index we identified a statistical
difference of musculoskeletal disorders before and after using the ergonomic chair (p=0.033). The designed ergonomic
chair is effective to reduce the risk of musculoskeletal disorders.
Keyword: Ergonomic chair, Musculosceletal disorders
Pendahuluan
Batik Indonesia telah dikategorikan sebagai
warisan budaya tak benda (intangible cultural
heritage) oleh UNESCO, dan telah diratifikasi melalui
Keputusan Presiden Nomor 78 tahun 2007 tentang
ratifikasi Konvensi UNESCO.Salah satu sentra industri
batik di Jawa Tengah terletak di Sragen yang menyerap
ribuan pekerja tersebar di berbagai kecamatan.
Produksi batik Sragen berupa: batik cap, batik tulis,
batik printing, dan cabut batik (kombinasi batik tulis
dan batik cetak) (Pemda Sragen, 2010).
Risiko bahaya kesehatan pada pekerja batik tulis
adalah sikap kerja duduk yang monoton dengan ukuran
tinggi tempat duduk terlalu rendah, sehingga pekerja
harus membungkuk saat bekerja. Hal tersebut
menunjukkan
ketidaksesuaian
ukuran
dimensi
antropometri pekerja dengan sarana kerjayang berisiko
timbulnya gangguan muskuloskeletal. Menurut
Helander (1995), posisi membungkuk dalam waktu
lama akan menyebabkan keluhan pada joint angle,
yang berkaitan dengan gangguan muskoluskeletal.
Untuk memberikan perlindungan terhadap pekerja
batik tulis tersebut dapat dilakukan melalui pendekatan
ergonomi dan kesehatan kerjaberupa penyesuaian
ukuran sarana kerja kerja dengan dimensi tubuh agar
muskuloskeletal tidak terganggu. Penelitian ini
bertujuan untuk mendesain kursi ergonomis dan
menilai efektifitas disain kursi terhadap gangguan
muskuloskeletal pekerja wanita batik tulis.
Metode Penelitian
Jenis penelitian eksperimental quasi dengan
pendekatan intervensi preventif. Desain penelitian
menggunakan rancangan perlakuan ulang (one group
pre and posttest design), dengan skema rancangan
penelitian tersaji pada Gambar 1.
Populasi penelitian adalah seluruh pekerja wanita
bagian batik tulis industri Batik di Kabupaten Sragen
berjumlah 300 hingga 600 orang. Teknik sampling
menggunakan quota random sampling, dengan terlebih
dulu ditentukan kriteria inklusi. Adapun kriteria
inklusinya adalah jenis kelamin wanita, pekerjaan
membatik, dan posisi kerja duduk menggunakan
dingklik dengan ukuran tinggi dibawah tinggi lutut
duduk. Dari populasi yang ada terlebih dahulu
ditentukan jumlah sampelnya selanjutnya dilakukan
random sampling pada populasi yang memenuhi syarat
yang diperoleh sampel sebanyak 50 orang. Penilaian
tingkat gangguan muskuloskeletal dilakukan sebelum
dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (kursi kerja
hasil rancangan). Lama waktu pemakaian kursi
ergonomis selama 2 bulan (September-Oktober 2012).
Untuk
menguji
perbedaan
gangguan
muskuloskeletal sebelum dan sesudah menggunakan
kursi ergonomis digunakan analisis statistik Wilcoxon
test. Untuk menguji ada atau tidaknya perbedaan
O1
(X)
O2
Statistik
Perancangan
Kursi
Ergonomis.
Dilakukan
pengukuran antropometri pada 50 orang sampel,
meliputi tinggi lutut duduk, jarak lekuk lutut sampai
garis punggung, lebar pinggul, dan tinggi punggung.
Selanjutnya diukur tingkat gangguan muskuloskeletal
pekerja dengan panduan Nordic Body Map.
Pemeriksaan gangguan muskuloskeletal dilakukan
sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis
hasil rancangan penelitian berdasarkan data ukuran
antropometri tenaga kerja.
Dasar perancangan menggunakandimensi tinggi
lutut duduk (persentil 5%), jarak lekuk lutut sampai
garis punggung (persentil 5%), lebar pinggul (persentil
95%), dan tinggi punggung (persentil 95%), serta
dihitung kelonggarannya.
Deskripsi Ruang Kerja. Jarak antar pekerja kurang
dari 1 meter, dengan alasan menghemat biaya untuk
penyediaan kompor dan wajan. Kompor dan wajan
berisi wax, satu kompor dan wajan digunakan 57orang, sehingga membatasi gerak tenaga kerja.
Pekerja melakukan gerakan monoton dengan posisi
kerja tidak ergonomis yaitu duduk sambil
membungkuk dalam waktu 7 jam sehari dan keadaan
tersebut telah berlangsung selamabertahun-tahun sesuai
dengan masa kerja masing-masing pekerja.
Deskripsi Kursi untuk Membatik (Dingklik).
Dingklikdigunakan oleh pekerja batik tulis (pembatik),
untuk duduk dalam bekerja. Disain dingklik yang
terlalu rendah menyebabkan posisi pekerja tidak
ergonomis (membungkuk) dan monoton. Dimensi ratarata ukuran dingklik, panjang 32,1 cm, lebar25,5 cm,
tinggi 14,4 cm, tanpa sandaran (Gambar 2).
2.
3.
4.
Tinggi Kursi,
ditentukan
berdasarkan data
Tinggi Lutut Duduk
Panjang kursi,
ditentukan
berdasarkan data
Jarak Lekuk-lutut
s/d Garis Punggung
Lebar Kursi,
ditentukan
berdasarkan data
Lebar Pinggul
Tinggi Sandaran,
ditentukan
berdasarkan data
Tinggi Punggung
Persent
il
5%
Ukur
an
(mm)
33,39
5%
38,74
95
%
39,73
95
%
42,46
Kelonggaran
Kebutuha
n
melurusk
an kaki
sebagai
penopang
kain pola
(Data
Tinggi
Lutut
Duduk 5.0 cm)
Deskripsi
Punggung
(cm)
30,10
44,60
39,46
35,73
42,46
Tinggi
Dingkli
k (mm)
Kursi
Kerja
(mm)
Tinggi
14,4
28,39
2
3
Panjang
Lebar
32,1
25,5
39,74
38,73
Sandaran
42,46
Bantalan
Tidak
ada
Tidak
ada
Seli
sih
(mm
)
13,9
9
7,64
13,2
3
-
Sepon
4,990
0,00
0
Sebelum
Sesudah
Gangguan Muskuloskeletal
Ada
Tidak Ada
Ganggua
Gangguan
n
33
17
6
44
Kesimpul
an
0,03
5
Signifika
n
Umur > 40 th
Umur < 40 th
Masa kerja > 8 th
Masa kerja < 8 th
IMT > 25 kg/m2
IMT < 25 kg/m2
Gangguan
Sebelum
Memakai Kursi
p
Kesimpulan
ergonomis
Ada
Tidak
Ada
9
9
0,073
Tidak
Signifikan
24
8
17
9
0,924
Tidak
Signifikan
16
8
16
3
0,033 Signifikan
17
14
Gangguan
Muskuloskeletal
Sebelum
Sesudah
Rerata
70,36
52,54
SD
6,394
8,888
F
4,806
p
0,033
Simpulan
Hasil rancangan kursi ergonomis untuk pekerja
wanita batik tulis di industri batik di kabupaten Sragen
berukuran tinggi 28.39cm, panjang 39.74 cm, lebar
38.73 mm, dan tinggi sandaran 42,46cm dengan spon
pada permukaan alas duduk. Kategori tingkat risiko
gangguan muskuloskeletal
pada pekerja yang
menggunakan dingklik menunjukkan kategori tinggi
66%, risiko sedang 15%, dan risiko rendah 40%.
Kategori tingkat risiko gangguan muskuloskeletal
pada pekerja sesudah memakai kursi ergonomis selama
2 bulan menunjukkan kategori risiko tinggi 6%, risiko
sedang 42% dan risiko rendah 46%. Ada perbedaan
tingkat keparahan risiko gangguan muskuloskeletal
sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p
< 0,05). Ada perbedaan gangguan muskuloskeletal
sebelum dan sesudah menggunakan kursi ergonomis (p
< 0,05). Faktor risiko yang bepengaruh terhadap
gangguan muskuloskeletal adalah indeks massa tubuh
(p < 0,05).
Untuk mengurangi gangguan muskuloskeletal
sebaiknya pekerja batik tulis menggunakan kursi kerja
yang ergonomis. Disamping itu, diharapkan adanya
program pengidealan berat badan, misalnya berolah
raga secara teratur, diet, dan sebagainya, serta
pembinaan kesehatan kerja dari Dinas Pemerintah
terkait.
Daftar Acuan
1. Pemda Sragen. Batik Sragen Berobsesi Tembus
Pasar Mancanegara. (internet) [diakses 1 Oktober
2012].
Dari:
http://info-sragen.blogspot.
com/2010/06/batik-sragen-berobsesi-tembus-pasar.
html.
2. Helander M, A guide to the ergonomics of
manufacturing. London: Taylor and Francis Ltd;
1995.
3. Tarwaka,
Ergonomi
Industri,
Dasar-dasar
Pengetahuan Ergonomi dan Aplikasi di Tempat
Kerja. Surakarta: Harapan Press Solo; 2010.