Vous êtes sur la page 1sur 7

Mud Logging

BAB III
MUD LOGGING
I . PENDAHULUAN
Observasi dan data yang dikumpulkan dari analisis hidrokarbon, digabungkan dengan drilling
rate dan deskripsi cutting, disusun dan dicatat sebagai fungsi kedalaman, disebut mud logging.
Kurva mud logging berisi data-data parameter pemboran seperti: ROP, WOB, RPM, SPM,
Depth, Type Bit, Jenis Gas, Total Gas, Fluoresensi, Deskripsi batuan dengan gambar notasi dan
presentasinya.

II. ANALISIS CUTTING


Minyak dan gas yang terdapat dalam batuan sedimen ditemukan terjebak antara butiran yang
menyusun batuan. Dalam proses pemboran sebuah sumur, batuan dihancurkan oleh bit, batuan
pecah menjadi potongan2 kecil disebut cuttings.
Cutting dibawa ke permukaan oleh fluida pemboran dan diteliti untuk mengetahui beberapa hal
yang penting, antara lain ada tidaknya hidrokarbon.
Contoh cutting diambil pada interval kedalaman yang tetap. Cara menentukan cutting yang
keluar dari kedalaman tertentu, lihat kembali kuliah Pemboran. Interval kedalaman yang
dianalisa tergantung daerah geologi yang sedang dieksplorasi, apakah wildcat atau sumur
pengembangan, laju penetrasi, kebutuhan konsumen, dll. Pada umumnya interval sampling
bervariasi dari 5 sampai 100.Sampel yang diperoleh dibersihkan melalui alat penyaring untuk
mendapatkan butiran2 sedimen. Kemudian sampel ini dipelajari litologinya dengan memakai
mikroskop dan diteliti di bawah sinar UV untuk memeriksa penampakan minyak / gas.
Secara garis besar penelitian ditekankan pada :
1. Deskripsi Litologi
2. Penampakan minyak / gas
3. Evaluasi formasi

II.1. DESKRIPSI LITOLOGI


Untuk menghindari kesalahan pemakaian singkatan dalam mendeskripsikan batuan, sebuah
format telah dirangkum dari berbagai macam publikasi, termasuk dari Bulletin of the American
Analisis Well Log

3-1

Mud Logging
Association of Petroleum Geologist dan the Oklahoma Geological Survey Guide-Book XIV :
Logging Drill Cuttings, by J. D. Maher.
Berikut ini adalah panduan mendeskripsikan batuan dengan menggunakan singkatan .
1. BATUAN UTAMA (PRINCIPAL LITHOLOGY)
Limestone, sandstone, sand, shale, siltstone, dll.
2. WARNA (COLOR)
Grey, black, brown, light brown, dark grey, clear, milky, dan lain sebagainya.
(Range warna juga dapat dideskripsikan dengan istilah misalnya : medium to dark
brown, medium to dark grey, dan sebagainya. Warna yang lebih dominan
disebutkan dahulu).
3. BUTIRAN ATAU UKURAN KRISTAL (GRAIN OR CRYSTAL SIZE)
Pendeskripsian dimulai dari butiran yang berukuran lebih kecil dahulu.
Ukuran butir (Grain size): very fine grained, medium grained, coarse grained, fine grained,
fine to medium grained, medium to coarse grained, dan sebagainya.
Ukuran kristal (Crystal size): very fine to fine, medium, coarse, fine, dan sebagainya.
Deskripsi ukuran butir di atas tidak dapat diaplikasikan pada ukuran partikel yang lebih kecil
dari very fine grained, misalnya : shale, silt, clay, siltstone, claystone, mudstone, noncrystalline limestone, dll.
4. BENTUK PARTIKEL (PARTICLE SHAPE)
Angular, sub-angular, sub-rounded, rounded, well-rounded, atau kombinasi lainnya dari
bentuk bentuk yang disebutkan di atas. (Tidak dapat diaplikasikan pada partikel yang lebih
kecil dari very fine grained).
5. PEMILAHAN (SORTING)
Well sorted, moderately sorted, poorly sorted, atau kombinasi lainnya. (Tidak dapat
diaplikasikan pada partikel yang lebih kecil dari very fine grained).
6. DERAJAT KONSOLIDASI (DEGREE OF CONSOLIDATION)
Well consolidated, moderately consolidated, poorly consolidated, unconsolidated, atau
kombinasi derajat yang disebutkan di atas.
7. PRINCIPAL LTHOLOGIC MODIFIERS

Analisis Well Log

3-2

Mud Logging
Sandy, silty, calcareous, argillaceous, carbonaceous, dll. Pendeskripsian bagian ini harus
menggunakan kata sifat. Kata-kata seperti very atau slightly boleh digunakan untuk
menyatakan sifat yang ekstrim dari cutting yang dideskripsikan.
8. MATRIKS ATAU SEMEN (MATRIX OR CEMENT)
Clay matrix, ferruginous cement, calcareous cement, dll.Perlu diketahui bahwa siliceous
cement diasumsikan hadir bila tidak disebutkan secara spesifik.
9. PENANDA BATUAN (LITHOLOGIC REMARK)
Styolitic, fossiliferous, shell fragments, fissile, oil stained, dll. Mineral yang hadir dalam
jumlah sedikit juga dideskripsikan di sini.
10. POROSITAS (POROSITY)
Good fracture porosity, slightly intercrystaline porosity, vuggy porosity, chalky porosity, dll.
Untuk porositas, ada singkatan yang lazim digunakan yaitu X untuk menyatakan interparticle, dan O untuk menyatakan intra-particle.
11. PENAMPAKAN HIDROKARBON (HIDROCARBON SHOWS)
a. Stain quality and color
Misalnya good light brown oil stain.
b. Sample fluorescence quality and color
Misal slight light yellow sample fluorescence.
c. Cut quality, color, and type
Misal slight light brown crush cut.
d. Cut fluorescence, speed, quality, color and type
Misal fair bluish-white slow streaming cut fluorescence.
e. Residue description and remarks
Misal light brown residue of light oil.

Di bawah ini ada contoh pendeskripsian cutting dengan menggunakan singkatan yang sudah
disepakati bersama.
Contoh deskripsi :
Sandstone

: buff to white, fine grained, sub rounded to sub angular, poorly sorted, well

consolidated, silty, calcareous cement, traces of pyrite, slightly interparticle porosity, slight

Analisis Well Log

3-3

Mud Logging
light brown oil stain, bright yellow sampel fluorescence, slow light brown crush cut, light
yellow crush cut fluorescence, light brown residue of light oil.
Shale

: medium grey to dark grey, firm, slightly calcareous, fossiliferous.

Limestone : cream to white, hard, with some fine crystalline calcite, slight intercrystalline
porosity.
Traces of anhydrite and shell fragments.

Contoh singkatan hasil deskripsi diatas adalah:


Ss : bf-wh, fgr, sbrd-sbang, p srtd, w consol, slty, calc cmt, tr pyr, sl X por, sl lt brn o stn, bri yel
spl flor, slo lt brn crsh ct, lt yel crsh ct flor, lt brn resd lt o
Sh : m gy-dk gy, frm, sl calc, foss
Ls : crm-wh, hd, w/s/f xln calc,, sl intxln por
Tr : anhy & shl frag

Kebanyakan deskripsi di lapangan, tidak selengkap contoh diatas, karena sulit untuk
memasukkan semua analisa ke dalam satu contoh deskripsi. Contoh tersebut hanya
mengilustrasikan bagian dari deskripsi batuan yang digunakan sebagai panduan.
Untuk lebih rinci mengenai deskripsi batuan ini dapat membaca buku panduan seperti yang
tercantum diatas atau dari referensi.

II.2 PENAMPAKAN MINYAK/GAS


Minyak / gas jika disinari cahaya ultraviolet akan berfluoresensi. Fenomena ini digunakan untuk
mendeteksi kehadiran hidrokarbon dalam cutting. Cutting yang sudah bersih diletakkan dalam
piringan, kemudian dimasukan ke dalam kotak yang telah dilengkapi lampu ultraviolet. Jika ada
hidrokarbon maka cutting akan berfluoresensi. Bila cutting tak berpendar, sementara diduga ada
kandungan minyak, maka tambahkan pelarut organik seperti tetraklorida, kloroetana. Pelarutpelarut ini dapat mencapai hidrokarbon yang ada di sela-sela batuan, sehingga sampel akan
berpendar. Inilah yang disebut cut.
Sejumlah mineral dan batu permata juga berfluoresensi. Untuk membedakan fluoresensi
hidrokarbon dengan mineral, tes fluoresensi dan cut perlu dilakukan. Fluoresensi mineral tidak
memberikan cut.

Analisis Well Log

3-4

Mud Logging

II.2.1. Fluoresensi
Secara umum warna fluoresensi dari sampel hasil pemboran akan mengikuti gravity fluida. Gas
kering pada skala besar tidak memiliki fluida yang berfluoresensi. Cairan kondensat akan terlihat
sangat biru pucat dan hilang (1-5 menit) jika pasirnya tidak rapat.

Semakin kandungan

kondensat bertambah, maka fluoresensi biru menjadi lebih terang dan kadang- kadang berwarna
biru perak. Lamanya waktu fluoresensi yang terlihat membantu menentukan kandungan fluida.
Jika gravity turun hingga 450 API, fluoresensi berubah dari biru ke kuning. Di bawah 350 API,
fluoresensi akan semakin kuning. Warna kuning lebih diasosiasikan sebagai minyak asphaltic.
Persentase fluoresensi membantu mengevaluasi penampakan tersebut, terutama ketika jumlah
pasir yang banyak dalam sampel sedangkan fluoresensinya rendah, hal ini mengindikasikan air
asin.
Secara umum fluoresensi dideskripsi sbb :
1. Warna (Color) : golden, light yellow, straw, light blue
2. Kadar (Degree) : excellent, good, fair, poor
3. Keseragaman (uniform) : fluoresensi seragam dalam semua cutting
Sebaran (scattered)

: fluoresensi seragam pada beberapa cutting

Spotted (bintik)

: fluoresensi spotty pada semua cutting

Sebaran dan bintik (scattered and spotted) : fluoresensi berbintik pada semua cutting

II.2.2.Cut
Pencucian cutting dengan cairan pelarut di bawah sinar ultra violet memberikan hasil yang
membantu. Jika terlihat ada cut yang cukup kuat (sering disebut blossom) maka perlu
dicantumkan pada penilaian penampakan hidrokarbon.

Secara umum cut dideskripsikan sbb:


Good Cut

: light amber to light straw strings

Faint Cut

: amber ring after evaporation

Very Faint Cut : faint ring after evaporation


No Cut

: hasil tes negatif

Kadar (Degree) : poor, fair, good, excellen

Analisis Well Log

3-5

Mud Logging

II.2.3. Jenis Penampakan


Minyak memberikan pendaran (fluoresensi) biru terang, biru kekuningan, kuning atau keemasan.
Untuk gas berat pembacaan dari kromatograf perlu disertakan, jika pada kromatograf ada gas
berat, sedangkan di cutting tak ada, hal ini menunjukkan batu pasir yang rapat berisi minyak atau
air dengan residual oil. Karena alat kromatograf dapat memberikan kesalahan pembacaan akibat
bervariasinya kondisi pori, sehingga perlu dilengkapi dengan sinar ultra violet untuk
membedakan tipe penampakan hidrokarbon pada sampel.
Kondensat gas memberikan fuoresensi dari warna biru pucat hingga biru perak cerah, dan akan
berkurang intensitasnya saat sampel ditempatkan pada ruang dan temperatur kamar.

III. TRANSPORTASI CUTTING KE PERMUKAAN


Cutting merupakan serpihan batuan yang diperoleh saat proses pengeboran berlangsung. Cutting
yang diperoleh dibawa ke permukaan oleh lumpur pemboran melalui annulus antara drillpipe
dan dinding lubang. Waktu yang diperlukan cutting untuk sampai ke permukaan diukur dan
dipergunakan untuk beberapa tujuan. Waktu untuk cutting sampai ke permukaan ini disebut lag
time. Perhitungan lag time dipelajari pada Mata Kuliah Teknik Pemboran I.
Lag time memegang peranan penting untuk menentukan dari batuan formasi mana asal cutting
yang diperoleh. Selanjutnya, dengan diketahuinya lokasi batuan formasi dimana cutting berasal,
deskripsi cutting akan memberikan informasi tentang sifat-sifat batuan formasi yang ditembus
bit dimana cutting tersebut diperoleh. Deskripsi yang dilakukan salah satunya adalah mengenai
penampakan minyak dan gas pada suatu batuan formasi. Dengan demikian, data cutting dapat
digunakan sebagai cross-check dan validasi terhadap data logging apakah suatu formasi
mengandung hidrokarbon atau hanya air.
Sering ditemukan suatu formasi di bawah formasi yang diproduksi yang diperkirakan
mengandung air ternyata memproduksi hidrokarbon saat diperforasi. Kelakuan lapisan formasi
yang demikian tidak terdeteksi dalam kurva log. Log resisitivitas akan memberikan alur kurva
yang hampir datar pada kisaran nilai resistivitas yang rendah (resistivitas rendah biasa
diinterpretasikan sebagai air/non-hidrokarbon). SP log dan GR log juga tidak memberikan
deviasi kurva yang cukup berarti, sedangkan log porositas memberikan hasil yang menyatakan
bahwa zona tersebut adalah zona non-hidrokarbon (air). Dalam hal ini, secara cepat dan

Analisis Well Log

3-6

Mud Logging
sederhana, fenomena semacam ini dapat dijelaskan dengan data cutting yang berasal dari lapisan
formasi tersebut. Meskipun resisitivitasnya rendah, namun penampakan minyak dan gas tidak
mustahil ditemukan pada cutting dari lapisan tersebut. Selanjutnya, lapisan yang mengalami
fenomena ini disebut zona dengan Low Resistivity.

Analisis Well Log

3-7

Vous aimerez peut-être aussi