Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
REFERAT
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
HERNIA
Disusun oleh :
(1410029037)
Dosen Pembimbing:
dr. Isti Lukita .,Sp.B
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau
kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
Terdapat 4 lokasi hernia yang umum ditemukan, yaitu : umbilikalis, insisional,
femoralis, dan inguinalis (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012). Sebanyak 75% hernia
dinding abdomen muncul pada inguinal (Brunicardi, 2010). Hampir semua hernia harus
diterapi dengan operasi. Karena potensinya menimbulkan komplikasi inkarserasii atau
strangulasi lebih berat dibandingkan resiko yang minimal dari operasi hernia (khususnya
bila menggunakan anastesi local). Khusus pada hernia femoralis, tepi kanalis femoralis
yang kaku meningkatkan resiko terjadinya inkarserasi.
1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk memperdalam keilmuan mengenai hernia
dan mengetahui bagaimana tatalaksana yang diperlukan terhadap berbagai kasus hernia
sebagai dokter umum.
BAB 2
ISI
3.1 Batasan Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut
(Sjamsuhidayat & De Jong, 2010). Hernia terjadi ketika ada bagian organ internal yang
menonjol keluar melalui lubang abnormal pada dinding kavitas (rongga) yang mengelilingi
organ tersebut (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012).
3.2 Anatomi
Dinding abdomen dibatasi oleh tepi bagian bawah costae pada bagian superior,
inferior dibatasi oleh simfisis pubis dan tulang pelvis, sedangkan bagian posterior dibatasi
oleh kolumna vertebra (Brunicardi, 2010).
Gambar 5. m. Oblique
* m. Oblique internus
Musculus oblique abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .
Bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis
transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon.
(Suprohaita, Wardhani, & Setiowulan, 2000).
* Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari m. transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan, satu
terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar
dari tendon m. transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea
semilunaris (Bhatia & John, 2003) (Burhitt & Quick, 2003).
* Ligamentum Cooper
7
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh
ramus pubis dan fascia (Bhatia & John, 2003).
* Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan
saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous
femoral lateral dan nervus genitofemoral. Nervus cutaneous femoral lateral berasal dari
serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang
permukaan anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melalui
perlekatan sebelah lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior (Burhitt
& Quick, 2003).
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari
L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang
genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk
ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui
preperitoneal space dari caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan
lemak sangat bervariasi (Suprohaita, Wardhani, & Setiowulan, 2000) (Bhatia & John,
2003).
Hernia Insisional
Hernia insisional (ventralis) terjadi pada bekas luka operasi dan biasanya di sepanjang
insisi vertical. Hernia ini dapat disebabkan oleh kelemahan dinding abdomen yang
mungkin terjadi karena infeksi atau penyembuhan luka yang terganggu. Nutrisi yang tidak
adekuat, distensi abdomen yang ekstrem atau obesitas juga merupakan faktor predisposisi
hernia insisional. Palpasi hernia insisional dapat mengungkapkan beberapa defek pada
jaringan parut operasi. Tindakan bedah untuk memperbaikinya memerlukan penarikan
semua lapisan dinding abdomen secara bersama-sama tanpa menimbulkan tegangan. Jika
hal ini tidak mungkin dilakukan, tindakan bedah rekonstruksi akan menggunakan jaringan
Teflon, marlex mesh, atau tantalum mesh untuk menutup lubang hernia tersebut (Kowalak,
Welsh, dan Mayer, 2012).
Hernia Femoralis
9
Hernia femoralis terjadi melewati kanal femoralis. Secara khas, terdapat endapan lemak di
dalam kanalis femoralis yang melebarkan kanalis tersebut dan akhirnya membuat lubang
yang cukup besar untuk menampung bagian peritoneum serta kandung kemih. Hernia
femoralis akan terlihat sebagai massa atau benjolan pada tempat terabanya denyutan arteri
femoralis yang besar. Biasanya hernia ini teraba sebagai massa yang lunak, lentur, dapat
direposisi, dan tidak terdapat nyeri tekan, tetapi sering mengalami inkarserasi atau
strangulasi (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012). .
Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis dapat meliputi direk atau indirek.
menyebabkan penonjolan organ visera abdomen melalui annulus inguinalis dan mengikuti
funikulus spermatikus (pada laki-laki) atau ligamentum teres uteri (pada wanita). Hernia
inguinalis direk terjadi karena kelemahan pada dasar kanalis inguinalis yang berupa fasia
(Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012).
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri, mengedan, batuk, dan hal lain yang dapat meningkatkan
tekanan intraabdomen. Usus kembali masuk jika berbaring atau direposisi, tadak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali
dalam rongga perut, herni disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada pritoneum kantong hernia.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh isi
hernia sehingga isi kantong terperngkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut.
Akibatnya terjadi ganggua pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan dengan hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya gangguan
vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan
mulai dari bendungan sampai nekrosis.
3.4 Diagnosis
10
3.4.1 Anamnesis
Pertanyaan terkait benjolan yang muncul berupa:
- site, dimana muncul benjolan tersebut?
- onset waktu
- karakteristik benjolan, apakah teraba lunak?keras? apakah hilang timbul?sulit atau
mudah digerakkan?
- saat aktivitas apa timbul benjolan, dan saat aktivitas apa benjolan hilang?
-apakah benjolan disertai rasa nyeri?apakah disertai demam?mual?muntah?
bagaimana pola miksi dan defekasi?
-apakah benjolan mengganggu aktifitas sehari-hari?
11
sisi jari telunjuknya, tipe hernia yang terjadi adalah hernia inguinalis direk
(medialis) (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012).
3. Thumb Test
Pemeriksaan dilakukan menggunakan ibu jari pemeriksa. Annulus internus pasien
ditekan menggunakan ibu jari pemeriksa dan pasien diminta untuk batuk atau
12
meneran. Jika keluar benjolan berarti hernia inguinalis medialis dan jika tidak
keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.
Non-operatif
Definitive terapi untuk hernia adalah tindakan operatif. Namun beberapa tindakan
konservatif dapat dilakukan untuk mengurangi gejala akibat hernia seperti nyeri. Salah
satunya adalah dengan recumbent position agar isi hernia dapat kembali sendiri (Brunicardi
et al, 2010). Tindakan ini dilakukan pada beberapa keadaan seperti : hernia pada bayi, yang
13
sebelumnya reponible, dan tidak disertai tanda-tanda terjadinya strangulasi (Kumar &
Clark, 2007). Tindakan reposisi dilakukan dengan memposisikan pasien berbaring dengan
posisi Trendelenburg (Primary Surgery Online, 2008). Diharapkan hernia dapat tereposisi
dengan sendirinya. Apabila tidak terjadi reposisi spontan maka dilakukan maneuver untuk
mereposisi. Sebelumnya pasien perlu diberikan anastesi. Lalu diberikan ice pack. Untuk
mengembalikan isi hernia kembali ketempat semula dapat dilakukan pendorongan (taksis)
hernia sac menelusuri kanalis inguinalis. Diperlukan pengalaman untuk melakukan teknik
ini. Tindakan manipulasi yang berlebihan justru dapat memperparah keadaan saluran
pencernaan yang terjebak atau mungkin dapat terjadi pengurangan isi hernia namun tetap
terjadi strangulasi secara progresif karena tindakan yang dilakukan tidak tepat (Kumar &
Clark, 2007). Metode ini tidak boleh dilakukan pada hernia yang sudah mengalami
strangulasi (Nick, 2013). Apabila tindakan ini berhasil, maka pasien selanjutnya
direncanakan untuk ditatalaksana secara operatif dalam waktu enam jam . Apabila telah
dilakukan tindakan reposisi 1-2 kali dan tidak berhasil, maka perlu dikonsultasikan kepada
dokter bedah (Nick, 2013).
Selain itu, juga ada metode dengan pemakaian bantalan penyangga atau elastic belt
yang telah digunakan sejak dahulu kala oleh bangsa Babylon dan Mesir (Nick, 2013).
Bantal penyangga ini bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih dapat terjadi (Kumar & Clark,
2007).
Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.
Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
atas herniotomi dan hernioplasti (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
14
dibuka
dan
isi
hernia
dibebaskan
kalau
ada
perlekatan,
kemudian
direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Sedangkan pada
hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya
residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti, seperti
memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat
fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan M.transversus internus abdominis dan
m.obliqus obliqus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa,
m.transversus abdominis, m. obliqus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada
metode McVay (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010). Selain itu ada juga yang disebut
herniorraphy. Teknik ini terdiri dari : restorasi anatomi apabila ada kelainan, memperkuat
dinding abdomen, dan memperbaiki barrier agar tidak terjadi rekurensi (Kumar & Clark,
2007).
15
Gambar 11. Teknik operasi hernia A. Insisi transversal. B. Insisi curved. C. Insisi mengikuti
aponeurosis m.oblikus eksternus. D. Buka canalis inguinalis dan mobilisasi korda spermatika. E.
Fiksasi korda spermatika dan identifikasi annulus internus dan fascia transversa. F. Diseksi hernia
sac ukuran medium. G. Invaginasi hernia sac. H. Complete dissection hingga mnedekati annulus
internus. I. Hernia sac setelah transeksi (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
16
18
19
Hernia Femoralis
20
Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit
anulus femoralis. Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi
keduanya. Pendekatan krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan.
Pendekatan inguinal dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding
posteriornya biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada lelaki lebih
sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia
femoralis inkarserata, hernia residif, atau kombinasi dengan hernia inguinalis. Pada
pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentum
inguinale ke ligamentum Cooper. Pada teknik Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum
inguinale dijahitkan ke ligamentum lakunare Gimbernati (Sjamsuhidayat & De Jong,
2010).
Hernia Umbilikalis
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm; umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum
bayi berumur 6 bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk
mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan,
kemudian memancangnya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula
digunakan uang logam yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi
rongga perut. Bila sampai usia satu setengah tahun hernia masih menonjol, umumnya
diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi
spontan dan lebih sukar diperoleh pentupan dengan tindakan konservatif (Sjamsuhidayat
& De Jong, 2010).
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi
khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan diindikasikan
dalam bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm, dan dalam
semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih tetap ada pada usia 3 atau 4 tahun
(Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
21
Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri
dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia
umbilikalis besar, lebih suka ditangani dengan prostesis yang mirip dengan perbaikan
prostesis untuk hernia insisional (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada
anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas, atau asites merupakan faktor
predisposisi. Perbandingan antara lelaki dan perempuan kira-kira 1:3. Diagnosis mudah
dibuat seperti halnya pada anak-anak. Inkarserasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan
anak-anak. Terapi hernia umbilkalis pada orang dewasa hanya operatif (Sjamsuhidayat
& De Jong, 2010).
Operasi darurat
Operasi ini dibutuhkan untuk hernia dengan kondisi obstruksi dan strangulasi.
Anastesi yang digunakan adalah anatesi general, atau pada beberapa kasus dapat dilakukan
anastesi epidural. Pada pasien yang belum mengalami iskemik, pembedahan inguinal dapat
mereposisi kembali isi hernia dan memperbaiki defek yang terjadi. Sedangkan pada hernia
yang sudah mengalami iskemik perlu dilakukan laparatomi. Kantung hernia dan isinya di
buka dan bagian yang mengalami konstriksi maupun sumbatan di lepaskan. Saluran
pencernaan maupun omentum yang mengalami iskemik dibuang. Pemberian antibiotik
broad spektrum dikarenakan adanya kemungkinan terjadinya translokasi bakteri (Kumar &
Clark, 2007).
22
BAB 3
KESIMPULAN
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek pada
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding abdomen.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dapat
dibedakan atas hernia bawaan atau congenital dan hernia didapat atau akuisita.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri, mengedan, batuk, dan hal lain yang dapat meningkatkan
tekanan intraabdomen. Usus kembali masuk jika berbaring atau direposisi, tadak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali
dalam rongga perut, herni disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada pritoneum kantong hernia.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh isi
hernia sehingga isi kantong terperngkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan dengan hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya gangguan
vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan
mulai dari bendungan sampai nekrosis.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak kedua
setelah operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan
penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.
23
DAFTAR PUSTAKA
A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 313-317
Brunicardi et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery. USA : McGraw-Hill
H G, Burhitt & O.R.G. Quick. 2003. Essential Surgery . Edisi III. Hal 348-356
Kowalak, Welsh, dan Mayer. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Kumar & Clark. (2007). Clinical Surgery, ed.2. Philadelphia: Elsevier.
Mark, A., Malangoni, M.D., Michael, J. Rosen, MD. (2007). Hernia. In Townsend,
Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston Textbook Of Surgery (The Biological Basis of
Modern Surgical Practice). Philadelphia: Elsevier.
Nicks, B.A. (2013). Emergency Department Care. Di akses 23 10, 2013, dari
Hernias Treatment
&
Management
:
http://emedicine.medscape.com/article/775630-treatment
P. Bhatia & S. J. John. 2003. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach). Edisi
I. New Delhi : Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute (Ebook, di akses 10 juli 2010)
R. Sjamsuhidajat & Wim . 2010. de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. Jakarta.
Zinner, MJ., Ashley, S.W. Maingots Abdominal Operations, ed.11. New York : McgrawHill .
24