Vous êtes sur la page 1sur 24

Laboratorium Ilmu Bedah

REFERAT

Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman

HERNIA

Disusun oleh :

Liny Rahma Ningtyas

(1410029037)

Dosen Pembimbing:
dr. Isti Lukita .,Sp.B

PROGRAM PROFESI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MULAWARMAN
RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA
2016

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut. Hernia
terdiri atas cincin, kantong dan isi hernia. Semua hernia terjadi melalui celah lemah atau
kelemahan yang potensial pada dinding abdomen yang dicetuskan oleh peningkatan
tekanan intraabdomen yang berulang atau berkelanjutan (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
Terdapat 4 lokasi hernia yang umum ditemukan, yaitu : umbilikalis, insisional,
femoralis, dan inguinalis (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012). Sebanyak 75% hernia
dinding abdomen muncul pada inguinal (Brunicardi, 2010). Hampir semua hernia harus
diterapi dengan operasi. Karena potensinya menimbulkan komplikasi inkarserasii atau
strangulasi lebih berat dibandingkan resiko yang minimal dari operasi hernia (khususnya
bila menggunakan anastesi local). Khusus pada hernia femoralis, tepi kanalis femoralis
yang kaku meningkatkan resiko terjadinya inkarserasi.

1.2 Tujuan
Tujuan penyusunan referat ini adalah untuk memperdalam keilmuan mengenai hernia
dan mengetahui bagaimana tatalaksana yang diperlukan terhadap berbagai kasus hernia
sebagai dokter umum.

BAB 2
ISI
3.1 Batasan Hernia
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari bagian muskulo-aponeurotik dinding perut
(Sjamsuhidayat & De Jong, 2010). Hernia terjadi ketika ada bagian organ internal yang
menonjol keluar melalui lubang abnormal pada dinding kavitas (rongga) yang mengelilingi
organ tersebut (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012).
3.2 Anatomi
Dinding abdomen dibatasi oleh tepi bagian bawah costae pada bagian superior,
inferior dibatasi oleh simfisis pubis dan tulang pelvis, sedangkan bagian posterior dibatasi
oleh kolumna vertebra (Brunicardi, 2010).

Gambar 1. Dinding Abdomen


Regio inguinal harus dipahami, pengetahuan tentang regio ini penting untuk terapi
operatif dari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentang posisi relatif dari saraf,
pembuluh darah dan struktur vas deferens, aponeurosis dan fascia (Bhatia & John, 2003).

Gambar 2. Regio Inguinal


* Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4
cm ke arah kaudal ligamentum inguinalis. Kanal melebar diantara cincin internal dan
eksternal. Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus.
Funikulus spermatikus terdiri dari serat-serat m. cremaster, pleksus pampiniformis, arteri
testicularis n ramus genital nervus genitofemoralis, duktus deferens, arteri cremaster,
limfatik, dan prosesus vaginalis (Suprohaita, Wardhani, & Setiowulan, 2000).
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis
inginalis berjalan dari lateral ke medial. Kanalis inguinalis dibangun oleh aponeurosis
obliquus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh ligamentum inguinal
dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis dibentuk oleh fascia
transversalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis inguinalis adalah bagian
paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah (Bhatia & John, 2003) (Burhitt
& Quick, 2003).

Gamar 3. Kanalis Inguinalis


Vasa epigastrica inferior menjadi batas superolateral dari trigonum Hesselbach.
Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum inguinal
menjadi batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct
hernia, sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect (Burhitt
& Quick, 2003).

Gambar 4. Segitiga Hesselbach's

* Aponeurosis Obliqus External


Aponeurosis m. obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan
profunda. Bersama dengan aponeorosis m. obliqus internus dan transversus abdominis,
mereka membentuk sarung rectus dan linea alba. external oblique aponeurosis menjadi
batas superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca
anterior superior ke tuberculum pubicum (Bhatia & John, 2003) (Burhitt & Quick, 2003).

Gambar 5. m. Oblique
* m. Oblique internus
Musculus oblique abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis .
Bagian medial dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis
transversus abdominis dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon.
(Suprohaita, Wardhani, & Setiowulan, 2000).

* Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari m. transversalis dan
aponeurosisnya. Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan, satu
terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis dari bagian luar; ia keluar
dari tendon m. transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord dan berikatan ke linea
semilunaris (Bhatia & John, 2003) (Burhitt & Quick, 2003).

Gambar 6. Fascia Transversalis

Gambar 7. Lapisan Dinding Abdomen

* Ligamentum Cooper
7

Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh
ramus pubis dan fascia (Bhatia & John, 2003).
* Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan
saraf. Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous
femoral lateral dan nervus genitofemoral. Nervus cutaneous femoral lateral berasal dari
serabut L2 dan L3 dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang
permukaan anterior otot iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melalui
perlekatan sebelah lateral ligamentum inguinal pada spina iliaca anterior superior (Burhitt
& Quick, 2003).
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari
L3. Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang
genital masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk
ke hiatus femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui
preperitoneal space dari caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan
lemak sangat bervariasi (Suprohaita, Wardhani, & Setiowulan, 2000) (Bhatia & John,
2003).

3.3 Hernia Abdominalis


8

Terdapat 4 lokasi hernia yang umum ditemukan, yaitu : umbilicalis, insisional,


femoralis, dan inguinalis.
Hernia Umbilikalis
Hernia umbilikalis terjadi karena struktur otot di sekitar tali pusat abnormal. Hernia ini
cukup sering dijumpai pada bayi baru lahir tetapi dapat pula terjadi pada wanita yang
gemuk atau yang hamil berkali-kali. Karena kebanyakan hernia umbilikalis pada bayi
menutup secara spontan, pembedahan benar-benar dapat dibenarkan hanya jika hernia
tersebut bertahan lebih dari empat atau lima tahun. Pemasangan plester atau perban di
daerah yang terkena atau upaya menyangga dengan sandat (truss) dapat mengurangi
keluhan serta gejala sampai hernia tersebut menutup. Hernia umbilikalis congenital yang
berat dapat membuat organ visera abdomen menonjol keluar dari tubuh. Keadaan ini
memerlukan pembedahan korektif segera (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012).

Hernia Insisional
Hernia insisional (ventralis) terjadi pada bekas luka operasi dan biasanya di sepanjang
insisi vertical. Hernia ini dapat disebabkan oleh kelemahan dinding abdomen yang
mungkin terjadi karena infeksi atau penyembuhan luka yang terganggu. Nutrisi yang tidak
adekuat, distensi abdomen yang ekstrem atau obesitas juga merupakan faktor predisposisi
hernia insisional. Palpasi hernia insisional dapat mengungkapkan beberapa defek pada
jaringan parut operasi. Tindakan bedah untuk memperbaikinya memerlukan penarikan
semua lapisan dinding abdomen secara bersama-sama tanpa menimbulkan tegangan. Jika
hal ini tidak mungkin dilakukan, tindakan bedah rekonstruksi akan menggunakan jaringan
Teflon, marlex mesh, atau tantalum mesh untuk menutup lubang hernia tersebut (Kowalak,
Welsh, dan Mayer, 2012).

Hernia Femoralis
9

Hernia femoralis terjadi melewati kanal femoralis. Secara khas, terdapat endapan lemak di
dalam kanalis femoralis yang melebarkan kanalis tersebut dan akhirnya membuat lubang
yang cukup besar untuk menampung bagian peritoneum serta kandung kemih. Hernia
femoralis akan terlihat sebagai massa atau benjolan pada tempat terabanya denyutan arteri
femoralis yang besar. Biasanya hernia ini teraba sebagai massa yang lunak, lentur, dapat
direposisi, dan tidak terdapat nyeri tekan, tetapi sering mengalami inkarserasi atau
strangulasi (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012). .
Hernia Inguinalis
Hernia inguinalis dapat meliputi direk atau indirek.

Hernia inguinalis indirek

menyebabkan penonjolan organ visera abdomen melalui annulus inguinalis dan mengikuti
funikulus spermatikus (pada laki-laki) atau ligamentum teres uteri (pada wanita). Hernia
inguinalis direk terjadi karena kelemahan pada dasar kanalis inguinalis yang berupa fasia
(Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012).
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri, mengedan, batuk, dan hal lain yang dapat meningkatkan
tekanan intraabdomen. Usus kembali masuk jika berbaring atau direposisi, tadak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali
dalam rongga perut, herni disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada pritoneum kantong hernia.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh isi
hernia sehingga isi kantong terperngkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut.
Akibatnya terjadi ganggua pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan dengan hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya gangguan
vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan
mulai dari bendungan sampai nekrosis.

3.4 Diagnosis
10

3.4.1 Anamnesis
Pertanyaan terkait benjolan yang muncul berupa:
- site, dimana muncul benjolan tersebut?
- onset waktu
- karakteristik benjolan, apakah teraba lunak?keras? apakah hilang timbul?sulit atau
mudah digerakkan?
- saat aktivitas apa timbul benjolan, dan saat aktivitas apa benjolan hilang?
-apakah benjolan disertai rasa nyeri?apakah disertai demam?mual?muntah?
bagaimana pola miksi dan defekasi?
-apakah benjolan mengganggu aktifitas sehari-hari?

3.4.2 Pemeriksaan Fisik


Pada pasien yang memiliki hernia yang besar, pemeriksaan fisik akan
mengungkapkan massa atau benjolan yang tampak nyata di daerah inguinal. Pada pasien
yang memiliki hernia yang kecil, daerah yang terkena mungkin hanya terlihat penuh
(distensi). Palpasi daerah inguinal sementara pasien melakukan perasat valsava akan
memastikan diagnosis hernia.
Beberapa pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan untuk menegakkan diagnosis
hernia:
1. Finger Test
Untuk menemukan hernia pada pasien laki-laki, kita dapat meminta pasien berdiri
dengan tungkai sisi ipsilateral sedikit difleksikan sehingga berat badannya bertumpu
pada tungkai yang lain. Pemeriksa lalu menusukkan jari telunjuknya ke bagian
bawah skrotum dan dengan menimbulkan invaginasi kulit skrotum, jari tersebut
didorong melalui annulus inguinalis eksterna sehingga mencapai annulus inguinalis
interna (panjang kanalis inguinalis sekitar 1 cm hingga 3 cm). kemudian minta
pasien untuk batuk. Jika pemeriksa merasa ada tekanan pada ujung jarinya, tanda
ini menunjukkan hernia inguinalis indirek (lateralis); jika tekanan tersebut terasa di

11

sisi jari telunjuknya, tipe hernia yang terjadi adalah hernia inguinalis direk
(medialis) (Kowalak, Welsh, dan Mayer, 2012).

Gambar 8. Finger Test


2. Ziemen Test
Dilakukan posisi pasien berbaring, bila ada benjolan masukkan terlebih dahulu
(oleh penderita). Hernia kanan diperiksa dengan tangan kanan, begitu pula
sebaliknya. Letakkan jari ke 2 di annulus internus, jari ke 3 di annulus eksternus
dan jari ke 4 di fossa ovalis. Penderita diminta untuk batuk atau meneran, bila ada
rangsangan pada:
- Jari ke 2 : hernia inguinalis lateralis
- Jari ke 3 : hernia inguinalis medialis
- Jari ke 4 : hernia femoralis

Gambar 9. Ziemen Test

3. Thumb Test
Pemeriksaan dilakukan menggunakan ibu jari pemeriksa. Annulus internus pasien
ditekan menggunakan ibu jari pemeriksa dan pasien diminta untuk batuk atau

12

meneran. Jika keluar benjolan berarti hernia inguinalis medialis dan jika tidak
keluar benjolan berarti hernia inguinalis lateralis.

Gambar 10. Thumb Test


3.5. Penatalaksanaan
Hernia merupakan kelainan dengan perjalanan progresif untuk menjadi irreponible,
obstruksi, hingga mengalami strangulasi seiring dengan berjalannya waktu. Sekitar 10%
dari hernia akan berlanjut menjadi strangulasi. Terlambatnya penatalaksanaan secara bedah
akan semakin memperbesar risiko terjadinya inkarserasi maupun strangulasi (Kumar &
Clark, 2007). Oleh karena itu, maka semua jenis hernia ditatalaksana secara operatif
(Zinner & Ashley, 2007). Beberapa kondisi yang mendukung untuk dilakukannya
penanganan operatif pada kasus hernia, yaitu : hernia inguinalis dengan neck yang sempit,
hernia femoral, dan hernia yang irreponible (Kumar & Clark, 2007).
Risiko untuk terjadi inkarserata meningkat drastis mulai dari munculnya manifestasi
klinis dari hernia. Hal ini dikarenakan defek yang masih kecil pada stadium awal. Sehingga
apabila ada organ yang terjebak kedalam hernia sac ini, maka akan lebih sulit untuk keluar
spontan. Seiring berjalannya waktu, defek yang terjadi akan semakin luas bersamaan
dikarenakan perubahan tekanan intraabdominal. Setelah 6 bulan berikutnya, risiko untuk
terjadinya inkarserasi berkurang dari 5% per tahun menjadi 2% (Zinner & Ashley, 2007).
Penatalaksanaan hernia terbagi menjadi dua macam, yaitu :
1

Non-operatif
Definitive terapi untuk hernia adalah tindakan operatif. Namun beberapa tindakan

konservatif dapat dilakukan untuk mengurangi gejala akibat hernia seperti nyeri. Salah
satunya adalah dengan recumbent position agar isi hernia dapat kembali sendiri (Brunicardi
et al, 2010). Tindakan ini dilakukan pada beberapa keadaan seperti : hernia pada bayi, yang
13

sebelumnya reponible, dan tidak disertai tanda-tanda terjadinya strangulasi (Kumar &
Clark, 2007). Tindakan reposisi dilakukan dengan memposisikan pasien berbaring dengan
posisi Trendelenburg (Primary Surgery Online, 2008). Diharapkan hernia dapat tereposisi
dengan sendirinya. Apabila tidak terjadi reposisi spontan maka dilakukan maneuver untuk
mereposisi. Sebelumnya pasien perlu diberikan anastesi. Lalu diberikan ice pack. Untuk
mengembalikan isi hernia kembali ketempat semula dapat dilakukan pendorongan (taksis)
hernia sac menelusuri kanalis inguinalis. Diperlukan pengalaman untuk melakukan teknik
ini. Tindakan manipulasi yang berlebihan justru dapat memperparah keadaan saluran
pencernaan yang terjebak atau mungkin dapat terjadi pengurangan isi hernia namun tetap
terjadi strangulasi secara progresif karena tindakan yang dilakukan tidak tepat (Kumar &
Clark, 2007). Metode ini tidak boleh dilakukan pada hernia yang sudah mengalami
strangulasi (Nick, 2013). Apabila tindakan ini berhasil, maka pasien selanjutnya
direncanakan untuk ditatalaksana secara operatif dalam waktu enam jam . Apabila telah
dilakukan tindakan reposisi 1-2 kali dan tidak berhasil, maka perlu dikonsultasikan kepada
dokter bedah (Nick, 2013).
Selain itu, juga ada metode dengan pemakaian bantalan penyangga atau elastic belt
yang telah digunakan sejak dahulu kala oleh bangsa Babylon dan Mesir (Nick, 2013).
Bantal penyangga ini bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih dapat terjadi (Kumar & Clark,
2007).

Operatif
Pengobatan operatif merupakan satu-satunya pengobatan rasional hernia inguinalis.

Indikasi operasi sudah ada begitu diagnosa ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri
atas herniotomi dan hernioplasti (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).

14

Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,


kantong

dibuka

dan

isi

hernia

dibebaskan

kalau

ada

perlekatan,

kemudian

direposisi. Kantong hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Sedangkan pada
hernioplasti dilakukan tindakan memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat
dinding belakang kanalis inguinalis. Hernioplasti lebih penting dalam mencegah terjadinya
residif dibandingkan dengan herniotomi. Dikenal berbagai metode hernioplasti, seperti
memperkecil anulus inguinalis internus dengan jahitan terputus, menutup dan memperkuat
fasia transversa, dan menjahitkan pertemuan M.transversus internus abdominis dan
m.obliqus obliqus internus abdominis yang dikenal dengan nama conjoint tendon ke
ligamentum inguinale Poupart menurut metode Bassini, atau menjahitkan fasia transversa,
m.transversus abdominis, m. obliqus internus abdominis ke ligamentum Cooper pada
metode McVay (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010). Selain itu ada juga yang disebut
herniorraphy. Teknik ini terdiri dari : restorasi anatomi apabila ada kelainan, memperkuat
dinding abdomen, dan memperbaiki barrier agar tidak terjadi rekurensi (Kumar & Clark,
2007).

15

Gambar 11. Teknik operasi hernia A. Insisi transversal. B. Insisi curved. C. Insisi mengikuti
aponeurosis m.oblikus eksternus. D. Buka canalis inguinalis dan mobilisasi korda spermatika. E.
Fiksasi korda spermatika dan identifikasi annulus internus dan fascia transversa. F. Diseksi hernia
sac ukuran medium. G. Invaginasi hernia sac. H. Complete dissection hingga mnedekati annulus
internus. I. Hernia sac setelah transeksi (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).

Beberapa teknik herniorraphy ((Brunicardi et al, 2010) (Sjamsuhidayat & De Jong,


2010):
1. Metode Bassini
Metode Bassini merupakan teknik herniorafi yang pertama dipublikasi tahun 1887.
Setelah diseksi kanalis inguinalis, dilakukan rekonstruksi dasar lipat paha dengan cara
mengaproksimasi muskulus obliqus internus, muskulus transversus abdominis, dan fasia
transversalis dengan traktus iliopubik dan ligamentum inguinale. Teknik dapat diterapkan,
baik pada hernia direk maupun indirek (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
Kelemahan teknik Bassini dan teknik lain yang berupa variasi teknik herniotomi
Bassini adalah terdapatnya regangan berlebihan dari otot-otot yang dijahit. Untuk
mengatasi masalah ini, pada tahun delapan puluhan dipopulerkan pendekatan operasi bebas
regangan. Pada teknik itu digunakan prostesis mesh untuk memperkuat fasia transversalis
yang membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke inguinal
(Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).

16

Gambar 12. Metode Bassini


2. Metode Shouldice
Prinsip metode ini adalah diseksi luas dan rekonstruksi kanalis ingunalis. Prinsip
dasar metode shouldice adalah seperti pada metode Bassini namun metode
Shouldice menggunakan teknik jahit jelujur pada beberapa lapisan. Keuntungan
metode ini adalah distribusi regangan yang merata pada beberapa lapisan dan
mencegah kekambuhan hernia lebih baik dibandingkan dengan jahitan terputus.

Gambar 13. Metode Shouldice


3. Metode McVay
17

Metode McVay (Coopers ligament) memiliki keuntungan untuk memperbaiki


hernia inguinalis sekaligus hernia femoralis. Tekniknya adalah dengan menjahitkan
fascia transversa, otot transverses abdominis, dan otot oblikus internus abdominis
ke ligamentum cooper.

Gambar 14. McVay Cooper repair

4. Lichtenstein Tension-Free Repair


Teknik operasi ini merupakan teknik hernioplasti bebas regangan, yaitu dengan
menggunakan mesh prosthesis untuk memperkuat fasia transversalis yang
membentuk dasar kanalis inguinalis tanpa menjahitkan otot-otot ke ligamentum
inguinalis (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).

18

Gambar 15. Lichtenstein Tension-Free Repair

Gambar 16. Teknik Perbaikan Menggunakan Mesh (Mark, et al, 2007)

19

Pada operasi hernia secara laparoskopi diletakkan prostesis mesh di bawah


peritoneum dinding perut (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
Pada hernia kongenital pada bayi dan anak-anak yang faktor penyebabnya adalah
prosesus vaginalis yang tidak menutup hanya dilakukan herniotomi karena anulus
inguinalis internus cukup elastis dan dinding belakang kanalis cukup kuat (Sjamsuhidayat
& De Jong, 2010).
Terapi operatif hernia bilateral pada bayi dan anak dilakukan dalam satu tahap.
Mengingat kejadian hernia bilateral cukup tinggi pada anak, kadang dianjurkan eksplorasi
kontralateral secara rutin, terutama pada hernia inguinalis sisnistra. Hernia bilateral pada
orang dewasa, dinajurkan melakukan operasi dalam satu tahap,kecuali jika ada
kontraindikasi (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
Kadang ditemukan insufisiensi dinding belakang kanalis inguinalis dengan hernia
inguinalis medialis besar yang biasanya bilateral. Dalam hal ini, diperlukan hernioplastik
yang dilakukan secara cermat dan teliti. Tidak satu pun teknik yang dapat menjamin bahwa
tidak akan terjadi residif. Yang penting diperhatikan ialah mencegah terjadinya tegangan
pada jahitan dan kerusakan pada jaringan. Umumnya dibutukan plastik dengan bahan
prostesis mesh misalnya (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
Terjadinya residif lebih banyak dipengaruhi oleh teknik reparasi dibandingkan
dengan faktor konstitusi.Pada hernia inguinalis lateralis penyebab residif yang paling sering
ialah penutupan anulus inguinalis internus yang tidak memadai, di antaranya karena diseksi
kantong yang kurang sempurna, adanya lipoma preperitoneal, atau kantung hernia tidak
ditemukan. Pada hernia inguinalis medialis penyebab residif umumnya karena tegangan
yang berlebihan pada jahitan plastik atau kekurangan lain dalam teknik (Sjamsuhidayat
& De Jong, 2010).

Hernia Femoralis

20

Operasi terdiri atas herniotomi disusul dengan hernioplastik dengan tujuan menjepit
anulus femoralis. Hernia femoralis dapat didekati dari krural, inguinal, atau kombinasi
keduanya. Pendekatan krural tanpa membuka kanalis inguinalis dipilih pada perempuan.
Pendekatan inguinal dengan membuka kanalis inguinalis sambil menginspeksi dinding
posteriornya biasanya dilakukan pada lelaki karena hernia femoralis pada lelaki lebih
sering disertai hernia inguinalis medialis. Pendekatan kombinasi dapat dipilih pada hernia
femoralis inkarserata, hernia residif, atau kombinasi dengan hernia inguinalis. Pada
pendekatan krural, hernioplastik dapat dilakukan dengan menjahitkan ligamentum
inguinale ke ligamentum Cooper. Pada teknik Bassini melalui regio inguinalis, ligamentum
inguinale dijahitkan ke ligamentum lakunare Gimbernati (Sjamsuhidayat & De Jong,
2010).

Hernia Umbilikalis
Bila cincin hernia kurang dari 2 cm; umumnya regresi spontan akan terjadi sebelum
bayi berumur 6 bulan; kadang cincin baru tertutup setelah satu tahun. Usaha untuk
mempercepat penutupan dapat dikerjakan dengan mendekatkan tepi kiri dan kanan,
kemudian memancangnya dengan pita perekat (plester) untuk 2-3 minggu. Dapat pula
digunakan uang logam yang dipancangkan di umbilikus untuk mencegah penonjolan isi
rongga perut. Bila sampai usia satu setengah tahun hernia masih menonjol, umumnya
diperlukan koreksi operasi. Pada cincin hernia yang melebihi 2 cm jarang terjadi regresi
spontan dan lebih sukar diperoleh pentupan dengan tindakan konservatif (Sjamsuhidayat
& De Jong, 2010).
Hernia umbilikalis umum pada bayi dan menutup secara spontan tanpa terapi
khusus jika defek aponeurosis berukuran 1,5 cm atau kurang. Perbaikan diindikasikan
dalam bayi dengan defek hernia yang diameternya lebih besar dari 2,0 cm, dan dalam
semua anak dengan hernia umbilikalis yang masih tetap ada pada usia 3 atau 4 tahun
(Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).

21

Perbaikan klasik untuk hernia umbilikalis adalah hernioplasti Mayo. Operasi terdiri
dari imbrikasi vest-over-pants dari segmen aponeurosis superior dan inferior. Hernia
umbilikalis besar, lebih suka ditangani dengan prostesis yang mirip dengan perbaikan
prostesis untuk hernia insisional (Sjamsuhidayat & De Jong, 2010).
Hernia umbilikalis pada orang dewasa merupakan lanjutan hernia umbilikalis pada
anak. Peninggian tekanan karena kehamilan, obesitas, atau asites merupakan faktor
predisposisi. Perbandingan antara lelaki dan perempuan kira-kira 1:3. Diagnosis mudah
dibuat seperti halnya pada anak-anak. Inkarserasi lebih sering terjadi dibandingkan dengan
anak-anak. Terapi hernia umbilkalis pada orang dewasa hanya operatif (Sjamsuhidayat
& De Jong, 2010).

Operasi darurat
Operasi ini dibutuhkan untuk hernia dengan kondisi obstruksi dan strangulasi.
Anastesi yang digunakan adalah anatesi general, atau pada beberapa kasus dapat dilakukan
anastesi epidural. Pada pasien yang belum mengalami iskemik, pembedahan inguinal dapat
mereposisi kembali isi hernia dan memperbaiki defek yang terjadi. Sedangkan pada hernia
yang sudah mengalami iskemik perlu dilakukan laparatomi. Kantung hernia dan isinya di
buka dan bagian yang mengalami konstriksi maupun sumbatan di lepaskan. Saluran
pencernaan maupun omentum yang mengalami iskemik dibuang. Pemberian antibiotik
broad spektrum dikarenakan adanya kemungkinan terjadinya translokasi bakteri (Kumar &
Clark, 2007).

22

BAB 3
KESIMPULAN
Hernia merupakan prostusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek pada
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan. Pada hernia abdomen, isi perut menonjol
melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskulo-aponeurotik dinding abdomen.
Hernia terdiri atas cincin, kantong, dan isi hernia. Berdasarkan terjadinya hernia dapat
dibedakan atas hernia bawaan atau congenital dan hernia didapat atau akuisita.
Menurut sifatnya, hernia dapat disebut hernia reponibel bila isi hernia dapat keluar
masuk. Usus keluar jika berdiri, mengedan, batuk, dan hal lain yang dapat meningkatkan
tekanan intraabdomen. Usus kembali masuk jika berbaring atau direposisi, tadak ada
keluhan nyeri atau gejala obstruksi usus. Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali
dalam rongga perut, herni disebut hernia ireponibel. Ini biasanya disebabkan oleh
perlekatan isi kantong pada pritoneum kantong hernia.
Hernia disebut hernia inkarserata atau hernia strangulata bila isinya terjepit oleh isi
hernia sehingga isi kantong terperngkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut.
Akibatnya terjadi gangguan pasase atau vaskularisasi. Secara klinis hernia inkarserata lebih
dimaksudkan dengan hernia ireponibel dengan gangguan pasase, sedangkan gangguan
vaskularisasi disebut sebagai hernia strangulata. Pada keadaan sebenarnya gangguan
vaskularisasi telah terjadi pada saat jepitan dimulai, dengan berbagai tingkat gangguan
mulai dari bendungan sampai nekrosis.
Operasi darurat untuk hernia inkarserata merupakan operasi terbanyak kedua
setelah operasi darurat untuk apendisitis. Selain itu, hernia inkarserata merupakan
penyebab obstruksi usus nomor satu di Indonesia.

23

DAFTAR PUSTAKA
A. Mansjoer, Suprohaita, W.K. Wardhani, W. Setiowulan. 2000. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi III, Jilid II. Jakarta : Penerbit Media Aesculapius, Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. Hal 313-317
Brunicardi et al. 2010. Schwartzs Principles of Surgery. USA : McGraw-Hill
H G, Burhitt & O.R.G. Quick. 2003. Essential Surgery . Edisi III. Hal 348-356
Kowalak, Welsh, dan Mayer. 2012. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Kumar & Clark. (2007). Clinical Surgery, ed.2. Philadelphia: Elsevier.
Mark, A., Malangoni, M.D., Michael, J. Rosen, MD. (2007). Hernia. In Townsend,
Beauchamp, Evers, Mattox, Sabiston Textbook Of Surgery (The Biological Basis of
Modern Surgical Practice). Philadelphia: Elsevier.
Nicks, B.A. (2013). Emergency Department Care. Di akses 23 10, 2013, dari
Hernias Treatment
&
Management
:
http://emedicine.medscape.com/article/775630-treatment
P. Bhatia & S. J. John. 2003. Laparoscopic Hernia Repair (a step by step approach). Edisi
I. New Delhi : Global Digital Services, Bhatia Global Hospital & Endosurgery
Institute (Ebook, di akses 10 juli 2010)
R. Sjamsuhidajat & Wim . 2010. de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC. Jakarta.
Zinner, MJ., Ashley, S.W. Maingots Abdominal Operations, ed.11. New York : McgrawHill .

24

Vous aimerez peut-être aussi