Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Pengaruh sistemik akibat kehilangan darah berkaitan langsung dengan
volume darah yang keluar dari pembuluh darah. Ketika sebagian besar volume
darah dalam sirkulasi hilang, seperti pada trauma masif, penderita dapat sangat
cepat meninggal karena perdarahan. Penderita dapat mengalami perdarahan tanpa
ada petunjuk perdarahan eksternal sama sekali. Ini terjadi jika darah yang keluar
dari pembuluh terkumpul dalam rongga tubuh yang besar seperti rongga pleura
atau rongga peritoneum. Jenis perdarahan internal yang mematikan ini sering
sekali terjadi pada cidera yang berat, yang menyebabkan ylang iga patah dan
mengoyak paru atau jika trauma abdomen mengakibatkan rupture limpa atau hati.
Volume perdarahan juga dapat memberikan pengaruh yang berkaitan dengan laju
terjadinya kehilangan darah. Kehilangan volume darah yang lebih besar dapat
ditoleransi lebih baik jika terjadi sedikit demi sedikit daripada terjadi secara cepat
dalam jumlah yang besar.1
Syok bukanlah suatu diagnosis. Syok merupakan kegagalan sirkulasi tepi
menyeluruh yang mengakibatkan hipoksia jaringan. Kematian akibat syok terjadi
bila kejadian ini menyebabkan gangguan nutrisi dan metabolisme sel.2
Syok bersifat progresif dan terus memburuk. Lingkaran setan dari
kemunduran yang progresif akan mengakibatkan syok jika tidak ditangani secara
agresif selagi dini. Terapi syok bertujuan memperbaiki gangguan fisiologis dan
menghilangkan faktor penyebab. Respon terhadap terapi awal, digabung dengan
penemuan saat melakukan primary survey dan secondary survey, biasanya
memberikan cukup informasi untuk menentukan penyebab syoknya. Perdarahan
merupakan penyebab syok yang paling sering ditemukan pada penderita trauma.2,3
BAB II
SYOK HEMORAGIK
2.1. Definisi
Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi akibat gangguan
hemodinamik dan metabolik ditandai dengan kegagalan sistem sirkulasi
untuk mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ vital tubuh
yang biasanya terjadi akibat perdarahan yang masif.4,5
2.2. Etiologi
Beberapa penyebab tersering pada syok hemoragik:6
Terapi antitrombosis
Koagulopati
Perdarahan saluran pencernaan
o Varises esofagus
o Ulkus peptikum dan duodenum
o Ca gaster dan esofagus
Obstetrik/ginekologi
o Plasenta previa
o Abruptio plasenta
o Ruptur kehamilan ektopik
o Ruptur kista ovarium
Paru
o Emboli pulmonal
o Ca paru
o Penyakit paru yang berkavitas: TB, aspergillosis
Ruptur aneurisma
Perdarahan retroperitoneal
Trauma
o Laserasi
o Luka tembus pada abdomen dan toraks
o Ruptur pembuluh darah besar
Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian sirkulasi dan sebagai
akibatnya akan menurunkan aliran balik vena. Sebagai hasilnya, curah
jantung menurun di bawah normal dan timbul syok.
2.3. Klasifikasi
Kelas I
<750
Kelas II
750 - 700
Kelas III
700 1100
Kelas IV
>1100
darah (ml)
Kehilangan
<7%
7% 30%
30% - 40%
>40%
darah (%)
Nadi (x/menit)
Tekanan darah
Frekuensi
<100
Normal
3 11
>100
Menurun
11 30
>50
Menurun
30 40
>30
Menurun
>35
(x/menit)
Produksi urin >30
11 30
57
Tidak berarti
(ml/jam)
Gejala
pada Normal
Cemas
Cemas,
Bingung, lesu
pernapasan
saraf pusat /
status mental
Penggantian
cairan (hukum
bingung
Kristaloid
Kristaloid
darah
3:1)
Gambar 2.1 Perubahan konsumsi O2
2.4. Patofisiologi
Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan tekanan
nadi. Perubahan ini dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta dan atrium.
Dengan berkurangnya volume darah yang beredar, terjadi peningkatan
rangsang simpatis. Reaksi ini menimbulkan peningkatan frekuensi nadi,
vasokonstriksi, dan penurunan distribusi aliran darah pada organ-organ
nonvital, seperti kulit, saluran pencernaan, dan ginjal.7
Pada perdaharan, terjadi respon-respon hormonal. Corticotropinreleasing hormone terstimulasi secara langsung. Hal ini menyebabkan
pelepasan glukokortikoid dan beta-endorphin. Kelenjar pituitari posterior
akan melepas vasopressin, menyebabkan retensi air pada tubulus distal.
BAB III
PENATALAKSANAAN SYOK HEMORAGIK
Prinsip pengelolaan dasar syok hemoragik ialah menghentikan perdarahan dan
menggantikan kehilangan volume darah.
3.1. Pemeriksaan jasmani
Hal penting yang harus diperiksa adalah tanda-tanda vital, produksi urin,
dan tingkat kesadaran. Pemeriksaan pasien yang lebih rinci akan menyusul
bila keadaan penderita memungkinkan.
Airway dan Breathing
Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten dengan
cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan
perdarahan.
Disability pemeriksaan neurologi
Dilakukan pemeriksaan neurologi singkat untuk menentukan tingkat
kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil, fungsi motoric dan
sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak, mengikuti
Respon cepat
Kembali ke normal
Respon sementara
Perbaikan
Tanpa respon
Tetap abnormal
sementara, tekanan
darah
dan
nadi
kembali turun
Dugaan kehilangan Minimal (10% - Sedang, masih ada Berat (>40%)
darah
Kebutuhan
11%)
Sedikit
kristaloid
Kebutuhan darah
Persiapan darah
Sedikit
Sedang-banyak
Tipe spesifik dan Tipe spesifik
crossmatch
Operasi
Mungkin
Kehadiran dini ahli Perlu
(11% - 40%)
Banyak
Sangat mungkin
Perlu
Banyak
Segera
Emergensi
Hampir pasti
Perlu
bedah
Jumlah produksi urin merupakan indicator yang cukup sensitive untuk
perfusi ginjal. Produksi urin yang normal pada umumnya menandakan aliran
darah ginjal yang cukup, bila tidak dimodifikasi dengan pemberian obat
diuretik. Sebab itu, keluaran urin merupakan salah satu pemantau utama
resusitasi dan respon penderita.
Penggantian volume yang memadai seharusnya menghasilkan keluaran
urin sekitar 0,5 ml/kg/jam pada orang dewasa, 1 ml/kg/jam pada anakm dan
2 ml/kg/jam pada bayi (di bawah umur 1 tahun). Bila kurang atau makin
turunnya produksi urin dengan berat jenis yang naik, maka ini menandakan
resusitasi yang tidak cukup. Keadaan ini menuntut ditambah penggantian
volume dan usaha diagnostik.3
Bila telah jelas ada perbaikan hemodinamik (tekanan sistolik 100, nadi
100, perfusi hangat, urin 0,5 ml/kg/jam), infus harus dilambatkan dan
biasanya transfuse tidak diperlukan. Bahaya infus yang cepat adalah oedem
paru, terutama pasien geriatri. Perhatian harus ditunjukkan agar jangan
sampai terjadi kelebihan cairan. Namun jika hemodinamik memburuk,
teruskan cairan (2-4x estimated blood loss), jika membaik tetapi Hb < 8 gr,
10
Ht < 25%, beri transfusi darah dan koloid. Bila hemodinamik tetap buruk,
segera diberikan transfusi.9
3.4. Transfusi darah
Indikasi transfusi darah antara lain:
- Perdarahan akut sampai Hb <8 gr/dL atau Ht <30% pada orang tua,
-
a. Umum
Tanda dan gejala perfusi yang tidak memadai, yang digunakan untuk
diagnosis syok, dapat juga digunakan untuk menentukan respon
penderita. Pulihnya tekanan darah ke normal, tekanan nadi, dan denyut
nadi merupakan tanda positif yang menandakan perfusi sedang kembali
ke normal. Walaupun begitu, pengamatan tersebut tidak memberi
informasi tentang perfusi organ. Perbaikan pada sistem saraf pusat dan
peredarah darah kulit adalah bukti penting mengenai peningkatan
perfusi, tetapi kuantitas sukar ditentukan.8
b. Khusus
- Capillary refill time <2 detik
- MAP 65-70 mmHg
- Saturasi O2 >95%
- Urine output ?0,5 ml/kg/jam (dewasa); >1 ml/kg/jam (anak)
- Syok indeks = HR/SBP (normal 0,5-0,7)
3.6. Jenis cairan intravena
Ada 4 pilihan pokok yang selama bertahun-tahun menjadi perbantahan
sengit, yaitu:
a. Transfusi darah
Ini adalah pilihan pokok apabila terdapat donor yang cocok.
Hemodilusi dengan cairan tidak bertujuan meniadakan transfusi, tetapi
mempertahankan hemodinamik dan perfusi yang baik sementara darah
donor tetap perlu ditransfusikan dalam memberikan koreksi deficit
cairan ekstraseluler (ECF). Bila darah golongan yang sesuai tidak
tersedia, dapat digunakan universal donor yaitu golongan O dengan titer
anti A rendah (Rh negatif) atau packed red cell-O.9
b. Plasma Expander
Cairan koloid ini mempunyai nilai onkotik yang tinggi (dextran,
gelatin, HES) sehingga mempunyai volume effect lebih baik dan tinggal
elbih lama di intravaskular. Namun deficit ECF tidak dapat dikoreksi
oleh pasma expander. Dari segi harga juga jauh lebih mahal
dibandingkan dengan Ringer Laktat. Reaksi anafilaktik dapat terjadi
pada pemberian dextran atau gelatin.9
c. Albumin
12
13
14
15
BAB IV
KESIMPULAN
Syok hemoragik adalah suatu kondisi saat perfusi jaringan menurun dan
menyebabkan inadekuatnya hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel.
Yang ditandai dengan penurunan volume darah, akral dingin, pucat, takikardi,
hipotensi, dan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan syok hemoragik meliputi pemeriksaan jasmani, akses
pembuluh darah, terapi cairan, transfusi darah, dan terapi lain.
Komplikasi yang paling umum pada syok hemoragik adalah penggantian
volume yang tidak adekuat. Terapi yang segera, tepat, dan agresif untuk
memulihkan perfusi organ akan memperkecil kejadian yang tidak dikehendaki
sedikitpun. Terdapat beberapa penyulit pula dalam pemberian cairan resusitasi,
sehingga harus berhati-hati terdapat pemberian cairan.
16
DAFTAR PUSTAKA
1. Price S, Wilson L. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. 6 th ed.
Vol. 1. Jakarta: EGC; 1103.
2. Muhiman M, Thaib MR, Sunatrio S, Dahlan R. Anestesiologi. Jakarta: Bagian
Anestesiologi dan Terapi Intensif. FKUI; 1104.
3. American College of Surgeons Committee on Trauma. Advanced Trauma Life
Supports for Doctors. United States of America; 1104.
4. Sudoyo A, Setiyohadi B, Alwi I, Setiati S, Simadibrata M. Ilmu Penyakit
Dalam. Jilid I. 4th ed. Jakarta: 1106
5. Ganong W. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC; 1102.
6. Gutierrez G, Reines HD, Wulf-Gutierrez ME. Clinical review: Hemorrhagic
shock.
Available
from:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1065003/.
Published
online 2nd April 1104. Accessed on 1st January 113.
7. Udeani
J.
Hemorrhagic
shock.
Available
from
http://emedicine.medscape.com/article/432650-overview#a0104.
17