Vous êtes sur la page 1sur 2

TUBERKULOSIS DISEMINATA DENGAN ANEMIA PENYAKIT KRONIK

DISERTAI DEFISIENSI BESI DAN MALNUTRISI


Mandala Widya, Ahmad Zen
Departemen Ilmu Penyakit Dalam
Program Pendidikan Dokter Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas
Sriwijaya Palembang
Abstrak
Latar belakang: Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang
disebabkan oleh kuman dari Mycobacterium tuberculosis. Sumber penularan
adalah melalui percik renik dahak yang dikeluarkannya. Infeksi akan terjadi
bila orang lain menghirup udara yang mengandung percik renik dahak yang
infeksius tersebut. Tuberkulosis diseminata adalah penyebaran tuberkulosis
yang terjadi secara limfohematogen yang melibatkan aliran darah, sumsum
tulang, hati, atau 2 atau lebih
lokasi yang tidak berdekatan, atau
tuberkulosis milier. WHO memperkirakan 1,5% dari seluruh pasien dengan
tuberkulosis adalah TB milier dimana 2-3 juta pasien meninggal setiap
tahunnya. Di Indonesia, angka prevalensi tuberkulosis pada tahun 1990
sebesar 443 per 100.000 penduduk.
Kasus: Seorang perempuan 20 tahun, mengeluh badan lemas sejak 2
bulan, pusing, pandangan berkunang-kunang dan mudah lelah. Demam
tinggi, turun dengan obat penurun panas namun naik kembali. Tidak
dijumpai adanya batuk, sesak, maupun nyeri dada. Timbul benjolan pada
leher kanan sebesar kacang hijau, tidak nyeri. Nafsu makan kurang, makan
sedikit namun tidak disertai mual dan muntah. Os berobat ke bidan
dikatakan sakit tifus. Os diberi obat parasetamol dan obat yang os tidak tahu
namanya. Keluhan berkurang. Terdapat luka yang tidak sembuh sejak 3
tahun yang lalu pada dada tengah os, sudah pernah diperiksa dikatakan
infeksi biasa dan diberi obat-obatan yang os tidak ingat namanya. 1 hari
SMRS badan semakin lemas, berat badan turun 10kg dalam 2 bulan.
Keringat malam (+). Benjolan bertambah di leher kanan dan kiri (+)
seukuran kacang hijau. Batuk (+) namun hanya sesekali, Os tidak nafsu
makan. Makan hanya sedikit. Os lalu dibawa ke IGD RSMH dan dirawat.
Pada pemeriksaan fisik didapati keadaan umum tampak sakit sedang,
sensorium compos mentis dengan tekanan darah 90/70mmHg, nadi 122x/m
regular, isi dan tekanan kurang, RR 26x/menit cepat dangkal, suhu 38,6 oC,
RBW 74,7% IMT 15,1 kg/m2.. konjungtiva palpebra pucat (+), pembesaran
KGB colli bilateral, kanan teraba 3 buah ukuran 1x1 cm, kiri teraba
multiple bergerombol 3x1 cm, 1x1 cm. pada regio sternalis tampak ulkus
dengan tepi ireguler ukuran 2x1x0,2cm dan 3x2x0,3cm, tepi tidak meninggi,
dinding menggaung, dasar jaringan granulasi sebagian pus, nyeri tekan (+).
Cor HR 122x/m regular, murmur (+) sistolik grade 2/6 di semua katup,
ekstremitas hangat, palmar pucat (+). Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan Hb 6,3 mg/dL trombosit 589.000/mm3, MCV 61,6 fL, MCH 17 pg,

MCHC 28%, LED 33 mm/jam, Ca 8,3 mg/dL. SI 10 g/L, TIBC 136 g/L, Ferritin
62,64 ng/mL, albumin 2,4 g/dL. Gambaran darah tepi menunjukkan
gambaran anemia defisiensi besi disertai trombositosis reaktif. Pada EKG
didapati sinus takikardi, iskemik inferior dan anteroseptal. Pada ronsen dada
didapati gambaran TB milier. Hasil urin rutin dan feses rutin darah samar
tidak ada kelainan. Sputum BTA 1 dan 2 memiliki hasil 1+. Hasil FNAB KGB
colli bilateral didapati limfadenitis kronis spesifik lazimnya ec TB. Pada hasil
pemeriksaan patologi anatomi biopsi eksisi dari luka di dada tengah os
didapati hasil radang kronik spesifik granulomatous menyokong suatu
skrofuloderma regio sternalis. Pasien kemudian diberikan terapi standar TB
paru dan ekstra paru yaitu OAT kategori 1, sulfas ferrosus 3x200mg, vitamin
B1, B6, dan B12 1x1, prednison 3-2-2 tablet selama 2 minggu kemudian
diturunkan secara bertahap.
Kesimpulan: Tuberkulosis diseminata memerlukan diagnosis menyeluruh,
penatalaksanaan yang tepat, edukasi yang baik bagi penderita dan keluarga,
dan follow-up berkelanjutan sehingga kejadian mortalitas pada pasien dapat
dihindari.
Kata kunci: tuberkulosis, tb diseminata, anemia penyakit kronik, anemia
defisiensi besi.

Vous aimerez peut-être aussi