Vous êtes sur la page 1sur 9

PEMBUATAN PREPARAT RENTANG MESENTERIUM KELINCI (Cavia

cobaya)
Laporan
disusun guna memenuhi salah satu tugas mata kuliah Praktikum Mikroteknik
Dosen Pengampu : Dra. Ely Rudyatmi, M.Si.

oleh:
Agung Budi Santoso (4401413008)
Pendidikan Biologi 2013

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

A. JUDUL PRAKTIKUM
PEMBUATAN PREPARAT RENTANG MESENTERIUM KELINCI
(Cavia cobaya)
B. TUJUAN PRAKTIKUM
1. Membuat preparat jaringan hewan dengan metode rentang (spread) dengan
pewarnaan ganda (Hematoxylin & Eosin)
2. Menganalisis hasil preparat jaringan hewan dengan metode rentang
(spread) dengan pewarnaan ganda (Hematoxylin & Eosin)
C. DASAR TEORI
Preparat jaringan hewan sementara maupun permanen dapat
menggunakan beberapa metode diantaranya dengan metode rentang (spread).
Metode rentang adalah suatu metode sediaan dengan cara merentangkan
objek yang akan diamati di atas gelas benda sehingga diperoleh lapisan tipis
yang dapat teramati di bawah mikroskop. Pada umumnya jaringan yang
dibuat

preparat

adalah

jaringan

tipis,

misalnya

pleura,mesenterium,pericardium dan sebagainya (Khayasar, 2012).


Jaringan-jaringan tipis seperti pericardium dapat langsung diamati di
bawah mikroskop tanpa pewarnaan dan juga tanpa fiksasi lebih dulu. Tetapi
pembuatan sediaan rentang dengan cara tersebut tentu saja tidak tahan lama,
karena jaringan tidak difiksasi lebih dulu. Untuk membuat sediaan rentang
yang dapat tahan lama dan dapat diamati sewaktu-waktu, maka sediaan
tersebut harus difiksasi terlebih dahulu sebelum diwarnai (Rudiyatmi 2016).
The main purpose of fixation is to provide a specific treatment against
the elements-parliamentary networking, particularly the cell nucleus, so it can
be preserved in conditions that are somewhat close to their original state. In
addition, fixation also prevents the occurrence of tissue damage or destruction
by microorganisms caused by enzymes contained in the network itself,
known as autolysis. In other words, the fixation of aims: Turning off
(stopping metabolic processes) so that the network quickly the situation a
little more close to its original state, prevent autolysis, Raising the staining
because of the harsh ingredients that are components of a liquid fixative
(Lasantha 2008).

Zat warna yang dapat digunakan dalam membuat preparat ini antara
lain hematoxilin, eosin, dan methylen blue. Pewarna hematoxilin dengan
pelarut aquades sangat baik digunakan untuk mewarnai inti yang akan
berwarna biru. Pewarna eosin dengan pelarut alcohol 70% sangat baik untuk
mewarnai sitoplasma dengan warna merah, sedangkan methylen blue
digunakan pada preparat sementara dengan cara meneteskan langsung ke
jaringan kemudian diamati di bawah mikroskop yang mana methylen blue
akan mewarnai butir-butir pada mast cell yang mewarnai dengan warna
biru. Metode rentang\ juga dapat digunakan ntuk tujuan sitologi dan histology
serta juga dapat digunakan untuk tujuan sitokimiawi seperti penelitian
phosphatase dan hyaluroidase (Handari, 1983).
Mast sel merupakan sel yang pertama kali dikenal oleh Ehrlich tahun
1879 karena terlihat sebagai sebuah sel yang besar yang terisi penuh dengan
butir-butir. Bentuk sel biasanya ovoid dengan inti bulat di tengah. Biasanya
inti sel terlihat karena tertutup oleh butir-butir yang memenuhi sel. Butir-butir
dalam sitoplasma tersebut diketahui mengandung bahan-bahan seperti
heparin, histamin dan berbagai enzim yang diketahui berhubungan dengan
gejala alergi anafilaksi. Mast sel atau mastosit diduga berasal dari sel-sel
darah yang dinamakan sel basofil yang juga memiliki butir-butir. Mast sel
yang terdapat pada jaringan tipis misalnya pada mesenterium dapat diamati
dengan metode rentang. Untuk melihat mast sel akan lebih baik hasilnya bila
sediaan

dipulas

atau

diwarnai

dengan

hematoxilin

azurell-eosin

(Subowo,2002)
D. PROSEDUR KERJA
Mesenterium segar diambil dari kelinci (Cavia cobaya) yang dibedah.
Mesenterium direntangkan di atas gelas benda yang bersih bebas lemak
dengan bantuan 2 buah sonde sehingga tidak ada bagian yang terlipat dan
tidak terdapat gelembung udara. Spesimen difiksasi dengan cara memasukkan
5 gelas benda ke dalam staining jar yang berisi 60 ml methyl alkohol selama 2
menit secara berurutan dengan posisi semua spesimen menghadap salah satu
arah staining jar. Spesimen dicuci dalam 60 ml alkohol 50% selama 2 menit
dengan cara memindahkan gelas benda satu persatu dan setiap memindahkan

spesimen gelas benda dibersihkan dengan menggunakan tissue. Mencuci


dengan aquadesh beberapa celupan atau selama 2 menit.
Spesimen diwarnai dengan cara memasukkan gelas benda satu persatu
ke dalam staining jar yang berisi 60 ml hematoxilin selama 45 menit.
Spesimen dicuci dengan cara memindahkan satu persatu gelas benda secara
berurutan dari medium hematoxilin ke dalam staining jar berisi air dan dicuci
dalam air mengalir sampai spesimen berwarna biru cerah.
Spesimen diamati dibawah mikroskop untuk mengecek hasil
pewarnaan, jika sudah terwarnai dengan baik, maka dilanjutkan ke tahap
dehidrasi. Spesimen didehidrasi dengan cara memindahkan satu persatu gelas
benda dari medium air ke dalam staining jar berisi 60 ml alkohol 30%, 50%,
dan 70% secara berurutan masing-masing selama 2 menit. Spesimen diwarnai
dengan cara memindahkan satu persatu gelas benda ke dalam staining jar
berisi 60 ml eosin selama 1 jam. Spesimen dicuci dengan cara memindahkan
gelas benda satu persatu ke dalam staining jar berisi 60 ml alkohol 70%
selama 2 menit dan dilanjutkan ke tahap dehidrasi dengan cara memindahkan
gelas benda satu persatu ke dalam staining jar berisi 60 ml alkohol 80%, 90%,
dan alkohol absolut secara berurutan masing-masing selama 2 menit.
Spesimen didealkoholisasi dengan cara memindahkan satu persatu
gelas benda secara berurutan dari medium alkohol absolut ke dalam staining
jar berisi 60 ml campuran alkohol : xilol dengan perbandingan 3:1, 1:1, 1:3,
xilol murni I, dan xilol murni II masing-masing selama 2 menit. Spesimen
ditutup dengan cara mengambil satu gelas benda dari staining jar berisi xilol
murni II.
Gelas benda diletakkan di atas meja dengan posisi sedemikian rupa
sehingga spesimen berada di bagian sisi atas gelas benda pada posisi 1,5 cm
dari tepi pendeknya. Dengan cepat di bagian atas specimen diteteskan 1 tetes
kanada balsam kemudian ditutup menggunakan gelas penutup dengan bantuan
jarum pentul secara hati-hati sedemian rupa sehingga spesimen berada di
tengah gelas penutup dengan posisi gelas penutup 1 cm dari sisi pendek gelas
benda.

E. Hasil Pengamatan
Rentang Mesenterium
Pembesaran 40

Keterangan

1. Pembuluh
darah

2. Serabut
fibroblast

3. Jaringan
lemak

Pembesaran
100

Keterangan
1. Serabut
fibroblast

2. Jaringan
lemak
3. Mast cell

Pembesaran
400

Keterangan
1. Jaringan
lemak

2. Serabut
fibroblast

F. Pembahasan
Pada saat pembuatan, mesenterium yang diambil segera direntangkan
sampai tidak ada yang melipat tanpa melalui proses pencucian dan segera
difiksasi. Proses perentangan mesenterium harus dilakukan secepat mungkin
agar mesenterium tidak kering yang dapat merusak sel-sel yang ada di
mesenterium. Perentangan mesenterium juga harus dilakukan agar tidak ada
yang terlipat, jika mesenterium terlipat akan mengganggu proses pengamatan
karena lipatan akan menutupi bagian mesenterium yang lain.
Pada preparat rentang mesenterium Cavia cobaya dapat terlihat
beberapa bagian dari mesenterium yaitu pembuluh darah, fibroblas, jaringan
lemak, dan mast cell. Pembuluh darah dan fibroblas terwarnai merah dan
jaringan lemak tidak terwarnai. Berdasarkan hasil pengamatan dengan
mikroskop diketahui bahwa pada preparat terlihat adanya jaringan adipose
dimana jaringan ini terwarna merah kekuningan. Ada substansi dasar sel, dan
sel makrofag. Bagian yang paling dominan adalah substansi dasar sel. Sel ulat
dan ovoid tidak dapat teramati karena proses pewarnaan tidak sempurna.
Pembuatan preparat ini menggunakan dua pewarna yaitu hematoxilin
dan eosin. Hematoxilin akan mewarnai inti sel sedangkan eosin akan
mewarnai sitoplasma. Hematoxilin merupakan zat warna yang bersifat basa
sehingga akan mewarnai inti sel yang bersifat asam, sedangkan eosin yang
bersifat asam akan mewarnai sitoplasma sel yang cenderung bersifat basa.

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa inti sel belum terwarnai


karena proses pewarnaan kurang sempurna atau karena hematoxilin yang
digunakan sudah terkontaminasi seperti berubah warna atau lebih cair,
sehingga menurunkan kualitas hematoxilin. Akibatnya, saat digunakan
hematoxilin tidak dapat mewarnai inti sel dengan baik. Hal ini dapat di atasi
dengan memperlama waktu proses pewarnan, karena cepat/ lamanya proses
pewarnaan tergantung kualitas zat warna.
Pad preparat dijumpai pula adanya mast cell. Mast cell berasal dari sel
progenitor pada sumsum tulang, secara struktur, fungsi dan proliferasinya
serupa dengan basofil. Mast cell tidak ditemukan di sirkulasi. Sel progenitor
diyakini bermigrasi ke jaringan periferal sebagai sel immature dan melakukan
diferensisasi in situ. Mast cell matur ditemukan di seluruh tubuh terutama di
jaringan yang berhubungan dengan pembuluh darah.
Paul Erlich seorang ilmuan berkebangsaan Jerman pertama kali
memperkenalkan mast cell dari sel-sel jaringan pengikat dengan istilah
maszellen yang artinya memberikan makanan. Erlich juga menggambarkan
hubungan antara mast cell dengan inflamasi serta keterkaitannya dengan
pembuluh darah dan jaringan neural. Selanjutnya terjadi perkembangan pesat
termasuk penemuan histamin, faktor pertumbuhan mast cell dan peran mast
cell dalam penyakit inflamasi dan sistem pertahanan.
Distribusi mast cell perivaskuler pada mesenterium memiliki dampak
yang penting, yaitu dalm innate immunity. Hal ini dibuktikan dalam penelitian
Jippo et al., (2003) yang menyebutkan bahwa pada tikus yang tidak memiliki
mast cell pada mesenterium (tg-/-) mengalami penurunan immunitas dalam
melawan bakterial peritonitis. Pada penelitian ini terlihat di sekitar pembuluh
darah mesenterium distribusi mast cell yang berbentuk bulat lonjong (spindle
shape) dengan granula-granula di dalamnya. Pengetahuan ini dapat digunakan
sebagai dasar penelitian lainnya, seperti peran mast cell pada mesenterium,
maupun efek-efek zat tertentu pada mast cell. Mast cell tidak menggambarkan
suatu sel homogenitas tunggal melainkan kumpulan populasi sel yang
memiliki reseptor membran yang berafinitas tinggi bagi IgE yang disebut
Fc

RI.

Ketika

reseptor

teraktivasi

adanya

interaksi

antigen

dan

Fc

IgE,

maka

jalur

transduksi

sinyal

RI dapat menimbulkan (1)pelepasan granul

yang mengandung histamin dan protease, (2) produksi mediator inflamasi


turunan lipid, dan (3) sintesis sitokin.
Pada preparat juga terlihat masih adanya mesenterium yang terlipat
sehingga saat pengatan sel yang ada di bawah lipatan tidak dapat teramati.
Teknik pada saat merentangkan jaringan pada object glass sangat berpengaruh
terhadap hasil akhir dari pembuatan preparat rentang ini, karena semakin tipis
jaringan yang direntangkan, maka semakin nampak jelas bagian morfologi dan
yang akan diamati dibawah mikroskop. Masih dijumpai adanya gelembung
yang disebabkan proses mounting tidak sempuran, dan adanya sel yang
terlihat berwarna hitam yang kemungkinan diakibatkan saat merentangkan
terlalu lama sehingga terdapat mesenterium yang mongering atau karena
proses dehidrasi kurang maksimal sehingga masih ada air yang terjebak di
dalam sel.

H. SIMPULAN
1. Preparat jaringan tipis seperti mesenterium dapat dibuat menggunakan
metode rentang (spread) dan pewarnaan ganda hematoxylin-eosin.
2. Pewarnaan ganda hematoxylin dan eosin memberi warna yang kontras. Zat
warna hematoxylin akan mewarnai butir-butir (ganula) pada inti sedangkan
zat warna eosin mewarnai sitoplasma.
3. Pada preparat jaringan mesenterium bagian yang teramati yaitu substansi
dasar sel, jaringan adiposa, dan sel mkrofag.

I. SARAN
1. Proses perentangan hendaknya dilakukan secepat mungkin setelah
mesenterium diambil agar mesenterium cepat difiksasi sehingga sel-selnya
tidak mongering dan rusak.

2. Sebelum digunakan hendaknya semua larutan dicek terlebih dahulu apakah


sudah kontam atau belum, masih layak digunakan atau tidak agar preparat
yang dihasilkan bagus
3. Proses perentangan hendaknya dilakukan sampai tidak ada mesenterium
yang terlipat agar semua bagian mesenterium dapat teramati dan tidak ada
yang tertutup lipatan.
DAFTAR PUSTAKA
Handari, Suntoro. 1983. Metode Pewarnaan. Jakarta: Bhatara Karya Aksara.
Jippo,T., Morii ,E., Ito ,A., Kitamura, Y., Effect of Anatomical Distribution of
Mast Cells on Their Defense
Function against Bacterial Infections : Demonstration Using Partially Mast
Celldeficient tg/tg Mice, The Journal of Experimental Medicine, 2003,
(197), 11:p 1417-1425
18. Gilfillan, A.M., Tkaczyk, Ch. Integrated signaling pathways for mast cell
activation. Nat. Rev. Immunol, 2006;6:218-230.
Jonathan, Charles. 2002. Histology. London: Hall Inc.
Krishnaswamy, G., J. Kelley. The Human mast cell: Functions in physiology
and disease. Bioscience, 2001;6:d1109-1127.
Lasantha. 2008. Spreading Preparation.New York : Marcel Dekker,Inc.
Rudyatmi, Eli. 2016. Bahan Ajar Mikroteknik. Semarang: Jurusan Biologi
FMIPA UNNES.
Subowo. 2002. Histologi Umum. Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.

Vous aimerez peut-être aussi