Vous êtes sur la page 1sur 15

ASKEP KISTA OVARIUM

KISTA OVARIUM
A. Defenisi
Kista adalah :
1. suatu jenis tumor, penyebab pastinya sendiri belum diketahui, diduga dapat disebabkan
oleh faktor kesuburan. (Soemadi,2006)
2. suatu jenis tumor berupa kantong abnormal yang berisi cairan atau benda seperti bubur.
(Dewa, 2006)
3. suatu bentukan yang kurang lebih bulat dengan dinding tipis, berisi cairan atau bahan
setengah cair. (Sjamsuhidyat, 1998)
4. pembesaran suatu organ yang di dalamnya berisi cairan seperti balon yang berisi air.
(http//suara merdeka.com)
Kista ovarium adalah kista yang telah bermetastase menjadi tumor ginekologik pada
ovarium yang berupa kantong abnormal berisi cairan dengan persentase kamatian paling
tinggi.
Sebagian besar tumor ovarium jinak mempunyai sel epitelial dan terjadi dari epitel
permukaan yang menutupi ovarium dan terdiri atas epitel coelom. Tipe-tipe lain, tumor
sel benih dan tumor stroma sex-cord, kebanyakan menunjukkan kelainan yang sama
sekali berbeda dengan tumor epitelial.
Sifat kista ovarium :
1. Fisiologis
Kista fisiologis lazim terjadi dan dianggap normal. Sesuai siklus menstruasi, di ovarium
timbul folikel yang kemudian berkembang dan memiliki gambaran seperti kista.
Biasanya kista tersebut memiliki ukuran di bawah lima sentimeter, dapat dideteksi
dengan menggunakan pemeriksaan USG dan dalam tiga bulan akan hilang. Kista
fisiologis tidak perlu dioperasi karena tidak berbahaya dan tidak menyebabkan keganasan
tetapi pelu diamati apakah kista tersebut mengalami metastase atau tidak. Kista ini
dialami oleh wanita usia reproduksi karena masih mengalami menstruasi. Biasanya kista
fisiologis tidak menyebabkan nyeri ketika haid.
2. Patologis
Kista patologis sering disebut sebagai kanker. Kanker ovarium merupakan penyebab
kematian paling tinggi di antara kelainan-kelainan ginekologik. Angka kematian yang
tinggi karena pada awalanya penyakit ini timbul tanpa gejala dan tanpa keluhan jika
sudah bermetastasis, sehingga 60-70% penderita datang pada stadium lanjut. Penyakit ini
dikenal dengan istilah silent killer. Pada yang patologis, pembesaran bisa terjadi dengan
cepat yang kadang tidak disadari penderita karena kista tersebut sering muncul tanpa
gejala seperti penyakit umumnya. Itu sebabnya diagnosa agak sulit untuk ditegakkan.
Gejala-gejala seperti perut yang agak membuncit dan bagian bawah perut yang terasa
tidak enak biasanya baru dirasakan ketika ukuran kista sudah cukup besar. Jika sudah
demikian biasanya perlu dilakukan tindakan pengangkatan melalui proses laparoskopi
sehingga tidak perlu dilakukan pengirisan pada perut penderita. Setalah diangkat

pemeriksaan rutin tetap perlu dilakukan untuk mengetahui apakah kista itu akan muncul
kembali atau tidak.
Jenis kista
1. Kista fungsional
Sering tanpa gejala, timbul rasa sakit bila disertai komplikasi seperti terpuntir atau pecah,
tetapi komplikasi ini sangat jarang dan juga jarang terjadi pada kedua ovarium. Kista bisa
mengecil dalm waktu 1-3 bulan.
2. Kista dermiod
Terjadi karena jaringan dalam sel telur yang tidak dibuahi berkembang menjadi beberapa
jaringan. Kista dapat terjadi pada kedua ovarium dan biasanya tanpa gejala. Timbul rasa
sakit jika kista terpuntui atau pecah.
3. Kista coklat (edometrioma)
Terjadi karena lapisan didalam rahim tidak terletak di dalam rahim tapi melekat pada
dinding luar indung telur. Akibatnya, setiap kali haid, lapisan ini akan menghasilkan
darah terus menerus yang akan tertimbun di dalam ovarium dan menjadi kista. Kista ini
dapat terjadi pada satu ovarium. Timbul gejala utama yaitu rasa sakit terutama ketika haid
atau bersenggama.
4. Kistadenoma
Berasal dari pembungkus ovarium yang tumbuh menjadi kista. Kista ini juga dapat
menyerang ovarium kanan atau kiri. Gejala yang timbul biasanya akibat penekanan pada
bagian tubuh sekitar seperti vesika urinaria sehingga dapat menybabkan inkontinensia
atau retensi. Jarang terjadi tapi mudah menjadi ganas terutama pada usia di ats 45 tahun
atau kurang dari 20 tahun.
Contoh kistadenoma :
o kistadenoma ovarii musinosum. Asal kista belum pasti, diduga berasal dari teratoma
dan epitel germinativum. Bentuk kista multilobuler, biasanya unilateral dan dapat tumbuh
menjadi sangat besar. Gambaran klinis terdapat pendarahan dalam kista dan perubahan
degeneratif sehingga timbul perlekatan kista dengan omentum, usus dan peritoneum
perietal. Selain itu bisa terjadi ileus karena perlekatan dan produksi musin yang terus
menerus bertambah akibat pseudomiksoma peritonei.
o Kistadenoma ovarii serosum. Berasal dari epitel germinativum, bentuknya unilokuler
dan bila multilokuler perlu dicurigai adanya keganasan. Kista ini dapat membesar, tapi
tidak sebesar kista musinosum. Gambaran klinis pada kasus ini tidak klasik. Selain teraba
massa intraabdominal, dapat juga timbul asites. Penatalaksanaan umumnya sama seperti
kistadenoma ovarii musinosum.

Morfologi dan pembagian tumor ovarium.


Terdapat berbagai macam tumor ovarium. Klasifikasi yang sangat sederhana tumor-tumor
yang paling banyak ditemukan adalah sebagai berikut :
1. Tumor epitelial
Dalam golongan tumor epitelial dapat dibedakan menjadi tumor serosa, musinosa,
endometrioid, tumor clear sell dan tumor Benner. Tiap tumor ini mempunyai gambaran
histologik yang khas. Dalam golongan tumor ini terdapat tumor jinak, borderline maupun

maligna.
Tumor musinosa dan serosa yang jinak kebanyakan terdiri dari kista yang besar.
Tumor epitelial borderline dicirikan dengan adanya poliferasi sel yang lebih besar
daripada tumor jinak tapi hanya dapat ditunjukkan dengan pertumbuhan invasif.
Pengenalan segolongan tumor borderline adalah penting karena tumor ini sering
berkaitan dengan lesi yang terletak di luar ovarium yang disebut potensial implants.
Adalah mencolok lokalisasi ekstaovarial ini dapat hadir bertahun-tahun tanpa perubahan
tapi juga dapat menunjukkan progresi yang lamban. Karena diagnosis tumor borderline
ditetapkan atas dasar lesi ovarii maka adanya implant demikian itu tidak merupakan
alasan untuk menolak diagnosis.
Karsinoma ovarii epitelial. Secara histologik dibagi menjadi tumor serosa,
endometrioid, mukosa, clear cell, tumor Brenner dan karsinoma tidak terdiferensiasi.
Gradasi dan morfometri tumor ovarium.
Prognosis penderita tumor ovarii dengan metastasis pada perluasan yang sama tergantung
pada derajat keganasannya. Gradasi merupakan penilaian mikroskopik subjektif derajat
diferensiasi. Meskipun kadang-kadang terdapat perbedaan dalam gradasi di antara
patolog, cara ini adalah akseptibel untuk memperoleh gambaran sifat biologi tumor.
Gradasi kebanyakan didasarkan ats kemiripan struktur keganasan yang terjadi dengan
struktur normal pereksisten dan pada ciri-ciri sitonuklear epitelnya. Tumor derajat satu
diperoleh ciri struktur glandular, glandular papilar atau papilar. Tidak terdapat lapangan
sel solid. Tumor noma derajat II menunjukkan terutama pola glandular atau papilar. Di
samping itu terdapat sarang-sarang sel solid. Polimorfinya lebih jelas daripada tumor
derajat I. dalam tumor derajat III strujtur glandular sangat jarang atau sulit ditunjukkan.
Pada gradasi histologik makin banyak digunakan metode pangukuran objektif yang
disebut morfometri. Morfometri berdasar atas pengukuran ciri-ciri sel dalam jaringan
seperti besarnya dan bentuk sel tumor dalam inti. Di samping itu arsitektur jaringan dapat
dinyatakan secara objektif dengan menetapkan persentase volume epitel dalam hubungan
terhadap jumlah mitosis. Terutama yang disebutkan belakangan ternyata berkolerasi lebih
tepat dengan sifat biologi dibandingkan dengan gradasi histologik.
Penetapan stadium dan gradasi
Pembagian internasional (FIGO) adalah sebagai berikut :
a. Stadium Ia : pertumbuhan terbatas pada satu ovarium, tidak ada asites, kapsul utuh.
b. Stadium Ib : pertumbuhan terbatas pada kedua ovarium, tidak ada asites, kapsul utuh.
c. Stadium Ic : stadium Ia atau Ib dengan tumor pada permukaan ovarii atau ruptura
kapsul atau dengan asites atau cairan bilasan ada sel maligna.
d. Stadium IIa : pertumbuhan dalam satu atau kedua ovarium dengan perluasan ke uterus
atau tuba.
e. Stadium IIb : idem dengan perluasan ke stryktur-struktur lain di dalam pelvis.
f. Stadium IIc : stadium IIa atau IIb dengan tumor pada permukaan ovarii atau ruptura
kapsul atau dengan asites atau dengan cairan bilasan ada sel maligna.
g. Stadium III : pertumbuhan dalam satu atau kedua ovarium dengan perluasan dalam
rongga perut di luar pelvis atau perluasan tumor di dalam pelvis minor ke omentum atau
usus halus.
h. Stadium IIIa : kelenjar limfe negatif dan perluasan di luar pelvis minor hanya

mikroskopik.
i. Stadium IIIb : kelenjar limfe negatif dan perluasan di luar pelvis minor berdiameter
lebih kecil dari 2 cm.
j. Stadium IV : metastasis di luar rongga perut atau metastasis hepar parenkimatosa.
DNA flow-cytometri
Inti tumor solid seringkali mempunyai kadar DNA yang menyimpang, disebabkan oleh
tambahan atau kekurangan materialkromosomal selama perkembangan tumor. Dengan
yang disebut sitometer-aliran (flow-cytometer), dalam waktu singkat jumlah DNA dari
beribu-ribu sel dapat ditentukan dalam suspensi sel (sitometri aliran DNA). Dari makin
banyaknya pemeriksaan ternyata bahwa jumlah DNA yang menyimpang untuk sejumlah
tipe tumor solid berikatan dengan prognosis yang lebih buruk. Hasil studi menunjukkan
korelasi yang kuat antara jumlah DNA dan prognosis pada tumor ovarii.
2. Tumor sex cord-stroma.
Golongan ini terdiri atas tumor-tumor sel granulosa, tekofibroma dan tumor sel SertoliLeydig. Tumor sel granulosa merupakan kira-kira 10% tumor ovarium solid. Gambaran
mikroskopiknya sangat bervariasi. Dalam bentuk yang terdiferensiasi baik didapatkan
benda-benda Call-Exner. Sebagian tumor sel granulosa menunjukkan kelakuan ganas,
sifat biologiknya tidak berkorelasi dengan suatu gambaran histologik tertentu.
3. Tumor sel benih.
Tumor-tumor sel benih ovarium, kecuali kista dermoid jarang terdapat. Kista dermoid
lebih jelas ditunjukkan dengan istilah teratoma matur, terdapat terutama pada usia muda.
Dalam tumor demikian terdapat unsur dari ketiga lembaran benih. Yang mencolok adalah
bahwa semua struktur ini telah dewasa penuh dan atas dasar itu diberikan diagnosis
teratoma matur. Jika secara mikroskopik terdapat unsur immatur, artinya adanya
diferensiasi yang tidak enuh dari struktur jaringan, terutama asal neural, maka yang kita
hadapi adalah teratoma immatur. Atas dasar banyaknya jaringan immatur tumor-tumor ini
dapat ditentukan derajatnya. Tumor sel benih sering mengandung zat-zat penanda tumor
yang juga dapat dijumpai pada struktur ekstra embrional normal dalam saccus vitellinus
dan human chorion gonadotrofin yang terdapat dalam trofoblas plasenta.
4. Tumor metastatik.
Menurut sebagian besar peneliti 10% tumor ovarium jinak disebabkan oleh metastasis.
Ini biasanya mengenai metastasis karsinoma kolon, karsinoma payudara dan lambung.
Tumor ovarium menybar per kontinutatum dalam tuba dan uterus dan mungkin secara
limfogen ke ovarium yang lain. Jika tumor tumbuh menembus kapsul maka timbul
metastasis pada serosa cavum Douglasi, appendik dan dinding perut depan. Omemtum
juga sering mengalami metastasis.
B. Etiologi.
Faktor-faktor yang dapat menyebabkan gejala kista meliputi :
1 Gaya hidup tidak sehat (konsumsi makanan yang mengandung banyak lemak dan
kurang serat, zat tambahan pada makanan, kurang olahraga, merokok dan konsumsi
alkohol, terpapar dengan polusi dan agen infeksius, stress).
2 Faktor genetik.
Dalam tubuh kita terdapat gen-gen yang berpotensi memicu kanker yaitu yang disebut
protoonkogen yang karena suatu sebab tertentu misalnya karena makanan yang bersifat

karsinogen, polusi atau terpapar zat kimia tertentu atau karena radiasi protoonkogen ini
dapat berubah menjadi onkogen, yaitu zat pemicu kanker.
C. Patofisiologi
Letak tumor yang tersembunyi dalam rongga perut dan sangat berbahaya dapat menjadi
besar tanpa disadari oleh penderita. Pertumbuhan tumor primer diikuti oleh infiltrasi ke
jaringan sekitar yang menyebabkan berbagai keluhan samar-samar seperti perasaan
sebah, makan sedikit terasa cepat kenyang, sering kembung dan nafsu makan turun.
Kecenderungan untuk melakukan implantasi di rongga perut merupakan ciri khas suatu
tumor ganas ovarium yang menghasilkan asites. Tumor ganas ovarium merupakan
kumpulan tumor dengan histiogenesis yang beraneka ragam, dapat berasal dari ketiga
dermoblast (ektodermal, endodermal, mesodermal) dengan sifat-sifat histologis maupun
biologis yang beraneka ragam. Kira-kira 60% terdapat pada usia perimenopausal, 30%
dalam masa reproduksi dan 10% pada usia yang jauh lebih muda. Tumor ini dapat jinak
atau tidak jelas jinak juga tidak pasti ganas dan yang jelas ganas.
D. Gambaran klinis
Kebanyakan wanita dengan kanker ovarii tidak menunjukkan gejala dalam waktu yang
lama. Gejala umumnya sangat bervariasi dan tidak spesifik.
Keluhan utama pada wanita usia di atas 40 tahun yang mengingatkan pada tumor ovarii
adalah :
1. perut membesar atau keluhan abdominal
2. pendarahan intraabdominal
3. virilisasi (pada tumor-tumor yang memproduksi hormon)
4. nyeri perut akut dapat terjadi pada tori tungkai ovarii
5. gangguan haid
6. asites
7. anoraksia
8. penurunan berat badan
9. keluhan miksi dan defekasi
10.nyeri punggung
11. sesak napas karena penumpukan cairan pada rongga dada
E. Diagnosis
1. Anamnesis
Prognosis buruk tumor ovarii tertuama disebabkan karena tumor ini dalam stadium dini
hampir tidak menunjukkan gejala sehingga kira-kira 70% dari pendertia batu ditangani
pada stadium yang lebih lanjut.
2. Pemeriksaan
Pada tumor avarium yang lebih luas dapat dijumpai eksudat pleura. Sangat penting
adalah pemeriksaan perut yang harus dijalankan pada penderita yang tidur telentang
dengan alas yang kuat. Sebaiknya pemeriksa duduk dan melakukan palpasi dengan
tangan yang hangat. Harus ditekankan pentingnya perkusi. Semua tumor ovarium
memberikan bunyi redup pada perkusi dan dengan itu dapat dibedakan dari usus yang
mengembang. Suara redup relatif dapat disebabkan oleh usus yang terletak di atas tumor.

Asites terciri oleh redup pada perkusi dan pembesarab sisi-sisi perut, batas cairan dapat
diberi tanda dan ternyata berkisar pada waktu tiduran miring. Asites yang hanya sedikit
secara klinis tidak dapat ditetapkan. Pada pemeriksaan ginekologik dipalpasi adanya
pembesaran adneksa. Metastasis dalam cavum Douglasi dapat diraba sebagai tahanan
yang kuat dan irregular di belakang uterus.
3. Diagnosa differensial
Pada tumor dala pelvis minor yang terpenting adalah diferensiasi dari tumor uterus
(mioma). Selanjutnya harus dipertimbangkan lain-lain pembengkakan adneksa seperti
hidrosalphing, kista ovarium, kehamilan ekstrauterin dan karsinoma tuba yang jarang
didapat. Jika uterus dapat digerakkan sendiri mungkin yang dihadapi adalah tumor
adneksa. Jika ada keraguan laparoskopi diagnostik dapat memberi penjelasan. Jika tumor
lebih berada di bagian belakang dengan batas-batas yang sering tidak jelas, harus
dipikirkan adanya perisigmoiditis atau tumor rektum. Juga harus dipertimbangkan
kemungkinan metastasis tumor-tumor lain seperti lambung dan payudara. Pada tumortumor perut yang besar harus didiferensiasi antara kistadenoma jinak, tumor traktus
digestivus dan hidronefrosis.
4. Diagnosa lanjut.
Dapat dilakukan melalui USG. Tumor-tumor kista dengan ekografi dapat dengan jelas
ditetapkan. Diagnostik selanjutnya terutama tertuju untuk mengesampingkan kelainan
lain dan menetapkan metastasis di tempat lain. Rontgenologik dapat digunakan foto
thoraks, x-colon dan IVP, demikian juga CT-Scan dan MRI. Tetapi diagnostik pokok
adalah laparotomi untuk menetapkan perluasan tumor dan inspeksi teliti mengenai semua
tempat perluasan tumor. Pada prosedur penetapan stadium ini harus diambil beberapa
material biopsi dari peritonium pelvis minor, fossa parakoli kiri dan kanan, daerah yang
dicurigai dari mesentarium atau serosa usus dari kubah diafragma kanan.
F. Penatalaksanaan
Kebanyakan penanganan tumor ovarium harus dilakukan dalam pembicaraan bersama
antara ginekolog, onkolog, radiolog dan patolog. Terapi yang dilakukan berdasarkan pada
usia dan kondisi penderita, macam dan derajat diferensiasi tumor. Pada umumnya terapi
yang tepat adalah pengangkatan uterus dengan kedua adneksa, dikombinasi dengan
pengangkatan omentum dan sebanyak mungkin jaringan tumor yang masih ada.
Sitotastika menjadi sentral dalam terapi karsinoma ovarii dan kebanyakan
dikombinasikan dengan derivat pletimum (sisplatin atau karboplatin) dengan zat
pengalkali (siklofosfamid). Taxol sementara tampaknya hanya disediakan untuk kasus
yang resistensi telah timbul terhadap derivat platinum. Akibat untuk penderita adalah
besar dan efek samping seperti neurotoksisitas dan nefrotoksisitas serta depresi sumsum
tulang.
Meskipun penanganan yang optimal belim ditemukan, pada umumnya dapat dilakukan :
penderita pada stadium Ia, Ib dan IIa dengan tumor yang terdiferensiasi baik (derajat I)
tidak memerlukan penanganan post-operatif asalkan telah dilakukan laparotomi
penetapan stadium yang cukup luas, untuk mengesampingkan seteliti mungkin stadium
II. Penderita lain pada stadium I dan II dalam pusat-pusat tertentu akan mendapat
penanganan lebih lanjut meskipun kegunaannya tidak pernah dibuktikan dan karena itu
mengenai hal ini belum ada kesepakatan pendapat. Kemoterapi kombinasi ajuvan

kadang-kadang dapat diganti dengan penyinaran perut dan pelvis.


Penderita pada stadium IIb, III dan IV sesudah operasi sitoreduktif seoptimal mungkin
harus mendapat penanganan kemoterapi kombinasi. Penting bahwa pada saat terapi ini
dimulai hanya ada sisa jaringan tumor sesedikit mungkin.
Asuhan keperawatan pada klien dengan kista ovarium
I. Pengkajian
Pengkajian umum kista :
a. Ada tidaknya keluhan nyeri di perut bagian bawah.
b. Ada tidaknya gangguan BAB dan BAK
c. Ada tidaknya asites
d. Ada tidaknya perut membuncit
e. Ada tidaknya gangguan nafsu makan
f. Ada tidaknya kembung
g. Ada tidaknya sesak napas
Pengkajian diagnostik kista :
a. USG : ada tidaknya benjolan berdiameter > 5 cm
b. CT-Scan : ada tidaknya benjolan dan ukurannya.
II. Diagnosa.
Diagnosa yang muncul :
1. gangguan harga diri b.d masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai anak,
perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual
2. nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang abdomen.
3. nyeri b.d gangguan pada kulit, jaringan dan integritas kulit
4. eliminasi urinarius, perubahan/retensi b.d adanya edema pada jaringan lokal.
5. ansietas b.d krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri, respon patofisiologis
6. kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi, prognosis, kebutuhan
pengobatan b.d kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber informasi dan
keterbatasan kognitif
III. Intervensi
1. diagnosa : gangguan harga diri b.d masalah tentang ketidaknyamanan mempunyai
anak, perubahan feminimitas dan efek hubungan seksual.
a. Tujuan : harga diri klien meningkat
b. Kriteria hasil :
mengungkapkan pemahaman tentang perubahan tubuh, penerimaan diri dalam situasi.
Mulai mengembangkan mekanisme koping untuk menghadapi masalah secara efektif.
Mendemonstrasikan sdaptasi terhadap perubahan yang telah terjadi yang dibuktikan
oleh penyusunan tujuan realistis dan partisipasi aktif dalam kerja dengan tepat.
no intervensi rasional
1. Diskusikan dengan klien atau keluarga bagaimana diagnosis dan pengobatan yang
mempengaruhi kehidupan pribadi pasien dan aktivitas kerja. Membantu dalam
memastikan masalah untuk memulai proses pemecahan masalah
2. Tinjau ulang efek samping yang diantisipasi berkenaan dengan pengobatan tertentu,
termasuk kemungkinan efek samping pada aktifitas seksual dan rasa ketertarikan.
Beritahu klien bahwa tidak semua efek samping terjadi. Bimbingan antisipasi dapat

membantu klien/keluarga memulai proses adaptasi pada status baru


3. Dorong diskusi tentang masalah efek kanker atau pengobatan pada peran sebagai ibu
rumah tangga, orangtua dan sebagainya. Dapat membantu menurunkan masalah yang
mempengaruhi penerimaan pengobatan atau merangsang kemajuan penyakit
4. Akui kesulitan klien yang mungkin dialami. Berikan informasi bahwa konseling perlu
dan penting dalam proses adaptasi. Memvalidasi realita perasaan klien dan memberikan
izin untuk tindakan apapun perlu untuk mengatasi apa yang terjadi
5. Evaluasi struktur pendukung yang ada dan digunakan oleh klien Membantu
merencanakan perawatan saat di rumah sakit serta setelah pulang
6. Berikan dukungan emosional untuk klien dan orang terdekat selama tes diagnostik dan
fase pengobatan Meskipun beberapa klien beradaptasi dengan efek kanker, banyak
memerlukan dukungan tambahan dalam periode ini
7. Gunakan sentuhan selama interaksi, bila dapat diterima pada pasien dan
mempertahankan kontak mata Pemastian individualitas dan penerimaan penting dalam
menurunkan perasaan klien tentang ketidaknyamanan dan keraguan diri
8. Rujuk klien pada program kelompok pendukung Kelompok pendukung biasanya
sangat menguntungkan baik untuk klier/orang terdekat, memberikan konrak dengan klien
lain
9. Rujuk pada konseling profesional jika diindikasikan Mungkin perlu untuk memulai
dan mempertahankan struktur psikososial positif bila sistem pendukung klien terdekat
terganggu
2.diagnosa : nyeri b.d proses penyakit (penekanan/kompresi) jaringan pada organ ruang
abdomen.
a. Tujuan : nyeri klien terkontrol
b. Kriteria hasil :
Melaporkan penghilangan nyeri maksimal
Mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
no intervensi rasional
1. Tentukan riwayat nyeri ( lokasi, frekuensi, durasi dan intensitas) Informasi
memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/keefektifan intervensi
2. Berikan tindakan kenyamanan dasar dan aktivitas hiburan Meningkatkan relaksasi dan
membantu memfokuskan kembali perhatian
3. Dorong penggunaan keterampilan menajemen nyeri ( teknik relaksasi, visualisasi,
bimbingan imajinasi) Memungkinkan klien untuk berpartisipasi secara aktif dan
meningkatkan rasa kontrol
4. Evaluasi penghilangan nyeri Tujuannya adalah kontrol nyeri maksimum dengan
pengaruh minimum pada AKS
5. Kembangkan rencana manajemen nyeri dengan pasien dan dokter Rencana
terorganisasi mengembangkan kesempatan untuk kontrol nyeri.
3. diagnosa : nyeri b.d gangguan pada kulit, jaringan dan integritas kulit
a. tujuan : nyeri terkontrol
b. kriteria hasil :
Menunjukkan nyeri berkurang/terkontrol
Menunjukkan ekspresi wajah/postur tubuh rileks

Berpartisipasi dalam aktivitas dan tidur/istirahat dengan tepat


no intervensi rasional
1. Kaji keluhan nyeri Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi
kebutuhan/keefektifan intervensi
2. Libatkan klien dalam penentuan jadwal aktivitas Meningkatkan rasa kontrol pasien dan
kekuatan mekanisme koping
3. Berikan tindakan kenyamanan dasar Meningkatkan relaksasi dan membantu
memfokuskan kembali perhatian
4. Dorong penggunaan teknik manajemen stres Memfokuskan kembali perhatian,
meningkatkan relaksasi dan rasa kontrol
5. Berikan analgesik sesuai indikasi Merupakan tindakan yang tepat untuk mencegah
fluktuasi pada intensitas nyeri
4. diagnosa : eliminasi urinarius, perubahan/retensi b.d adanya edema pada jaringan
lokal.
a. tujuan : retensi berkurang/hulang
b. kriteria hasil :
mempertahankan/memperoleh pola eliminasi yang efektif
memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan
ikut serta dalam regimen pengobatan
no intervensi rasional
1. Pantau pola penolakan Informasi ini sangat penting untuk merencanakan perawatan
dan mempengaruhi pilihan intervensi individu
2. Palpasi kandung kemih Distensi kandung kemih mengindikasikan retensi urinarius
3. Tingkatkan masukan cairan 2000-3000ml/hari Mempertahankan hidrasi adekuat dan
meningkatkan fungsi ginjal
4. Hindari tanda-tanda penolakan verbal atau nonverbal, rasa jijik atau kekecewaan
Ekspresi kekecewaan akan menurunkan rasa percaya diri dan tidak membantu dalam
mensukseskan program
5. berikan medikasi sesuai petunjuk Tingkatkan kontrol sfingter
5. diagnosa : ansietas b.d krisis situasi, ancaman terhadap konsep diri, respon
patofisiologis
a. tujuan : ansietas berkurang/hulang
b. kriteria hasil :
memahami dan mendiskusikan rasa takut
menunjukkan relaksasi dan melaporkan berkurangnya ansietas ke tingkat yang dapat
diatasi
No intervensi rasional
1. Catat palpitasi, peningkatan denyut/frekuensi pernapasan Perubahan TTV mungkin
menunjukkan tingkat ansietas yang dialami pasien atau merefleksikan gangguangangguan faktor psikologis
2. Pahami rasa takut Perasaan adalah nyata dan membantu pasien untuk terbuka sehingga
dapat mendiskusikan dan menghadapinya
3. Kaji tingkatan/realita bahaya bagi pasien dan tingkat ansietas Respon individu dapat

bervariasi tergantung pola kultural yng dipelajari


4. Catat pembatasan fokus perhatian Penyempitan fokus umumnya merefleksikan rasa
takut
5. Nyatakan realita dari situasi seperti apa yang dilihat pasien Pasien mungkin perlu
menolak realitas sampai siap untuk menghadapinya
6. Evaluasi mekanisme koping Mungkin dapat menghadapi situasi dengan baik pada
waktu itu
7. Identifikasi cara-cara dimana klien mendapat bantuan jika dibutuhkan Memberikan
jaminan bahwa staf bersedia untuk mendukund
6. diagnosa : kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) tentang kondisi/situasi, prognosis,
kebutuhan pengobatan b.d kesalahan interpretasi informasi, tidak mengenal sumber
informasi dan keterbatasan kognitif
a. tujuan : pengetahuan klien meningkat
b. kriteria hasil :
menuturkan pemahanan kondisi, efek prosedur dan pengobatan
dengan tepat menunjukkan prosedur yang diperlukan dan menjelaskan alasan suatu
tindakan
memulai perubahan gaya hidup yang diperlukan dan ikut serta dalam program
perawatan
no intervensi rasional
1. Diskusikan terapi obat-obatan Meningkatkan kerjasama dengan regimen
2. Identifikasi keterbatasan aktivitas khusus Mencegah regangan yang tidak perlu
3. Ulangi pentingnya diet nutrisi dan pemasukan cairan adekuat Sediakan elemen yang
dibutuhkan untuk penyembuhan
4. Libatkan orang-orang terdekat dalam program pembelajaran Memberikan sumbersumber tambahan untuk referensi setelah penghentian
Referensi :
Doengoes, marilynn.1999.Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta : EGC
A.Price, Sylvia.2006.Patofisiologi, kosep klinis proses-proses penyakit. Jakarta : EGC
www.Gynae.sg.com, diakses tanggal 20 September 2007
Diposkan oleh AMRIL di 20:58
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Tidak ada komentar:
Poskan Komentar
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)

Amril Idris

jadikan hidup ini bermanfaat bagi orang lain

Mengenai Saya

AMRIL
PINRANG, Sulawesi Selatan, Indonesia
Lihat profil lengkapku

Pengikut
Jangan lupa di beri makan Ikan kesayaganku ini ..?
FREE Blogger
Templates

KUMPULAN ASKEP

ASKEP KISTA OVARIUM


ASKEP HIPOTIROIDISME

ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID


ARTRITIS

VACUM EKSTRAKSI

Arsip Blog

2012 (59)
o Juli (29)
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GAGAL GINJAL
KRONI...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TUMOR
RONGGA ...
TUMOR LARING TUMOR JINAK LARING Tumor jinak lari...
TONSILITIS DEFINISI Tonsilitis akut adalah perada...
LAPORAN PENDAHULUAN SINUSITIS Definisi : Sinusit...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN SEPTUM
DEVIA...
PREBIAKUSIS A. Anatomi dan Fisiologi Telinga s...
OTITIS MEDIA AKUT Pengertian Otitis media akut (...
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN OTITIS MEDIA
SUPUR...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS FARINGITIS
FARINGIT...
ANGIOFIBROMA PENGERTIAN Angiofibroma nasofaring ...
ASUHAN KEPERAWATAN KEBUTUHAN OKSIGENASI I.
PENGERT...
ASKEP ELIMINASI A. Pengertian Penyakit ginjal uta...
ASKEP CEMAS DAN GANGGUAN KECEMASAN A. Definisi
Ce...
VENTRIKEL SEPTUM DEFEK DEFINISI Defek Septum Vent...
Petunjuk Pengambilan sampel dan analisa hasil pem...

ASUHAN KEPERAWATAN PADA TRAUMA THORAX


(PENUMOTHOR...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN TETANUS
A. ...
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEGAGALAN
PERNAP...
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA + GAGAL NAFAS
PENG...
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLEN ...
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN DIABETIK
KETOACID...
ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN CVA / STROKE
INFA...
CIDERA KEPALA PENGERTIAN Cidera kepala adalah suat...
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN CA PARU DENGAN
PEMASANGA...
LAPORAN PENDAHULUAN Asuhan Keperawatan KLIEN
denga...
LAPORAN PENDAHULUAN ICU AKUT MIOCARD INFARK
PENGE...
VENTILASI MEKANIK (VENTILATOR) Pengertian. Ventil...
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEGAGALAN
PERNAP...
Juni (30)
A. IDENTITASNama
...
VENTRIKEL SEPTUM DEFEK A. DEFINISIDefekSeptum Ve...
Pathway Etiologi(bronkiolitis, status asmatikus, p...
HUBUNGAN PERIODONTITIS DENGAN DIABETES
MELITUS SER...
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN LUKA
TUSUKYA...
ASUHAN KEPERAWATANPADA KLIEN DENGAN TETANUS
A.KON...
ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN KEGAGALAN
PERNAP...
PERITONITIS PENGERTIANPeradangan peritoneum, suatu...
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLENDE...
Gangguan Keseimbangan Asam Basa A. Penilaian Ketid...
LAPORAN
PENDAHULUANHIPOGLIKEMIAA. PengertianHipo...
LAPORAN PENDAHULUANASUHAN KEPERAWATAN
KLIEN DENGAN...

ASUHANKEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA KLIEN


DENGANN...
CIDERA KEPALAPENGERTIANCidera kepala adalah suatug...
1. Pengertian Cedera tulang belakang adalah ceder...
Petunjuk Pengambilan sampel dan analisahasil pemer...
A. Pengertian. Intoksikasi atau keracunan adalah m...
BAB IPENDAHULUAN A. Latar BelakangGagal nafas ...
ASUHANKEPERAWATAN PADA TRAUMATHORAX
(PENUMOTHORAX/...
ASUHAN KEPERAWATAN SYOK Syok yaitu hambatandi da...
LAPORAN PENDAHULUAN PNEUMONIA + GAGAL NAFAS
PENGE...

2011 (85)
o Mei (3)
o Maret (1)
o Januari (81)

2010 (43)
o Desember (40)
HIPOSPADIA
KELAINAN ENDOKRIN PADA ANAK
ASUHAN PERSALINAN NORMAL
ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTRITIS
ASUHAN KEPERAWATAN RHEUMATOID ARTRITIS
Askep DBD
Askep CA Usus
DIABETES MELLITUS Diabetes Mellitus
Askep infark miokard Akut
Askep ANAK PADA diare
ASKEP KANKER Lambung
Askep GLOMERUNEOFRITIS Akut (GNA)
Askep CA rektum
Askep HIPERBILIRUBIN
Askep Karsinoma
Askep Luka Bakar / COMBUSTIO
Askeb Ca ovarium
Askep CA lambung
Askep Jiwa WAHAM
askep gagal jantung
Askep Kanker laring
ASKEP HIPOTIROIDISME
Askep Masa Post Partum
Spinal Anastesia Pada SC
SISTEM REPRODUKSI WANITA

ASKEP MIOMA UTERI


ASKEP KISTA OVARIUM
ASKEP DISTOSIA
ASUHAN KEPERAWATAN SECTIO CAESAREA DENGAN
INDIKA...
PEMBEDAHAN DALAM OBSTETRI SEKSIO SESARIA
PERDARAHAN POSTPARTUM
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN INFEKSI
NIFAS
ASKEP IBU DENGAN KOMPLIKASI POST NATAL
GANGGUA...
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KOMPLIKASI POST
NATAL DE...
ASUHAN KEBIDANAN II FISIOLOGI KALA IV
Asuhan Keperawatan Klien dengan Kanker Ovarium
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN DERMATITIS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN HIFEMA
TUMOR OTAK
ASKEP CRADLE CUP
November (2)
Oktober (1)

o
o

Vous aimerez peut-être aussi