Vous êtes sur la page 1sur 13

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN KELAINAN JANTUNG BAWAAN


ASD, VSD, KOARTASIO AORTA DAN BRONCHOPNEMONI

A. PENGERTIAN
Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalah
sekumpulan malformasi struktur jantung atau pembuluh darah besar yang
telah ada sejak lahir. Penyakit jantung bawaan yang kompleks terutama
ditemukan pada bayi dan anak. Apabila tidak dioperasi, kebanyakan akan
meninggal waktu bayi. Apabila penyakit jantung bawaan ditemukan pada
orang dewasa, hal ini menunjukkan bahwa pasien tersebut mampu melalui
seleksi alam, atau telah mengalami tindakan operasi dini pada usia muda. (IPD
FKUI,1996 ;1134)
1. ASD ( Atrial Septum Defek) adalah kelainan jantung bawaan akibat
adanya lubang pada septum interatrial. Berdasarkan letak lubang, ASD
dibagi dalam tiga tipe :
a. ASD Sekundum, bila lubang terletak di daerah fossa ovallis.
b. ASD Primum, bila lubang terletak didaerah ostium primum (termasuk
salah satu bentuk defek septum atrioventrikulare).
c. Defek sinus venosus, bila lubang terletak didaerah venosus (dekat
muara vena kava superior dan inferior).
2. VSD (Ventrikulare Septum Defek) adalah suatu keadaan dimana ventrikel
tidak terbentuk secara sempurna sehingga pembukaan antara ventrikel kiri
dan kanan terganggu, akibat darah dari bilik kiri mengalir kebilik
kananpada saat sistole.
Besarnya defek bervariasi mulai dari ukuran milimeter (mm) sampai
dengan centi meter (cm), yaitu dapat dibagi menjadi 2 bagian yaitu :

a. VSD kecil : Diameter sekitar 1 5 mm, pertumbuhan anak dengan


kadaan ini masih normal walaupun ada kecenderungan terjadi infeksi
saluran pernafasan.
b. VSD besar / sangat besar : Diameter lebih dari setengah dari ostium
aorta, tekanan ventrikel kanan biasanya meninggi.
3. KOARTASIO AORTA adalah kelainan yang terjadi pada aorta berupa
adanya penyempitan didekat percabangan arteri subklavia kiri dari arkus
aorta dan pangkal duktus arteriousus battoli.
4. BRONCHOPNEMONIA
Pnemoni adalah proses inflamasi pada parenkin paru
Bronchopnemoni adalah proses dari pnemoni yang dimulai dari bronkus
dan menyebar kejaringan paru sekitarnya, hal ini menyebabkan adanya
gangguan ventrikel
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya penyakit jantung bawaan belum dapat diketahui
secara pasti, tetapi ada beberapa faktor yang diduga mempunyai pengaruh
pada peningkatan angka kejadian penyakit jantung bawaan :
1. Faktor Prenatal :
Ibu menderita penyakit infeksi : Rubella.
Ibu alkoholisme.
Umur ibu lebih dari 40 tahun.
Ibu menderita penyakit Diabetes Mellitus (DM) yang memerlukan
insulin.
Ibu meminum obat-obatan penenang atau jamu.
2. Faktor Genetik :
Anak yang lahir sebelumnya menderita penyakit jantung bawaan.
Ayah / Ibu menderita penyakit jantung bawaan.
Kelainan kromosom seperti Sindrom Down.
Lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
(Buku Ajar Keperawatan Kardiovaskuler, Pusat Kesehatan Jantung dan
Pembuluh Darah Nasional Harapan Kita, 2001 ; 109)
Adapun pembagian lebih spesifiknya yakni :

a. Kelainan Jantung Bawaan : ASD, CSD, KOARTASI AORTA


Penyebab utama secara pasti tidak diketahui, akan tetapi ada beberapa
faktor predisposisi terjadinya penyakit ini yaitu : Pada saat hamil ibu
menderita rubella, ibu hamil yang alkoholik, usia ibu saat hamil lebih dari
40 tahun dan penderita IDDM.
b. Bronchopnemoni
Beberapa agent penyebab terjadinya Bronchopnemoni yaitu :

Protozoa (pnemoni cranii)

Bakteri

Vival atau jamur pnemoni

C. PATHOFISIOLOGI
a. VSD ( Ventrikel Septum Defek ) :

Adanya defek pada ventrikel, menyebabkan tekanan ventrikel kiri


meningkat dan resistensi sirkulasi arteri sistemik lebih tinggi
dibandingkan dengan resistensi pulmonal melalui defek septum.

Volume darah di paru akan meningkat dan terjadi resistensi


pembuluh darah paru. Dengan demikian tekanan ventrikel kanan
meningkat akibat adanya shunting dari kiri ke kanan. Hal ini akan
menyebabkan resiko endokarditis dan mengakibatkan terjadinya
hipertrophi otot ventrikel kanan sehingga akan berdampak pada
peningkatan

workload

sehingga

atrium

kanan

tidak

dapat

mengimbangi meningkatnya workload, maka terjadilah pembesaran


atrium kanan untuk mengatasi resistensi yang disebabkan oleh
pengosongan atrium yang tidak sempurna.
b. BRONCHOPNEMONI
Agent yang masuk kedalam bronkus menyebabkan flora endogen
yang normal menjadi patogen yang kemudian masuk terus kealveoli
sehingga terjadi reaksi inflamasi yang mengakibatkan ekstravasasi cairan

serosa kedalam alveoli. Adanya eksudat tersebut memberikan media bagi


pertumbuhan bakteri (kuman), membran alveoli menjadi tersumbat
sehingga menghambat aliran O2 kedalam perialveolar kapiler dibagian
paru yang terkena dan mnyebar hampir keseluruh jaringan paru dan
akhirnya terjadi hipoksemi.
D. KOMPLIKASI
a. ASD dan VSD

Endokarditis

Obtruksi pembuluh darah pulmonal (Hipertensi Pulmonal)

Aritmia

Henti jantung

b. KOARTASIO, kompliksi yang berbahaya adalah :

Perdarahan otak

Ruptur aorta

Endokarditis

c. BRONCHOPNEMONI

Abses paru

Effusi pleura

Empiema

Gagal nafas

Perikarditis

Meningitis

Atelektasis

E. GAMBARAN KLINIK
a. ASD

Pertumbuhan dan perkembangan biasa seperti tidak ada kelainan

Pada pirau kiri ke kanan sangat deras

Pada stres : cepat lelah, mengeluh dispnea, sering mendapat infeksi


saluran pernafasan.

Pada palpasi : terdapat elainan ventrikel kanan hiperdinamik di


parasternal kiri.

Pada auskultasi, photo thorak, EKG : jelas terlihat ada kelainan.

Ekhokardiografi : pasti ada kelainan jantung.

b. VSD (ventrikel septal defek)

Pertumbuhan terhambat

Diameter dada bertambah terlihat adanya benjolan dada kiri

Pada palpasi dan auskultasi : adanya VSD besar :


Tekanan vena pulmonalis meningkat
Penutupan katub pulmonal teraba jelas pada sela iga 3 kiri
dekat sternum
Kemungkinan teraba getaran bising pada dada

Adanya tanda-tanda gagal jantung : sesak, terdapat murmur, distensi


vena jugularis, udema tungkai, hepatomagali.

Diaphoresis

Tidak mau makan

Tachipnea

c. KOARTASIO AORTA

Pada bayi dapat terjadi gagal jantung

Umumnya tidak ada keluhan, biasanya ditemukan secara kebetulan

Palpasi : raba arteri radialis dan femoralis secra bersamaan


Pada arteri radialis lebih kuat
Pada arteri femoralis teraba lebih lemah

Auskultasi :

Terdengar bisng koartasio pada punggung yang merupakan


bising obtruksi
Jika lumen aorta sangat menyempit terdengar bising kontinue
pada aorta.
d. BRONCHO PNEMONI

Biasanya didahului oleh infeksi traktus respiratoris beberapa hari.

Suhu tubuh naik mendadak sampai 390 400 c.

Kadang disertai kejang

Anak gelisah, dispnea, nafas cepat dan dangkal, pernafasan cuping


hidung.

Auskultasi : terdengar ronchi

Perkusi : untuk bronchopnemoni konfluens, ada keredupan.

F. PENATALAKSANAAN
a. ASD (Artrial Septum Defek) :

ASD kecil (diameter < 5 mm) karena tidak menyebabkan gangguan


hemodinamik dan bahaya endokarditis infeksi, tidak perlu dilakukan
operasi.

ASD besar (diameter > 5 mm s/d beberapa centimeter), perlu


tindaklan pembedahan dianjurkan < 6 tahun, karena dapat
menyebabkan hipertensi pulmonal (walaupun lambat)

Pembedahan : menutup defek dengan kateterisasi jantung

b. VSD (venrikel septal defek ) :


Pembedahan yang dilakukan untuk memperpanjang umur harapan hidup,
dilakukan pada umur muda, yaitu dengan 2 cara :

Pembedahan : menutup defek dengan dijahit melalui cardiopulmonal


bypass

Non pembedahan : menutup defek dengan alat melalui kateterisasi


jantung

c. KOARTATIO AORTA :
Pembedahan yang dilakukan untuk mencegah obtruksi pembuluh aorta
dengan dilakukan pelebaran arteri subklavia dan pangkalduktus arterious
battoli yaitu dengan Open Heart
d. BRONCHO PNEMONI

Obat-obatan : antibiotik, ekspektoran, antipiretik, analgesik.

Terapi oksigen dan melalui aerosol

Fisioterapi nafas dan postural drainage

G. Pemeriksaan Diagnostik
a.

Foto Thorak : Atrium dan ventrikel kiri membesar secara signifikan


(kardiomegali), gambaran vaskuler paru meningkat

b. Ekhokardiografi : Rasio atrium kiri tehadap pangkal aorta lebih dari 1,3:1
pada bayi cukup bulan atau lebih dari 1,0 pada bayi praterm (disebabkan
oleh peningkatan volume atrium kiri sebagai akibat dari pirau kiri ke
kanan)
c. Pemeriksaan dengan Doppler berwarna : digunakan untuk mengevaluasi
aliran darah dan arahnya.
d. Elektrokardiografi (EKG) : bervariasi sesuai tingkat keparahan, pada PDA
kecil tidak ada abnormalitas, hipertrofi ventrikel kiri pada PDA yang lebih
besar.
e. Kateterisasi jantung : hanya dilakukan untuk mengevaluasi lebih jauh hasil
ECHO atau Doppler yang meragukan atau bila ada kecurigaan defek
tambahan lainnya.
(Betz & Sowden, 2002 ;377)

KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian

Riwayat keperawatan : respon fisiologis terhadap defek (sianosis, aktivitas


terbatas)

Kaji adanya tanda-tanda gagal jantung, nafas cepat, sesak nafas, retraksi,
bunyi

jantung

tambahan

(machinery

mur-mur),

edera

tungkai,

hepatomegali.

Kaji adanya hipoksia kronis : Clubbing finger

Kaji adanya hiperemia pada ujung jari

Kaji pola makan, pola pertambahan berat badan

Pengkajian psikososial meliputi : usia anak, tugas perkembangan anak,


koping yang digunakan, kebiasaan anak, respon keluarga terhadap
penyakit anak, koping keluarga dan penyesuaian keluarga terhadap stress.

B. Diagnosa Keperawatan
1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung.
2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal.
3. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh
tubuh dan suplai oksigen ke sel.
4. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai
oksigen dan zat nutrisi ke jaringan.
5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat
makan dan meningkatnya kebutuhan kalori.
6. Resiko infeksi b.d menurunnya status kesehatan.
7. Perubahan peran orang tua b.d hospitalisasi anak, kekhawatiran terhadap
penyakit anak.

C. Intervensi
1. Mempertahankan curah jantung yang adekuat :

Observasi kualitas dan kekuatan denyut jantung, nadi perifer, warna


dan kehangatan kulit

Tegakkan derajat sianosis (sirkumoral, membran mukosa, clubbing)

Monitor tanda-tanda CHF (gelisah, takikardi, tachypnea, sesak, mudah


lelah, periorbital edema, oliguria, dan hepatomegali)

Kolaborasi pemberian digoxin sesuai order, dengan menggunakan


teknik pencegahan bahaya toksisitas.

Berikan pengobatan untuk menurunkan afterload

Berikan diuretik sesuai indikasi.

2. Mengurangi adanya peningkatan resistensi pembuluh paru:

Monitor kualitas dan irama pernafasan

Atur posisi anak dengan posisi fowler

Hindari anak dari orang yang terinfeksi

Berikan istirahat yang cukup

Berikan nutrisi yang optimal

Berikan oksigen jika ada indikasi

3. Mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat :

Ijinkan anak untuk sering beristirahat, dan hindarkan gangguan pada


saat tidur

Anjurkan untuk melakukan permainan dan aktivitas ringan

Bantu anak untuk memilih aktivitas yang sesuai dengan usia, kondisi
dan kemampuan anak.

Hindarkan suhu lingkungan yang terlalu panas atau terlalu dingin

Hindarkan hal-hal yang menyebabkan ketakutan / kecemasan pada


anak

4. Memberikan support untuk tumbuh kembang

Kaji tingkat tumbuh kembang anak

Berikan stimulasi tumbuh kembang, kativitas bermain, game, nonton


TV, puzzle, nmenggambar, dan lain-lain sesuai kondisi dan usia anak.

Libatkan keluarga agar tetap memberikan stimulasi selama dirawat

5. Mempertahankan pertumbuhan berat badan dan tinggi badan yang sesuai

Sediakan diit yang seimbang, tinggi zat-zat nutrisi untuk mencapai


pertumbuhan yang adekuat

Monitor tinggi badan dan berat badan, dokumentasikan dalam bentuk


grafik untuk mengetahui kecenderungan pertumbuhan anak

Timbang berat badan setiap hari dengan timbangan yang sama dan
waktu yang sama

Catat intake dan output secara benar

Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering untuk menghindari


kelelahan pada saat makan

Anak-anak yang mendapatkan diuretik biasanya sangat haus, oleh


karena itu cairan tidak dibatasi.

6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi

Hindari kontak dengan individu yang terinfeksi

Berikan istirahat yang adekuat

Berikan kebutuhan nutrisi yang optimal

7. Memberikan support pada orang tua

Ajarkan keluarga / orang tua untuk mengekspresikan perasaannya


karena memiliki anak dengan kelainan jantung, mendiskudikan
rencana pengobatan, dan memiliki peranan penting dalam keberhasilan
pengobatan

Ekplorasi perasaan orang tua mengenai perasaan ketakutan, rasa


bersalah, berduka, dan perasaan tidak mampu

Mengurangi ketakutan dan kecemasan orang tua dengan memberikan


informasi yang jelas

Libatkan orang tua dalam perawatan anak selama di rumah sakit

Memberikan dorongan kepada keluarga untuk melibatkan anggota


keluarga lain dalama perawatan anak.

D. Hasil Yang Diharapkan


1. Anak akan menunjukkan tanda-tanda membaiknya curah jantung
2. Anak akan menunjukkan tanda-tanda tidak adanya peningkatan resistensi
pembuluh paru
3. Anaka akan mempertahankan tingkat aktivitas yang adekuat
4. Anak akan tumbuh sesuai dengan kurva pertumbuhan berat dan tinggi
badan
5. Anaka akan mempertahankan intake makanan dan minuman untuk
mempertahankan berat badan dan menopang pertumbuhan
6. Anak tidak akan menunjukkan tanda-tanda infeksi
7. Orang tua akan mengekspresikan perasaannya akibat memiliki anak
dengan kelainan jantung, mendiskusikan rencana pengobatan, dan
memiliki keyakinan bahwa orang tua memiliki peranan penting dalam
keberhasilan pengobatan.
E. Perencanaan Pemulangan

Kontrol sesuai waktu yang ditentukan

Jelaskan kebutuhan aktiviotas yang dapat dilakukan anak sesuai dengan


usia dan kondisi penyakit

Mengajarkan ketrampilan yang diperlukan di rumah, yaitu :


-

Teknik pemberian obat

Teknik pemberian makanan

Tindakan untuk mengatasi jika terjadi hal-hal yang

mencemaskan

tanda-tanda komplikasi, siapa yang akan dihubungi jika membutuhkan


pertolongan.

Daftar Pustaka
Engram.B (1994). Rencana Asuhan KeperawatanMedikal Bedah. 1th. Ed.
Editor Monica ester, S.Kp. EGC. Jakarta
Ngastiyah. (1995). Pedoman Anak Sakit . editor Setiawan S.Kp. EGC. Jakarta
Sariadai, S.kp & Rita Yuliani, S.kp. Asuhan Keperawatan Pada Anak. PT. Fajar
interpratama. Jakarta
Soetjiningsih, 1995. Tumbuh kembang anak, Surabaya : EGC.
Wong, 2003 , Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Jakarta : EGC.

Vous aimerez peut-être aussi