Vous êtes sur la page 1sur 6

Bagaimana Mengajar Pembuktian?

Fadjar Shadiq, M.App.Sc


(fadjar_p3g@yahoo.com atau www.fadjarp3g.wordpress.com)
WI Madya PPPPTK Matematika
Hal yang perlu dibuktikan sangat banyak. Contohnya rumus luas persegipanjang
dengan lambang L = p l. Contoh lain adalah rumus suku ke-n barisan
aritmetika dengan lambang Un = a + (n 1) b. Keduanya harus dibuktikan. Baik
L, p, maupun l memiliki arti sendiri-sendiri. L melambangkan luas persegi
panjang tersebut, p melambangkan ukuran panjangnya, serta l melambangkan
ukuran lebarnya. Begitu juga lambang Un, a, n, dan b berturut-turut
melambangkan suku ke-n barisan aritmetika, suku pertama, banyaknya suku,
dan beda. Bagaimana membuktikannya? Yang jelas pembuktian untuk siswa
SD/MI akan berbeda dengan siswa SMP/Mts, SMA/SMK/MA, dan mahasiswa.
Sebaiknya Dimulai dari Benda Nyata
Untuk menunjukkan pada siswa SD bahwa luas daerah jajargenjang adalah a t
dimana a melambangkan ukuran alasnya dan t melambangkan ukuran tinggi
jajargenjang tersebut, maka dapat digunakan benda nyata yang dapat diraba,
dilihat, dan dimanipulasi. Gambar alat peraga tersebut ditunjukkan di bawah ini
yang merupakan hasil pengembangan unit alat peraga PPPPTK Matematika. Alat
itu hanya ingin menunjukkan bahwa luas jajargenjang adalah sama dengan luas
persegipanjang yang bersesuaian. Sehingga para siswa dapat dengan mudah
memahaminya.

Untuk membantu pemahaman siswanya, alternatif pertanyaan yang dapat


diajukan guru di antaranya adalah sebagai berikut.
1. Apa yang dapat Anda katakan tentang luas persegipanjang?
2. Mengapa?
3. Mengapa Anda katakan bahwa luas jajargenjang sama dengan luas
persegipanjang di sebelahnya?
4. Kalau begitu, bagaimana rumus luas jajargenjang itu?
Pada intinya, pembuktian itu harus dimulai dari sesuatu yang sudah diketahui
siswa, dari pengetahuan tentang luas persegipanjang ke luas jajargenjang.
Sebaiknya Dimulai dari Gambar
Selama proses pembelajaran di kelas, ada kalanya lebih mudah menggunakan
gambar yang dibuat siswa sendiri untuk meyakinkan mereka. Hal ini dapat
digunakan ketika siswa mempelajari konsep atau teorema baru. Contohnya
untuk menunjukkan bahwa besar sudut pusat adalah dua kali sudut keliling jika
menghadap busur lingkaran yang sama, maka setiap siswa atau setiap kelompok
siswa diminta untuk melakukan kegiatan berikut.
C

A
1. Menggambar lingkaran dengan jari-jari yang tidak ditentukan panjangnya.
2. Menggambar sudut pusat yang besarnya merupakan kelipatan 10o yang pada
gambar di bawah ini ditunjukkan oleh AOB
3. Menggambar sudut keliling yang menghadap busur AB juga, yang pada
gambar di atas ditunjukkan oleh ACB.
4. Mengukur besar sudut pusat (AOB) dan sudut keliling (ACB)
5. Menuliskan hasil pengukuran tersebut pada tabel seperti berikut di papan
tulis atau di charta.
Besar Sudut
Pusat
Besar Sudut
Keliling

6. Menyimpulkan hubungan besar sudut pusat dan besar sudut keliling jika
menghadap busur yang sama.
Dari setiap siswa ataupun kelompok siswa yang melakukan dengan benar
kegiatan seperti dipaparkan di atas akan didapatkan suatu hasil yang sama yaitu
sudut pusat besarnya adalah dua kali besar sudut keliling jika menghadap busur
yang sama. Bagaimana membuktikannya?
Untuk membuktikan kebenaran pernyataan: Pada setiap segitiga, besar suatu
sudut pusat adalah dua kali besar sudut keliling jika menghadap busur yang
sama, adalah dengan mnggunakan teorema lain yang sudah dipelajari siswa,
yaitu: Pada suatu segitiga samakaki BOC karena BO = OC, maka kedua sudut
alasnya sama besar (B = C).
C

O
y

x
B
D

Jika dimisalkan DOB = x dan DOA = y, maka COB = (180 x) dan AOC =
(180 y). Segitiga OBC merupakan segitiga samakaki, karena OB = OC (jarijari), begitu juga dengan segitiga AOC merupakan segitiga samakaki juga,
sehingga dapat dibuktikan dengan menggunakan sifat-sifat pada segitiga bahwa
DCB = x dan DCA = y. Secara deduktif terbukti bahwa sudut pusat
besarnya adalah dua kali besar sudut keliling jika menghadap busur yang sama.
Jika siswa Anda mengalami kesulitan dapat mengganti x dan y dengan 40 dan
30 yang lebih mudah ditangkap siswa.
Contoh di atas menunjukkan pentingnya gambar untuk membuktikan bahwa
sudut pusat besarnya adalah dua kali besar sudut keliling jika menghadap busur
yang sama. Di samping itu, dengan menggunakan atau melibatkan teori maupun
rumus matematika sebelumnya yang sudah dibuktikan kebenarannya juga, yaitu
menggunakan teorema atau sifat-sifat yang berkait dengan segitiga samakaki.
Teori maupun rumus matematika yang digunakan sebagai dasar pembuktian tadi
telah dibuktikan berdasar teori maupun rumus matematika sebelumnya lagi. Di
samping itu, pembuktian tentang sudut pusat besarnya adalah dua kali besar
sudut keliling jika menghadap busur yang sama telah melibatkan atau
menggunakan definisi, pengertian, atau konsep yang sudah ditetapkan
sebelumnya, seperti pengertian segitiga samakaki, jari-jari, sudut berpelurus,
dan lainnya.
3

Sebaiknya Dimulai dari Bilangan


Perhatikan perintah berikut dan kerjakan.
Perintah
1. Tulis bilangan pertama (I) yang
terdiri atas tiga angka; dengan
syarat angka ratusan harus paling
tidak dua lebihnya dari angka
satuan.

Contoh
724

2. Tukar angka ratusan dengan angka


satuan. Nyatakan sebagai bilangan
kedua (II).

427

3. Bilangan I dikurangi bilangan II.

724 427 = 297

4. Tukar lagi angka ratusan dengan


angka satuan.

792

5. Jumlahkan kedua bilangan


tersebut.
6. Berapa hasilnya?

Catatan
Mengapa 726 tidak
bisa dipilih sebagai
bilangan I?

Ingat yang ditukar


hanya angka ratusan
dengan angka satuan
saja.

Ingat yang ditukar


hanya angka ratusan
dengan angka satuan
saja.

297+792

1089

Apakah hasilnya
mesti 1089?
Bagaimana
membuktikannya?

Pertanyaan yang dapat diajukan di antaranya adalah:


1. Mengapa hasilnya selalu 1089?
2. Kebetulan atau memang hasilnya harus begitu?
3. Berapa tingkat kebenarannya?
4. Bagaimana membuktikannya.
Untuk membuktikan langkah-langkahnya adalah sebagai berikut.
1. Dapat dimisalkan bilangan tiga angka I tersebut adalah abc di mana nilai a
paling tidak dua lebihnya dari angka c. Dengan kata lain a c > 1 dengan a
dan c dua bilangan bulat positif.
Artinya, abc = 100 a + 10 b + c.
Contohnya, 724 = 100 7 + 10 2 + 4.
2. Ketika angka ratusan dengan angka satuan ditukar tempatnya, akan didapat
bilangan II yaitu cba = 100 c + 10 b + a.
4

Contohnya adalah 427 = 100 4 + 10 2 + 7.


3. Bagaimana jika bilangan I dikurangi bilangan II.
Contohnya adalah 724 427 = 297.
Ketika melakukan pengurangan 724 427, apa yang Anda lakukan?
Pada intinya, hal-hal yang menarik pada pengurangan 724 427 dengan hasil
297 dapat dijadikan acuan untuk menentukan hasil dari abc cba.
Pernyataan di atas dapat diubah menjadi:
abc
=
100 a
+ 10 b
+ c.
cba
=
100 c
+ 10 b
+a
Perhatikan angka satuan yang akan dikurangkan, karena a > c (nilai a lebih
dari nilai c, maka diambil satu nilai dari b. Begitu juga akan diambil satu
nilai dari a sehingga didapat pengurangannya sebagai berikut. Sekali lagi
jangan lupa untuk mengacu pada pengurangan 724 427.
abc
cba

=
=

100 (a 1)
100 c

+ 10 (b + 9)
+ 10 b

+ c + 10.
+a

100 (a 1 c)

+ 10 (9)

+ (c + 10 a)

4. Hasil pengurangan di atas ditukar lagi posisi satuan dengan ratusannya,


sehingga didapat sebagai berikut.
B

100 (c + 10 a)

+ 10 (9)

5. Jika A + B akan didapat sebagai berikut.


A
=
100 (a 1 c) + 10 (9)
B
=
100 (c + 10 a) + 10 (9)

+ (a 1 c)

+ (c + 10 a)
+ (a 1 c)
+

=
100 9
+ 10 (9 + 9)
=
900
+ 180
=
1089
6. Jadi terbukti bahwa hasilnya mesti 1089

+9
+9

Penutup
Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa pembuktian suatu rumus atau
hasil suatu kegiatan akan mudah diterima siswa dan Anda sebagai guru jika
pembuktian itu dapat menggunakan benda konkret sehingga dapat dimanipulasi
siswa dan siswa dapat mempelajari matematikanya dari benda konkret tersebut.
Untuk siswa SD benda konkret ini dapat memudahkan pemahaman mereka.
Untuk siswa SMP maupun SMA masih perlu digunakan benda konkret terutama
untuk materi yang berkait dengan geometri ruang.
Untuk siswa SD, SMP maupun SMA masih perlu digunakan gambar untuk
memudahkan pemahaman mereka. Contoh nomor dua di atas menunjukkan
bahwa akan sulit bagi siswa SMA sekalipun jika gambarnya tidak diberikan.
5

Contoh terakhir menunjukkan bahwa bilangan yang digunakan akan jauh lebih
mudah ditangkap otak kita karena sudah biasa kita lakukan daripada hurufhuruf sebagai wakil dari bilangan-bilangan tersebut.
Hal ini menunjukkan pentingnya pengetahuan prasyarat dalam proses
pembuktian. Itulah sebabnya, sudah sejak lama Descartes, yang mengenalkan
sumbu Kartesius, dalam bukunya CEuvres, vol. VI, hal 20-21 dan hal 67
menyatakan dua pernyataan berikut:
Each problem that I solved became a rule which served afterwards to
solve other problems. [Setiap masalah yang dapat dipecahkan dapat
menjadi suatu aturan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah lain].
If I found any new truths in the sciences, I can say that they all follow
from, or depend on, five or six principal problems which I succeeded in
solving and which I regard as so many battles where the fortune of war
was on my side. [Jika saya mendapatkan suatu kebenaran baru di
bidang sain, maka saya dapat menyatakan bahwa hal tersebut
mengikuti dari, atau tergantung pada, lima atau enam prinsip
pemecahan masalah yang sukses saya lakoni sehingga dapat saya
nyatakan bahwa seperti dalam beberapa pertempuran maka
keberuntungan berpihak pada diri saya].
Dua pernyataan tersebut dapat dibaca pada buku Polya (...: 2). Pada akhirnya,
mudah-mudahan tulisan ini dapat membantu guru matematika memfasilitasi
siswanya sehingga proses pembelajaran di kelas akan bermakna (meaningful)
bagi mereka. Dengan kata lain proses asimilasi dan akomodasi dapat terjadi pada
pikiran mereka. Kata lainnya, para siswa akan memiliki pemahaman relasional
dan para siswa akan terbantu untuk mengkonstruksi pengetahuan berdasar
pengetahuan yang ada di benak mereka.
Daftar Pustaka
Polya, G (...). Mathematical Discovery. Combined Edition. New York: John Wiley
and Sons Inc.

Vous aimerez peut-être aussi