Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A
1. Menggambar lingkaran dengan jari-jari yang tidak ditentukan panjangnya.
2. Menggambar sudut pusat yang besarnya merupakan kelipatan 10o yang pada
gambar di bawah ini ditunjukkan oleh AOB
3. Menggambar sudut keliling yang menghadap busur AB juga, yang pada
gambar di atas ditunjukkan oleh ACB.
4. Mengukur besar sudut pusat (AOB) dan sudut keliling (ACB)
5. Menuliskan hasil pengukuran tersebut pada tabel seperti berikut di papan
tulis atau di charta.
Besar Sudut
Pusat
Besar Sudut
Keliling
6. Menyimpulkan hubungan besar sudut pusat dan besar sudut keliling jika
menghadap busur yang sama.
Dari setiap siswa ataupun kelompok siswa yang melakukan dengan benar
kegiatan seperti dipaparkan di atas akan didapatkan suatu hasil yang sama yaitu
sudut pusat besarnya adalah dua kali besar sudut keliling jika menghadap busur
yang sama. Bagaimana membuktikannya?
Untuk membuktikan kebenaran pernyataan: Pada setiap segitiga, besar suatu
sudut pusat adalah dua kali besar sudut keliling jika menghadap busur yang
sama, adalah dengan mnggunakan teorema lain yang sudah dipelajari siswa,
yaitu: Pada suatu segitiga samakaki BOC karena BO = OC, maka kedua sudut
alasnya sama besar (B = C).
C
O
y
x
B
D
Jika dimisalkan DOB = x dan DOA = y, maka COB = (180 x) dan AOC =
(180 y). Segitiga OBC merupakan segitiga samakaki, karena OB = OC (jarijari), begitu juga dengan segitiga AOC merupakan segitiga samakaki juga,
sehingga dapat dibuktikan dengan menggunakan sifat-sifat pada segitiga bahwa
DCB = x dan DCA = y. Secara deduktif terbukti bahwa sudut pusat
besarnya adalah dua kali besar sudut keliling jika menghadap busur yang sama.
Jika siswa Anda mengalami kesulitan dapat mengganti x dan y dengan 40 dan
30 yang lebih mudah ditangkap siswa.
Contoh di atas menunjukkan pentingnya gambar untuk membuktikan bahwa
sudut pusat besarnya adalah dua kali besar sudut keliling jika menghadap busur
yang sama. Di samping itu, dengan menggunakan atau melibatkan teori maupun
rumus matematika sebelumnya yang sudah dibuktikan kebenarannya juga, yaitu
menggunakan teorema atau sifat-sifat yang berkait dengan segitiga samakaki.
Teori maupun rumus matematika yang digunakan sebagai dasar pembuktian tadi
telah dibuktikan berdasar teori maupun rumus matematika sebelumnya lagi. Di
samping itu, pembuktian tentang sudut pusat besarnya adalah dua kali besar
sudut keliling jika menghadap busur yang sama telah melibatkan atau
menggunakan definisi, pengertian, atau konsep yang sudah ditetapkan
sebelumnya, seperti pengertian segitiga samakaki, jari-jari, sudut berpelurus,
dan lainnya.
3
Contoh
724
427
792
Catatan
Mengapa 726 tidak
bisa dipilih sebagai
bilangan I?
297+792
1089
Apakah hasilnya
mesti 1089?
Bagaimana
membuktikannya?
=
=
100 (a 1)
100 c
+ 10 (b + 9)
+ 10 b
+ c + 10.
+a
100 (a 1 c)
+ 10 (9)
+ (c + 10 a)
100 (c + 10 a)
+ 10 (9)
+ (a 1 c)
+ (c + 10 a)
+ (a 1 c)
+
=
100 9
+ 10 (9 + 9)
=
900
+ 180
=
1089
6. Jadi terbukti bahwa hasilnya mesti 1089
+9
+9
Penutup
Beberapa contoh di atas menunjukkan bahwa pembuktian suatu rumus atau
hasil suatu kegiatan akan mudah diterima siswa dan Anda sebagai guru jika
pembuktian itu dapat menggunakan benda konkret sehingga dapat dimanipulasi
siswa dan siswa dapat mempelajari matematikanya dari benda konkret tersebut.
Untuk siswa SD benda konkret ini dapat memudahkan pemahaman mereka.
Untuk siswa SMP maupun SMA masih perlu digunakan benda konkret terutama
untuk materi yang berkait dengan geometri ruang.
Untuk siswa SD, SMP maupun SMA masih perlu digunakan gambar untuk
memudahkan pemahaman mereka. Contoh nomor dua di atas menunjukkan
bahwa akan sulit bagi siswa SMA sekalipun jika gambarnya tidak diberikan.
5
Contoh terakhir menunjukkan bahwa bilangan yang digunakan akan jauh lebih
mudah ditangkap otak kita karena sudah biasa kita lakukan daripada hurufhuruf sebagai wakil dari bilangan-bilangan tersebut.
Hal ini menunjukkan pentingnya pengetahuan prasyarat dalam proses
pembuktian. Itulah sebabnya, sudah sejak lama Descartes, yang mengenalkan
sumbu Kartesius, dalam bukunya CEuvres, vol. VI, hal 20-21 dan hal 67
menyatakan dua pernyataan berikut:
Each problem that I solved became a rule which served afterwards to
solve other problems. [Setiap masalah yang dapat dipecahkan dapat
menjadi suatu aturan yang dapat digunakan untuk memecahkan
masalah lain].
If I found any new truths in the sciences, I can say that they all follow
from, or depend on, five or six principal problems which I succeeded in
solving and which I regard as so many battles where the fortune of war
was on my side. [Jika saya mendapatkan suatu kebenaran baru di
bidang sain, maka saya dapat menyatakan bahwa hal tersebut
mengikuti dari, atau tergantung pada, lima atau enam prinsip
pemecahan masalah yang sukses saya lakoni sehingga dapat saya
nyatakan bahwa seperti dalam beberapa pertempuran maka
keberuntungan berpihak pada diri saya].
Dua pernyataan tersebut dapat dibaca pada buku Polya (...: 2). Pada akhirnya,
mudah-mudahan tulisan ini dapat membantu guru matematika memfasilitasi
siswanya sehingga proses pembelajaran di kelas akan bermakna (meaningful)
bagi mereka. Dengan kata lain proses asimilasi dan akomodasi dapat terjadi pada
pikiran mereka. Kata lainnya, para siswa akan memiliki pemahaman relasional
dan para siswa akan terbantu untuk mengkonstruksi pengetahuan berdasar
pengetahuan yang ada di benak mereka.
Daftar Pustaka
Polya, G (...). Mathematical Discovery. Combined Edition. New York: John Wiley
and Sons Inc.