Vous êtes sur la page 1sur 9

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

Theodorus Samuel
102013050 / C1
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jalan Terusan Arjuna No. 6, Jakarta Barat 11510
E-mail: theodorus.2013fk050@civitas.ukrida.ac.id

Abstrak
Terjadinya akinesia, yaitu kehilangan atau berkurangnya kemampuan untuk
melakukan gerakan pada salah satu ekstremitas dapat dikelompokkan sebagai gangguan
neurologis, baik sentral maupun perifer. Terdapat banyak sekali penyakit yang dapat
menyebabkan terjadinya gejala akinesia, salah satu yang dapat terjadi secara akut dan pada
anak-anak adalah poliomyelitis yang disebabkan oleh infeksi poliovirus. Gangguan seperti ini
seringkali sangat mengganggu kehidupan manusia, karena dalam kegiatan sehari-hari
manusia selalu membutuhkan pergerakan. Banyaknya kemungkinan penyebab gejala ini
menyebabkan perlunya pemeriksaan yang menyeluruh dan teliti untuk menyingkirkan
diagnosis bandingnya.
Kata Kunci: Akinesia Akut, Neurologi, Poliomielitis, Poliovirus.

Abstract
The event of akinesia, which is a loss or impairment of the ability to perform
movement on one of our limbs can be classified into a neurological disorder, whether it is
centrally of peripherally. There is a lot of etiology to this symptom, but one of the disorders
that can cause acute akinesia in childhood is poliomyelitis, which is caused by poliovirus
infection. This kind of disorder creates an impairment to a humans life, because the ability to
move is always used in every activity throughout the day. The high variety of etiology to this
symptom requires a thorough and comprehensive approach in every examination to exclude
differential diagnoses.
Keywords: Acute Akinesia, Neurology, Poliomyelitis, Poliovirus.

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

Pendahuluan
Akinesia merupakan suatu keadaan dimana salah satu ekstremitas kehilangan atau
mengalami penurunan kemampuan untuk bergerak. Akinesia sendiri bisa bermanifestasi
dalam berbagai bentuk, yaitu quadriplegia, paraplegia, hemiplegia, ataupun monoplegia. Kata
plegia berarti lumpuh, yang menyatakan bahwa otot sama sekali kehilangan kemampuannya
untuk berkontraksi. Kata plegia ini seringkali digantikan dengan kata parese, yang merupakan
bentuk yang lebih ringan dari kelumpuhan dimana kontraksi otot mengalami kelemahan atau
gangguan.
Tinjauan pustaka ini akan membahas banyak hal seputar gejala akinesia akut pada
kaki kanan seorang anak laki-laki. Hal ini akan diuraikan dengan jelas sehingga pembacanya
dapat mengerti tentang pendekatan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien dengan
keluhan utama akinesia, serta pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis penyakit
penyebabnya. Selain itu, akan dibahas juga diagnosis banding dari gejala akinesia.

Anamnesis
Anamnesis adalah suatu wawancara yang bertujuan untuk mengetahui informasi
mengenai keadaan pasien.1 Anamnesis dapat dilakukan baik secara langsung (autoanamnesis)
maupun tidak langsung (alloanamnesis). Untuk pasien baru, sebaiknya dilakukan anamnesis
komprehensif agar mendapatkan informasi yang lengkap mengenai keadaan dan riwayat
kesehatan pasien tersebut. Sedangkan untuk pasien lainnya dapat dilakukan anamnesis
spesifik yang berkaitan dengan keluhannya.2
Pada orang dewasa, terdapat tujuh komponen dari anamnesis komprehensif, yaitu
identifikasi data yang meliputi nama, usia, jenis kelamin, alamat, agama, suku bangsa,
pekerjaan, dan status perkawinan; keluhan utama yang menyebabkan pasien mencari
perawatan;

riwayat

penyakit

sekarang

yang

memberatkan

keluhan

utama

dan

mendeskripsikan lokasi, kualitas, kuantitas, waktu, kondisi saat terjadi gejala, faktor yang
memperburuk atau meredakan, dan manifestasi hal-hal lain yang terkait gejala; riwayat
pasien yang terdiri dari daftar penyakit dahulu dalam empat kategori (medis, bedah,
obstetric/ginekologi, dan psikiatri); riwayat keluarga yang mencakup daftar penyakit keluarga

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

dan keadaan anggota keluarga; riwayat pribadi dan sosial; dan tinjauan sistem mengenai
gejala yang umum pada masing-masing sistem tubuh.2
Pada pasien dengan keluhan utama kelumpuhan pada otot, perlu ditanyakan secara
lengkap detil dari keluhannya. Sejak kapan, dimana letak keluhannya, apakah terjadi
kelumpuhan atau hanya kelemahan, apakah terjadi secara fokal atau umum, apakah terjadi
hanya pada satu sisi tubuh atau keduanya. Perlu juga ditanyakan gerakan seperti apa yang
terganggu untuk menentukan apakah ada otot spesifik yang terganggu. Selain itu, letak dari
gangguan juga perlu ditentukan apakah terletak proksimal atau distal, simetris atau asimetris.2
Onset dari kelumpuhan yang cepat atau akut dapat terjadi pada serangan iskemik
transien atau Transient Ischaemic Attack (TIA) dan stroke. Onset subakut progresif yang
terjadi pada ekstremitas bawah bagian distal dapat disebabkan oleh sindroma Guillain-Barre,
sedangkan onset kronis pada ekstremitas bawah dapat terjadi pada lesi spinal metastatik dan
penyakit sendi lumbal. Kelemahan yang terjadi secara fokal dapat disebabkan oleh gangguan
sentral (iskemia, thrombosis, atau lesi massa) dan perifer, mulai dari kerusakan serabut saraf,
kelainan jembatan neuromuskuler, hingga miopati atau kelainan otot intrinsik.2
Kelemahan ekstremitas proksimal yang simetris dan tidak disertai dengan gangguan
sensori

biasanya

terjadi

pada

glukokortikoid/kortikosteroid,

miopati

serta

akibat

penyakit

otot

alkohol

dan

inflamasi

obat-obatan
seperti

seperti

miositis

dan

dermatomiositis. Pada kelemahan proksimal yang asimetris dan bertambah berat dengan
pekerjaan, dapat dipikirkan kemungkinan kelainan jembatan neuromuskuler seperti miastenia
gravis, yang seringkali disertai dengan gangguan bulbar seperti diplopia, ptosis, disartia, dan
disfagia. Kelemahan distal yang bilateral biasa terjadi pada polineuropati pada diabetes.2
Pada pasien ini perlu juga ditanyakan apakah mengalami gangguan/kehilangan
sensorik. Gangguan sensorik ini dapat terjadi sebagai rasa baal pada suatu bagian yang sering
mengalami kompresi, rasa terbakar atau nyeri hebat pada sentuhan atau tusukan kecil apabila
terjadi disestesia, atau kehilangan sensorik total.2
Dari skenario didapatkan hasil anamesis bahwa pasien adalah seorang anak laki-laki
yang berusia 8 tahun, datang dengan keluhan utama kaki kanannya tidak dapat digerakkan
sejak 2 hari yang lalu.

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

Pemeriksaan Fisik
Sebelum melakukan pemeriksaan fisik, perlu diperhatikan terlebih dahulu penampilan
pasien. Apakah pasien tersebut tampak sakit berat, sakit ringan, atau sehat. Kemudian perlu
juga diperhatikan tingkat kesadaran pasien tersebut dan apakah pasien tersebut dalam
keadaan yang gawat, seperti nyeri, gelisah atau depresi, atau kesulitan jantung dan
pernapasan. Warna kulit dan lesi yang jelas juga perlu diperhatikan, begitu juga dengan
pakaian, kebersihan, dan bau badannya. Ekspresi wajah, postur, dan aktivitas motorik juga
dianggap penting untuk diperhatikan. Terakhir, perlu dilakukan pengukuran berat dan tinggi
badan (perhitungan Indeks Massa Tubuh/IMT), serta lingkar pinggang jika IMT lebih dari
35.2
Pemeriksaan tanda-tanda vital (TTV) penting untuk dilakukan sebelum melakukan
pemeriksaan fisik yang spesifik. Pemeriksaan ini meliputi tekanan darah, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, dan suhu tubuh. TTV memberikan informasi awal yang kritis dan
biasanya berpengaruh pada pemeriksaan.2
Pemeriksaan fisik seharusnya dilakukan secara komprehensif, namun untuk pasien ini
perlu dilakukan pemeriksan sistem motorik, sistem sensorik, dan refleks tendon. Pemeriksaan
sistem motorik dilakukan dengan memeriksa keadaan dan postur tubuh saat diam dan
bergerak, ada atau tidaknya gerakan involunter, ukuran dan kontur dari otot tubuh, tonus otot
istirahat, kekuatan kontraksi otot, dan kemampuan koordinasi.2
Pemeriksaan sistem sensorik dilakukan dengan memeriksa sensitivitas tubuh terhadap
nyeri dan suhu, posisi dan getaran, sentuhan ringan, serta uji diskriminatif. Pemeriksaan
refleks tendon dilakukan dengan menggunakan palu refleks yang diketukkan pada tendontendon tertentu, dapat dilakukan reinforcement apabila sulit untuk mendapatkan respon
refleks pasien.2

Diagnosis Banding
Penyebaran dari kelemahan otot sangat penting dalam menentukan arah diagnosis,
yang dapat dikelompokkan menjadi hemiparesis (kelemahan otot pada satu sisi tubuh),
paraparesis (kelemahan otot pada kedua ekstremitas bawah), quadriparesis (kelemahan otot

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

pada seluruh ekstremitas), monoparesis (kelemahan otot pada satu ekstremitas), kelemahan
distal, dan kelemahan proksimal.3
Pada pasien ini, didapatkan gejala
monoparesis, yaitu kelemahan
otot pada kaki kanannya yang
bisanya

disebabkan

karena

kelainan pada upper atau lower


motor neuron, dengan ataupun
tanpa gangguan sensorik. Selain
itu,

ditemukan

juga

adanya

kelemahan pada bagian distal


dari ekstremitas yang biasanya
disebabkan oleh gangguan pada
lower motor neuron atau kelainan
pada serabut saraf perifer.

Gambar no. 1
Alur Diagnosis Kelemahan Otot3

Pada

skenario

ini

ditemukan bahwa kelemahan distal terjadi secara akut dan asimetris yang biasa disebabkan
oleh anterior horn cell disease seperti poliomielitis, atau adanya kelainan pada serabut saraf
perifer (lihat gambar no. 1). Apabila terjadi di daerah proksimal, maka dapat diperkirakan
adanya gangguan pada jembatan neuromuskuler, misalnya miastenia gravis. Onset yang akut
pada pasien ini menyebabkan perlu diperhitungkannya sindroma Guillain-Barre yang
merupakan kelainan lower motor neuron yang paling sering terjadi, dan dapat menyebabkan
monoparesis pada fase awal.3

Poliomielitis akut
Poliomielitis akut adalah penyakit pada anterior horn motor neuron di
medulla spinalis yang disebabkan oleh poliovirus. Manifestasi klinis yang ditemukan
cukup khas, yaitu adanya kelemahan otot flaccid yang asimetris, disebabkan oleh
denervasi atau kehilangan persarafan pada otot rangka tersebut. Poliomielitis dapat
dihindari dan dicegah dengan pemberian vaksin poliovirus pada neonates.4

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

Miastenia Gravis
Miastenia Gravis (MG) adalah sebuah penyakit autoimun yang cukup langka,
dimana terbentuk antibodi terhadap reseptor asetilkolin nikotinik postsinaps di
jembatan neuromuskuler otot rangka. Kelainan ini bermanifestasi sebagai kelemahan
otot yang fokal di awal penyakit, dimana bagian proksimal biasanya lebih parah
daripada distal. Pasien MG akan sering mengalami serangan yang episodik, dimana
eksaserbasi bisa dicetuskan oleh sinar matahari yang terang, stress emosional, bahkan
menstruasi.5

Sindroma Guillain-Barre
Sindroma Guillain-Barre atau Guillain-Barre Syndrome (GBS) adalah suatu
kumpulan

gejala

klinis

yang

bermanifestasi

sebagai

poliradikuloneuropati

inflamatorik akut yang menyebabkan kelemahan otot dan menghilangnya refleks.


Pasien GBS sebagian besar akan berkembang menjadi poliradikuloneuropati
demielinasi

inflamatorik

akut

atau

Acute

Inflammatory

Demyelinating

Polyradiculoneuropathy (AIDP), yang diawali dengan gangguan saluran nafas atau


saluran cerna yang ringan dengan disestesia ujung jari dan kelemahan otot proksimal
ekstremitas bawah 2-4 minggu sebelumnya. Keadaan ini dapat berkembang dengan
cepat dan progresif menyebar ke tempat lainnya. GBS disebabkan oleh antibodi
terhadap kapsul Campylobacter jejuni yang dapat bereaksi silang dengan ganglioside
GM1 di selubung mielin.6

Pemeriksaan Penunjang
Uji elektrodiagnostik tersusun atas serangkaian tes yang khusus, antara lain Nerve
Conduction Studies (NCS) dan Electromyography (EMG) jarum yang bisa digunakan untuk
menilai dan mengevaluasi konduksi elektrik di saraf tepi. NCS dilakukan dengan meletakkan
beberapa elektroda pada permukaan kulit sepanjang area perjalanan beberapa saraf perifer
yang spesifik. Saraf tersebut kemudian distimulasi pada satu focus dan direkam untuk menilai

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

apakah konduksi saraf berjalan dengan baik. Penilaian pada saraf sensorik dan motorik
mengandung penilaian terhadap masa laten, kecepatan hantar, dan amplitudo.7
Pada poliomielitis akut dapat diharapkan ditemukan menurunnya pola interferensi
otot pada EMG akibat adanya kerusakan pada serabut akson motorik yang akut. Fibrilasi dan
fasikulasi juga dapat diamati pada 2-4 minggu sejak timbulnya gejala dan dapat menetap.
Potensial aksi unit motorik juga memiliki amplitudo yang mengecil, namun kemudian
menjadi lebih besar dari biasanya akibat adanya reinervasi otot. Konduksi serabut saraf
motorik dan kecepatannya tetap berada pada batas normal dalam pemeriksaan NCS, namun
dapat berkurang apabila jumlah serabut saraf motorik yang terkena meningkat. Karena
ganglia dorsalis yang tetap baik, konduksi pada serabut saraf sensorik tetap berada pada batas
yang normal.4
Pasien MG akan memiliki gambaran yang khas pada EMG single-fiber, yaitu adanya
fenomena potensial aksi susulan. Pada pemeriksaan EPSP (Excitatory Postsynaptic
Potentials) pada pasien sehat, seluruh EPSP akan mencetuskan potensial aksi yang melebihi
ambang letupnya, namun pada pasien MG potensial aksi awal akan mencapai ambang letup,
namun akan semakin menurun hingga mendatar pada potensial aksi keempat atau kelima
(lihat gambar no. 2).5

Gambar no. 2
Pemeriksaan EPSP Pada Pasiem MG5

Pemeriksaan NCS sangat berguna untuk diagnosis dan mengevaluasi prognosis pada
pasien dengan suspek sindroma Guillain-Barre. Kelainan yang konsisten dengan adanya
7

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

demielinisasi sangat sensitive dan dapat didiagnosis NCS. Tanda adanya demielinisasi antara
lain penurunan kecepatan konduksi saraf, peningkatan masa laten distal, peningkatan absensi
dari gelombang F, dan adanya blok atau dispersi respon konduksi pada area kompresi.6
Kesimpulan
Akinesia adalah suatu gejala dimana terjadi penurunan atau kehilangan kemampuan
untuk melakukan gerakan. Gejala ini dapat ditimbulkan oleh banyak kelainan, antara lain
poliomielitis, miastenia gravis, dan sindroma Guillain-Barre. Pasien yang datang dengan
keluhan utama akinesia harus mendapat pendekatan yang komprehensif dan mendalam agar
dapat ditentukan penyebabnya dengan cepat dan tepat, sehingga dapat menghindari
morbiditas yang dapat ditimbulkan akibat progresifitas gejala tersebut. Serangkaian
pemeriksaan penunjang juga dapat dilakukan, antara lain nerve conduction studies dan
electromyography untuk lebih tepat mendiagnosis dan menentukan prognosis dari kelainan
penyebabnya.

Akinesia Kaki Kanan Akut Pada Anak Laki-Laki

DAFTAR PUSTAKA
1

Hartanto YB, Nirmala WK, Ardy, Setiono S, Dharmawan D, Yoavita, et.al.,

penyunting. Kamus saku kedokteran dorland. Edisi ke-28. Jakarta: EGC; 2008: h. 52.
Bickley LS, Szilagyi PG. Bates guide to physical examination and history taking. 11th
edition. China: Lippincott Williams & Wilkins; 2013: p. 6-13, 56-7, 114-9, 692-3,

708-30.
Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et.al.
Harrions neurology in clinical medicine. 2nd edition. New York: McGraw-Hill; 2010:

p. 105-8.
Munson CL, Xing SY, Schwartz H, Talavera F, Kolaski K, Kishner S, et.al. Acute
Poliomyelitis.

Medscape.

September

3rd

2014.

Downloaded

from

http://tinyurl.com/h35hfgs, January 3rd 2016.


Shah AK, Goldenberg WD, Lorenzo N, Lopate G, Talavera F. Myasthenia gravis.
Medscape. October 7th 2015. Downloaded from http://tinyurl.com/zyhd7wd, January

3rd 2016.
Andary MT, Oleszek JL, Maurelus K, McCrimmon RYW, Meier RH, Kim CA, et.al.
Guillain-barre

syndrome.

Medscape.

July

1st

2015.

Downloaded

from

http://tinyurl.com/hvnm5w3, January 3rd 2016.


7 Kishner S, Elliott L, Miller JP. Electromyography and nerve conduction studies.
Medscape. October 9th 2015. Downloaded from http://tinyurl.com/zv6972s, January
3rd 2016.

Vous aimerez peut-être aussi