Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Ketahanan pribadi adalah salah satu faktor pendukung utama dalam unsurunsur pembentuk ketahanan nasional. Ketahanan nasional adalah kondisi
dinamis suatu bangsa (Indonesia) yang meliputi segenap kehidupan
nasional yang terintegrasi, berisi keuletan dan ketangguhan yang
mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional. Ketahanan
pribadi sendiri dapat dilihat dari 2 faktor yang aman yakni ke dalam dan
keluar. Ketahanan pribadi yang ke dalam ialah suatu pola dari setiap
individu tentang cara menyikapi terhadap keadaan negaranya dimana
dirinya dituntut untuk menjaga fisik, mental dan fikirannya agar tetap
terjaga sehingga apabila dibutuhkan oleh negara sewaktu-waktu dia siap
untuk melakukan usaha-usaha pembelaan negara demi utuhnya
ketahanan nasional negara kesatuan Republik Indonesia. Sedangkan
ketahanan pribadi yang keluar adalah cara pandang kita terhadap kondisi
politik Indonesia baik di dalam negeri maupun negara-negara lain.
Banyaknya gangguan keamanan di dalam negara kesatuan Republik
Indonesia dikarenakan faktor-faktor seperti kurangnya pengertian dari
penduduk tentang wawasan nusantara, kurangnya kesadaran akan rasa
persatuan dan kesatuan yang menjadi daya dukung, integritas, dan
identitas bangsa dan negara. Hal tersebut disebabkan karena kurang
mengertinya mereka karena kurang pengertian dari makna ketahanan
pribadi.
Ketahanan pribadi ditumbuhkan sebab adanya ketahanan keluarga, disini
arti ketahanan keluarga adalah karena adanya pengaruh yang besar dalam
ketahanan pribadi. Keluargalah yang memberitahu dan mengajari serta
menunjukkan arti pentingnya dari pertahanan pribadi dimana setiap pribadi
disini belajar tentang arti penting dari sebuah ketahanan yang bertujuan
untuk memacu ketahanan nasional.
Ketahanan nasional merupakan kondisi dinamis yang harus diwujudkan
oleh suatu negara dan harus dibina secara dini, secara terus menerus dan
sinergis dengan aspek-aspek kehidupan bangsa yang lain. Tentu saja
pelaku biseksual dan transgender, semuanya telah diatur rinci oleh Islam.
Para fuqaha (ahli fikih) bersepakat bahwa homoseksual adalah haram
ANCAMAN II
Keluarga muslim merupakan institusi pertama dan berperan sangat penting
dalam pembentukan generasi dalam masyarakat islam. Namun institusi ini
kini tengah di landa ancaman penghancuran. Penghancuran keluarga
muslim yang berlangsung saat ini menggunakan strategi liberalisasi
keluarga dengan menggiatkan isu kesetararaan gender (feminisme). Isu
hak-hak perempuan adalah sebuah medan pertarungan utama dalam
perang ide di dunia Islam.
Merunut perjalanan panjang proses liberalisasi keluarga-keluarga Muslim
di dunia, termasuk di Indonesia, kita akan menemukan suatu strategi politik
yang sangat terencana. AS dan sekutunya sesama negara Barat berperan
sebagai dalang di balik strategi ini. PBB dan lembaga-lembaga dunia
menjadi semacam event organizer perpanjangan tangan untuk
mengglobalkannya, agar segera diratifikasi (untuk dilaksanakan) oleh
negara-negara di dunia. LSM-LSM menjadi agen pelaksana di tingkat
negara,bahkan sampai tataran akar rumputnya
AS mendukung beberapa pesantren yang mendirikan crisis center untuk
korban-korban kekerasan domestic, publikasi tulisan terkait isu-isu
perempuan dalam fiqh serta membangun jaringan muslim moderat dari
NGO-NGO yang mempromosikan keadilan gender seperti Rahima dan
Fahmina. Beberapa isu potensial yang digarisbawahi antara lain terkait
status personal perkawinan, perceraian, pewarisan dan tuduhan bahwa
perempuan terancam perlakuan diskriminatif di bawah Syariah.
Pada tanggal 13-17 Februari 2009 telah diadakan pertemuan Musawah di
Malaysia. Agenda utama Musawah adalah menuntut keadilan dan
kesetaraan dalam keluarga muslim. Kaum gender yang hadir adalah
perwakilan dari 48 negara, termasuk Indonesia yang diwakili Musdah
Mulia, Husein Muhammad, dan Nur Rofiah. Mereka menggugat hukumhukum Allah, terutama hukum tentang keluarga diantaranya waris,
poligami, izin perkawinan,dsb. Ini menunjukan bahwa liberalisasi keluarga
legalisasi perilaku seks bebas (atas nama HAM dan KKG), kondomisasi,
dukungan terhadap retaknya keluarga melalui isu kekerasan dalam rumah
tangga, hingga menghapus UU yang masih mengandung ajaran Islam.
Dua hal inilah yang dilakukan oleh para pejuang dan pendukung jargon
gender saat ini.
Hanya saja, tampaknya usaha barat tersebut belum sepenuhnya berhasil
karena pada faktanya masih banyak kaum muslimah yang menganggap
ibu adalah peran yang mulia, suami adalah qawwam atas wanita, masih
ada muslimah yang secara sadar bersedia dipoligami. Dengan fakta yang
demikian barat tampaknya tak kurang akal, jika sebelumnya mereka
memasarkan idenya secara vulgar, kini mereka menawarkannya dengan
kemasan yang berbeda.
Bermunculannya film dan sinetron Islami seperti: Ayat Ayat Cinta, Ketika
Cinta Bertasbih, Perempuan berkalung Sorban, Muslimah, Hareem dsb
tampaknya bukan sekedar tren saja, melainkan suatu uslub yang sengaja
dibuat untuk memberi stigma negatif terhadap Islam, Dengan tayangan
tersebut mereka menggambarkan bahwa Islam mengekang kebebasan
perempuan, menempatkan perempuan pada posisis nomor dua setelah
kaum pria, poligami bermasalah dan selalu merugikan pihak perempuan,
dll.
Upaya barat mewujudkan profil Islam moderat khususnya melalui ide
jendernya, ternyata juga telah merubah jati diri para muslimah.
Bagaimanapun musuh-musuh Islam telah menyadari bahwa jika mereka
ingin menyempurnakan penghancuran umat Islam, maka mereka harus
menghancurkan model Keluarga Muslim dan menggantinya dengan
model Keluarga Barat.
Dimulai dari upaya mengarahkan Perempuan Muslim menjadi individualis
dan meterialistis; yang selanjutnya mereka akan didorong meninggalkan
keluarga dan anak-anaknya untuk mengejar karir, materi, dan status sosial.
Hal ini tentunya membawa kerusakan pada tatanan fungsi dan peran
perempuan dalam keluarga. Disamping itu merasuknya ide ide barat
seperti HAM juga menjadikan pola asuh anak-anak muslim sedikit banyak
telah mengikuti pola asuh ala barat yang liberal.
Bergesernya orientasi para muslimah terhadap peran keibuan dan pola
asuh ala barat berakibat runtuhnya struktur keluarga yang akhirnya
Diah Kartika
/ika-bundaalika
IKUTI
Pornografi Merusak Otak 2X Lebih Parah Ketimbang Narkoba!
09 Mei 2014 18:24:54
Diperbarui : 23 Juni 2015 22:41:22
Dibaca: | Komentar: | Nilai:
Awalnya hanya iseng, membuka situs porno, lama-kelamaan intensitas
kunjungan ke situs porno semakin rutin. Awalnya hanya penasaran,
mengklik tautan pornografi di dunia maya, lama kelamaan tingkat curious
nya makin tinggi. Awalnya hanya karena terbawa teman, takut dibilang
Kerusakan Otak
Ahli Bedah Otakdari AS, Dr. Donald Hilton Jr, mengatakan bahwa
pornografi sesungguhnya merupakan penyakit, karena mengubah struktur
dan fungsi otak, atau dengan kata lain merusak otak. Terjadi perubahan
fisiologis ketika seseorang memasukkan gambar-gambar pornografi lewat
mata ke otaknya. Kerusakan yang dihasilkan sangat dahsyat! Bila
kecanduan narkoba mampu merusak tiga bagian otak, maka penggunaan
materi pornografi yang berketerusan (kecanduan) mampu merusak lima
bagian otak. Kerusakan dahsyat! Dr. Mark Kastelmen penulis buku The
Drugs of The Millenium memberi nama pornografi sebagai visual crack
cocain atau narkoba lewat mata. Bagian otak yang paling dirusak adalah
pre frontal cortex (PFC) yang membuat seseorang sulit membuat
perencanaan, mengendalikan hawa nafsu dan emosi, serta mengambil
keputusan dan berbagai peran eksekutif otak sebagai pengendali impulsimpuls.
Saya mengenal seseorang yang dikenal pintar pada masa sekolahnya SD,
SMP, SMA, namun gagal di kuliahnya akibat ulah pornografi. Padahal ia
diterima test di beberapa sekolah kedinasan dan memilih masuk ke jurusan
favorit di suatu PTN. Namun akibat jauh dari control orang tua, di kostkostan terpapar pornografi bahkan sampai melakukannya. Hanya 3
semester bertahan, akhirnya Drop Out! Sungguh tragis nasibnya. Masa
depan rusak akibat pornografi.
tertangkap vibrasinya oleh anak. Secara psikologis vibrasi negatif ini akan
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Ketika anak tak sengaja terpapar
pornografi efek vibrasi ini bekerja. Anak terancam mengalami adiksi
pornografi sejak dini. Tanpa sadar hal itu terjadi karena ulah orang tuanya
sendiri.
ANCAMAN III
Tidak bisa ditampik bahwa kehidupan generasi muda negeri ini dirudung
banyak masalah. Pornografi, pornoaksi, seks bebas, narkoba, aborsi,
HIV/AIDS, dan berbagai PMS dan sebagainya marak menghinggapi
generasi muda. Bagaimana menyelamatkan generasi muda kita sekaligus
menggapai kemajuan? Siapa yang bertanggung jawab? Bagaimana peran
keluarga, masyarakat, dan terutama Negara? Itulah beberapa topik
wawancara Redaksi dengan Jubir MHTI, Iffah Rahmah. Berikut petikannya.
Ada yang mengatakan, dengan liberalisme bangsa Eropa dan Amerika
bangkit. Bagaimana pandangan Ibu?
Benar, bangsa Eropa dan Amerika memang bangkit dan memperoleh
kemajuan-kemajuan materi sejak meninggalkan doktrin jumud gereja dan
mengadopsi sekularisme-liberalisme. Hasil dari pembangunannya bisa
dilihat dari infrastruktur yang memadai dan kemudahan akses ekonomi
yang mensejahterakan warga negaranya. Kebanyakan orang mudah
mendapatkan fasilitas umum seperti perawatan kesehatan, pendidikan,
keamanan hingga mudah untuk memperoleh keadilan.
Namun, kemajuan materi tersebut tidak menjamin kebahagiaan. Mayoritas
masyarakat Eropa dan Amerika kering spiritualitas. Selain menoleh pada
sekte-sekte sesat, pencari kebahagiaan itu lari ke narkoba dan
petualangan seks. Narkoba hampir tidak bisa diatasi. Konon lebih banyak
korban narkoba daripada korban Peristiwa WTC 911 dan perang Irak.
Kasus pelecehan seksual dan perkosaan juga menjadi momok yang
menakutkan. Lebih dari 700 ribu perempuan Amerika diperkosa setiap
tahunnya. Sekitar 75 persen dari satu juta perempuan di sana hamil di luar
nikah.
Tidak kalah menakutkan adalah pornografi. Seni berbasis porno telah
menjadi identitas Eropa dan Amerika. Para seniman Eropa dan Amerika
berkompetisi menampilkan karya-karya pornonya. Amerika adalah
produsen terbesar konten pornografi. Rasa malu, harga diri dan kesucian
telah kehilangan warna dan nilainya. Fondasi tatanan berkeluarga dan
pembinaan generasi juga telah hancur.
Kemajuan materi yang dibalut kehancuran moralitas ini akan
menyegerakan akhir peradaban Barat. Hasil polling Newsweek
menyatakan 76% rakyat Amerika percaya bahwa telah terjadi kehancuran
moral di negaranya. Ini menunjukkan adanya kekhawatiran besar akan
masa depan dan kelanjutan peradaban yang mereka miliki.
ke negeri-negeri Muslim.
Liberalisme yang dijual ke negeri-negeri Muslim semacam Indonesia saat
ini juga mulai dirasakan pengaruh buruknya. Negara ini harus
mengeluarkan dana yang luar biasa besar untuk pemberantasan narkoba.
Bahkan Indonesia menjadi tempat paling favorit bagi mafia narkoba
internasional. Keuntungan materinya dinikmati negara Barat, sementara
anak dan remaja kita menjadi korbannya.
Negara juga ibarat menggarami lautan, sia-sia, saat menetapkan adanya
pendidikan moral tanpa membuat regulasi tegas untuk melarang pornografi
dan pornoaksi. Kecanduan pornografi yang dialami sebagian anak dan
remaja Indonesia jelas berpengaruh besar pada penurunan kualitas
generasi masa depan. Seks bebas yang merebak telah menghasilkan
wabah HIV/AIDS dan secara pasti merusak kehidupan keluarga. Maraknya
aborsi menjadi masalah berikutnya yang menuntut penyelesaian.
Perkosaan dan kejahatan seksual yang marak baru-baru ini juga buah
busuk adopsi liberalisme.
Fakta kehancuran moral, kerusakan tatanan berkeluarga, ancaman lost
generation dan tanda-tanda kehancuran peradaban Barat seharusnya
menjadi bukti nyata ketidaklayakan kita mempertahankan sistem
liberalisme-kapitalisme. Ide ini terbukti menghasilkan generasi lemah fisik
dan akal, tak memiliki orientasi hidup dan selanjutnya menghancurkan
masa depan bangsa. Selayaknya semua menyadari kebutuhan kita
terhadap Islam termasuk untuk membangun generasi dan memajukan
generasi muda.
Allah hingga ditanya tentang lima hal: tentang umurnya, dihabiskan untuk
apa; tentang usia mudanya, diisi dengan apa; tentang hartanya, dari mana
dia dapatkan dan digunakan untuk apa; dan amalannya dari ilmu yang dia
miliki? (HR at-Tirmidzi).
Islam menetapkan generasi muda harus mendapatkan pendidikan dari
keluarga, sekolah dan lingkungan masyarakat untuk menetapkan orientasi
hidupnya sebagai hamba Allah, membangun kepribadian Islam serta
menyiapkan modal ilmu pengetahuan dan ketrampilan sebagai bekal
mengarungi kehidupan.
Islam menghilangkan semua faktor yang berpotensi merusak proses
pembangunan kepribadian semisal beredarnya konten pornografi,
berkembangnya pemikiran yang merusak (termasuk liberalisme,
hedonisme, sekularisme), beredarnya minuman keras dan narkoba yang
melemahkan akal, tren olahraga yang melenakan atau hiburan yang tidak
mendidik dsb, dari dalam maupun luar negeri.
Islam memberikan tanggung jawab pembinaan generasi muda di pundak
individu, orang tua/keluarga, lingkungan dan negara.
Islam. Hal ini bisa disaksikan pada semakin lemahnya penanaman nilai
Islam pada keluarga-keluarga Muslim. Sangat jarang didapati orangtua
yang sungguh-sungguh mendidik dan membina putra-putrinya agar
memiliki pemahaman Islam yang utuh. Semua itu terjadi sejak kaum
Muslim tidak lagi memiliki Khilafah Islamiyah. Karena itu, setiap keluarga
Muslim memiliki tanggung jawab besar untuk mengembalikan tegaknya
Khilafah Islamiyah. Dengan itu seluruh syariah Islam bisa
diimplementasikan pada berbagai aspek kehidupan dan peradaban Islam
kembali menjadi mercusuar dunia.