Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
LIMFADENITIS TUBERCULOSIS
Trainer : dr. Arum
Oleh :
1. Wendhi Haryo Suwarno
2. Alifia Assyifa
3. Anita Mayasari
4. Devi Yanuar
5. Eka Budhiarti
6. Fitria Wijayanti
7. Hera Dwi Priharti
8. Iqbal Donarika
9. Oktavia Candra Utami
10. Syarifah Alfi Azzulfa A.
H2A008044
H2A010002
H2A010006
H2A010011
H2A010014
H2A010019
H2A010023
H2A010026
H2A010038
H2A010048
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014
LATAR BELAKANG
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar akan menyerang organ paru disebut
dengan TB paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh yang lain disebut dengan
1
KASUS
I.
IDENTITAS
Nama anak
: An. Anisa
Umur
: 1 tahun 7 bulan
Tanggal lahir
: 5 September 2012
Agama
: Islam
Nama bapak
: Tn. Iqbal
Umur
: 34 th
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Wiraswasta
Pendidikan
: SMA
Nama ibu
:Ny. Atik
Umur
: 32 th
Agama
: Islam
Pekerjaan
:Ibu Rumah Tangga
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Jl. Wonodri Sendang Raya no 2A
No. RM
: 1134576
Tanggal masuk RS : Selasa, 01 April 2014
II.
ANAMNESIS
Pasien tidak
Makanan dan
0 bulan
2 bulan
4 bulan
minuman
ASI
Bubur susu + ASI
Susu formula + ASI
1 sendok
Setengah
7 bulan
botol kecil
1 mangkok
kecil
1 botol kecil
Semau anak
1 mangkok
3x sehari
9 bulan -
sekarang
ASI + Susu
Formula
Makanan
Jumlah
Frekuensi
Semau anak
Dua kali sehari
Rumah
Kesan : Kualitas makanan kurang, kuantitas cukup
Riwayat perkembangan dan pertumbuhan anak
Umur
3 bulan
3 bulan
3 bulan
7 bulan
9 bulan
10 bulan
11 bulan
12 bulan
Motorik kasar
Perkembangan
Miring
Tengkurap
Mengangkat kepala
Duduk
Merangkak
Berdiri
Merambat
Motorik halus
9 bulan
Bicara
Sosial
13 bulan
15 bulan
3 bulan
Berjalan
Mengambil benda benda kecil
Menyusun balok
Tersenyum
8 bulan
Ciluk ba
Kesan : perkembangan dan pertumbuhan sesuai umur
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggaltanggal 1April 2014 Jam 08.30
WIB
o Keadaan umum : tampak lemas
Kesadaran
:compos mentis
Status Gizi
: perawakan tampak normal
o Vital sign
Tekanan darah
:Nadi
: 110 x/menit isi dan tegangan cukup, irama
Respiratory rate
Suhu
Status interna
Kepala
reguler
: 30 x/menit tipe napas thoracoabdominal,
irama reguler
: 37,5C axiler
:
mesocephal
(46
cm),
UUB
sudah
dicabut.
: konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik
(-/-) , pupil bulat, central, reguler dan
isokor 3 mm, reflek pupil, konjungtivitis
fliktenularis (-/-) xerosis konjungtiva (-/-).
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
THORAKS
Cor
Inspeksi
Palpasi
Palpasi
Trache
al
Bronki
al
Bronkovesicu
ler
AbdomenVesicule
Inspeksi r : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal 5x/ menit, bruit (-)
Perkusi : Timpani seluruh regio abdomen, Pekak sisi (+) normal,
pekak alih (-), Area traub sonor, liver span (N) 4 cm, tidak terdapat
nyeri ketok ginjal dextra/sinistra, fenomena papan catur (-)
Palpasi : Nyeri tekan seluruh regio abdomen (-), pembesaran hepar
(1/4 bh), konsistensi, permukaan, tepi, dan lien (suffner 0),
ballotment ginjal (-) defance muscular (-)
Genital : tidak ditemukan tanda tanda peradangan, tidak ditemukan
Anus
kelainan bentuk.
: tidak ditemukan tanda tanda peradangan, tidak
Superior
(+)
(-)
(-)
simetris
dilakukan
dilakukan
Inferior
(+)
(-)
(-)
simetris
dilakukan
dbn
8
Genue
dbn
dilakukan
dbn
dbn
Status lokalis
Tampak pembesaran kelenjar getah bening di leher kanan dan kiri
dengan diameter >1 cm, jumlah >3, berderet, konsistensi kenyal,
mobile, permukaan kulit sama dengan kulit sekitar, suhu perabaan
IV.
V.
VI.
81.5 cm
Z score
BB/U
TB/U
BB/TB
Kesan gizi
:
: -1,25 SD berat badan normal (gizi normal )
: - 0,12 SD (normal)
: - 1,55 SD (normal)
: kesan gizi baik
RESUME / KESIMPULAN
Berdasarkan anamnesis didapatkan : Limfadenopati colli multiple,
diameter >1 cm berderat sejak 2 bulan terakhir, ukuran semakin
membesar (sebesar biji kacang hingga sebesar kelereng), batuk
berdahak namun dahak tidak bisa keluar selama 4 hari, tidak ada sesak,
panas subfebris terus menerus selama 2 bulan, keringat pada malam
hari selama 2 bulan, nafsu makan menurun, berat badan tidak naik
selama 1,5 bulan terakhir. Riwayat kontak TB kemungkinan positif
Berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan : kedaan umum tampak
lemah, compos mentis, Vital sign (dalam batas normal), status
generalis dalam batas normal, status lokalis : Limfadenopati colli
multiple, diameter >1 cm berderat, warna sama seperti kulit sekitar,
mudah digerakkan, konsistensi kenyal, tidak ada nyeri tekan sejak 2
bulan terakhir.
Berdasarkan skor didapatkan nilai 5, sehingga akan dilakukan
pemerikasaan penunjang X foto thorax, Uji tuberkulin dan
pemeriksaan darah rutin.
DD yang mungkin Limfadenopati (infeksi, TB ...
VII.
non infeksi
neoplasma)
DAFTAR MASALAH
a. Anamnesis
1. Benjolan di leher kanan dan kiri sejak 2 bulan yang lalu
semakin besar, jumlah banyak, sebesar kelereng, warna sama
dengan kulit sekitar, konsistensi kenyal, mudah digerakkan,
2.
3.
4.
5.
nyeri tekan
Panas sub febril terus menerus selama 2 bulan.
Keluar keringat tiap malam sejak 2 bulan yang lalu
Batuk berdahak sejak 4 hari yang lalu, dahak tidak bisa keluar
Nafsu makan turun dan berat badan tidak naik selama 2 bulan
terakhir.
6. Riwayat kontak TB kemungkinan positif
7. Sosial ekonomi kurang.
8. Riwayat makan minum kualitas kurang sedangkan kuantitas
cukup.
b. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan Umum tampak lemah
2. Benjolan di leher kanan dan kiri > 3, diameter >1 cm,
VIII.
Masalah Aktif
TB Paru
Masalah Pasif
Sosial ekonomi
Riwayat makan minum
10
IX.
INNISIAL PLAN
1. Dx Kerja : TB Paru
2. Dx
a. S : Sesak nafas ?
b. O : X foto thorax, Uji tuberkulin
3. Tx
a. Medika mentosa : Fase intensif
diberikan
KDT
11
Paru merupakan port dentre lebih dari 98% kasus infeksi TB. Karena ukurannya
yang sangat kecil, kuman TB dalam percik renik (droplet nuclei) yang terhirup,
dapat mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh
mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman
TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi,
pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan
kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus
berkembangbiak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi
pertama koloni
kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN. Dari focus primer,
kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu
kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Penyebaran
ini menyebabkan terjadinya inflamasi di saluran limfe (limfangitis) dan di kelenjar
limfe (limfadenitis) yang terkena. Jika focus primer terletak di lobus paru bawah
atau tengah, kelenjar limfe yang akan terlibat adalah kelenjar limfe parahilus,
sedangkan jika focus primer terletak di apeks paru, yang akan terlibat adalah
12
13
sebelum
terbentuk
imunitas
seluler
yang
akan
membatasi
14
15
dapat terjadi pada 25-30% anak yang terinfeksi TB. TB tulang dan sendi terjadi
pada 5-10% anak yang terinfeksi, dan paling banyak terjadi dalam 1 tahun tetapi
dapat juga 2-3 tahun kemudian. TB ginjal biasanya terjadi 5-25 tahun setelah
infeksi primer.4
Gejala Klinis
Gejala sistemik/umum:
Gejala khusus:
Tergantung dari organ tubuh mana yang terkena, bila terjadi sumbatan
sebagian bronkus (saluran yang menuju ke paru-paru) akibat penekanan
kelenjar getah bening yang membesar, akan menimbulkan suara mengi,
Pada pasien anak yang tidak menimbulkan gejala, TBC dapat terdeteksi Kalau
diketahui adanya kontak dengan pasien TBC dewasa. Kira-kira 30-50% anak yang
kontak dengan penderita TBC paru dewasa memberikan hasil uji tuberkulin
positif. Pada anak usia 3 bulan 5 tahun yang tinggal serumah dengan penderita
TBC paru dewasa dengan BTA positif, dilaporkan 30% terinfeksi berdasarkan
pemeriksaan serologi/darah.
16
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS
Apabila dicurigai seseorang tertular penyakit TBC, maka beberapa hal yang perlu
dilakukan untuk menegakkan diagnosis adalah:
* Anamnesa baik terhadap pasien maupun keluarganya.
* Pemeriksaan fisik.
* Pemeriksaan laboratorium (darah, dahak, cairan otak).
* Pemeriksaan patologi anatomi (PA).
* Rontgen dada (thorax photo).
* Uji tuberkulin.
Indikasi Pemeriksaan Foto Toraks
Pada sebagian besar TB paru, diagnosis terutama ditegakkan dengan
pemeriksaan dahak secara mikroskopis dan tidak memerlukan foto toraks.
Namun pada Kondisi tertentu pemeriksaan foto toraks perlu dilakukan sesuai
dengan indikasi sebagai berikut:
17
Hanya 1 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. Pada kasus ini
pemeriksaan foto toraks dada diperlukan untuk mendukung diagnosis TB
paru BTA positif.
Ketiga spesimen dahak hasilnya tetap negatif setelah 3 spesimen dahak SPS
pada pemeriksaan sebelumnya hasilnya BTA negatif dan tidak ada
perbaikan setelah pemberian antibiotika non OAT.
Pasien tersebut diduga mengalami komplikasi sesak nafas berat yang
memerlukan penanganan khusus (seperti: pneumotorak, pleuritis eksudativa,
efusi perikarditis atau efusi pleural) dan pasien yang mengalami hemoptisis
berat (untuk menyingkirkan bronkiektasis atau aspergiloma).
Diagnosis TB Ekstra Paru
Gejala dan keluhan tergantung organ yang terkena, misalnya kaku kuduk pada
Meningitis TB, nyeri dada pada TB pleura (Pleuritis), pembesaran kelenjar limfe
superfisialis pada limfadenitis TB dan deformitas tulang belakang (gibbus) pada
spondilitis TB dan lain-lainnya.
Diagnosis pasti sering sulit ditegakkan sedangkan diagnosis kerja dapat
ditegakkan berdasarkan gejala klinis TB yang kuat (presumtif) dengan
menyingkirkan kemungkinan penyakit lain. Ketepatan diagnosis bergantung pada
metode pengambilan bahan pemeriksaan dan ketersediaan alat-alat diagnostik,
misalnya uji mikrobiologi, patologi anatomi, serologi, foto toraks, dan lain-lain.
Uji Tuberkulin
Pada anak, uji tuberkulin merupakan pemeriksaan yang paling bermanfaat
untuk menunjukkan sedang/pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis dan
sering digunakan dalam Screening TBC. Efektifitas dalam menemukan infeksi
TBC dengan uji tuberkulin adalah lebih dari 90%. Penderita anak umur kurang
dari 1 tahun yang menderita TBC aktif uji tuberkulin positif 100%, umur 12
tahun 92%, 24 tahun 78%, 46 tahun 75%, dan umur 612 tahun 51%. Dari
persentase tersebut dapat dilihat bahwa semakin besar usia anak maka hasil uji
tuberkulin semakin kurang spesifik.
18
Ada beberapa cara melakukan uji tuberkulin, namun sampai sekarang cara
mantoux lebih sering digunakan. Lokasi penyuntikan uji mantoux umumnya pada
bagian atas lengan bawah kiri bagian depan, disuntikkan intrakutan (ke dalam
kulit). Penilaian uji tuberkulin dilakukan 4872 jam setelah penyuntikan dan
diukur diameter dari pembengkakan (indurasi) yang terjadi:
1) Pembengkakan (Indurasi) : 04mm, uji mantoux negatif.
Arti klinis : tidak ada infeksi Mycobacterium tuberculosis.
2) Pembengkakan (Indurasi) : 59mm, uji mantoux meragukan.
Hal ini bisa karena kesalahan teknik, reaksi silang dengan Mycobacterium
atypikal atau pasca vaksinasi BCG.
3) Pembengkakan (Indurasi) : >= 10mm, uji mantoux positif.
Arti klinis : sedang atau pernah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis.4
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
Penentuan klasifikasi penyakit dan tipe pasien tuberculosis anak memerlukan
suatu definisi kasus yang meliputi empat hal , yaitu:
1. Lokasi atau organ tubuh yang sakit: paru atau ekstra paru;
2. Tingkat keparahan penyakit: ringan atau berat.
3. Riwayat pengobatan TB sebelumnya: baru atau sudah pernah diobati
A. Klasifikasi berdasarkan ORGAN tubuh yang terkena:
1) Tuberkulosis paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan (parenkim) paru. tidak termasuk
pleura (selaput paru) dan kelenjar pada hilus.
2) Tuberkulosis ekstra paru
Adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya
pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar limfe, tulang,
persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
B. Klasifikasi berdasarkan tingkat kePARAHan penyakit.
1) TB paru BTA negatif foto toraks positif
dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan
ringan. Bentuk berat bila gambaran foto toraks memperlihatkan gambaran
kerusakan paru yang luas (misalnya proses far advanced), dan atau keadaan
19
20
Catatan :
21
TATALAKSANA
Beberapa hal penting dalam Tatalaksana TB Anak adalah :
monoterapi
Pemberian gizi yang adekuat
Mencari penyakit penyerta dan jika ada ditatalaksana secara simultan
Pada sebagian besar kasus TB anak pengobatan selama 6 bulan cukup adekuat.
Setelah pemberian obat 6 bulan, lakukan evaluasi baik klinis maupun pemeriksaan
penunjang. Evaluasi klinis pada TB anak merupakan parameter terbaik untuk
menilai keberhasilan pengobatan. Bila dijumpai perbaikan klinis yang nyata
walaupun gambaran radiologik tidak menunjukkan perubahan yang berarti, OAT
tetap dihentikan.
22
Jumlah tablet KDT yang diberikan harus disesuaikan dengan berat badan anak dan
komposisi dari tablet KDT tersebut.
23
Tabel berikut ini adalah contoh dari dosis KDT yang komposisi tablet RHZ adalah
R = 75 mg, H = 50 mg, Z = 150 mg dan komposisi tablet RH adalah R = 75 mg
dan H = 50 mg,
Tabel 14. Dosis KDT (R75/H50/Z150 dan R75/H50) pada anak
BERAT BADAN (KG)
RH (75/50)
5-9
1 tablet
1 tablet
10-14
2 tablet
2 tablet
15-19
3 tablet
3 tablet
20-32
4 tablet
4 tablet
Keterangan:
OAT KDT dapat diberikan dengan cara: ditelan secara utuh atau
10-20
KG
JENIS OBAT
BB<10 KG
Isoniazid
50 mg
100 mg
200 mg
Rifampisin
75 mg
150 mg
300 mg
(KOMBIPAK)
BB 20-32 KG
Pirazinamid
150 mg
300 mg
600 mg
Tabel 15b. Dosis OAT Kombipak-fase-lanjutan pada anak
JENIS OBAT
BB<10 KG
Isoniazid
50 mg
BB
10-20
(KOMBIPAK)
100 mg
KG
BB 20-32 KG
200 mg
Rifampisin
75 mg
150 mg
300 mg
Pada keadaan TB berat, baik pulmonal maupun ekstrapulmonal seperti TB milier,
meningitis TB, TB sendi dan tulang, dan lain-lain:
24
Untuk kasus TB tertentu yaitu TB milier, efusi pleura TB, perikarditis TB,
TB
endobronkial,
meningitis
TB
dan
peritonitis
TB
diberikan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sari Pediatri 2009;11(2):124-9
2. Syartika martha.2012.Skripsi. Padang:Universitas Andalas
3. Rab HT. Tuberkulosis paru dalam: Ilmu penyakit paru. Trans info media.
Jakarta; 2010. p157
4. Rahajoe NN, Bambang S, Darmawan B. Buku ajar respirologi.
IDAI.Jakarta.
5. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi 2, cetakan
pertama.Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007
6. International Standards for Tuberculosis Care : Diagnosis, Treatment,
25