Vous êtes sur la page 1sur 6

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, Panji. 1992. Psikologi Kerja. Jakarta. Rineka Cipta


Arikunto, Suharsimi. 1993. Manajemen Pengajaran Secara Manusiawi. Jakarta : PT R
ineka Cipta.
Arikunto, Suharisini. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi, 2013. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakart
a: PT Renika Cipta.
Arisandy, Desy 2004 Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Disiplin Kerja Ka
ryawan Bagian Produksi Pabrik Keramik Ken Lila Production di Jakarta, Jurnal Psych
e Vol. 1 No. 2 Desember 2004
Bahrodin, Moch. 2007. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Disiplin Kerja terhada
p Prestasi Kerja Pegawai Pengadilan Negeri Purworejo. Tesis. Purwokerto: Program
Pascasarjana Unversitas Jendral Soedirman.
Budiono. 1994. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Erekha Cipta
Daresh, J. C. 1989. Supervision as a Proactive Process. New York & London: Longm
an.
Depdikbub. 1990. Petunjuk Proses belajar Mengajar. Jakarta: Dirjendikdasmen
Depdiknas. 2008. Metode Dan Teknik Supervisi. Jakarta: Ditjen PMPTK.
Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Ditjen PMPTK.
Fathoni, Abdurrahmat. 2006. Organisasi & Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Cetakan Pertama, Penerbit PT Rineka Cipta.
Gibson, Ivancevich, Donnelly. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jaka
rta: Bina Rupa Aksara.
Glickman, C.D., Gordon, S.P., and Ross-Gordon, J.M. 2007. Supervision and Instru
ctional Leadership A Development Approach. Seventh Edition. Boston: Perason.
Ghozali, Imam. 2001, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Semaran
g: Badan Penerbit UNDIP
Ghozali, Imam. 2014, Structural Equation Modeling Teori, konsep dan Aplikasi den
gan Program LISREL 9.10 edisi 4 Semarang: Badan Penerbit UNDIP
Ghozali, I. 2011. Structural Equation Modeling Metode Alternatif dengan Partial
Least Squares. Penerbit Undip. Semarang.
Ghozali, Imam dan Latan, Hengky. 2012. Partial Least Squares : Konsep, Teknik da
n Aplikasi Menggunakan Program SmartPLS 4.0. Semarang :Badan Penerbit Universita
s Diponegoro.
Gven, G.. 2013, Challenges in Achieving High Motivation and Performance in Educat
ional Management: Case Study of a North Cyprus Public High School North Cyprus:
University of Mediterranean Karpasia International Journal of Humanities and S
ocial Science Vol. 3 No. 6 [Special Issue March 2013], http://www.ijhssnet.com/j
ournal/index/1686 (diunduh pada tanggal 21 Februari 2016)
Hadis, Abdul dan Nu
BAB I

PENDAHULUAN
I.I. Latar Belakang Masalah
Era globalisasi dunia ditandai oleh perkembangan yang semakin cepat di segala bi
dang kegiatan, begitu pula dalam kegiatan pendidikan. Globalisasi ini sangat mem
pengaruhi terhadap perkembangan pendidikan di Indonesia sehingga diperlukan sumb
er daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan pendidikan bagi warga negaranya ti
dak henti-hentinya melakukan berbagai kegiatan dan menyediakan fasilitas penduku
ngnya termasuk memberlakukannya Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan
dosen. Seperti yang disampaikan dalam penjelasan umum atas Undang-Undang No. 14
tahun 2005, Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun1945 m
enyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk melindungi segenap bangs
a dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, men
cerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan k
emerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Untuk mewujudkan tujuan nasio
nal tersebut, pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan.
Selanjutnya, Pasal 31 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 m
engamanatkan bahwa (1) Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan; (2) Setia
p warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainy
a; (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasio
nal, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka men
cerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan Undang-Undang; (4) Negara mempri
oritaskan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 % (dua puluh persen) dari an
ggaran pendapatan dan belanja negara serta dari anggaran pendapatan dan belanja
daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggeraan pendidikan nasional; dan (5) Pe
merintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai
agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan umat ma
nusia.
Salah satu amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 terse
but kemudian diatur lebih lanjut dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional, yang memiliki visi terwujudnya sistem pendidikan se
bagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Neg
ara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan pro
aktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Sumber daya manusia unggul merupakan persyaratan utama bagi terwujudnya bangsa d
an negara yang maju. Berapapun besar sumber daya alam (SDA), modal sarana prasar
an yang tersedia, pada akhirnya di tangan SDM yang handal sajalah target pembang
unan bangsa dan negara dapat dicapai. Dalam perspektif berpikir seperti ini, sua
tu bangsa tak dapat mencapai kemajuan tanpa adanya suatu sistem pendidikan yang
baik.
Pendidikan adalah modal dasar untuk menciptakan SDM yang unggul. Dunia pendidika
n yang utama adalah sekolah. Sekolah merupakan salah satu lembaga alternatif pel
ayanan pendidikan. Sekolah sebagai suatu lembaga tentunya memiliki visi, misi, t
ujuan dan fungsi. Untuk mengemban misi, mewujudkan visi, mencapai tujuan, dan me
njalankan fungsinya sekolah memerlukan tenaga profesional, tata kerja organisasi
dan sumber-sumber yang mendukung baik finansial maupun non finansial.
Sekolah sebagai suatu sistem memiliki komponen-komponen yang berkaitan satu sama
lain serta berkontribusi pada pencapaian tujuan. Komponen-komponen tersebut ad
alah siswa, kurikulum, bahan ajar, guru, kepala sekolah, tenaga kependidikan lai
nnya, lingkungan, sarana, fasilitas, proses pembelajaran dan hasil atau output.
Semua komponen tersebut harus berkembang sesuai tuntutan zaman dan perubahan lin
gkungan yang terjadi di sekitarnya. Untuk berkembang tentunya harus ada proses p
erubahan. Pengembangan ini hendaknya bertolak dari hal-hal yang menyebabkan orga
nisasi tersebut tidak dapat berfungsi dengan sebaik yang diharapkan (Gupta & Shi
ngi, 2001). Dalam konsepsi pengembangan kelembagaan tercermin adanya upaya untuk
memperkenalkan perubahan cara mengorganisasikan suatu lembaga, struktur, proses
dan sistem lembaga yang bersangkutan sehingga lebih dapat memenuhi misinya. Ole
h karena itu, perubahan yang terjadi pada lembaga sekolah harus meliputi seluruh
komponen yang ada di dalamnya.

Perubahan tersebut terjadi dalam struktur, proses, ketenagaan dan sistem suatu l
embaga serta proses perubahan itu sendiri, menyangkut bagaimana sekolah sebagai
lembaga diorganisasikan sehingga mampu mengemban misinya dengan baik. Dalam pros
es perubahan tersebut individu organisasi dan lembaga meningkatkan kemampuan dan
performancenya sehubungan dengan tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Peru
bahan tidak akan berjalan tanpa dukungan dari sumber daya manusia yang merupakan
asset yang dapat memberikan kontrbusi lebih dalam pencapaian tujuan organisasi.
Guru merupakan salah satu SDM yang berada di sekolah. Kinerja guru di sekolah me
mpunyai peran penting dalam pencapaian tujuan sekolah. Masalah kinerja menjadi s
orotan berbagai pihak, kinerja pemerintah akan dirasakan oleh masyarakat dan kin
erja guru akan dirasakan oleh siswa atau orang tua siswa. Berbagai usaha dilakuk
an untuk mencapai kinerja yang baik. Perhatian pemerintah terhadap pendidikan su
dah disosialisasikan, anggaran pendidikan yang diamanatkan Undang-Undang 20 % su
dah mulai dilaksanakan. Maka kinerja guru tentunya akan menjadi perhatian semua
pihak. Guru harus benar-benar kompeten dibidangnya dan guru juga harus mampu me
ngabdi secara optimal. Kinerja guru yang optimal dipengaruhi oleh berbagai fakto
r, baik internal maupun eksternal.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Bandung Barat terdiri dari 60 sekola
h negeri dan 76 sekolah swasta. Salah satu indikator suatu sekolah dianggap suda
h berhasil adalah dengan perolehan nilai Ujian Nasional yang tinggi dan tingkat
kelulusan yang maksimal. Sekolah yang perolehan nilai ujian nasionalnya paling t
inggi dan tingkat kelulusannya setiap tahun selalu 100 % dianggap sudah berhasil
dan akan mendapat kepercayaan masyarakat. Padahal belum tentu keberhasilan sisw
a merupakan hasil kinerja guru. Seperti di SMPN 1 Cisarua yang terletak di Jalan
Kolonel Masturi 312 Cisarua Kabupaten Bandung Barat, berikut dapat kita lihat h
asil rata-rata nilai Ujian Nasional (UN) dan prosentasi kelulusan dalam empat ta
hun terakhir.
Tabel I.I. Rata-Rata Nilai Ujian Nasional dan Kelulusan
No
Mata Pelajaran 2006/2007
2007/2008
2008/2009
2009/201
0
1
B. Indonesia
7,46
6,90
6,25
7,43
2
B Inggris
6,46
6,41
6,39
7,27
3
Matematika
6,07
6,31
6,20
7,46
4
IPA
7,07
6,13
6,95
Rata-rata
6,66
6,67
6,24
7,28
% Lulusan
100%
100%
99%
100%
Sumber : Dokumen SMPN 1 Cisarua
Pada tabel rata-rata nilai UN dan kelulusan di atas terlihat peningkatan
prestasi siswa belum optimal walaupun pada rata-rata nilai UN terakhir ada sedi
kit peningkatan. Apakah keberhasilan siswa merupakan prestasi kinerja guru? Tent
unya perlu ada penelitian untuk membuktikan asumsi tersebut.
Keberhasilan prestasi sekolah ditentukan oleh berbagai faktor, diantaranya kepem
impinan kepala sekolah. AlanTucker dalam Syafarudin (2002 : 49) mengemukakan ba
hwa : kepemimpinan sebagai kemampuan mempengaruhi atau mendorong seseorang atau s
ekelompok orang agar bekerja secara sukarela untuk mencapai tujuan tertentu atau
sasaran dalam situasi tertentu . Tabrani Rusyan (2000) mengungkapkan bahwa :
kepemimpinan kepala sekolah memberikan motivasi kerja bagi peningkatan produktiv
itas kerja guru dan hasil belajar siswa. Menurut Mulyasa (2009 : 98) Kepala sek
olah sedikitnya mempunyai peran dan fungsi sebagai Edukator, Manajer, Administra
tor, Supervisor, Leader, Inovator dan Motivator (EMASLIM).
Kepala sekolah sebagai pimpinan harus mampu memberikan petunjuk dan pengawasan,
meningkatkan kemauan tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah, dan mende
legasikan tugas. Wahjosumijo (2002 : 10) mengemukakan bahwa kepala sekolah seba
gai leader harus memiliki karakter yang khusus yang mencakup kepribadian, keahli
an dasar, pengalaman dan pengetahuan professional, serta pengetahuan administras
i dan pengawasan.
rhayati B. 2010. Manajemen Mutu pendidikan. Bandung: AlfabetaGoal-Setting Theory
yang dikemukakan oleh Locke (1968)
Hartadi, Fuad. 2013 . Pengaruh Supervisi Akademik Pengawas Sekolah Dan Kepemimpi

nan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pada SMK Negeri Di Kabupaten Gunungkidu
l, diunduh dari:
http://etd.repository.ugm.ac.id/index.php?mod=penelitian_detail&sub=PenelitianDe
tail&act=view&typ=html&buku_id=65740. Pada tanggal 20 Oktober 2015
Hasibuan, Malayu S.P. 2007, Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Bumi Aksara.
Helmi, Avin Fadilla. 1996. Disiplin Kerja. Yogyakarta : Buletin Psikologi tahun
IV No.2 Edisi Khusus
Hoojqan, A.R.,Gharamani, J., & Safari, S.A., 2015, The Effect Of Educational Sup
ervision On Improving Teachers Performances In Guidance Schools Of Marand, Indian
Journal of Fundamental and Applied Life Sciences ISSN: 2231 6345 (Online) An Ope
n Access, Online International Journal Available at, www.cibtech.org/sp.ed/jls/2
015/02/jls.htm 2015 Vol. 5 (S2), pp. 1731-1735/Hoojqan et al. (diunduh pada tang
gal 21 Februari 2016)
Ibrahim, R. Sukmadinata S, Nana. 1996. Perencanaan Pengajaran, Jakarta: Rineka C
ipta.
Imron, Ali. 1995. Pembinaan Guru di Indonesia. Jakarta: PT Dunia Pustaka Jaya.
Jalil, Moh. 2015, HGN 2015, masih banyak Guru di Sampang belum disiplin http://w
ww.rri.co.id/post/berita/221850/daerah/hgn_2015_masih_banyak_guru_di_sampang_bel
um_disiplin.html (diunduh pada tanggal 13 Februari 2016)
Kaliri. 2008. Pengaruh Disiplin Dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Guru Pada SM
A Negeri Di Kabupaten Pemalang. Semarang Tesis PPs UNNES
Kemdiknas. 2011, Supervisi Akademik: Suplemen Materi Pelatihan Penguatan Kemampu
an Pengawas Sekolah, Jakarta: Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan Badan Penge
mbangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Peningkatan Mutu Pendidikan
Kemdiknas. 2014, Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013: Bahan Ajar Imp
lementasi Kurikulum 2013 untuk Pengawas sekolah,Jakarta: Pusat Pengembangan Tena
ga Kependidikan, Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Penjamina
n Mutu Pendidikan, Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan.
Kismono, Gugup. 2001. Pengantar Bisnis. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE.
Kreitner, Robert dan Kinicki, Angelo. 2003. Perilaku Organisasi. Buku 1. Terjema
han Erly Suandy. Jakarta : Salemba Empat.
Kusmianto, 1997, Panduan Penilaian Kerja Guru Oleh Pengawas. Jakarta
Kock, N. 2011. Using WarpPLS in e-collaboration studies: Descriptive statistics,
settings, and key analysis results. International Journal of e-Collaboration, 7(
2), 1 17.
LAN RI. 1992. Info Pan Nomor 3 Tahun 1. Jakarta: LAN RI
Lee, L., Petter, S., Fayard, D., & Robinson, S. 2011. On the use of partial leas
t squares path modeling in accounting research. International Journal of Account
ing Information Systems 12, 305 328.
Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik,Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Mangkunegara, Anwar P 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan. Bandung: P
T. Remaja Rosdakarya.

Marjono. 2007. Pengaruh Kedisiplinan, Motivasi, dan Fasilias Sekolah terhadap Pr


estasi Belajar siswa kelas VIII SMPN 8 Purworejo. Tesis. Purwokerto: Program Pas
casarjana Unversitas Jendral Soedirman.
Arikunto, Suharisimi. 2004. Dasar-dasar Supervisi. Jakarta: PT Rineka Cipta
Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian: suatu pendekatan praktik. Jakart
a: PT Renika Cipta.
Arisandy, Desy 2004 Hubungan Antara Persepsi Karyawan Terhadap Disiplin Kerja Ka
ryawan Bagian Produksi Pabrik Keramik Ken Lila Production di Jakarta, Jurnal Psych
e Vol. 1 No. 2 Desember 2004
As ad, M. 1995. Psikologi Industri. Yogyakarta: Liberti
Bahrodin, Moch. 2007. Pengaruh Kepemimpinan, Motivasi dan Disiplin Kerja terhada
p Prestasi Kerja Pegawai Pengadilan Negeri Purworejo. Tesis. Purwokerto: Program
Pascasarjana Unversitas Jendral Soedirman.
Budiono. 1994. Manajemen Pembelajaran. Jakarta: Erekha Cipta
Burhanudin. 2005. Analisis Administrasi dan Kepemimpinan Pendidikan. Jakarta: Bu
mi Aksara
Daresh, J. C. 1989. Supervision as a Proactive Process. New York & London: Longm
an.
Depdiknas. 2004. Standar Kompetensi Guru. Jakarta: Ditjen PMPTK
Depdiknas. 2008. Metode Dan Teknik Supervisi. Jakarta: Ditjen PMPTK.
Depdiknas. 2008. Penilaian Kinerja Guru. Jakarta: Ditjen PMPTK.
Dharma, Surya. 2004. Manajemen Kinerja: Falsafah, Teori dan Penerapannya. Jakart
a:Program Pascasarjana FISIP.
Dalam pekerjaan konstruksi jalan
raya, penggunaan lapis resap
pengikat dan lapis perekat ini sangat
familiar, terutama untuk jalan
jalan
utama dengan kualitas yang bagus.
Sedangkan untuk jalan
jalan minor
seperti di pedesaan maupun di
komplek perumahan jarang
digunakan walaupun ada juga yang
menggunakannya. lapis resap
pengikat (prime coats) adalah
lapisan ikat yang diletakkan di atas
lapis pondasi agregat, sedangakn
lapis perekat (tack coats) diletakkan
di atas lapisan beraspal atau lapis beton semen. Pemasangan lapis resap pengikat
atau lapis perekat dilaksanakan setelah permukaan lama dibersihkan dengan
compressor udara atau sikat mekanis sehingga tekstur perkerasan lama terlihat je
las
(pada pekerjaan overlay).
Lapis Resap Pengikat
Bahan lapis resap pengikat umumnya adalah aspal dengan penetrasi 80/100 atau
penetrasi 60/70 yang dicairkan dengan minyak tanah. Volume yang digunakan berkis
ar
antara 0,4 sapai dengan 1,3 liter/ m2 untuk lapis pondasi agregat kelas A dan 0,
2

sampai 1 liter/m2 untuk pondasi tanah semen. Setelah pengeringan selama 4 sampai
6
jam, bahan pengikat harus telah meresap kedalam lapis pondasi. lapis resap pengi
kat
yang berlebih dapat mengakibatkan pelelehan (bleeding) dan dapat menyebabkan
timbulnya bidang geser, untuk itu pada daerah yang berlebih ditabur dengan pasir
dan
dibiarkan agar pasir tersebut diselimuti aspal.
Kegunaan dari lapis resap pengikat adalah untuk :
Memberikan daya ikat antara lapis pondasi agregat dengan campuran aspal
memncegah lepasnya butiran lapis pondasi agregat jika dilewati kendaraan
sebelum dilapis dengan campuran aspal.
Menjaga lapis podasi agregat dari pengaruh cuaca, khususnya hujan. Sehingga
air tidak masuk ke dalam lapisan pondasi agregat yang bias saja menyebabkan
kerusakan struktur jalan.
Lapis Perekat
Lapis perekat berfungsi untuk memberikan daya ikat antara lapis lama dengan baru
,
dan dipasanag pada permukaan beraspal atau beton semen yang kering dan bersih.
Bahan lapis perekat adalah aspal emulsi yang cepat menyerap atau asapal keras pe
n
80/100 atau pen 60/70 yang dicairkan dengan 25 sampai 30 bgian minyak tanah per
100 bagian aspal. Pemakaiannya berkisar antar 0,15 liter/m2 samapai 0,50 liter /
m2.
Lebih tipis dibandingkan dengan pemakaian lapis resap pengikat.
Banyak pendapat yang berbeda mengenai kapan penghamparan campuran aspal dapat
dilakukan. Ada yang berpendapat bahwa penghamparan bias dilakukan dengan segere
Home Metode kerja Cara Memasang Lapis Resap Pengikat dan Lapis Perekat
FACEBOOK
ILMU TERPOPULER (HARI
INI)
Cara menghitung RAB
rencana anggaran biaya
bangun rumah
Cara mengukur lebar
sungai atau jalan tanpa
menyeberang
Cara mengembalikan layar
monitor komputer atau
laptop yang terbalik
Tabel berat besi
Cara menghitung biaya
atap baja ringan
Cara menghitung
kebutuhan pasir dan
semen
Cara membuat air mancur
abadi tanpa pompa listrik
Cara menghitung
kebutuhan material dak
lantai beton per m2
cara menghitung momen
RA RB
RELATED

Vous aimerez peut-être aussi