Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh
Novitalia
11 2014 239
Identitas pasien :
Nama
: Ny. M
Umur
: 47 tahun
Pendidikan
: SD
Alamat
II.
Psikologis keluarga
a. Kebiasaan buruk
: Tidak ada
b. Pengambilan keputusan
: Ketua keluarga
c. Ketergantungan obat
: Tidak ada
IV.
V.
: Kurang
: Semi permanen
b. Lantai rumah
: Semen
c. Luas rumah
: 28 m2 (7m x 4m)
d. Penerangan
: Baik
e. Kebersihan
: Kurang
f. Ventilasi
: Cukup
g. Dapur
: Ada
h. Jamban keluarga
: Ada
: Air sumur
: Ada
: Tidak Ada
: Tidak Ada
m. Sanitasi lingkungan
: Sedang
Spiritual keluarga
a. Ketaatan beribadah
: Cukup
: Cukup
: Rendah
: Baik
: Baik
: Kurang
2
e. Keadaan ekonomi
VI.
VII.
: Kurang
Kultural keluarga
a. Adat yang berpengaruh
: Sunda
b. Lain-lain
: Tidak ada
Anggota keluarga :
1
Keterangan
1. Os
2. Suami Os
3. Anak Os
4. Anak Os
Keluhan tambahan :
Batuk-batuk sejak 2 bulan, demam, lemas dan berat badan menurun
X.
mengatakan tidak ada riwayat TBC atau penyakit lain pada OS dan keluarga. Riwayat
alergi terhadap obat-obat tertentu ataupun makanan disangkal oleh OS.
XI.
XII.
Pemeriksaan fisik :
Tanda-tanda vital
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Frekuensi nadi : 86 x/menit
Frekuensi napas: 20 x/menit
Suhu
: 37,2oC
BB
: 48 kg
Pemeriksaan umum
Kepala
: Normosefali
Mata
Hidung
Paru
Jantung
Abdomen
Ekstremitas
: Tidak ada
XV.
: terapi medikamentosa :
-
XVI. Prognosis
Penyakit
: dubia ad bonam
Keluarga
: dubia
Masyarakat
: dubia
XVII. Resume
Telah diperiksa seorang pasien perempuan Ny.M berusia 47 tahun dengan keluhan utama
batuk darah selama 3 minggu. OS mengaku batuk sejak 2 bulan yang lalu disertai dahak
berwarna kuning kehijauan dan sejak 3 minggu ini dahak disertai darah. OS juga mengeluh
sering demam meriang, badan sering lemas dan berat badan dirasakan semakin menurun.
Suara nafas rhonki (+/+). Riwayat TBC, penyakit lain, alergi obat dan makanan disangkal
oleh OS.
5
Pemeriksaan Fisik : BB = 48 kg
Diagnosis :Sistemik
Jiwa
: Tuberkulosis paru
: Tidak ada
Analisa Kasus
Berikut adalah pembahasan Tuberkulosis dengan pendekatan Kedokteran Keluarga
Dari hasil pemeriksaan saat kunjungan rumah pada tanggal 16 April 2016, didapatkan
bahwa pasien menderita tuberkulosis (TB). Pasien perempuan berusia 47 tahun. Pasien memberi
perhatian yang cukup baik akan keadaan kesehatan dirinya dan anggota keluarganya. Pasien
tidak bekerja hanya ibu rumah tangga. Pasien memiliki 2 orang anak perempuan yang berusia 19
tahun kelas 3 SD, dan 9 tahun.
Rumah pasien tergolong rumah yang kurang sehat dilihat dari bahan bangunan rumah
lantai semen dengan luas 28m2 dan lingkungan tergolong padat. Penerangan tergolong cukup
dari listrik dan cahaya matahari. Kebersihan cukup, kondisi di dalam rumah cukup teratur.
Rumah pasien mempunyai dapur di dalam rumah dan diluar rumah mempunyai dapur kayu
untuk memasak air. Jamban tidak ada, sumber air minum berasal dari sumur. Perkarangan rumah
cukup dimanfaatkan dengan menanam pohon pisang. Sistem pembuangan air limbah tidak ada,
tempat pembuangan sampah tidak ada.
Pola makan pasien dan keluarga kurang bervariasi. Menu nasi dan sayur seadanya,
daging sangat jarang. Pasien juga kurang aktif mengikuti kegiatan sosial di lingkungannya,
keinginan untuk sembuh. Selain itu, untuk mencapai tingkat kesehatan yang lebih optimal
hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang lebih sehat, kebersihan diri yang lebih baik,
cukupnya asupan gizi, serta mengontrol pola makan dan berolah raga secara teratur.
BAB III
Tinjauan Pustaka
Tuberkulosis
Pendahuluan
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia.
Penyakit Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium
tuberculosis dan merupakan penyebab utama kecacatan dan kematian hampir di sebagian besar
negara diseluruh dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Sepertiga
dari populasi duniasudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia
produktif (15-55tahun). Hal ini secara langsung juga berkaitan dengan economic lost yaitu
kehilangan pendapatan rumah tangga. Menurut WHO, seseorang yang menderita TB
diperkirakan akan kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 3 4 bulan. Bila meninggal
akan kehilangan pendapatan rumah tangganya sekitar 15 tahun.
Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia berada
pada peringkat lima dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan
Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi
ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China.
Dunia
telah
menempatkan
TB
sebagai
salah
satu
indikator
keberhasilan
pencapaianMDGs. Secara umum ada empat indikator yang diukur, yaitu prevalensi, mortalitas,
penemuan kasus dan keberhasilan pengobatan. Dari keempat indikator tersebut tiga indikator
sudah dicapai oleh Indonesia, angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015
dibandingkan dengan data dasar (baseline data) tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi
46/100.000 penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009.
Angka penemuan kasus (case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%.
Indonesia telah mencapai angka 73,1% pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010.
Angka ini akan terus ditingkatkan agar mencapai 90% pada tahun 2015 sesuai target RJPMN.
Angka keberhasilan pengobatan (success rate) telah mencapai lebih dari 85%, yaitu 91% pada
tahun2009.
Menurut Prof. Tjandra Yoga, sedikitnya ada tiga faktor yang menyebabkan tingginya
kasus TB di Indonesia. Waktu pengobatan TB yang relatif lama (6 8 bulan) menjadi penyebab
penderita TB sulit sembuh karena pasien TB berhenti berobat (dropout ) setelah merasa sehat
meski proses pengobatan belum selesai. Selain itu, masalah TB diperberat dengan adanya
peningkatan infeksi HIV/AIDS yang berkembang cepat dan munculnya permasalahan TB
MDR (Multi Drugs Resistant). Masalah lain adalah adanya penderita TB laten, dimana penderita
tidak sakit namun akibat daya tahan tubuh menurun, penyakit TB akan muncul.
Berdasarkan hasil survey tahun 2004, di Jawa Barat angka prevalensi TB paru
sebesar 960 per 100.000 penduduk, sedangkan di kabupaten Karawang, diperkirakan angka
penderita baru setiap tahun bertambah sebesar 2.295 kasus dengan prevalensi 110 per 100.000
penduduk (Program P2PM, P2 TB Paru Dinkes Kabupaten Karawang 2009). Strategi ini telah
diimplementasikan dan diekspansi di Indonesia secara bertahap keseluruh unit pelayanan.
Berbagai kemajuan telah dicapai,sampai di tahun 2005 strategi DOTS telah menjangkau 98%
puskesmas, akan tetapi strategi ini belum berjalan dengan baik di rumah sakit.1
Epidemiologi1
Jumlah kematian akibat penyakit tuberkulosis (TB) masih tinggi. Laporan Badan
Kesehatan Dunia (WHO) 2008 menyebutkan jumlah kematian akibat penyakit ini mencapai
88.113 orang. Sementara jumlah kasus TB adalah 534.439 orang.
Sejak penerapan strategi DOTS pada tahun 1995, Indonesia telah mencapai kemajuan
yang cepat. Angka penemuan kasus 71% dan angka keberhasilan pengobatan sebesar 88,44%.
Angka tersebut telah memenuhi target global yaitu angka penemuan kasus 70% dan keberhasilan
pengobatan 85% (Depkes RI 2010)
Sementara data TB dunia, tahun 2008 ini tercatat 9,2 juta kasus Dari jumlah itu, 1,7 juta
meninggal. Meski demikian jumlah tersebut memperlihatkan jumlah kasus TB menurun sejak
2003 (WHO, 2008).
Etiologi1
Bakteri Mycobacterium tuberculosis berbentuk batang/basil dan bersifat tahan asam
sehingga dikenal juga sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Jenis bakteri ini pertama kali ditemukan
oleh Robert Koch pada tanggal 24 Maret 1882. TB disebut juga Koch Pulmonum (KP).
Patofisiologi2
Pada tuberculosis, basil tuberculosis menyebabkan suatu reaksi jaringan yang aneh di
dalam paru-paru meliputi: penyerbuan daerah terinfeksi oleh makrofag, pembentukan dinding di
sekitar lesi oleh jaringan fibrosa untuk membentuk apa yang disebut dengan tuberkel. Banyaknya
area fibrosis menyebabkan meningkatnya usaha otot pernafasan untuk ventilasi paru dan oleh
karena itu menurunkan kapasitas vital, berkurangnya luas total permukaan membrane respirasi
yang menyebabkan penurunan kapasitas difusi paru secara progresif, dan rasio ventilasi-perfusi
yang abnormal di dalam paru-paru dapat mengurangi oksigenasi darah.
Manifestasi Klinis2
a) Tuberkulosis paru
Pada awalnya penderita hanya merasakan tidak sehat atau batuk yang lebih dari dua
minggu. Pada pagi hari batuk bisa disertai sedikit dahak bewarna hijau atau kuning. Jumlah
9
dahak biasanya akan bertambah banyak sejalan dengan perkembangan penyakit. Pada akhirnya,
dahak akan bewarna kemerahan karena mengandung darah.
Salah satu gejala yang paling sering ditemukan adalah berkeringat di malam hari.
Penderita sering terbangun di malam hari karena tubuhnya basah kuyup oleh keringat sehingga
pakaian atau bahkan sepreinya harus diganti.
Sesak nafas merupakan pertanda adanya udara (pneumotoraks atau cairan (efusi pleura)
di dalam rongga pleura. Sekitar sepertiga infeksi ditemukan dalam bentuk efusi pleura.
Pada infeksi tuberkulosis yang baru, bakteri pindah dari luka di paru-paru ke dalam
kelenjar getah bening yang berasal dari paru-paru. Jika sistem pertahanan tubuh alami bisa
mengendalikan infeksi, maka infeksi tidak akan berlanjut dan bakteri menjadi dorman. Pada
anak-anak, kelenjar getah bening menjadi besar dan menekan tabung bronkial dan menyebabkan
batuk atau bahkan mungkin menyebabkan penciutan paru-paru. Kadang bakteri naik ke saluran
getah bening dan membentuk sekelompok kelenjar getah bening di leher. Infeksi pada kelenjar
getah bening ini bisa menembus kulit dan menghasilkan nanah.
b) Tuberkulosis ekstrapulmonal
Rongga perut
Kandung kemih
Otak
apendisitis
Nyeri ketika berkemih
Demam, sakit kepala, mual, penurunan
kesadaran, kerusakan otak yg menyebabkan
Perikardium
Persendian
Ginjal
Organ reproduksi pria
Organ reproduksi wanita
Tulang belakang
terjadinya koma
Demam, pelebaran vena leher, sesak nafas
Gejala yang menyerupai Arthritis
Kerusakan gijal, infeksi di sekitar ginjal
Benjolan di dalam kantung zakar
Kemandulan
Nyeri, kollaps tulang belakang dan
kelumpuhan tungkai
10
Diagnosis
Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA
pada pemeriksaan dahak secaramikroskopis hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila
sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BAT hasilnya positif.Bila hanya 1 spesimen yang positif
perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto rontgen dada atau pemeriksaandahak SPS
diulang. Kalau hasil rontgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis sebagai penderita
TBC positif. Kalau hasil rontgen tidak mendukung TBC maka pemeriksaan dahak SPS diulangi.
Apabila fasilitas memungkinkan maka dilakukan pemeriksaan lain misalnya biakan.Bila
ketiga spesimen dahak hasilnya negatif diberikan antibiotik spektrum luas ( misalnya
kotrimoksasol atau Amoksisilin)selama 1-2 minggu bila tida ada perubahan namun gejala klinis
tetap mencurigakan TBC ulangi pemeriksaan dahak SPS.Kalau hasil SPS positif diagnosis
sebagai penderita TBC BTA positif. Kalau hasil SPS tetap negatif lakukan pemeriksaan foto
rontgen dada untuk mendukung diagnosis TBC. Bila hasil rontgen mendukung TBC didiagnosis
sebagai penderita TBC BTA negatif rontgen positif. Bila hasil rantgen tidak di dukung TBC
penderita tersebut bukan TBC. UPK yang tidak memiliki fasilitas rontgen penderita dapat dirujuk
untuk foto rontgen dada.
Gambaran radiologis yang dicurigai TB adalah pembesaran kelenjar nilus, paratrakeal,
dan mediastinum, atelektasis, konsolidasi, efusipieura, kavitas dan gambaran milier.
Bakteriologis, bahan biakan kuman TB diambil dari bilasan lambung, namun memerlukan waktu
cukup lama. Serodiagnosis, beberapa diantaranya dengan cara ELISA (Enzyime Linked
Immunoabserben Assay) untuk mendeteksi antibody atau uji peroxidase anti peroxidase
(PAP) untuk menentukan IgG spesifik. Teknik bromolekuler, merupakan pemeriksaan sensitif
dengan mendeteksi DNA spesifik yang dilakukan dengan metode PCR (Polymerase Chain
Reaction). Uji serodiagnosis maupun biomolekular belum dapat membedakan TB aktif atau
tidak.
Tes tuberkulin positif, mempunyai arti :
Pernah mendapat infeksi basil tuberkulosis yang tidak berkembang menjadi penyakit.
11
Terapi
a.
Promotif
i.
ii.
iii.
b.
Preventif
i.
Vaksinasi BCG
ii.
iii.
iv.
Bila ada gejala-gejala TBC segera ke Puskesmas/RS, agar dapat diketahui secara
dini.
c.
Kuratif
Pengobatan Penyakit TBC.
12
i.
ii.
iii.
Pengobatan TBC dengan paduan obat anti-TBC jangka pendek, diawasi secara
langsung oleh PMO (Pengawas Menelan Obat)
iv.
v.
Komplikasi2
Komplikasi Penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan
komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis,TB ekstrapulmonal. Menurut
Dep.Kes (2003) komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB Paru stadium lanjut: 1)
Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian
karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas. 2) Kolaps dari lobus akibat retraksi
bronkial. 3) Bronkiectasis dan fribosis pada Paru. 4) Pneumotorak spontan: kolaps spontan
karena kerusakan jaringan Paru. 5) Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang,
persendian, ginjal dan sebagainya. 6) Insufisiensi Kardio Pulmoner.
13
Daftar Pustaka
1. Zulfikri A, Bahar A. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Ed 5.
Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Indonesias, 2009 .h.
2230-472.
2. Perimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Pedoman Diagnosis dan Pedoman
Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Indah Offset Citra Grafika . 2006 .h. 16-20.
14
Lampiran
15
16
17