Vous êtes sur la page 1sur 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang secara terus menerus
mengakibatkan tingkat pendidikan dan teknologi semakin maju. Orang dengan mudah
berobat dan tidak takut dengan penyakit berbahaya. Tapi hal ini dipengaruhi oleh peningkatan
biaya pengobatan sementara masyarakat, masih banyak yang hidup dibawah garis
kemiskinan. Oleh karena itu masyarakat Indonesia harus sudah mengenal kesehatan keluarga
dari sekarang agar masyarakat mengenal arti pentingnya kesehatan dan oleh sebab itu disini
akan dibahas tentang konsep keperawatan keluarga dalam keperawatan di Indonesia. Agar
masyarakat Indonesia hidup sehat keperawatan keluarga merupakan salah satu area spesalis
dalam keperawatan yang berfokus kepada keluarga sebagai target pelayanan. Tujuan dari
keperawatan keluarga adalah untuk meningkatkan kesehatan keluarga secara menyeluruh dan
setiap anggota keluarga.
Keluarga merupakan bagian terkecil dalam masyarakat. Dalam keperawatan, keluarga
merupakan salah satu sasaran asuhan keperawatan. Keluarga memegang peranan penting
dalam promosi kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit pada anggota keluarganya. Nilai
yang dianut keluarga dan latar belakang etnik/kultur yang berasal dari nenek moyang akan
mempengaruhi interpretasi keluarga terhadap suatu penyakit. Masalah kesehatan dan adanya
krisis perkembangan dalam suatu keluarga dapat mempengaruhi anggota keluarga yang lain
karena keluarga merupakan satu kesatuan (unit).

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Makalah ini disusun guna melengkapi tugas mata kuliah komunitas II
2. Tujuan Khusus
Dengan menyusun makalah ini diharapkan kita sebagai perawat dapat lebih berperan

dalam komunitas keluarga


Agar mahasiswa dapat lebih mengetahui tentang keluarga sejahtera
Agar mahasiswa dapat mengaplikasikan asuhan keperawatan keluarga di masyarakat
pada umumnya.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keluarga Sejahtera


Keluarga Sejahtera merupakan keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan. (BKKBN,1994:5)
Kesejahteraan keluarga tidak hanya menyangkut kemakmuran saja, melainkan juga
harus secara keseluruhan sesuai dengan ketentraman yang berarti dengan kemampuan itulah
dapat menuju keselamatan dan ketentraman hidup.
Dalam rencana pembangunan nasional memberikan petujuk bahwa pembangunan
keluarga sejahtera diarahkan pada terwujudnya keluarga sebagai wahana persmian nilai-nilai
luhur budaya bangsa guna meningkatkan kesejahteraan keluarga serta membina ketahanan
keluarga agar mampu mendukung kegiatan pembangunan.
UU No.10/1992 pasal 3 ayat 2 menyebutkan bahwa pembangunan keluarga sejahtera
diarahkan pada pembangunan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirin, ketahanan
keluarga dan kemandirian keluarga.

2.2 Tujuan Keluarga Sejahtera


Bertujuan untuk mengembangkan keluarga agar timbul rasa aman, tentram dan
harapan masa depan yang lebih baik merupakan salah satu pembentuk ketahanan keluarga
dalam membangun keluarga sejahtera.
Pelaksanaan pembangunan dalam keluarga sejahtera, Dalam PP No. 21 Th 1994, pasal
2: pembangunan keluarga sejahtera diwujudkan melalui pengembangan kualitas keluarga
diselenggarakan secaramenyeluruh, terpadu oleh masyarakat dan keluarga.Tujuan
:Mewujudkan keluarga kecil bahagia, dejahtera bertakwa kepada Tuhan YangMaha Esa,
produktif, mandiri dan memiliki kemampuan untuk membangun dirisendiri dan
lingkungannya.

2.3 Indikator & Kriteria Keluarga Sejahtera


Indikator Keluarga Sejahtera pada dasarnya berangkat dari pokok pikiran yang
terkandung didalam undang-undang no. 10 Tahun 1992 disertai asumsi bahwa kesejahteraan
merupakan variabel komposit yang terdiri dari berbagai indikator yang spesifik dan
operasional. Karena indikator yang yang dipilih akan digunakan oleh kader di desa, yang
pada umumnya tingkat pendidikannya relatif rendah, untuk mengukur derajat kesejahteraan
para anggotanya dan sekaligus sebagai pegangan untuk melakukan melakukan intervensi,
maka indikator tersebut selain harus memiliki validitas yang tinggi, juga dirancang
sedemikian rupa, sehingga cukup sederhana dan secara operasional dapat di pahami dan
dilakukan oleh masyarakat di desa.
Atas dasar pemikiran di atas, maka indikator dan kriteria keluarga sejahtera yang
ditetapkan adalah sebagai berikut :
1.

Keluarga Pra Sejahtera

Adalah keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu atau lebih dari 5 kebutuhan dasarnya
(basic needs). Sebagai keluarga Sejahtera I, seperti kebutuhan akan pengajaran agama,
pangan, papan, sandang dan kesehatan.
2.

Keluarga Sejahtera Tahap I

Adalah keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal
yaitu:
a. Melaksanakan ibadah menurut agama oleh masing-masing anggota keluarga.
b. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 (dua) kali sehari atau lebih.
c. Seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,
bekerja/sekolah dan bepergian.
d. Bagian yang terluas dari lantai rumah bukan dari tanah.
e. Bila anak sakit atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa kesarana/petugas
kesehatan.

3.

Keluarga Sejahtera tahap II

Yaitu keluarga - keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kriteria keluarga sejahtera I,
harus pula memenuhi syarat sosial psykologis 6 sampai 14 (a n) yaitu :

a. Anggota Keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.


b. Paling kurang, sekali seminggu keluarga menyediakan daging/ikan/telur sebagai lauk
c.
d.
e.
f.

pauk.
Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru per tahun.
Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi tiap penghuni rumah.
Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan sehat.
Paling kurang 1 (satu) orang anggota keluarga yang berumur 15 tahun keatas

mempunyai penghasilan tetap.


g. Seluruh anggota keluarga yang berumur 10-60 tahun bisa membaca tulisan latin.
h. Seluruh anak berusia 5 - 15 tahun bersekolah pada saat ini.
i. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia subur memakai
kontrasepsi (kecuali sedang hamil)

4.

Keluarga Sejahtera Tahap III

Yaitu keluarga yang memenuhi syarat 1 sampai 14 dan dapat pula memenuhi syarat 15
sampai 21, syarat pengembangan keluarga yaitu :
a. Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama.
b. Sebagian dari penghasilan keluarga dapat disisihkan untuk tabungan keluarga untuk
tabungan keluarga.
c. Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan kesempatan itu
d.
e.
f.
g.

dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar anggota keluarga.


Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
Mengadakan rekreasi bersama diluar rumah paling kurang 1 kali/6 bulan.
Dapat memperoleh berita dari surat kabar/TV/majalah.
Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi yang sesuai dengan
kondisi daerah setempat.

5.

Keluarga Sejahtera Tahap III Plus

Keluarga yang dapat memenuhi kriteria I sampai 21 dan dapat pula memenuhi kriteria 22 dan
23 kriteria pengembangan keluarganya yaitu :
a. Secara teratur atau pada waktu tertentu dengan sukarela memberikan sumbangan bagi
kegiatan sosial masyarakat dalam bentuk materiil.
b. Kepala Keluarga atau anggota keluarga aktif sebagai pengurus
perkumpulan/yayasan/institusi masyarakat.

6.

Keluarga Miskin

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat
memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
a. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor.
b. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru.
c. Luas lantai rumah paling kurang 8 M2 untuk tiap penghuni.

7.

Keluarga miskin sekali

Adalah keluarga Pra Sejahtera alasan ekonomi dan KS - I karena alasan ekonomi tidak dapat
memenuhi salah satu atau lebih indikator yang meliputi :
a. Pada umumnya seluruh anggota keluarga makan 2 kali sehari atau lebih.
b. Anggota keluarga memiliki pakaian berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan
bepergian.
c. Bagian lantai yang terluas bukan dari tanah.

Menurut Kantor Menteri Negara Kependudukan/BKKBN (1996), tahapan keluarga


sejahtera terdiri dari:

1. Prasejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal atau
belum seluruhnya terpenuhi seperti:spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan
KB
2. Sejahtera I
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara minimal, tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti kebutuhan akan
pendidikan, KB, interaksi dalam keluarga, interaksi lingkungan tempat tinggal, dan
transportasi.
3. Sejahtera II
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya dan kebutuhan
sosialpsikologisnya tetapi belum dapat memenuhi kebutuhan pengembangan, seperti
kebutuhan untuk menabung dan memperoleh informasi
4. Sejahtera III

Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan, tetapi belum dapat memberikan sumbangan yang teratur bagi
masyarakat atau kepedulian sosialnya belum terpenuhi seperti sumbangan materi, dan
berperan aktif dalam kegiatan masyarakat
5. Sejahtera III plus
Keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasar, sosial psikologis dan
pengembangan,dan telah dapat memberikan sumbangan yang teratur dan berperan
aktif dalam kegiatan kemasyarakatan atau memiliki kepedulian sosial yang tinggi.
Dari beberapa pengertian tentang keluarga, maka dapat disimpulkan bahwa
karakteristik keluarga adalah:
a. Terdiri dari dua orang atau lebih yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan, adopsi
b. Biasanya anggota keluarga tinggal bersama atau jika terpisah tetap memperhatikan
satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran
sendiri-sendiri
d. Mempunyai tujuan (menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota)

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kesejahteraan


1) Faktor intern keluarga
a. Jumlah anggota keluarga
Pada zaman seperti sekarang ini tuntutan keluarga semakin meningkat tidak
hanya cukup dengan kebutuhan primer (sandang, pangan, papan, pendidikan, dan
saran pendidikan) tetapi kebutuhan lainya seperti hiburan, rekreasi, sarana ibadah,
saran untuk transportasi dan lingkungan yang serasi. Kebutuhan diatas akan lebih
memungkinkan dapat terpenuhi jika jumlah anggota dalam keluarga sejumlah kecil.
b. Tempat tinggal
Suasana tempat tinggal sangat mempengaruhi kesejahteraan keluarga.
Keadaan tempat tinggal yang diatur sesuai dengan selera keindahan penghuninya,
akan lebih menimbulkan suasana yang tenang dan mengembirakan serta menyejukan
hati. Sebaliknya tempat tinggal yang tidak teratur, tidak jarang meninbulkan
kebosanan untuk menempati. Kadang-kadang sering terjadi ketegangan antara
anggota keluarga yang disebabkan kekacauan pikiran karena tidak memperoleh rasa
nyaman dan tentram akibat tidak teraturnya sasaran dan keadaan tempat tinggal.

c. Keadaan sosial ekonomi kelurga.


Untuk mendapatkan kesejahteraan kelurga alasan yang paling kuat adalah
keadaan sosial dalam keluarga. Keadaan sosial dalam keluarga dapat dikatakan baik
atau harmonis, bilamana ada hubungan yang baik dan benar-benar didasari ketulusan
hati dan rasa kasih sayang antara anggota keluarga.manifestasi daripada hubungan
yang benar-benar didasari ketulusan hati dan rasa penuh kasih sayang, nampak
dengan adanya saling hormat, menghormati, toleransi, bantu-membantu dan saling
mempercayai.
d. Keadaan ekonomi keluarga.
Ekonomi dalam keluarga meliputi keuangan dan sumber-sumber yang dapat
meningkatkan taraf hidup anggota kelurga makin terang pula cahaya kehidupan
keluarga. (BKKBN, 1994 : 18-21). Jadi semakin banyak sumber-sumber keuangan/
pendapatan yang diterima, maka akan meningkatkan taraf hidup keluarga. Adapun
sumber-sumber keuangan/ pendapatan dapat diperoleh dari menyewakan tanah,
pekerjaan lain diluar berdagang, dsb.
2) Faktor ekstern
Kesejahteraan keluarga perlu dipelihara dan terus dikembangan terjadinya
kegoncangan dan ketegangan jiwa diantara anggota keluarga perlu di hindarkan,
karena hal ini dapat menggagu ketentraman dan kenyamanan kehidupan dan
kesejahteraan keluarga.

2.5 Keperawatan Kesehatan Keluarga


Friedman (1992) mengidentifikasi dengan jelas kepentingan pelayanan keperawatan
yang terpusat pada keluarga (family-centered nursing care), yaitu:
a. Keluarga terdiri dari anggota yang saling ketergantungan satu sama lainnya
(interdependent) dan berpengaruh dengan yang lainnya. Jika salah satu sakit maka
anggota keluarga yang lain juga merupakan bagian yang sakit.
b. Adanya hubungan yang kuat diantara keluarga dengan status kesehatan anggotanya,
maka anggota keluarga sangat penting peranannya dalam setiap pelayanan
keperawatan tingkat kesehatan anggota keluarga sangat signifikant dengan aktivitas di
dalam promosi kesehatannya
c. Keadaan sakit pada salah satu anggota keluarga dapat sebagai indikasi problem yang
sama di dalam anggota yang lainnya

Pada spesialisasi sekarang ini, pelayanan kesehatan, terutama pelayanan pengobatan,


pengawasan kesehatan keluarga dan koordinasi macam-macam pelayanan kesehatan oleh tim
kesehatan makin menjadi kewajiban perawat. Sehubungan dengan adanya spesialisasi dan
superspesialisasi dalam pengobatan, maka orientasi pelayanan kesehatan serta cara-cara
penyampaian berubah dari orientasi rumah sakit ke masyarakat, dari orientasi penyakit ke
kesehatan dan dari orientasi pengobatan ke pencegahan dan peningkatan kesehatan.
Perawatan kesehatan keluarga (Family Health Nursing) adalah tingkat perawatan
kesehatan masyarakat yang ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagai unit atau satu
kesatuan yang dirawat, dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai
sarannya. Dalam perawatan kesehatan masyarakat, yang menerima pelayanan perawatan
dibagi menjadi 3 tingkat, yaitu: tingkat individu, tingkat family atau keluarga dan tingkat
community atau masyarakat.

a. Tingkat individu
Perawat memberi pelayanan perawatan kepada individu dengan kasus-kasus
tertentu, pasien dengan TBC, pasien dengan DM, ibu hamil dan sebagainya yang
mereka jumpai di poliklinik. Perawat melihat kasus ini sebagai individu dengan
memperhatikan atau tanpa memberi perhatian kepada keluarga atau masyarakat
dimana pasien ini adalah anggotanya. Individu yang menjadi sasaran perawatan dan
yang menjadi pusat perhatian adalah masalah kesehatan individu itu serta pemecahan
masalahnya. Keluarga pasien tidak mutlak diikutsertakan dalam pemecahan masalah.
b. Tingkat keluarga
Dalam tingkatan ini yang menjadi sasaran pelayanan adalah keluarga. Yang
dimaksud keluarga di sini adalah dua atau lebih dari dua individu yang bergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup
dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masingmasing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. Dalam tingkatan
ini, anggota keluarga yang mempunyai masalah kesehatan akan dirawat sebagai
anggota keluarga. Yang menjadi pusat dari perawatan adalah keluarga. Maka perawat
akan menghadapi pasien yaitu keluarga dengan ibu hamil, keluarga dengan ayah
berpenyakit TBC, keluarga dengan anak retardasi mental, dll.
c. Tingkat masyarakat
Masyarakat adalah kumpulan dari keluarga-keluarga. Kata masyarakat
mengandung arti geografis dan sosio-budaya. Yang menjadi obyek dan subyek

perawatan adalah kelompok masyarakat pada daerah tertentu dengan permasalahan


kesehatan, misalnya masyarakat dengan kejadian demam berdarah atau cholera

2.6 Peran perawat keluarga


Perawatan kesehatan keluarga adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada
keluarga sebagai unit pelayanan untuk mewujudkan keluarga yang sehat. Fungsi
perawat membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara
meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan
keluarga.

Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai


berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Pendidik
Koordinator
Pelaksana
Pengawas kesehatan
Konsultan
Kolaborasi
Fasilitator
Penemu kasus
Modifikasi lingkungan.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Keluarga Sejahtera merupakan keluarga yang dibentuk berdasarkan atas perkawinan
yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan material yang layak, bertakwa
kepada TYME, memiliki hubungan serasi, selaras, dan seimbang antar anggota dan antar
keluarga dengan masyarakat dan lingkungan
3.2 Saran
Walaupun keluarga hanya sebagian kecil dari masyarakat,tetapi kesehatan dan
masalah dalam keluarga harus dijaga untuk memperoleh keluarga yang sejah tera dan
mandiri,maka dari itu para keluarga jangan sampai melalaikan kesehatan dan masalah yang
lainnya dalam keluarga demi memperoleh kesejahteraan dan mandiri.

DAFTAR PUSTAKA
Bailon, S.G. dan Maglaya, A.S.,. 1997. Family health Nursing: The Process. Philiphines: UP
College on Nursing Diliman
Potter dan Perry. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik.
Jakarta: EGC
Shirley, M. H. H. 1996. Family Health Care Nursing : Theory, Practice, and Research.
Philadelphia : F. A Davis Company

Vous aimerez peut-être aussi