Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Asma adalah gangguan imflamasi kronik saluran nafas yang melibatkan
banyak sel dan elemennya. Penyakit imflamasi kronik saluran nafas menyebabkan
peningkatan hiperesponsif jalan nafas yang menimbulkan gejala episodik berupa
mengi, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam menjelang pagi hari.
Dimana saluran pernafasan mengalami penyempitan karena hiperaktifitas terhadap
rangsangan tertentu yang menyebabkan terjadinya peradangan dan penyempitan yang
bersifat sementara. Gejala tersebut terjadi berhubungan dengan obstruksi jalan nafas
yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversible dengan atau tanpa pengobatan.
Umumnya asma lebih sering terjadi pada anak-anak usia di bawah lima tahun dan
orang dewasa pada usia sekitar tiga puluh tahunan.
B. TUJUAN PENULISAN
Yang menjadi tujuan dalam penyusunan makalah ini yaitu :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi asma
B. Etiologi asma
C. Manifestasi Klinis asma
D. Klasifikasi penyakit asma
E. Mekanisme terjadinya asma
F. Patofisiologi
G. Penanganan asma
H. Pemeriksaan Diagnostik
I.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi Asma
Penyakit asma berasal dari kata Asthma yang diambil dari bahasa yunani yang
berarti sukar bernapas. Penyakit asma dikenal karena adanya gejala sesak napas, batuk
yang disebabkan oleh penyempitan saluran napas. Asma juga disebut penyakit paru-paru
kronis yang menyebabkan penderita sulit bernapas. Hal ini disebabkan karena
pengencangan dari otot sekitar saluran napas, peradangan, rasa nyeri, pembengkakan dan
iritasi pada saluran napas di paru-paru. Hal lain disebut juga bahwa asma adalah penyakit
yang disebabkan oleh peningkatan respon dari trachea dan bronkus terhadap bermacammacam stimuli yang di tandai dengan penyempitan bronkus atau bronkiolus dan sekresi
berlebih dari kelenjar di mukosa bronkus.
Asma adalah penyakit jalan napaf obstruktif intermitten, reversibel di mana
trakea dan bronki berespon, dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu (Brunner
& Suddarth, 2002).
Asma adalah kondisi inflamasi kronik dan umu pada jalan napas yang
penyebabnya tidak sepenuhnya dipahami. Sebagai akibat dari inflamasi, jalan napas
menjadi hiperesponsif dan mudah menyempit sebagai respon terhadap berbagai jenis
rangsangan (Caia, 2011).
Menurut National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) pada
National Institute of Health (NIH) Amerika, asma (dalam hal ini asma bronkial)
didefinisikan sebagai penyakit radang/inflamasi kronik pada paru, yang dikarakterisir
oleh adanya :
1. Penyumbatan saluran nafas yang bersifat reversible (dapat balik), baik secara
spontan maupun dengan pengobatan.
2. Peradangan pada jalan nafas.
3. Peningkatan respon jalan nafas terhadap
berbagai
rangsangan
(hiper-
sesak napas yang lebih parah. Jika tidak dapat ditangani dengan baik maka asma dapat
menyebabkan kematian.
B. Klasifikasi Penyakit Asma
1. Berdasarkan penyebabnya, asma dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
a. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh alegren yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic
dan aspirin) dan spora jamur yang tidak membawa pengaruh apa-apa
terhadap mereka yang sehat.
Asma
ekstrinsik
sering
dihubungkan
dengan
adanya
suatu
predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada alegren spesifik
seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibody IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini
menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan antigen spesifikasinya. Pada
asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat pada
interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus
kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut
meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah terlekat pada sel
mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai macam zat,
diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang merupakan
leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.
Dengan kata lain Antibodi ini mencari dan menempelkan dirinya pada
sel-sel batang. Peristiwa ini terjadi dalam jumlah besar di paru-paru dan
saluran pernafasan lalu membangkitkan suatu reaksi. Batang-batang sel
melepaskan zat kimia yang disebut mediator. Salah satu unsur mediator ini
adalah histamin. Dan akibat pelepasan histamin terhadap paru-paru adalah
reaksi penegangan/pengerutan saluran pernafasan dan meningkatnya
produksi lendir yang dikeluarkan jaringan lapisan sebelah dalam saluran
tersebut.
b. Intrinsik (non alergik)
4
percakapan
sesak napas karena udara pada waktu bernapas tidak dapat mengalir dengan lancar
pada saluran napas yang sempit hal ini juga yang menyebabkan timbulnya bunyi pada
saat bernapas.
batuk berdahak karena penyempitan saluran napas yang terjadi dapat berupa
pegerutan dan tertutupnya saluran oleh dahak yang diproduksi secara berlebihan
5
suara napas yang berbunyi karena pengaruh keseimbangan hormon kortisol yang
Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen bronkhioulus
dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi
sangat meningkat Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi dari
pada inspirasi.
Selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus.
Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama
ekspirasi. Pada penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan
adekuat, tetapi sekali-kali melakukan ekspirasi.Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas
residu fungsional dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan
asma akibat kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.
F. Patoflow Asma
Faktor pencetus serangan asma : allergen, infeksi saluran napas, stress, olahraga, obat, polusi
udara, lingkungan kerja
Hipersekresi
mukus
Hipereaktivitas
bronkus
Peningkatan kerja
pernapasan, hipoksemia
secara reversibel
Keluhan psikologis,
kecemasan, ketidaktahuan
akan prognosis
-Kecemasan
-Ketidaktahuan/pemenuh
an informasi
Status
asmatikus
Gagal
napas
kematia
n
F. Penatalaksanaan Asma
Manajemen pengendalian asma terdiri dari 6 (enam) tahapan yaitu sebagai berikut:
a. Pengetahuan
Memberikan pengetahuan kepada penderita asma tentang keadaan penyakitnya
dan mekanisme pengobatan yang akan dijalaninya kedepan (GINA, 2005).
b. Monitor
Memonitor asma secara teratur kepada tim medis yang menangani penyakit asma.
Memonitor perkembangan gejala, hal-hal apa saja yang mungkin terjadi terhadap
penderita asma dengan kondisi gejala yang dialaminya beserta memonitor
perkembangan fungsi paru (GINA, 2005).
c. Menghindari Faktor Resiko
Hal yang paling mungkin dilakukan penderita asma dalam mengurangi gejala
asma adalah menhindari faktor pencetus yang dapat meningkatkan gejala asma.
Faktor resiko ini dapat berupa makanan, obat-obatan, polusi, dan sebagainya
(GINA, 2005).
d. Pengobatan Medis Jangka Panjang
Pengobatan jangka panjang terhadap penderita asma, dilakukan berdasarkan
tingkat keparahan terhadap gejala asma tersebut. Pada penderita asma intermitten,
tidak ada pengobatan jangka panjang. Pada penderita asma mild intermitten,
menggunakan pilihan obat glukokortikosteroid inhalasi dan didukung oleh
Teofilin, kromones, atau leukotrien. Dan untuk asma moderate persisten,
menggunakan pilihan obat .
2-Agonist Inhalasi
2-Agonist Oral
Teofiline
Leukotriens
2-Agonist Inhalasi
2-Agonist Oral
Antikolinergic
e. Pemeriksaan Teratur
Penderita asma disarankan untuk memeriksakan kesehatannya secara
teratur kepada tim medis. Pemeriksaan teratur berfungsi untuk melihat
perkembangan kemampuan fungsi paru (GINA, 2005).
Dalam penatalaksanaan asma, pola hidup sehat sangat dianjurkan. Pola
hidup sehat akan sangat membantu proses penatalaksanaan asma. Dengan
pemenuhan nutrisi yang memadai, menghindari stress, dan olahraga atau yang
biasa disebut latihan fisik teratur sesuai toleransi tubuh (The Asthma Foundation
of Victoria, 2002).
BAB III
ASKEP TEORITIS
A. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Hal-hal yang perlu dikaji pada pasien asma adalah sebagai berikut :
a. Riwayat kesehatan dahulu
Kaji riwayat pribadi atau keluarga tentang penyakit paru sebelumnya.
Kaji riwayat reaksi alergi, sentisifitas terhadap faktor lingkungan dll.
Kaji riwayat pekerjaan pasien.
b. Aktifitas
Tidak mampu melakukan aktifitas, karena gangguan bernafas.
Adanya penurunan kemampuan, dan aktifitas pasien.
c. Aktifitas sehari-hari
Tidur dalam posisi duduk tinggi
d. Pernafasan
Dispnea saat istirahat atau latihan
Nafas memburuk saat berbaring terlentang
Menggunakan oto bantu pernafasan.
e. Hidung
Ada bunyi nafas mengi
Ada batuk berulang
f. Sirkulasi
Adanya peningkatan tekanan darah
Adanya peningkatan frekuensi jantung
Warna kulit atau membran mukosa normal/abu-abu,sianosis.
Kemerahan atau berkeringat
g. Integritas Ego
Ansietas
Ketakutan
10
Peka rangsangan
Gelisah
h. Asupan Nutrisi
Ketidakmampuan untuk makan, karena gangguan pernafasan.
Penurunan berat badan karena anoreksia
i. Hubungan Sosial
Keterbatasan mobilitas fisik
Susah bicara
Adanya ketergantungan pada orang lain
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret
2. Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan penurunan kemampuan bernapas
3. Gangguan pertukaran gas yang berhubungan dengan retensi CO2
4. Perubahan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d anoreksia
5. Gangguan pemenuhan ADL b/d kelemahan
6. Kurang pengetahuan berhubungan dengan regumen pengobatan (Doenges,2003)
C. Intervensi & Implemetasi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan napas berhubungan dengan penumpukan sekret.
a. Tujuan: jalan nafas kembali efektif
b. Kriteria hasil:
c.
Intervensi
1. Auskultasi bunyi nafas, catat adanya bunyi nafas, mis; mengi, krekels, ronki.
R : beberapa derajat spasme bronkus terjadi sumbatan di jalan nafas
2. Kaji/pantau frekuensi pernafasan.
R : takipnea biasanya ada pada beberapa derajat dan dapat di temukan pada
penerimaan atau selama stres
3. Kaji pasien untuk posisi yang nyaman mis : peninggian kepala tempat tidur,
4.
5.
6.
7.
c.
Intervensi
1. Monitor frekuensi, irama dan kedalaman pernafasan
R : dispnea dan terjadi peningkatan kerja nafas, kedalaman pernafasan
bervariasai
2. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi
R : dududk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernafasan
3. Observasi pola batuk dan karakter sekret
R : menegtahui batuk keribg atau basah serta warna dari sekret itu
4. Berikan pasien latihan nafas dalam atau batuk efektif
R : dapat meningkatkan sekret di mana ada gangguan ventilasi sitambah
ketidaknyamana bernafas
5. Berikan O2 tambahan
R : memaksimalkan bernafas dan menurunkan kerja nafas
6. Bantu fisioterapi dada
R : memudahkan upaya bernafas dalm dan meningkatkan draenase sekret
Evaluasi : pola napas kembali normal
c.
Intervensi
1. Kaji TTV (Vital Signs)
R : untuk mengetahui TTV(Vital Signs) pasien
2. Jelaskan kepada pasien sebelum melakukan tindakan
R : agar pasien tahu tentang tindakan yang dilakukan perawat kepadanya
3. Berikan informasi dalam bentuk tertulis maupun verbal
R : kelemahan dan depresi dapat mempengaruhi kemampuan untuk
menangkap informasi
13
BAB IV
PENUTUP
a. Kesimpulan
Pengobatan asma harus dilakukan secara tepat dan benar untuk mengurangi
gejala yang timbul. Pengobatan asma memerlukan kerja sama antara pasien, keluarga,
dan dokternya. Oleh karena itu pasien asma dan keluarganya harus diberi informasi
lengkap tentang obat yang dikonsumsinya; kegunaan, dosis, aturan pakai, cara pakai dan
efek samping yang mungkin timbul. Pasien hendaknya juga menghindari faktor yang
14
menjadi penyebab timbulnya asma. Selain itu, pasien harus diingatkan untuk selalu
membawa obat asma kemanapun dia pergi, menyimpan obat-obatnya dengan baik, serta
mengecek tanggal kadaluarsa obat tersebut. Hal ini perlu diperhatikan agar semakin hari
kualitas hidup pasien semakin meningkat.
b. Saran
Dengan mengetahui apa dan bagaimana penyakit asma maka dapat lebih
mengenali cara penanganannya.
DAFTAR PUSTAKA
Arif Mansjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Fakultas Kedokteran
Price,Sylvia. 2006. Anderson , Patofisologi : Konsep Klinis Proses Proses penyakit , alih
bahasa Peter Anugrah, edisi 4 . Jakarta :EGC
Brunner & Suddart. 2002. Buku ajar keperawatan medikel bedah. Jakarta: EGC
Suyono, Slamet. 2001. Ilmu penyakit dalam jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI
15
Nanda.2007. buku saku diagnosa keperawatan dengan intervensi NIC dan kreteria hasil
NOC, Ed 7. Jakarta: EGC
Doenges, EM.2003. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC
16