Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PEMBAHASAN
A. Kritisisme Imanuel Kant
Filsafat Kant merupakan titik tolak periode baru bagi filsafat Barat. Ia
mengatasi dan menyimpulkan aliran Rasionalisme dan Empirisme, yang
dibantah oleh Copleston VI. Dari satu pihak
ia
mempertahankan
dalam
menilai
akal
dan
pengalaman
sebagai
sumber
dalam
argumennya,
bahwa
akal
dipandu
oleh
tiga
ide
transcendental, yaitu ide psikologis yang disebut jiwa, ide dunia, dan ide
tentang Tuhan. Ketiganya tersebut memiliki fungsi masing-masing, yaitu
ide jiwa menyatakan dan mendasari segala gejala batiniah yang
merupakan cita-cita yang menjamin kesatuan terakhir dalam bidang
psikis, ide dunia menyatakan segala gejala jasmaniah, ide Tuhan
mendasari segala gejala, segala yang ada, baik batiniah maupun yang
lahiriah (Ahmad Tafsir, 2005:150-151, lihat Mircea Eliade,t.:247)[1]
Kant mengarang macam-macam kritik mengenai akalbudi, kehendak,
rasa, dan agama. Dalam karyanya yang sering disebut metafisika.
Menurutnya
Metafisika
merupakan
uraian
sistematis
mengenai
pada
sekurang-kurangnya
pada
prinsipnya
mungkin
untuk
memecahkan
masalahnya,
maka
perlu
diselidiki
dahulu
memulai
perjalanannya
dengan
menyelidiki
batas-batas
pencerahan
atau
yang
dikenal
di
Inggris
dengan
B.
Ciri-ciri Kritisisme
Isi utama dalam kritisisme yaitu gagasan Immanuel Kant tentang teori
pengetahuan, etika, dan estetika. Gagasan tersebut muncul karena ada
pertanyaan-pertanyaan yang mendasar yang timbul pada pemikiran
Immanuel Kant. Pertanyaan-pertanyaan tersebut yaitu:
Ciri-ciri Kritisisme Immanuel Kant dapat disimpulkan menjadi tiga hal
yaitu:
1.
pada objek.
2.
Menegaskan
keterbatasan
kemampuan
rasio
manusia
untuk
kritis
yang
ditampilkannya
bertujuan
untuk
menjembatani
kant,
pengetaahuan
yang
dihasilkan
oleh
kaum
Bidang indrawi
Peranan subyek lebih menonjol, namun harus ada dua bentuk murni
yaitu ruang dan waktu yag dapat diterapkan pada pegalaman. Hasil yang
diterapkan pada ruang dan waktu merupakan fenomena konkrit. Namun
pengetahuan yang diperoleh indrawi ini selalu berubah-ubah, tergantung
pada subyek yang mengalami dan situasi yang melingkupinya.
b.
Bidang Akal
Apa yang telah diperoleh melalui bidang indrawi tersebut, untuk
kuantitas,
terdiri
atas;
singulir(kesatuan),
kualitas,
terdiri
atas;
realitas(kenyataan),
relasi,
terdiri
atas;
categories(tidak
bersyarat),
4. Kategori
modalitas,
terdiri
atas;
mungkin/tidak,
ada/tiada,
keperluan/kebetulan.[3]
c.
Bidang Rasio
Pengetahuan yang telah diperoleh akal itu baru dapat dikatakan
kritisisme
Immanuel
Kant
(1724-1804)
mencoba
menggabungkan
dengan
Pengalaman
Empirisme
ajaran