Vous êtes sur la page 1sur 11

Soal Filsafat Ilmu

Sony dan Robyn adalah teman dekat yang kenal saat sama-sama menjadi
mahasiswa di Universitas X. Saat ini keduanya seperti tidak bisa terpisahkan
lagi, mereka mengerjakan tugas kuliah bersama serta kemana-mana bersama.
Namun Sony dan Robyn memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, Robyn
cenderung tergantung kepada Sony untuk urusan kuliah. Sony sangat rajin,
selalu memikirkan kuliahnya, tidak mau mencontek ataupun meng-copy paste
tugas kuliah. Sony memiliki prinsip bahwa dengan belajar secara benar maka
diakan menjadi apa yang dicita-citakan. Sementara Robyn berfikir bahwa ilmu
bukan sesuatu yang istimewa karena ilmu tidak membuat orang akan kaya
raya, asalkan nilainya baik maka tidak perlu belajar dengan baik.

Sony dan Robyn adalah teman dekat yang kenal saat sama-sama menjadi
mahasiswa di Universitas X. Saat ini keduanya seperti tidak bisa terpisahkan
lagi, mereka mengerjakan tugas kuliah bersama serta kemana-mana bersama.
Analisis:
Mengapa manusia bersahabat? Apa hakekat atau inti terdalam dari persahabatan
yang mewarnai cerita Sony dan Robin di dalam kasus diatas? Pertanyaan tersebut
memang terdengar retoris, namun itulah yang muncul di kepala saya, ketika diminta
untuk menuliskan beberapa patah kata mengenai persahabatan Sony dan Robin.
Sejarah filsafat penuh dengan refleksi soal persahabatan. Dan karena psikologi
adalah anak kandung filsafat, maka ada baiknya saya memperkenalkan anda
dengan sebuah refleksi filsofis tentang persahabatan.
Hakekat Persahabatan
Ijinkan saya memperkenalkan Plato, seorang filsuf yang hidup lebih dari 2400
tahun yang lalu. Dapat juga dikatakan Plato adalah filsuf pertama yang membuka
percakapan yang sifatnya rasional dan sistematis di dalam sejarah pemikiran

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

manusia. Apa pendapatnya tentang hakekat persahabatan? Coba kita teliti


pandangannya.
Di dalam persahabatan terselip sebuah kata dan konsep luhur yang seringkali
digunakan, namun sulit sekali untuk dipahami; cinta. Dapat pula dikatakan pendapat
Plato tentang persahabatan terkait dengan pendapatnya soal cinta. Apa itu cinta?
Menjawab pertanyaan itu Plato memperkenalkan tiga konsep; philia, eros, dan
agape.
Secara singkat philia dan eros adalah jenis cinta yang masih berfokus pada
kualitas orang yang dicintai. Misalnya saya mencintai kamu, karena kamu ganteng,
cantik, pintar, dan sebagainya. Jadi tindak mencinta (termasuk bersahabat) muncul,
karena orang yang dicintai memiliki kelebihan tertentu. Eros biasanya terkait dengan
cinta

yang

melibatkan nafsu

seksual. Eros dengan

mudah

ditemukan

pada

pasangan yang tengah bercinta.


Sementara philia adalah cinta antar saudara, teman, sahabat, rekan kerja,
ataupun cinta terhadap orang-orang yang berasal dari bangsa maupun suku yang
sama. Persahabatan antara Sony dan Robin sangat mungkin didasarkan
pada philia yang sangat kuat. Cirinya ada dua yakni keduanya mengagumi sosok
sahabatnya (Sony ke Robin, dan Robin ke Sony), serta keduanya merasa kecewa,
terutama ketika menghadapai fakta, bahwa sahabatnya ternyatatidak sesuai dengan
persepsi yang mereka bangun masing-masing. Ciri khas philia dan eros adalah,
bahwa keduanya hancur, ketika orang yang kita cintai (termasuk sahabat) tidak lagi
menjadi seperti yang kita inginkan.
Bagi Plato tingkat cinta tertinggi adalah agape, yakni cinta yang tidak lagi
berfokus pada keunggulan ataupun kehebatan orang yang dicintai, melainkan justru
ingin mengembangkan orang yang dicintai untuk mempunyai keunggulan yang
sebelumnya tidak ada. Dengan kata lain cinta agape adalah cinta yang membangun.
Orientasi

utamaagape bukanlah

kepentingan

dan

kepuasan

diri,

melainkan

kepentingan dan perkembangan orang yang dicintai. Dengan mudah kita


menemukan cinta ini pada ibu yang merawat anaknya dengan penuh kasih sayang,
dan seorang suami yang dengan setia dan tulus mencintai istri dan anaknya.
Alasan Persahabatan

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

Dengan filsafatnya tentang cinta (yang memang menjadi dasar kokoh untuk
persahabatan),

Plato

tetap

tidak

menjawab

pertanyaanmengapa manusia

bersahabat. Ia menjelaskan hakekat persahabatan, namun tidak menjelaskan alasan


mengapa orang bersahabat. Muridnya yang bernama Aristoteleslah yang akan
menjawab pertanyaan ini. Uraiannya tentang persahabatan terdapat di dalam
bukunya yang legendaris, Nicomachean Ethics.
Menurut Aristoteles ada tiga alasan orang menjalin persahabatan, yakni
kenikmatan (hedonic/pleasure), kegunaan (utility), dan keutamaan (arete/virtue).
Artinya sederhana saya bersahabat dengan anda, karena anda memberikan
saya kenikmatan (pleasure), seperti bisa diajak diskusi, pintar, suka berbagi ilmu,
suka mentraktir saya, suka berpetualang bersama (untuk yang suka jalan-jalan),
atau suka membelikan saya barang-barang mewah. Alasan lainnya adalah bahwa
saya bersahabat dengan anda, karena anda berguna untuk saya. Ketika menjelang
ujian anda mau membagikan ilmu dengan diskusi, atau dengan berteman dengan
anda, saya memiliki koneksi lebih banyak, serta motif-motif berguna lainnya. Dan
alasan ketiga adalah, saya bersahabat dengan anda, karena anda adalah orang
yang memiliki keutamaan, seperti anda rendah hati, murah hati, sabar, penyayang,
dan sebagainya.
Dari pemaparan di atas dapatlah disimpulkan, bahwa bagi Aristoteles
persahabatan tidak pernah sungguh-sungguh murni, karena selalu diwarnai motifmotif di balik persahabatan itu. Namun begitu tidak berarti persahabatan lalu menjadi
ternoda. Justru di dalam konsep persahabatan sudah selalu terkandung konsep
motif, yakni motif kenikmatan, kegunaan, dan keutamaan. Persahabatan dan motif
tidaklah bisa dipisahkan.
The Kite Runner
Persahabatan Sony dan Robin adalah persahabatan yang didasari oleh cinta.
Seperti sudah saya tekankan sebelumnya, dasar dari hubungan mereka
adalah philia,

yakni

cinta

yang

berorientasi

pada

persaudaraan.

Sekilas philia memang tampak luhur, namun philia juga sangatlah rapuh, karena
ketika orang yang dicintai tidak lagi sesuai dengan gambaran kita, maka kita dapat
segera meninggalkannya. Akhir dari philia adalah kekecewaan, karena harapan

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

yang tidak menjadi kenyataan. Hal itu dengan jelas dapat terlihat di dalam tragedi
yang memisahkan Sony dan Robin.
Pada hemat saya hubungan Sony dan Robin adalah hubungan yang
mencerminkan ketiga motif yang diutarakan oleh Aristoteles. Sony mengagumi
Robin karena ia memiliki keutamaan (Rajin, pintar dan sebagainya). Keduanya
mendapatkan keuntungan (kegunaan) dari relasi persahabatan mereka. Akibatnya
persahabatan

pun

membawa

kenikmatan (pleasure)

bagi

keduanya,

yakni

kenikmatan yang muncul dari rasa kebersamaan dan persaudaraan. Itulah motifmotif yang mendasari persahabatan mereka. Namun dasar itu tetaplah lemah,
karena masih melulu didasarkan pada philia.
Saat ini kalian berada di salah satu momen terpenting di dalam hidup kalian,
yakni kalian memasuki bangku kuliah untuk menuntut ilmu dan menjadi bijaksana di
dalam kehidupan. Kunci sukses terpenting (berdasarkan pemaparan ini) di dalam
dunia perkuliahan (dan juga di dalam kehidupan) adalah persahabatan, dan
bagaimana mengelola persahabatan itu. Dari Plato kita semua bisa belajar untuk
memiliki cinta konstruktif kepada orang yang kita cintai (termasuk sahabat kita),
yakni cinta yang membangun dan mengembangkan. Dari Aristoteles kita bisa belajar
untuk memiliki cinta yang berkeutamaan, yakni cinta yang mau belajar untuk menjadi
orang yang berkeutamaan (rendah hati, jujur, sabar, murah hati, rajin) dari orang
yang kita cintai.
Cinta yang membangun (agape), dan cinta yang mau belajar untuk
berkeutamaan (virtue), adalah kunci sukses kehidupan. Bentuklah pemikiran seperti
ini sedari awal, maka segalanya (termasuk harta, kuasa, dan kebahagiaan sejati)
akan ditambahkan kepadamu. Have faith and have hope (yakin dan berharaplah).
Namun Sony dan Robyn memiliki sifat dan perilaku yang berbeda, Robyn
cenderung tergantung kepada Sony untuk urusan kuliah. Sony sangat rajin,
selalu memikirkan kuliahnya, tidak mau mencontek ataupun meng-copy paste
tugas kuliah.
Sony dan Robin memiliki 2 sifat yang berbeda, malas dan rajin. Kita semua
pasti mengenal istilah 'malas' ini, bahkan sebagian besar dari kita pasti pernah

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

bersahabat dengan rasa yang satu ini. Sesungguhnya apa sih yang melatarbelakangi Robyn menjadi malas dengan mengatakan tidak perlu belajar? Apakah
malas ini sebuah penyakit?, virus?, atau sebuah ujian?, banyak yang bertanya-tanya
tentang hal yang satu ini, bahkan bila kita terkena rasa yang satu ini, banyak dari
kita yang sulit sekali untuk melawannya. Bahkan menurut beberapa ahli sering
mengatakan malas adalah musuh nomor satu dari kesuksesan. Pada kesempatan
kali ini saya mencoba berbagi sedikit pemahaman tentang rasa malas yang sering
menyinggahi kehidupan keseharian kita, sehingga seolah-olah hal ini merupakan
salah satu penyebab kita gagal dalam meraih sebuah kesuksesan. Sesungguhnya
malas bukanlah sebuah penyakit, tapi rasa malas ini adalah 'ujian' yang diberikan
kepada manusia dari Sang Khalik agar kita bisa menjadi lebih unggul, bahkan paling
unggul dari makhluk-makhluk lain ciptaan Allah SWT, Anda mau bukti bahwa rasa
malas ini di ciptakan justru untuk membuat manusia menjadi makhluk ciptaan Allah
yang paling unggul? Ini buktinya: Bila dibandingkan dengan malaikat yang juga
makhluk Allah SWT, tapi kepada malaikat Allah tidak pernah membekalinya rasa
malas, yang ada hanya rasa taat atas semua perintah Allah SWT, semua malaikat
akan segera melakukan semua perintah Allah SWT dengan sangat taat tanpa ada
rasa malas sedikitpun, sangat berbeda sekali dengan manusia. Jelas untuk
membandingkan malaikat dengan manusia sangatlah mudah, malaikat sangat mulia
dengan segala kelebihannya sudah wajar bila malaikat ini melakukan dengan ringan
semua perintah-perintah Allah SWT, tapi tidak buat manusia yang banyak sekali
kelemahannya, sehingga rasa malas ini adalah ujian buat manusia untuk bisa
menjadi taat dengan semua perintah-perintah Allah SWT, bila kita bisa mengalahkan
rasa malas ini, maka inilah bentuk keunggulan yang dimiliki manusia, dengan segala
kekurangan yang ada tapi bisa mengalahkan rasa malas ini untuk mentaati semua
perintah-perintah Allah SWT, maka tidak dipungkiri lagi manusia masuk kedalam
golongan makhluk yang paling unggul dari semua makhluk ciptaan Allah SWT.
Adapun penyebab dari rasa malas ini dapat kita golongkan sebagai berikut:
1. Malas yang dipicu oleh perubahan faktor eksternal, kemalasan yang tercipta
oleh faktor perubahan ekternal ini bentuknya 'state' (keadaan) bersifat
sementara/temporer, sebagai contoh seorang pengusaha mendadak malas
berusaha ketika uang hasil usahanya raib ditipu orang, saat itu ia merasa hancur

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

dan semua usahanya sia-sia belaka, dan dalam beberapa saat ia akan masuk
kedalam lingkaran rasa malas ini.
2. Malas yang timbul akibat irama mood (perasaan), kemalasan yang disebabkan
irama mood/perasaan ini umumnya dialami oleh hampir semua manusia, dan
suasana perasaan ini sangat berkaitan kuat dengan sifat kebosanan terhadap
suatu rutinitas yang monoton, karena sifat bosan ini seringkali mengantarkan
kita kepada suasana hati yang tidak pasti (tidak mood), sehingga kita masuk ke
dalam lingkaran rasa malas yang tidak bisa pungkiri lagi.
3. Malas yang timbul dari diri kita sendiri yang menciptakannya, kemalasan
semacam ini sering disebut 'trait' (bawaan), bawaan disini maksudnya bukan
bawaan lahir atau semacam takdir seseorang, tapi bawaan yang dimaksud
adalah kitalah yang menciptakan rasa malas itu, kita yang memilih rasa malas
itu, kita sendiri yang menjadi penyebabnya. Sifat malas yang kita ciptakan
sendiri ini umumnya bersifat permanen, selama kita tidak mau merubahnya dan
selama itu pula kemalasan ini bertengger di dalam diri kita.
4. Malas yang di sebabkan karena kita tidak mau memilih yang positif, kemalasan
tipe ini biasanya disebabkan oleh kebiasaan kita melihat sesuatu dari sisi
negatif, seperti gagal dalam asmara, kita jadi membenci orang yang menyakiti
kita, dan kebencian ini membuat kita hanyut dan membuat kita masuk dalam
lingkaran kemalasan dan tidak mau melakukan apa-apa, seandainya kita
memilih untuk hal yang positif, maka kita tidak akan hanyut dalam keadaan yang
sangat menjerat hati ini.
5. Malas yang disebabkan karena kita kurang belajar menggunakan ledakan
emosi. Sebagai contoh marah, tidak puas, malu, takut, ingin dipuji dan
seterusnya adalah termasuk bentuk ledakan emosi, ini semua bisa digunakan
untuk mengusir rasa malas atau sebaliknya bisa juga digunakan untuk
menambah rasa malas. Contoh karena kita marah pada seseorang maka kita
akan malas melakukan apa-apa, hanya menggugui kejengkelan hati, tapi
sebaliknya tidak puas dengan keadaan hari ini akan memacu kita untuk
melakukan perubahan diri dan berusaha lebih baik lagi di hari mendatang.
Dalam kasus Sony dan Robin ini juga ada kaitannya dengan etika sebagai
pelajar atau tanggung jawab sebagai penuntut ilmu.
Etika secara etimologi berasal dari kata Yunani, yakni ethos yang berarti watak
kesusilaan atau adat. Secara terminologi, etika adalah cabang filsafat yang

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

membicarakan tingkah laku atau perbuatan manusia dalam hubungannya dengan


baik buruk.Sedangkan pengertian lainnya lagi, etika adalah ilmu yang membahas
perbuatan baik dan perbuatan manusia sejauh yang dapat dipahami oleh pikiran
manusia. Dalam bahasa Indonesia kedua-duanya diterjemahkan dengan kesusilaan.
Etika disebut pula akhlak atau disebut pula moral. Yang dapat dinilai baik buruk
adalah sikap manusia, yaitu yang menyangkut perbuatan, tingkah laku, gerakan,
kata-kata, dan sebaginya. Adapun motif, watak, dan suara hati sulit untuk dinilai.
Tingkah laku yang dikerjakan dengan tidak sadar tidak dapat dinilai baik buruknya.
Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk,
dan tanggung jawab.
Ruang lingkup etika meliputi bagaimana caranya agar dapat hidup lebih baik
dan bagaimana caranya untuk berbuat baik serta menghindari keburukan. Etika
memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan refleksi. itulah
etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika adalah tingkah laku
manusia. Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti juga tingkah laku
manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika melihat dari sudut
baik dan buruk terhadap perbuatan manusia
Eika termasuk kelompok filsafat praktis dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu
etika umum dan etika khusus. Etika secara umum merupakan suatu pemikiran kritis
dan mendasar tentang ajaran-ajaran dan pandangan-pandangan moral. Etika
berkaitan erat dengan pelbagai masalah-masalah predikat nilai susila dan tidak
susila baik dan buruk.
Masalah dasar bagi etika khusus adalah bagaimana seseorang harus bertindak
dalam bidang atau masalah tertentu, dan bidang itu perlu ditata agar mampu
menunjang pencapai kebaikan hidup manusia sebagai manusia. Menurut Magnis
Suseno, etika khusus dibagi menjadi dua yaitu etika individual dan etika sosial, yang
keduanya berkaitan dengan tingkah laku manusia sebagai masyarakat. Etika
individual membahas kewajiban manusia terhadap diri sendiri dalam kaitannya
dengan kedudukan manusia sebagai warga masyarakat. Etika social membicarakan
tentang kewajiban manusia sebagai anggota masyarakat atau umat manusia. Dalam
masalah ini etika individual tidak dapat dipisahkan dengan etika social, karena
kewajiban terhadap diri sendiri dan sebagai anggota masyarakat atau umat manusia

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. Etika social menyangkut hubungan
manusia-dengan manusia lain baik secara langsung maupun dalam bentuk
kelembagaan (keluarga, masyarakat, dan Negara), sikap kritis terhadap pandanganpandangan dunia, ideologi-ideologi maupun tanggung jawab manusia terhadap
lingkungan hidup. Jadi etika social tentang ilmuwan yang baik (etika ilmiah) adalah
salah satu jenis etika khusus, disamping etika-etika khusus lainnya, seperti etika
profesi, etika politik, etika bisnis, dan lain sebagainya.
Etika sosial berfungsi membuat manusia menjadi sadar tentang tanggung
jawabnya sebagai manusia dalam kehidupannya sebagai anggota masyarakat,
menurut semua dimensinya. Demikian juga etika profesi yang merupakan etika
khusus dalam etika social mempunyai tugas dan tanggung jawab kepada ilmu dan
profesi yang disandangnya. Dalam hal ini, Sony dan Robin memiliki pemikiran yang
berorientasi

pada

rasa

sadar

akan

tanggung

jawabnya

sebagai

seorang

pelajar/penuntut ilmu yang melatar belakangi corak pemikiran ilmiah dan sikap
ilmiahnya dalam menentukan masa depannya.
Sony memiliki prinsip bahwa dengan belajar secara benar maka diakan
menjadi apa yang dicita-citakan. Sementara Robyn berfikir bahwa ilmu bukan
sesuatu yang istimewa karena ilmu tidak membuat orang akan kaya raya,
asalkan nilainya baik maka tidak perlu belajar dengan baik.
Sony dan Robin memiliki perbedaan prinsip dalam memaknai arti dari belajar
dan manfaatnya.
Kekayaan (materi atau kebendaan) dapat dijadikan ukuran penempatan
anggota masyarakat ke dalam lapisan-lapisan sosial yang ada, barang siapa
memiliki kekayaan paling banyak mana ia akan termasuk lapisan teratas dalam
sistem pelapisan sosial, demikian pula sebaliknya, yang tidak mempunyai kekayaan
akan digolongkan ke dalam lapisan yang rendah. Kekayaan tersebut dapat dilihat
antara lain pada bentuk tempat tinggal, benda-benda tersier yang dimilikinya, cara
berpakaiannya, maupun kebiasaannya dalam berbelanja,serta kemampuannya
dalam berbagi kepada sesame.

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

Ilmu menurut KBBI adalah segala pengetahuan tentang suatu bidang yang
disusun secara bersistem menurut metode tertentu, yang dapat digunakan untuk
menerangkan gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu.
Setiap kehidupan terjadi suatu roses belajar-mengajar, baik sengaja maupun
tidak disengaja, disadari atau tidak disadari. Dari proses belajar- mengajar ini akan
diperoleh suatu hasil, yang pada umumnya disebut hasil pengajaran, atau dengan
istilah tujuan pembelajaran atau hasil belajar, tetapi agar memperoleh hasil yng
optimal, proses belajar mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta
terorganisasi dengan baik.
Belajar pada dasarnya merupakan peristiwa yang bersifat individual yakni
peristiwa terjadinya perubahan tingkah laku sebagi dampak dari pengalaman
individu. Pengalaman dapat berupa situasi belajar yang terjadi karena dirancang
oleh orang lain atau situasi yang tercipta begitu adanya. Peristiwa belajar yang
terjadi karena dirancang oleh orang lain di luar diri individu sebagai pebeljar biasa
disebut proses pembelajaran.
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat
fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti,
bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung
pada proses belajar yang dialami siswa baik ketikaia berada di sekolah maupun di
lingkungna rumah atau keluarganya sendiri. Dalam arti luas belajar dapat diartikan
sebagi kegiatan psiko-fisik menuju keperkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian
dalam arti sempit, belajar dimaksudkan sebagi usaha penguasaan materi ilmu
pengetahuan yang merupakan sebgian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian
seutuhnya.
Manfaat dari belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu
yang belajar. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu
pengetahuan, tetapi juga berbentuk kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian,
harga diri, minat, watak, penyesuaian diri. Jelasnya menyangkut segala aspek
organisme dan tingkah laku pribadi seseorang.

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Charis Zubair., 2002, Dimensi Etik dan Aksetik Ilmu Pengetahuan Manusia.
Yogyakarta: Lesfi

Ahmad Syadali dan Mudzakir. 2004. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia

Annas, J., 1977, Plato and Aristotle on Friendship and Altruism, Mind, 86:53254,
Lynch, S., 2005, Philosophy and Friendship, Edinburgh: Edinburgh University Press,

NAMA
NIM

: ACHMAD TONTOWI NUGROHO


KELAS
: PSIK AJ SEM 1
: 150100680

Schoeman, F., 1985, Aristotle on the Good of Friendship, Australasian Journal of


Philosophy, 63:26982, dan White, R.J., 1999a, Friendship: Ancient and
Modern, International Philosophical Quarterly, 39:1934.

Mustansyir, R dan Munir, M., 2001. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Vous aimerez peut-être aussi