Vous êtes sur la page 1sur 31

STEP 7

1.

Apa saja jenis design penelitian?


Desain eksperimen murni:
- Control Group Posttest-Only Design
Ge (R) - X O2
Gk (R) - - O2
Ge

: Group eksperimen

Gk

: Group control

: Randomisasi

: Pengukuran

: Pemberian perlakuan

Desain ini sangat bermanfaat pada kondisi yang tidak


memungkinkan adanya pretes, atau ketika dikhawatirkan akan
adanya interaksi antara pretest dengan perlakuan X.
-

Pretest-Posttest Control Group Design


Ge (R) O1 X O2
Gk (R) O1 - O2
Dalam desain ini efek suatu perlakuan terhadap variable
dependen akan diuji dengan cara membandingkan keadaan
variable dependen pad akelompok eksperimen setelah dikenai
perlakuan dengankelompok control yang tidak dikenai perlakuan.
Solomon Four-Group Design
Ge (R) O1 X O2 (1)
Gk (R) O1 - O2 (2)
Ge (R) -X O2
(3)
Gk (R) - O2 (4)
Desain ini menuntut penempatan subjek secara random ke
dalam empat kelompok.Dari keempat kelompok tersebut hanya
kelompok 1 dan 2 yang dikenai pretest dan posttest, dan hanya
kelompok 1 dan 3 yang dikenai perlakuan eksperimental.

Buku Metode Penelitian Dr. Saifuddin Azwar

2.
Factor yang
mempengaruhi jenis dan design
penelitian?
3.
Apa yang dimaksud populasi dan
sample, serta jelaskan macam-macam nya
dan contohnya!
Dalam penetapan populasi penelitian terkandung 3 pengertian yaitu :
1) Identifikasi kesatuan analisis
Kesatuan analiss ialah satuan subyek terkecil yang akan
diamati dalam penelitian secara individual.
Contoh, pada penelitian tentang karies gigi, apakah
kesatuan analisisnya gigi (masing2) ataukah penderita
kariesnya (terdiri atas banyak gigi).

2) Penetapan batas2 keluasan populasi


Batas keluasan populasi penelitian dapat menyangkut
berbagai aspek, misalnya :
Aspek geografis
Apakah subyek penelitian dari suatu kabupaten,
propinsi atau seluruh Indonesia atau bahkan satu
desa atau mereka yang datang berobat ke Rumah
Sakit saja?
Aspek subyek sendiri
Batas jenis kelamin (wanita, atau laki2 atau
keduanya), bats umur, batas rasial dsb. Kalau yang
digunakan hewan coba misalnya, batas strain, warna
komplikasi penyakit dsb
Penyakit subyek
Batas jenis penyakit, batas perkembangan atau
komplikasi penyakit dsb.

3) Pemahaman tentang kondisi subyek dalam penelitian.


Yang dimaksud dengan kondisi subyek dalam populasi
ialah yang menyangkut ciri2 populasi, terutama yang
menyangkut sifat homogenitasnya.
Apakah karakter subyek dalam populasi terdistribusi
secara homogen atau heterogen? Kalau heterogen,
bagaimanakah keadaan heterogennya? Ciri lain misalnya,
adakah sudah diketahui bagaimana variasi ciri (variabel)
subyek tertentu dalam populasi (variansnya)? Demikian
pula ciri2 populasi yg lain.
A. Probability Sampling
Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang
memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampling ini
meliputi:
1. Simple Random Sampling
Untuk menghilangkan kemungkinan bias, kita perlu mengambil
sampel random sederhana atau sampel acak. Pengambilan
sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota poipulasi.
Hal ini dapat dilakukan apabila anggota poipulasi dianggap
homogen.

2. Proportinate Stratified Random Sampling


Teknik
ini
digunakan
apabila
populasi
mempunyai
anggota/karakteristik yang tidak homogen dan berstrata secara
proportional. Sebagai contoh suatu organisasi mempunyai personil
yang terdiri dari latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu: SLTP,
SLTA, S1, dan S2 dengan jumlah setiap kelas pendidikan juga berbeda.
Jumlah anggota populasi untuk setiap strata pendidikan tidak sama
atau bervariasi. Jumlah sampel yang harus diambil harus meliputi
strata pendidikan yang ada yang diambil secara proporsional.

3.

Disproportionate Random Sampling


Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetatpi kurang proporsional. Sebagai contoh sebuah
perusahaan mempunyai personil sebagai berikut: 3 orang S3, 5 orang
S2, 100 orang S1, 800 orang SLTA, dan 700 orang SLTP. Dalam
penarikan sampel maka personil yang berijazah S2 dan S3 semuanya
diambil sebagai sampel, karena kedua kelompok tersebut jumlahnya
terlalu kecil jika dibandingkah dengan kelompok lainnya.

4.

Cluster Sampling (sampling daerah)


Teknik sampling daerah (cluster sampling) digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data
sangat luas, misalnya penduduk suatu negara, propinsi atau
kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan
sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari
populasi yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh Indonesia terdiri dari 30 propinsi, sampel yang
akan diambil sebanyak 5 propinsi, maka pengambilan 5 propisnsi dari
30 propinsi dilakukan secara random. Suatu hal yang perlu diingat

adalah bahwa karena propinsi yang ada di Indonesia juga berstrata,


maka pengambilan sampel untuk 5 propinsi juga dilakuykan dengan
menggunakan teknik stratified random sampling.
contohnya; Kita ingin meneliti karakteristik bayi dengan atresia billier di
rumah sakit pendidikan diseluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian
dari kasus yang terdaftar di rumah sakit tersebut, dilakukan cluster sampling
yaitu dengan melakukan random sampling pada tiap rumah sakit tanpa
berusaha menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.
Contoh berikutnya; Dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam
setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda
pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat
pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para
pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka
peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya
sampel hanya dari satu atau dua departemen saja.
Teknik cluster sampling dilakukan dalam dua tahap yaitu: (1)
menentukan sampel daerah, dan (2) menentukan orang-orang yang
ada pada daerah dengan cara sampling juga.. teknik ini digambarkan
seperti pada gambar berikut:

B. Non-probability Sampling
Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberi
peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi:
1. Sampling Sistematis
Teknik sampling ini merupakan teknik penarikan sampel dengan cara
penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang
telah diberi nomor urut. Sebagai contoh jumlah anggota populasi
sebanyak 200 orang.
Anggota populasi diberi nomor urut dari no 1 sampai nomor 200.
Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengan memilih nomor
urut ganjil, atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
seperti bilangan 5 dan lainnya.
Contoh;
Ingin dipilih 40 dari 400 pasien yang ada dengan cara sampling sistematik.
Dengan demikian diperlukan 40/400=1/10 bagian dari populasi yang akan
diikutsertakan sebagai sampel, karenanya maka setiap pasien nomor 10
akan dipilih. Mula-mula tiap subyek diberi nomor, dari 1 sampai dengan 400.

Tiap pasien ke-10 diambil sebagai sampel, sehingga pada akhirnya yang
diikutsertakan dalam sampel adalah pasien bernomor 10,20,30,40,s/d 400.

2. Sampling Kuota
Sampling kuota adalah teknik penarikan sampling dari populasi yang
mempunyai ciri-ciri tertentu sampai pada jumlah (quota) yang
diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan penelitian terhadap
pegawai golongan II pada suatu instansi, dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Jumlah sampel ditetapkan 100 orang sementara
penelitian sebanyak 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat
memilih sampel secara bebas dengan karakteristik yang telah
ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
Misalnya; Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan
yang tinggal di perumahan Pondok Hijau, dalam kategori jabatan tertentu
dan pendapatannya termasuk kelas tertentu pula. Dalam pemilihan

orangnya (pengambilan sampel) akan ditentukan pertimbangan oleh peneliti


sendiri atau petugas yang diserahkan mandat.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan
40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua
jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki
sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi,
teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak,
melainkan secara kebetulan saja.

3. Sampling Aksidental
Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan
kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemukan
pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan
sebagai sumber data.
4. Purposive Sampling
Purposive sampling, adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan
untuk tujuan tertentu saja. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang
ahli dalam bidang kepegawaian saja.
5. Sampling Jenuh
Sampling jenuh adalah teknik penarikan sampel apabila semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
bila jumlah npopuloasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain
dari sampling jenuh ini adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.
6. Snowball Sampling
Snowball sampling adalah teknik penarikan sampel yang mula-mula
dilakukan dalam jumlah kecil (informan kunci) kemudian sampal yang
terpilih pertama disuruh memilih sampel berikutnya, yang akhirnya
jumlah sampel
akan bertambah banyak seperti bola salju yang
bergelinding makin lama makin besar.

7. Sampling Seadanya
Merupakan pengambilan sampel sebagian dari populasi berdasarkan
seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa
perhitungan apapun mengenai derajat kerepresesntatipannya. Dalam
pembuatan kesimpulan masih sangat kasar dan bersifat sementara.
8. Sampling Purposif (sampling pertimbangan)
Sampling purposif dikenal juga dengan sampling pertimbangan, terjadi
apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan
perorangan atau pertimbangan peneliti. Sampling purposif akan baik
hasilnya di tangan seorang akhli yang mengenal populasi. Cara
penarikan sampel ini sangat cocok digunakan untuk studi kasus.

(DASAR2 METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN DAN


KESEHATAN. A. WATIK P)

4.
Langkah apa saja yang harus dilakukan
peneliti dalam menentukan subjek
penelitian?

5.
Apa yang harus dipertimbangkan
dalam mempertimbangkan populasi
penelitian?
Hal-hal yg perlu diperhatikan:
1. Membatasi populasi
Pembatasan populasi sangat penting untuk memperoleh sample
yang representative .apabila tidak dilakuakan pembatasanpembatasan terhadap populasi ,maka kesimpulan yang ditarik dari
hasil penelitian
tidak menggambarkan atau mewakili seluruh
populasi.tanpa pembatasan yang jelas anggota populasi ,kita tidak
memperoleh sample yang jelas.
2. Mendaftar seluruh unit yang menjadi anggota populasi
Seluruh unit yang menjadi anggota populasi dicatat secara
jelas,sehingga dapat diketahui unit-unit yang termasuk pada
populasi danmana yang tidak.
Ex . penelitian tentang status gizi anak balita dikelurahan X,maka
sebelum pengambilan sample terlebih dahulu dilakukan pencatatan
seluruh anak dibawah lima tahun yang berdomisili dikelurahan X
tersebut.untuk melakuka ini ddengan sendirinya peneliti membuat
batasan tentang anak balita tersebut atau batasan poulasinya.
3. Menentukan sample yang akan dipilih
Besar/kecilnya sample bukan ukuran untuk menentukan apakah
sample tersebut representative atau tidak.hal ini akan tergantung
dari karakteristik populasi,misalnya homogen atau heterogen,dan
sebagainya.
4. Menentukan teknik sampling
Apabila salah dalam menggunakan yeknik sampling maka hasilnya
pun akan jauh dari kebenaran.

sumber : metodologi penelitian kesehatan oleh


Dr.Soekodjo Notoatmojo

6.
Apakah yang harus dipertimbangkan
agar sample valid?

Sampel harus representatif


Untuk meneuhi hasil/kesimpulan pelitian yang diperoleh bisa
menggambarkan

keadaan

populasi

objek

penelitian,

maka

sampel yang diambil harus mewakili populasi yang ada. Untuk itu
dalam sampling harus direncanakan dan asal mengambil.
Sampel harus cukup banyak
The more sample, the representativeness the result of the
research will be. Meskipun keseluruhan lapisan populasi telah
terwakili, kalau jumlahnya kurang meneuhi, maka kesimpulan hasil
penelitian kurang atau bahkan tidak bisa memberikan gambaran
tentang populasi. Sebenarnya tidak ada pedoman umum yang
digunakan untuk menentukan besarnya sampel untuk suatu
penelitian. Besar kecilnya jumlah sampel sangat dipengaruhi oleh
macam

dari

penelitian

itu

sendiri.

Polit

&

Hungler

(1993)

menyatakan bahwa semakin besar sampel yang dipergunakan


semakin baik dan representatif hasil yang diperoleh.

7.

Bagaimana syarat sample yang baik?

Kriteria sampel :
a. Representatif : apabila ciri2 sampel yang berkaitan dengan
tujuan penelitian sama/hampir sama dengan ciri2 populasinya.
2 syarat pokok kerepresentatifan :
a.

Kecukupan jumlah sample

Artinya jumlah sample cukup besar untuk mewakili populasi


yang menjadi sasaran penelitian.
b.

Metoda sampling berdasarkan equal chance


Artinya setiap individu yang terdapat dalam populasi
mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai
sample penelitian.

(Azrul Azwar dan Joedo Prihartono, 2003. Metodologi


Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat.
Jakarta : Binarupa Aksara.)

b. Memadai : apabila ukuran sampelnya cukup untuk menyakinkan


kestabilan ciri2nya.
(Pokok

Pokok
Materi
Metodologi
Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

a.

Penelitian

dan

Subjek terpilih (eligible subjects) atau


sampel yang dikehendaki (intended sample)
Merupakan bagian populasi terjangkau yang
direncanakan untuk diteliti langsung. Mereka adalah
subjek yang memenuhi kriteria pemilihan, yaitu
kriteria inklusi dan eksklusi, dan terpilih sebagai
subjek yang akan diteliti.

b. Subjek yang benar diteliti


Adalah subjek yang benar mengikuti penelitian
sampai selesai, kelompok ini merupakan bagian dari
subjek terpilih dikurangi dengan drop out, loss to
follow up, dll.
(Dasar-Dasar metode Penelitian Klinis, Sudigdo sastroasmoro)

Rumus Rumus Penentuan Ukuran Sampel


Dalam penentuan ukuran sampel sebenarnya tidak ada aturan
yang tegas berapa jumlahsampel yang harus diambil dari populasi
yang tersedia. Tidak ada pula batasan yang pasti danjelas apa yang

dimaksud dengan sampel besar dan sampel yang kecil ( Lincolin


Arsyad, 2001:105 )
Ada beberapa rumus yang lazim digunakan untuk menentukan
ukuran sampel, namundemikian dalam penggunaannnya tidak ada
yang bersifat mutlak ( paling benar ). Beberaparumus tersebut di
antaranya :

n : jumlah sample
Z : Angka normal standart yang besarnya tergantung dari level
conviden
S : sebenarnya adalah ( standart deviasi populasi ) , namun karena
tidak
diketahui dan tidak dapat dihitung maka didekati dengan S
( standart deviasi dari sample) yang sebenarnya juga belum bisa
dihitung sebelum ada sample.
C : selisih antara nilai rata-rata sample dengan nilai rata rata populasi
yang
besarnya juga diperkirakan

Rumus ini sesuai untuk digunakan bila parameter yang diukur


adalah nilai rata rata, danperhitungannya akan dapat dilakukan
dengan ketentuan :
1. nilai bisa didekati dengan S,
2. Nilai S besarnya merupakan perkiraan
memang S baru bisa
3. dihitung setelah ada data terkumpul.

saja,

karena

4. Nilai C juga merupaka perkiraan yang besarnya sesuai


kehendak si peneliti
5. N populasi tidak diketahui ( misalnya: tak terhingga )
contoh :
Seorang peneliti ingin mengetahui berapa rata rata
pengeluaran rumah tangga untukkeperluan minum soft drink per
bulan. Peneliti tsb menginginkan selisih rata rata
sampel dengan rata rata populasi ( yang ditaksir ) sebesar 10 satuan
uang dengantingkat keyakinan menaksir 99 %. Standart deviasi
diperkirakan sebesar 100 satuan uang.Maka jumlah rumah tangga
yang akan diambil sebagai sampel dalam penelitian iniadalah :
n = ( 2,575 )2( 100 )2/ 102= 663 rumah tangga

Dalam praktik, ukuran sample lebih banyak ditentukan dengan


intuisi, bukan denganrumus, karena deviasi standar populasi sulit
diperkirakan atau tidak tersedia.

Ad. 2) Rumus n = ( Z. / E )2
Rumus ini sama dengan rumus ad.1 hanya penulisannya lebih
original. Standard deviasi tetap ditulis , dan C adalah identik dengan
E ( tingkat error )

Ad. 3) Humus n = 0.25 ( Z / E )2


Rumus ini sesuai untuk digunakan bila parameter yang diukur
adalah nilai proporsi.
n adalah jumlah sample, Z adalah angka normal standart dan E adalah
tingkat errormenaksir
Contoh :
Seorang peneliti igin memperkirakan proporsi mahasiswa suatu
Perguruan Tinggi yang menggunakan sepeda motor waktu pergi
kuliah. Berapa besarnya sampel yang diperlukanapabila tingkat

keyakinan menaksir 95 % dan kesalahan menaksir tidak lebih


dari 9 %.
Jawab :
n = 0.25 ( 1,96 / 0.09 )2= 118, 57 118 mahasiswa

Ad. 4) Rumus n = N / ( 1 + N. Moe2)


n : jumlah sampel ,
N : jumlah populasi dan
Moe : margin of error maximum
Contoh :
Seorang peneliti ingin meneliti / mengukur tingkat motivasi kerja
dari karyawan
bagian produksi disuatu pabrik yang berjumlah 500 orang.
Berapakah jumlah
sampel minimal yang diperlukan dalam penelitian tersebut.
Jawab :
n = 500 / (1 + 500.0,052)= 222 orang
Dalam rumus ini sudah nampak adanya hubungan tertentu antara n
dan N, namun demikian jugamemiliki kelemahan, yaitu untuk = 10 %
dan N besar, maka berapapun besarnya N pasti akandiperoleh n =
100. Hal ini jelas tidak selaras dengan ketentuan dalam ukuran sampel
yangmenyatakan : makin tinggi tingkat presisi yang dikehendaki,
makin besar ukuran sampel yang harus diambil,dan sebaliknya
semakin rendah tingkat presisi yang dikehendaki maka semakin kecil
ukuransampel yang diperlukan

Ad.

5)
n
tergantung
pada
teknis
analisa
yamg
akan
digunakanMeskipun setelah menggunakan rumus tertentu telah
diperoleh suatu ukuran sampel,namun bila teknis analisis yang
digunakan mensyaratkan n yang lebih besar maka n yang
telahada harus ditambahkan jumlahnya sehingga teknis analisis
dapat dilakukan. Misalnya, teknis teknis analisis yang
menggunakan tabulasi silang, kais kuadrat, analisis statistik
parametrik.Teknis analisis ini mensyaratkan jumlah n yang
besar.

8.
Bagaimana cara memilih sample yang
representative?
C. Probability Sampling
Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang
memberi peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau
anggota populasi untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampling ini
meliputi:
1. Simple Random Sampling
Untuk menghilangkan kemungkinan bias, kita perlu mengambil
sampel random sederhana atau sampel acak. Pengambilan
sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata yang ada dalam anggota poipulasi.
Hal ini dapat dilakukan apabila anggota poipulasi dianggap
homogen.

2. Proportinate Stratified Random Sampling


Teknik
ini
digunakan
apabila
populasi
mempunyai
anggota/karakteristik yang tidak homogen dan berstrata secara

proportional. Sebagai contoh suatu organisasi mempunyai personil


yang terdiri dari latar belakang pendidikan yang berbeda yaitu: SLTP,
SLTA, S1, dan S2 dengan jumlah setiap kelas pendidikan juga berbeda.
Jumlah anggota populasi untuk setiap strata pendidikan tidak sama
atau bervariasi. Jumlah sampel yang harus diambil harus meliputi
strata pendidikan yang ada yang diambil secara proporsional.

3.

Disproportionate Random Sampling


Teknik ini digunakan untuk menentukan jumlah sampel, bila
populasi berstrata tetatpi kurang proporsional. Sebagai contoh sebuah
perusahaan mempunyai personil sebagai berikut: 3 orang S3, 5 orang
S2, 100 orang S1, 800 orang SLTA, dan 700 orang SLTP. Dalam
penarikan sampel maka personil yang berijazah S2 dan S3 semuanya
diambil sebagai sampel, karena kedua kelompok tersebut jumlahnya
terlalu kecil jika dibandingkah dengan kelompok lainnya.

4.

Cluster Sampling (sampling daerah)


Teknik sampling daerah (cluster sampling) digunakan untuk
menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau sumber data
sangat luas, misalnya penduduk suatu negara, propinsi atau

kabupaten. Untuk menentukan penduduk mana yang akan dijadikan


sumber data, maka pengambilan sampelnya berdasarkan daerah dari
populasi yang telah ditetapkan.
Sebagai contoh Indonesia terdiri dari 30 propinsi, sampel yang
akan diambil sebanyak 5 propinsi, maka pengambilan 5 propisnsi dari
30 propinsi dilakukan secara random. Suatu hal yang perlu diingat
adalah bahwa karena propinsi yang ada di Indonesia juga berstrata,
maka pengambilan sampel untuk 5 propinsi juga dilakuykan dengan
menggunakan teknik stratified random sampling.
contohnya; Kita ingin meneliti karakteristik bayi dengan atresia billier di
rumah sakit pendidikan diseluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian
dari kasus yang terdaftar di rumah sakit tersebut, dilakukan cluster sampling
yaitu dengan melakukan random sampling pada tiap rumah sakit tanpa
berusaha menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.
Contoh berikutnya; Dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam
setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda
pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat
pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para
pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka
peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya
sampel hanya dari satu atau dua departemen saja.
Teknik cluster sampling dilakukan dalam dua tahap yaitu: (1)
menentukan sampel daerah, dan (2) menentukan orang-orang yang
ada pada daerah dengan cara sampling juga.. teknik ini digambarkan
seperti pada gambar berikut:

D. Non-probability Sampling
Non-probability sampling merupakan teknik penarikan sampel yang memberi
peluang /kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi
untuk terpilih menjadi sampel. Teknik sampling ini meliputi:
9. Sampling Sistematis

Teknik sampling ini merupakan teknik penarikan sampel dengan cara


penentuan sampel berdasarkan urutan dari anggota populasi yang
telah diberi nomor urut. Sebagai contoh jumlah anggota populasi
sebanyak 200 orang.
Anggota populasi diberi nomor urut dari no 1 sampai nomor 200.
Selanjutnya pengambilan sampel dilakukan dengan memilih nomor
urut ganjil, atau genap saja, atau kelipatan dari bilangan tertentu,
seperti bilangan 5 dan lainnya.
Contoh;
Ingin dipilih 40 dari 400 pasien yang ada dengan cara sampling sistematik.
Dengan demikian diperlukan 40/400=1/10 bagian dari populasi yang akan
diikutsertakan sebagai sampel, karenanya maka setiap pasien nomor 10
akan dipilih. Mula-mula tiap subyek diberi nomor, dari 1 sampai dengan 400.
Tiap pasien ke-10 diambil sebagai sampel, sehingga pada akhirnya yang
diikutsertakan dalam sampel adalah pasien bernomor 10,20,30,40,s/d 400.

10.

Sampling Kuota

Sampling kuota adalah teknik penarikan sampling dari populasi yang


mempunyai ciri-ciri tertentu sampai pada jumlah (quota) yang
diinginkan. Sebagai contoh akan melakukan penelitian terhadap
pegawai golongan II pada suatu instansi, dan penelitian dilakukan
secara kelompok. Jumlah sampel ditetapkan 100 orang sementara
penelitian sebanyak 5 orang, maka setiap anggota peneliti dapat
memilih sampel secara bebas dengan karakteristik yang telah
ditentukan (golongan II) sebanyak 20 orang.
Misalnya; Peneliti ingin mengetahui informasi tentang penempatan karyawan
yang tinggal di perumahan Pondok Hijau, dalam kategori jabatan tertentu
dan pendapatannya termasuk kelas tertentu pula. Dalam pemilihan
orangnya (pengambilan sampel) akan ditentukan pertimbangan oleh peneliti
sendiri atau petugas yang diserahkan mandat.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60% dan perempuan
40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua
jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki
sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi,

teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak,
melainkan secara kebetulan saja.

11.

Sampling Aksidental

Sampling aksidental adalah teknik penentuan sampel, berdasarkan


kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan
peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila orang yang ditemukan
pada waktu menentukan sampel cocok dengan yang diperlukan
sebagai sumber data.
12.

Purposive Sampling

Purposive sampling, adalah teknik penarikan sampel yang dilakukan


untuk tujuan tertentu saja. Misalnya akan melakukan penelitian
tentang disiplin pegawai, maka sampel yang dipilih adalah orang yang
ahli dalam bidang kepegawaian saja.
13.

Sampling Jenuh

Sampling jenuh adalah teknik penarikan sampel apabila semua


anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini sering dilakukan
bila jumlah npopuloasi relatif kecil, kurang dari 30 orang. Istilah lain
dari sampling jenuh ini adalah sensus, dimana semua anggota populasi
dijadikan sampel.
14.

Snowball Sampling

Snowball sampling adalah teknik penarikan sampel yang mula-mula


dilakukan dalam jumlah kecil (informan kunci) kemudian sampal yang
terpilih pertama disuruh memilih sampel berikutnya, yang akhirnya
jumlah sampel
akan bertambah banyak seperti bola salju yang
bergelinding makin lama makin besar.
15.

Sampling Seadanya

Merupakan pengambilan sampel sebagian dari populasi berdasarkan


seadanya data atau kemudahannya mendapatkan data tanpa
perhitungan apapun mengenai derajat kerepresesntatipannya. Dalam
pembuatan kesimpulan masih sangat kasar dan bersifat sementara.

16.

Sampling Purposif (sampling pertimbangan)

Sampling purposif dikenal juga dengan sampling pertimbangan, terjadi


apabila pengambilan sampel dilakukan berdasarkan pertimbangan
perorangan atau pertimbangan peneliti. Sampling purposif akan baik
hasilnya di tangan seorang akhli yang mengenal populasi. Cara
penarikan sampel ini sangat cocok digunakan untuk studi kasus.

(DASAR2 METODOLOGI PENELITIAN KEDOKTERAN DAN


KESEHATAN. A. WATIK P)

9.
Hal-hal apa saja yang mempengaruhi
terjadinya kesalahan dalam pengambilan
sample?
10. Apa yang dimaksud dengan instrument
penelitian dan macam-macamnya?

11. Bagaimana kedudukan sample


terhadap populasi?
Sample dapatmewakilipopulasi

12.

Apasajasyarat instrument penelitian?


Syarat2 instrumen penelitian yang baik
a. Reliabilitas (keandalan/dapat dipercaya)
Tingkat ketepatan, ketelitian atau
instrumen.

keakuratan

sebuah

b. Validitas (sahih)
Suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu
instrumen.
c. Sensitivitas
Kemampuan sebuah instrumen untuk melakukan diskriminasi
yang diperlukan untuk masalah penelitian.
d. Obyektivitas
Sebagai tingkat dimana pengukuran yang dilakukan bebas
dari penilaian subyektif, bebas dari pendapat, bebas dari bias
dan perasaan orang2 yang menggunakan intrumen tsb.
e. Fisibilitas
Berkenaan dengan aspek2 keterampilan, penggunaan sumber
daya dan waktu

(Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan


Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

13. Apa saja yang harus diperhatikan


dalam penggunaan instrument penelitian?
14. Bagaimana hubungan antara validitas
dan reliabilitas instrument penelitian?

ciri validitas suatu pengukuran

jika pengukuran yang dilakukan (dengan metode dan alat yang


dipilih) benar2 mengukur ciri atau variabel subyek yang
dikehendaki, disebut ketepatukuran yang berarti disamping secara
tepat mengukur apa yang memang akan diukur (sensitivitas) juga
dengan pengukuran tsb tidak terukur hal lain yang selain yang akan
diukur (spesifitas)
jika pengukuran berlangsung dengan cermat dan teliti (ketelitian ,
kecermatan)
Sumber : dasar dasar metodologi penelitian kedokteran & kesehatan
oleh : Dr.Ahmad watik Pratiknya.
Cara menguji validitas
c. Validitas eksternal (empiris) :
Dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut
sesuai dengan data/informasi lain, yang mengenai variabel
penelitian yang dimaksud.
d. Validitas internal (rasional) :
Dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian2 instrumen
dengan instrumen secara keseluruhan.
(Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)
2. Metode pengukuran validitas
a. Validitas butir :
Memiliki validitas tinggi apabila butir2 yang membentuk
instrumen tsb tidak menyimpang dari fungsi instrumen tsb.
b. Validitas faktor :
Memiliki validitas tinggi apabila faktor2 yang merupakan bagian
dari instrumen tsb tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
(Pokok Pokok Materi Metodologi Penelitian dan
Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)
Jenis Validitas:
1. Validitas Konstruk (Construct Validity) Konstruk adalah
penyusun atau elemen suatu konsep/variabel
Misal: Jika suatu konsep disusun berdasarkan 5 elemen
tetapi dalam kuesioner hanya diukur 3 elemen maka
validitas konstruk kuesioner ini rendah

Ukuran validitas konstruk dinyatakan dalam koefisien


korelasi (R) setiap butir pernyataan dengan nilai total
seluruh butir.
Valid tidaknya setiap butir kemudian dibandingkan dengan
nilai kritik pada Tabel Kolstoe, 1977
2. Validitas Isi (Content Validity)
Bertujuan memeriksa apakah butir-butir pertanyaan sesuai
dengan pengetahuan aau kemampuan responden.
3. Validitas Eksternal (External Validity)
Membandingkan kuesioner yang dibuat dengan kuesioner
yang sudah dibakukan
4. Validitas Prediktif (Predictive Validity)
Mengukur apakah kuesioner dapat digunakan meramalkan
perilaku di masa depan
Validitas prediktif diberi nilai tinggi jika apa yang
diramalkan terbukti

5. Validitas Rupa (Face Validity)


Validitas tampilan kuesioner, sesuai dengan format

6. Validitas Budaya (Culture Validity)


Apakah butir-butir pernyataan dalam kuesioner sudah
sesuai budaya atau kondisi responden
Sumber : http://tesis-petrus.tk/

15. Bagaimana cara menetapkan


instrumen yang baik?

16. Bagaimana cara menetapkan validitas


dan reliabilitas?

ciri validitas suatu pengukuran


-

jika pengukuran yang dilakukan (dengan metode dan alat yang


dipilih) benar2 mengukur ciri atau variabel subyek yang
dikehendaki, disebut ketepatukuran yang berarti disamping secara

tepat mengukur apa yang memang akan diukur (sensitivitas) juga


dengan pengukuran tsb tidak terukur hal lain yang selain yang akan
diukur (spesifitas)
jika pengukuran berlangsung dengan cermat dan teliti (ketelitian ,
kecermatan)
Sumber : dasar dasar metodologi penelitian kedokteran & kesehatan
oleh : Dr.Ahmad watik Pratiknya.
Cara menguji validitas
c. Validitas eksternal (empiris) :
Dicapai apabila data yang dihasilkan dari instrumen tersebut
sesuai dengan data/informasi lain, yang mengenai variabel
penelitian yang dimaksud.
d. Validitas internal (rasional) :
Dicapai apabila terdapat kesesuaian antara bagian2 instrumen
dengan instrumen secara keseluruhan.
(Pokok

Pokok
Materi
Metodologi
Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

Penelitian

dan

3. Metode pengukuran validitas


a. Validitas butir :
Memiliki validitas tinggi apabila butir2 yang membentuk
instrumen tsb tidak menyimpang dari fungsi instrumen tsb.
b. Validitas faktor :
Memiliki validitas tinggi apabila faktor2 yang merupakan bagian
dari instrumen tsb tidak menyimpang dari fungsi instrumen.
(Pokok

Pokok
Materi
Metodologi
Aplikasinya,Ir.M.Iqbal Hasan,MM)

Penelitian

dan

Jenis Validitas:
1. Validitas Konstruk (Construct Validity) Konstruk adalah
penyusun atau elemen suatu konsep/variabel
Misal: Jika suatu konsep disusun berdasarkan 5 elemen
tetapi dalam kuesioner hanya diukur 3 elemen maka
validitas
konstruk
kuesioner
ini
rendah
Ukuran validitas konstruk dinyatakan dalam koefisien
korelasi (R) setiap butir pernyataan dengan nilai total
seluruh butir.

Valid tidaknya setiap butir kemudian dibandingkan dengan


nilai kritik pada Tabel Kolstoe, 1977
2. Validitas Isi (Content Validity)
Bertujuan memeriksa apakah butir-butir pertanyaan sesuai
dengan pengetahuan aau kemampuan responden.
3.
Validitas
Eksternal
(External
Validity)
Membandingkan kuesioner yang dibuat dengan kuesioner
yang sudah dibakukan
4.
Validitas
Prediktif
(Predictive
Validity)
Mengukur apakah kuesioner dapat digunakan meramalkan
perilaku
di
masa
depan
Validitas prediktif diberi nilai tinggi jika apa yang
diramalkan terbukti
5.
Validitas
Rupa
(Face
Validity)
Validitas tampilan kuesioner, sesuai dengan format
6.
Validitas
Budaya
(Culture
Validity)
Apakah butir-butir pernyataan dalam kuesioner sudah
sesuai budaya atau kondisi responden

Vous aimerez peut-être aussi