Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
baru lahir.
Penyakit ini di gambarkan dengan nekrosis pada mukosa saluran cerna. Penyebab
dari NEC masih belum jelas, namun diduga penyebabnya multi faktoral. Angka
kejadian dan angka kematian meningkat pada bayi yang lahir dengan berat badan
rendah atau prematur. Penyakit ini jarang ditemukan pada bayi yang cukup bulan.1
Insidens pasti dari NEC tidak diketahui. Hal ini signifikan sangat bervariasi di
berbagai Negara. Angka NEC sekitar 1%-7% dari semua NICU di Amerika Serikat,
atau 1 sampai 3 kasus dari 1000 angka kelahiran. Pada bayi yang lahir dengan berat
badan lahir rendah (BBLR, <1500 gr), NEC terjadi sekitar 10-12%. Di berbagai
Negara, angka kejadian NEC dengan bayi BBLR bervariasi antara 1%-2% di Jepang,
7% di Austria, 10% di Yunani, 14% di Argentina, dan 28% di Hong Kong. 2 NEC
merupakan penyebab kematian neonatal ketiga terbesar dengan angka mortalitas
keseluruhan sebanyak 10-15 persen.2
Laporan terbaru banyak menyebutkan adanya hubungan yang kuat antara
NEC dan prematuritas, dimana bayi preterm dari usia kehamilan yang pendek dan
1
berat badan lahir rendah menjadi faktor utama. Hanya sekitar 7%-13% dari semua
kasus NEC terjadi pada bayi yang cukup bulan. Kemajuan yang terbaru dari terapi
surfaktan dan peningkatan metode ventilasi telah memberikan hasil yang signifikan
terhadap kelangsungan hidup dari bayi berat badan lahir rendah. Meningkatnya angka
kelahiran bayi dengan berat badan rendah merupakan faktor risiko berkembangnya
NEC. Dimasa yang akan datang, NEC mungkin akan melampaui respiratory distress
syndrome sebagai penyebab kematian utama pada bayi prematur.2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
NEC adalah penyakit gastrointestinal yang didapat yang paling sering terjadi
di antara bayi baru lahir yang sakit dan merupakan kedaruratan yang paling sering
terjadi di antara bayi baru lahir. Terjadi Inflamasi dan nekrosis menyebar atau dalam
satu bidang pada lapisan mukosa dan submukosa usus.1
Gambaran mikroskopik yang paling mencolok pada usus halus adalah adanya
vilus (tonjolan mukosa dengan tinggi sekitar 1 mm) dalam jumlah besar. Setiap vilus
mengandung satu cabang terminal dari sistem arteri, vena, dan limfe. Hal ini
memungkinkan zat-zat yang diserap dari lumen usus oleh enterosit (sel epitel
permukaan) mudah dipindahkan ke sistem sirkulasi. Dengan mikroskop elektron,
setiap enterosit memperlihatkan banyak mikrovilus, yaitu evaginasi membran plasma
yang semakin meningkatkan luas permukaan penyerapan. Mikrovilus membentuk
brush border yang menghadap kelumen usus.6
Usus halus adalah tempat utama untuk penyerapan nutrien. Antara lain
karbohidrat yang terutama terdapat dalam diet sebagai polisakarida dan disakarida,
harus dicerna menjadi monosakarida untuk diserap. Protein yang masuk ke dalam
usus berasal dari diet dan juga dari sel yang terlepas dari mukosa. Sebagian besar
pencernaan protein terjadi di lumen duodenum dan jejenum oleh kerja sebagai
protease pankreas yang menghasilkan oligopeptida kecil dan asam amino bebas.
Adapun lapisan usus halus adalah otot longitudinal muskularis externa, otot sirkular
muscularis externa, submukosa, muscularis mukosa, kriptus liberkhun, lamina
propria, Kriptus terdiri atas sel adbsorbtif, sel goblet, sel endokrin enterik, sel punca,
dan sel paneth.6
Usus besar
Kolon berperan dalam penyerapan air dan elektrolit, sekresi mukus,
pembentukan, pengeluaran, dan penyimpanan zat yang tidak diserap (tinja). Kolon
juga rumah bagi flora mikroba usus.Permukaan kolon terdiri atas epitel kolumnar
tanpa vilus dan hanya sedikit lipatan kecuali direktim distal. Epitel memiliki
4
mikrovilus yang pendek dan ireguler. Terdapat banyak kelenjar yang mengandung sel
goblet, sel endokrin, dan sel adbsorbtif. Pencernaan dikolon terjadi akibat
konsekuensi kerja mikroflora kolon. Penyerapan cairan dan elektrolit telah banyak
diteliti dan merupakan fungsi utama kolon. Produk sekresi kolon adalah musin. Suatu
konjugat glikoprotein yang kompleks berfungsi melumasi dan melindungi kolon.6
2.3 Etiologi
Etiologi NEC hingga saat ini belum dapat dipastikan, namun diyakini erat
kaitannya dengan terjadinya iskemik intestinal, faktor koloni bakteri dan faktor
makanan. Iskemik menyebabkan rusaknya dinding saluran cerna, sehingga rentan
pada invasi bakteri. NEC jarang terjadi sebelum tindakan pemberian makanan dan
sedikit terjadi pada bayi yang mendapat ASI. Bagaimananapun sekali pemberian
makanan dimulai, hal itu cukup untuk menyebabkan proliferasi bakteri yang dapat
menembus dinding saluran cerna yang rusak dan menghasilkan gas hidrogen. Gas
tersebut bisa berkumpul dalam dinding saluran cerna (pneumotosis intestinalis) atau
memasuki vena portal.1
NEC sering dihubungkan dengan dengan faktor resiko spesifik, antara lain:
pemberian susu formula, asfiksia, Intrauterine Growth Restriction (IUGR),
polisitemia / hiperviskositas, pemasangan kateter umbilikal, gastroskisis, penyakit
jantung bawaan, dan mielomeningokel. NEC bisa timbul sebagai kumpulan penyakit
atau penyakit dominan di NICU. Beberapa kumpulan tampaknya berhubungan
dengan organisme spesifik (misalnya Klebsiella, Escherichia coli, Staphylococcus
koagulase-negatif), tetapi sering kuman patogen spesifik tidak diketahui.7
5
berat
badan:
751-1000gr
(9%),
1001-1250gr
(5%),
1251-
1500gr(3%).2,3
Wilson dkk menghitung jumlah berat badan lahir spesifik dengan angka
serangan pada pasien NEC. Periode risiko bagi NEC menurun dengan meningkat
angka berat badan lahir. Wilson menduga bahwa kematangan fungsi gastrointestinal
memainkan peranan penting dalam menentukan risiko NEC.2,3
2. Makanan
NEC terjadi pada sekitar 90% bayi yang telah mendapatkan asupan makanan,
sebaliknya hanya sekitar 10% bayi dengan NEC yang terjadi sebelum mendapatkan
asupan makanan. Brown dan Sweet mengusulkan bahwa protocol pemberian
makanan yang agresif merupakan pathogenesis dari NEC. Mereka menemukan
bahwa sebelum mereka merubah protocol pemberian makanan secara lambat pada
July 1974, 14 kasus NEC terjadi pada 1745 bayi dengan berat badan lahir rendah.
Dari Juli 1974 sampai Juni 1978, ketika pendekatan secara hati-hati dalam pemberian
6
makanan dipraktekkan, hanya 1 kasus terjadi pada 932 bayi dengan berat badan lahir
rendah. 2,3
3. Hiperosmolar
Hiperosmolar
dan
komposisi
makanan
juga
berhubungan
dengan
meningkatnya angka kejadian NEC. Susu Formula dengan osmolaritas yang tinggi
menunjukkan tingginya angka kejadian NEC dimana menyebabkan cedera pada
mukosa saluran pencernaan pada binatang percobaan.
2,3
2.4 Patogenesis
Walaupun etiologi NEC masih kontroversi, analisis epidemiologi penyakit ini
telah mengidentifikasi beberapa faktor resiko utama, yaitu prematuritas, makanan
enteral, iskemik ataupun asfiksia intestinal, dan kolonisasi bakteri. Studi terakhir
menunjukkan hubungan faktor resiko ini dengan terjadinya nekrosis usus. Studi ini
menggambarkan
bagaimana
kerusakan
mukosa
juga
berhubungan
dengan
bayi prematur dengan bayi cukup bulan, mekanisme yang bertanggung jawab
terhadap predileksi NEC pada kondisi NEC masih belum dipahami sepenuhnya.
Penelitian yang dilakukan pada manusia dan hewan telah mengidentifikasi perubahan
dalam komponen komponen sistem pertahanan usus, motilitas, kolonisasi bakteri,
regulasi aliran darah, dan reaksi inflamasi yang berperan dalam terjadinya kerusakan
pada usus.
Iskemik intestinal atau asfiksia7
Hasil suatu studi pada hewan baru lahir menunjukkan perbedaan sirkulasi
saluran cerna yang menjadi predisposisi terjadinya NEC. Resistensi pembuluh darah
basal saluran cerna meningkat pada fetus, dan menurun dengan signifikan segera
setelah lahir, menimbulkan peningkatan kecepatan aliran darah saluran cerna yang
dibutuhkan untuk pertumbuhan saluran cerna dan somatik yang kuat. Perubahan pada
resistensi vaskular tergantung pada keseimbangan antara molekul dilator (nitrat
oksida) dan konstriktor (endotelin), dan juga respon miogenik. Studi menunjukkan
bahwa bayi baru lahir memiliki penyimpangan respon terhadap stres sirkulasi, yang
menyebabkan penurunan aliran saluran cerna atau resistensi vaskuler. Dalam respon
terhadap hipotensi, hewan baru lahir menunjukkan defek tekanan-autoregulasi aliran
darah, menyebabkan penurunan penyediaan oksigen saluran cerna dan oksigenasi
jaringan. Sebagai tambahan, pada hipoksemia arteri, sirkulasi saluran cerna bayi baru
lahir memiliki respon yang berbeda dari hewan yang lebih tua. Walapun setelah
hipoksemia, terjadi vasodilatasi dan peningkatan perfusi saluran cerna, hipoksemia
berat akan menyebabkan vasokonstriksi dan iskemia atau hipoksia saluran cerna,
dimediasi oleh tidak adanya produksi nitrat oksida. Kebanyakan mediator kimia
8
nutrisi,
hormon,
dan
faktor-faktor
pertumbuhan
yang
membantu
perkembangan dari traktus intestinal. Saat lahir, bayi akan meninggalkan lingkungan
yang steril tersebut. Pemberian ASI pada bayi akan membentuk kolonisasi beberapa
jenis organisme pada minggu pertama kehidupan, termasuk spesies anaerob seperti
Bifidobacteria dan Lactobacill. Dibandingkan dengan bayi yang dirawat Rumah
Sakit, saluran cerna pada bayi yang prematur memiliki spesies bakteri yang sedikit,
dan bakteri anaerob yang lebih sedikit atau mungkin sama sekali tidak ada.
Kolonisasi oleh bakteri komensal membuat sebuah flora usus yang stabil dan sangat
penting
bagi
perkembangan
struktur
intestinal.
Bakteri
komensal
mampu
10
11
2.5 Diagnosis
NEC umumnya datang dengan gejala klinik yang nonspesifik yaitu berupa
ketidakstabilan fisiologi. Gejala-gejala umum yang tampak berupa lemah, demam,
apneu, bradikardi, hipoglikemi dan syok. Gejala yang lebih spesifik tampak pada
sistem gastrointestinal, seperti distensi abdomen (70-98%), hematokezia (79-86%),
muntah (>70%) dan diare (4-26%). Darah segar pada feses sekitar 25-63% kasus dan
berak darah sekitar 22-59%. Perdarahan rectal biasanya masif.2,4
Karena derajat keganasan penyakit bervariasi, pemeriksaan fisik biasanya
ditemukan adanya distensi abdomen dengan sedikit pembengkakan. Sejalan dengan
perjalanan penyakit, palpasi abdomen mungkin teraba pembengkakan, dan terdapat
loops usus, massa abdomen yang mobile atau terfiksir. Edema dan eritema dinding
perut merupakan hasil dari peritonitis. Pada bayi laki-laki, tampak perbedaan warna
pada scrotum, yang mengindikasikan terjadinya perforasi. Pada sebagian pasien,
penyakit dapat berkembang sangat cepat/ progresif dan umumnya pasien meninggal
dalam waktu 24 jam.2,4
Kriteria Bells menurut Gomella:
Stadium 1 (suspek NEC)
a. kelainan sistemik
b. kelainan abdominal
c. kelainan radiologic
12
b. kelainan abdominal
c. kelainan radiologik
termasuk
asidosis
respiratorik
dan
asidosis
disseminated intravascular
coagulation (DIC).
b. kelainan abdominal
c. kelainan radiologik
gambaran
yang
sering
dijumpai
adalah
pneumoperitoneum.
13
Kelainan sistemik
Kelainan abdominal
IA. Tersangka
NEC
IB. Tersangka
NEC
IIA.
NEC
definitif ringan
SDA
IIB.
NEC
definitif sedang
SDA
+ Asidosis metabolik
ringan
+ Trombositopenia
ringan
IIIA.
NEC
lanjut,
sakit
berat, usus utuh
SDA
+ Hipotensi
+ Bradikardia
+ Asidosis respirasi
+ Asidosis metabolik
+ DIC
+ Neutropenia
SDA
IIIB.
NEC
lanjut,
sakit
berat, perforasi
Kelainan
radiologik
Normal
Ileus ringan
SDA
Ileus
Pneumatosis
intestinal
SDA
+ Udara vena
porta
Asites
SDA
+ Asites
SDA
SDA
+
Pneumoperito
neum
Dikutip dari: Lavene MI, Tudehope DI, Sinha S.Essensial Neonatal Medicine.Ed 4
Pemeriksaan Laboratorium12
Hitung jenis leukosit bisa normal, tetapi biasanya meningkat dengan shift to the
left, atau rendah (leukopenia), trombositopenia sering terlihat. 50 % kasus terbukti
NEC, jumlah platelet < 50.000 uL
Kultur
Specimen darah, urin, feses, dan Cairan serebrospinal sebaiknya diperiksa untuk
kemungkinan adanya virus, bakteri, dan jamur yang patogen.
14
Elektrolit
Sistem koagulasi
C-Reaktif protein
Mungkin tidak meningkat atau pada kasus NEC yang lanjut karena bayi tidak bisa
menghasilkan respon inflamasi yang efektif.
Biomarker
15
Pada anak dengan NEC yang umumnya menunjukkan gejala penyakit akut dan berat,
perut kembung, muntahmuntah, menyerupai gejala ileus, maka tidak dilakukan
dengan kontras, foto polos dan tanpa persiapan. Dibeberapa pusat penelitian, bayibayi yang di duga kuat mengalami NEC perlu pemeriksaan radiologi yang rutin setiap
4-6 jam.2,5 Pemeriksaan radiologi yang paling baik dalam mendiagnosis NEC yaitu
dengan X-ray berupa foto polos abdomen dan lateral kiri dekubitus.
Gambaran Radiografik Dini
Gambaran radiografik dini yang mungkin tampak yaitu hilangnya batas
dinding usus, elongasi usus, serta gas intestinal yang terdisorganisasi, dan atonik.
Pengenalan gambaran tersebut sangat penting sehingga dapat dilakukan pengobatan
dini dan komplikasi NEC dapat dihindari7,8.
Gambaran Radiografik Klasik
Adanya Pneumatisasi intestinalis dan gas dalam vena porta merupakan
gambaran radiografik klasik yang dianggap sangat penting dalam diagnosis NEC. Gas
dalam dinding usus bisa berlokalisasi di submukosa akan memberikan gambaran
seperti garis (rel kereta api) pada penampang bujur atau sebagai cincin kembar pada
penampang lintang. Meskipun tanda ini sangat penting, kadangkadang sukar
mengenalinya7,8.
Tanda penting lainnya yang harus diperhatikan yaitu gas dalam vena porta.
Gambaran menunjukkan garis lusen bercabang cabang sesuai dengan percabangan
vena porta di daerah hepar. Gambaran tersebut bisa juga muncul pada post
kateterisasi vena umbilikalis7,8.
16
Pneumatosis intestinal
Pneumatosis intestinal merupakan gas yang terdapat pada dinding usus, berbentuk
linier atau bulat. Gambaran pneumatosis intestinal pada pasien yang di duga NEC
merupakan salah satu diagnosis NEC. Gas yang terdapat dalam dinding usus
umumnya hydrogen, yaitu suatu produk dari metabolism bakteri dalam usus.
Frekuensi pneumatosis intestinal sekitar 19-98%, walaupun kadang tidak ditemukan
gambaran pneumatosis intestinal pada sekitar 14% pasien dengan NEC (meskipun
penyakitnya parah). 2,5
17
Pneumatosis dapat muncul sebelum onset dari gejala NEC tampak, dan
biasanya. Pneumatosis umumnya lebih sering terdapat pada bayi dengan NEC yang
telah mendapatkan asupan makanan (84%) dibandingkan dengan bayi yang belum
mendapat asupan makanan (14%). Penumatosis intestinal tidak spesifik untuk NEC,
karena gambaran ini juga dapat ditemukan pada enterocolitis akibat Hirschsprungs
disease, inspissated milk syndrome, pyloric stenosis, diare hebat, intoleransi
karbohidrat, dan beberapa kalainan lainnya.2
18
Gambaran gas vena porta merupakan gambaran radiolusen pada cabang vena
hepar dan meperlihatkan pelebaran pada vena tersebut. Gambaran gas pada vena
porta biasanya sulit ditemukan sekitar 10-30% kasus. Gambaran udara pada vena
porta merupakan suatu prognosis buruk bagi pasien NEC.2
Pneumoperitoneum
Udara bebas pada rongga peritoneum memperlihatkan suatu perforasi dari
usus, dimana angka kejadianya sekitar 12-30% pasien. Gambaran dapat terlihat jelas
pada posisi lateral kiri dekubitus. Pada posisi supine tampak gambaran udara bebas
pada garis ligament falciform (football sign).2
19
Cairan di intraperitoneal
Beberapa foto polos abdomen memperlihatkan adanya gambaran air fluid
level di rongga peritoneum. Terdapatnya gambaran asites dan udara pada vena porta
menunjukkan angka kematian yang tinggi pada pasien NEC.(2)
dilatasi dari usus yang tidak berubah walaupun posisinya di rubah dalam waktu 24-36
jam. Pada pasien dengan gambaran ini mungkin sudah terjadi nekrosis. Tapi adanya
gambaran ini, bukan merupakan suatu petunjuk terjadinya nekrosis usus.(2)
2.6 Tatalaksana
Prinsip dasar tatalaksana NEC yaitu menatalaksananya sebagai akut abdomen
dengan ancaman terjadi peritonitis septik. Tujuannya adalah untuk mencegah
20
perburukan penyakit, perforasi intestinal, dan syok. Jika NEC terjadi pada kelompok
epidemis, para penderita perlu dipertimbangkan untuk isolasi9.
A. Tatalaksana Medis
Pengelolaan Dasar
Lakukan monitoring ketat terhadap intake dan output cairan. Usahakan untuk
mempertahankan produksi urin 1-3 mL/KgBB/jam. Hentikan pemberian
kalium pada infus jika pasien dalam keadaan hiperkalemia atau anuria.
21
Lepas pemasangan kateterisasi pada arteri dan vena umbilikal dan ganti
dengan kateterisasi arteri dan vena perifer, tergantung pada keparahan
penyakit.
Lakukan monitoring adanya DIC. Bayi pada NEC stadium II dan III dapat
mengalami DIC dan membutuhkan fresh-frozen plasma dan cryoprecipitate.
Transfusi PRC dan trombosit mungkin juga dibutuhkan.
22
Pemberian minum dapat dimulai setelah 7-10 hari puasa jika pada
pemeriksaan radiologi tidak tampak pneumatosis. Nutrisi parenteral
90-110 kal/kgBB/hari.
Pemberian oksigen.
Pengobatan stadium II
B. Tatalaksana Bedah
Indikasi operasi bagi penderita NEC yaitu :
1. Pneumoperitoneum
23
24
2.7 Komplikasi
Sekitar 75% pasien dapat bertahan hidup, dengan pasien yang memerlukan
intervensi bedah selama fase akut penyakit menunjukkan suatu tingkat kelangsungan
hidup yang lebih rendah. Dari pasien yang bertahan hidup, 50% pasien mengalami
komplikasi jangka panjang. Terdapat 2 komplikasi yang paling sering ditemukan pada
pasien yaitu striktur usus dan sindrom usus pendek.4
Striktur usus
25
Striktur usus dapat berkembang pada bayi dengan atau tanpa perforasi
sebelumnya. Insidennya sekitar 25-33%. Walaupun lokasi yang paling mungkin untuk
penyakit akut yaitu ileum terminal, dan striktur yang paling sering sering melibatkan
sisi kiri dari kolon. Gejala intoleransi pemberian ASI/susu formula dan gangguan
pencernaan lain biasanya terjadi 2 sampai 3 minggu setelah sembuh dari penyakit
awal. Keberadaan dan lokasi obstruksi tersebut didiagnosis dengan menggunakan
enema kontras, dan reseksi bedah diperlukan pada daerah yang mengalami striktur.
Banyak dokter bedah secara rutin melakukan enama kontras pada pasien mereka
sebelum reanastomosis usus sehingga semua intervensi bedah dapat dilakukan pada
saat bersamaan 2,4
dihasilkan dari reseksi berlebihan usus halus yang diperlukan untuk penyerapan
nutrisi penting dari lumen usus. Gejala paling sering ditemukan pada bayi yang telah
mengalami pemotongan sebagian besar usus kecil atau kehilangan sebagian kecil
katup ileocecal. Pemotongan usus halus dapat mengakibatkan malabsorpsi zat gizi
serta cairan dan elektrolit. Usus bayi tumbuh dan beradaptasi dari waktu ke waktu,
tetapi penelitian jangka panjang menunjukkan bahwa pertumbuhan ini dapat
berlangsung selama 2 tahun. Selama waktu itu, pemeliharaan gizi yang lengkap
sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi. Hal ini dapat dicapai
dengan pemberian vitamin yang cukup, mineral dan kalori secara parenteral,
26
2.8 Prognosis
Manajemen medis gagal pada sekitar 20-40% pasien dengan pneumatosis
intestinal 10-30% meninggal dunia. Reseksi dari striktur yang mengalami obstruksi
merupakan tindakan kuratif. Setelah reseksi intestinal yang masif, komplikasi NEC
post operatif antara lain short-bowel syndrome (malabsorbsi, gagal tumbuh,
malnutrisi), komplikasi yang berhubungan dengan kateter vena sentral (sepsis,
trombosis), dan cholestatic jaundice. Bayi prematur dengan NEC yang membutuhkan
intervensi bedah atau yang mengalami bakteremia berada dalam resiko yang tinggi
dalam pertumbuhan dan outcome neuro developmental3.
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: By. W
Umur
: 47 hari
27
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Keluhan Utama
Perut semakin terlihat membuncit sejak 2 hari yang lalu
Riwayat Penyakit Sekarang
Neonatus berat badan lahir rendah 1650 gr, panjang badan 39 cm, lahir 47
(partus luar)
Taksiran maturitas tidak dapat ditentukan
Perut tampak membuncit sejak usia 2 hari dan semakin membuncit sejak 2
28
Riwayat Persalinan :
Lahir sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini 48 jam dan
hiperbilirubinemia. Kelahiran tunggal, kondisi saat lahir hidup, kurang bulan (34-35
minggu), langsung menangis (partus luar)
Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum
: kurang aktif
Berat badan
: 1750 gr
Frekuensi jantung
: 130 x /menit
Sianosis
: tidak ada
Frekuensi nafas
: 42 x/ menit
Ikterik
: tidak ada
Suhu
: 37 oC
Anemis
: tidak ada
Panjang badan
: 42 cm
29
Kepala
Leher
Toraks
Bentuk
Jantung
Paru
Abdomen
Permukaan
Kondisi
: lemas
Hati
: 1/4x1/4
Limpa
: tidak teraba
Bising usus
: tidak ada
Tali pusat
: kering
Umbilikus
Genitalia
Ekstremitas
30
Anus
: ada
:+
Isap
:+
Rooting
:+
Pegang
:+
Lingkaran kepala
: 30,5 cm
Panjang lengan
: 14 cm
Lingkaran dada
: 31 cm
Panjang kaki
: 16 cm
Lingkaran perut
: 34 cm
Kepala-simpisis
: 27 cm
Simpisis-kaki
: 15 cm
Ukuran :
Pemeriksaan Laboratorium
Hb
: 10,0 gr/dl
Ca
: 10,5 mg/dl
Leukosit
: 8.300/mm3
Na
: 134 mmol/L
: 4,3 mmol/L
Eritrosit
: 3,51 juta
Cl
: 107 mmol/L
Trombosit
: 491.000/mm3
Ht
: 31%
Albumin
: 3,8 gr/dl
GDS
: 99 mg/dl
Globulin
: 1,7 gr/dl
31
Diagnosa akhir
NBBLR 1650 gr, panjang badan 39 cm
Lahir sectio caesarea atas indikasi ketuban pecah dini 48 jam dan
hiperbilirubinemia, kurang bulan (34-35 minggu)
Langsung menangis (partus luar)
Taksiran maturitas tidak dapat ditentukan
Kelainan kongenital tidak ada
Penyakit saat ini : Berat badan rendah 1750 gr
Necrotizing enterocolitis
Tabel Perkembangan Pasien
TANGGAL
9 Juni 2016
(hari rawatan ke-1)
10 Juni 2016
PERJALANAN PENYAKIT
Pasien rujukan dari RS Siti Rahmah dengan
keterangan NEC dan BBLR
Keadaan saat diterima :
S/ : demam tidak ada,
kejang tidak ada
muntah tidak ada
sesak napas tidak ada
Perut semakin membuncit
O/ :sakit berat
HR 142 x/ menit,
RR 42 x /menit,
T 36,8 oC
Nafas cuping hidung (-)
Mata : konjungtiva pucat, sklera tidak
Ikterik
Toraks : simetris, retraksi (-),
cor : irama teratur, bising (-),
pulmo : bronkhovesikuler, ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : distensi (+), bising usus (-)
tali pusat kering
Ekstemitas : akral hangat, refilling
kapiler baik
A/: BBLR 1650 gr
NEC dalam terapi
S/ : demam tidak ada,
kejang tidak ada
muntah tidak ada
sesak napas tidak ada
Perut masih membuncit
O/ :sakit sedang
HR 140 x/ menit,
TATALAKSANA
Rawat NICU
Puasakan
NPO hari ke 2
IVFD PG2 150cc/Kg
BB/hari
270cc/jam 11
tetes/menit
Ceftazidime 3x90mg
Metronidazol 3x 15
mg
Rawat NICU
Puasakan
NPO hari ke 3
IVFD PG2 150cc/Kg
RR 45 x /menit,
T 36,8 oC
11 Juni 2016
12 Juni 2016
BB/hari
270cc/jam 11
tetes/menit
Konsul bedah pasang
Longline
Ceftazidime 3x90 mg
Metronidazol
3x15mg
Balance +20 cc
Diuresis 2cc/jam
Rawat NICU
Puasakan
NPO hari ke 4
IVFD PG2 150cc/Kg
BB/hari
270cc/jam 11
tetes/menit
Longline tidak
berhasil di pasang
Ceftazidime 3x90 mg
Metronidazol
3x15mg
Balance +40 cc
Diuresis 3,9cc/jam
Rawat NICU
Puasakan
NPO hari ke 5
HR 140 x/ menit,
RR 45 x /menit,
T 36,8 oC
13 Juni 2016
Rawat NICU
Puasakan
NPO hari ke 5
IVFD PG2 150cc/Kg
BB/hari
270cc/jam 11
tetes/menit
Ceftazidime 3x90mg
Metronidazol
3x15mg
Balance -47 cc
Diuresis 5,7cc/jam
BAB III
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang bayi perempuan umur 47 hari rujukan dari RS Siti
Rahmah Padang tanggal 9 Juni 2016 dengan keluhan utama perut semakin
membuncit sejak 2 hari yang lalu. Diagnosis dengan necrotizing enterocolitis dan
berat badan lahir rendah. Diagnosis kerja ditegakkan berdasarkan anamesis dan
pemeriksaan fisik. Berdasarkan anamnesis yang didapatkan dari riwayat kehamilan
dan persalinan, riwayat ibu menderita kuning selama kehamilan disangkal tapi ibu
menderita hiperbilirubinemia menjelang persalinan, ibu tidak merokok dan tidak
mengkonsumsi alkohol, kualitas dan kuantitas makanan baik, ibu kontrol teratur ke
bidan dari anamnesis tidak didapatkan kelainan yang menjurus ke arah NEC.
Anamnesis dan pemeriksaan fisik pada bayi didapatkan NBBLR 1650 gr dan
perut tampak membuncit sejak usia 2 hari. Buang air besar tidak ada sejak 2 hari yang
lalu, adanya riwayat pemberian susu formula ada pada usia 1 hari, dari anamnesia
didapatkan gejala yakni perut yang tampak semakin buncit dan tidak buang air besar
yang menjurus ke arah gangguan intestinal. Di dukung dengan adanya riwayat
pemberian susu formula usia 1 hari dan NBBLR yang merupakan salah satu faktor
risiko untuk terjadinya NEC. Bayi sudah dirawat di BMC dan RS Siti Rahmah dan
telah mendapat terapi.
Terapi yang didapatkan pada bayi ketika dirawat di RSUP Dr. M Djamil
merupakan terapi lanjutan berupa pemberian metronidazol 3x15 mg dan ceftazidime
3x90 mg. Metronidazol diberikan sebagai profilaks dari kuman anaerob, sedangkan
ceftazididime yang merupakan sefalosporin generasi ketiga sprektum luas, karena
sebelumnya anak telah mendapat terapi antibiotik dari perawatan sebelumnnya
ditakutkan sudah tidak sensitif lagi dengan antibiotik lini pertama. Selama perawatan
anak dipuasakan dan dipasang NPO untuk mengistirahatkan saluran cerna. Pada anak
juga dikontrol intake dan output cairan dengan mempertahankan produksi urin 1-3
cc/KgBB/jam. Untuk rontgen serial juga disarankan dilakukan pada anak untuk
mendeteksi adanya perburukan dari NEC misalnya perforasi usus.
DAFTAR PUSTAKA
11. Newell SJ. Gastrointestinal Disorders. Dalam: Rennie JM, Roberton NRC.
Textbook of Neonatology. Edisi 3. Philadelphia: Crurchill Livingstone.
1999:747-755
12. Lissauer T, Clayden G. Illustrated Textbook of Paediatrics. Ed 3. Mosby
Elsevier. 2008:154-5