Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK IV
KELAS AJ2/B17
Zun Nurainy
C. Ketut Subiyanto
Hasanah Eka W.
Nur Maziyya
Siwi Sabdasih
Diyah Hita M.
Dessy Era P.
131411123044
131411123045
131411123048
131411123050
131411123052
131411123054
131411123056
A. LATAR BELAKANG
Mediastinum adalah suatu bagian penting dari thorax. Mediastinum terletak
di antara kavita pleuralis dan mengandung banyak organ penting dan struktur
vital. Proses penting yang melibatkan mediastinum mencakup emfisema, infeksi,
perdarahan serta banyak jenis kista dan tumor primer. Kelainan sistemik seperti
karsinoma metastatic dan banyak penyakit granulomatosa juga bisa terlibat dalam
mediastinum. Lesi terutama berasal dari esophagus, trakea, jantung dan pembuluh
darah besar biasanya berhubungan dengan susunan organik spesifik yang terlibat
daripada mediastinum. (Sabiston, 2013).
Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum yaitu
rongga yang berada di antara paru kanan dan kiri. Data frekuensi tumor
mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF Nedah Toraks RS
Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun1970-1990 di
RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor yang
ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma.
Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada mediastinum anterior
67% kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum posterior 25,5%. Dari
kepustakaan luar negeri diketahui bahwa jenis yang banyak ditemukan pada
tumor mediastinum anterior adalah limfoma, timoma dan germ cell tumor (PDPI,
2003).
Kebanyakan tumor mediastinum tanpa gejala dan ditemukan pada saat
dilakukan foto toraks untuk berbagai alasan. Keluhan penderita biasanya berkaitan
dengan ukuran dan invasi atau kompresi terhadap organ sekitar, misalnya sesak
napas berat, sindrom vena kava superior (SVKS) dan gangguan menelan. Tidak
jarang pasien datang dengan kegawatan napas, kardiovaskuler atau saluran cerna
(PDPI, 2002).
Diagnosis yang lebih dini dan lebih tepat dari proses mediastinum telah
dimungkinkan dengan peningkatan penggunaan rontgen dada, tomografi
komputerisasi (CT Scan), teknik sidik radioisotope dan magnetic resonance
imaging (MRI), serta telah memperbaiki keberhasilan dalam mengobati lesi
mediastinum. Bersama dengan kemajuan dalam teknik diagnostik ini, kemajuan
Tujuan umum
Mengidentifikasi konsep tumor mediastinum dan asuhan keperawatan pada
Tujuan khusus
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
D. MANFAAT
1.
benar sehingga dapat menjadi bekal dalam persiapan praktik di rumah sakit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Menurut Desen (2013) mediastinum adalah bagian dari rongga toraks,
terletak di tengah-tengah rongga toraks, di antara rongga pleura kiri dan
kanan. Di anterior adalah sternum, posterior adalah vertebra, kedua sisi
adalah selaput pleura mediastinal, membuatnya terpisah dari rongga pleura.
Ke atas berhubungan dengan region servikal, ke bawah hingga otot
diafragma. Di dalamnya terdapat banyak organ dan struktur vital, seperti
jantung, pembuluh darah besar, trakea, esophagus, dan lain-lain. Karena
berhubungan dengan celah fasia superficial servikal, infeksi region servikal
dapat menjalar ke mediastinum. Selain itu, anomaly embrional dapat
menimbulkan jaringan aberan ataupun membentuk kista di setiap lokasi
mediastinum, tumor yang berasal dari glandula tiroid atau paratiroid dapat
bergeser ke mediastinum. Yang sangat jarang ditemukan adalah massa di
posterior kiri mediastinum dapat berupa ginjal torakal. Pembagian
mediastinum:
a. Pembagian superoinferior: batasnya adalah bidang datar setinggi angulus
sterni, di superior bidang itu disebut mediastinum superior bidang itu
disebut mediastinum superior, di bidang inferior bidang itu disebut
mediastinum inferior.
b. Pembagian anteroposterior: batasnya adalah ruang yang ditempati
pericardium, di anterior pericardium disebut mediastinum anterior, di
posterior pericardium disebut mediastinum posterior, pericardium terletak
di mediastinum media. Di mediastinum superior terdapat trakea,
esophagus, kelenjar timus, pembuluh darah besar, duktus torakikus, nervus
vagus, nervus rekuren laryngeal sinistra, nervus frenikus, dan trunkus
simpatikus, di media terdapat pericardium, jantung, aorta asenden,
pembuluh darah pulmonal, ujung bawah vena kava superior, bronkus
utama dan nervus frenikus, di posterior terdapat aorta desenden, vena
azigos, duktus torakikus, esophagus dan kelenjar limfe. Pembagian ini
memiliki makna tertentu dalam diagnosis klinis dan terapi terdapat
penyakit mediastinum.
2.2 Pengertian
Tumor primer mediastinum merupakan sekelompok tumor yang berasal dari
mediastinum, termasuk timoma, tumor tiroid torakal, teratoma, limfoma
maligna, lipoma, tumor neurogenik, dan lain lain, umumnya bersifat jinak
(Desen, 2013).
Karsinoma mediastinum merupakan suatu kondisi timbulnya hiperplasia
sel-sel jaringan pada area mediastinum secara progresif dalam bentuk
jaringan yang
menimbulkan
2.3 Klasifikasi
Menurut Desen (2013) membagi klasifikasi tumor mediastinum dan
lokalisasinya menjadi sebagai berikut :
a. Tumor mediastinum superior
Yang tersering ditemukan adalah timoma dan tumor tiroid intratorakal
1) Timoma
Timoma adalah tumor epitel yang bersifat jinak atau tumor dengan
derajat keganasan yang rendah dan ditemukan pada mediastinum
anterior. Timoma termasuk jenis tumor yang tumbuh lambat
(Syahruddin, dkk.,2010).
Umumnya
mediastinum
terletak
di
anteriomedial,
mediastinum
sebagian
kecil
anterosuperior
kasus
terletak
atau
di
1.
2.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan timoma sangat bergantung pada invasif atau tidaknya
tumor, staging dan klinis penderita. Terapi untuk timoma adalah bedah,
tetapi sangat jarang kasus datang pada stage I atau noninvasif maka
multimodaliti terapi (bedah, radiasi dan kemoterapi) memberikan hasil
lebih baik.
Jenis tindakan bedah untuk timoma adalah Extended Thymo
Thymectomy (ETT) atau reseksi komplet yaitu mengangkat kelenjar
timus beserta jaringan lemak sekitarnya. ETT+ ER yaitu tindakan reseksi
komplet, sampai dengan jaringan perikard dan debulking reseksi
sebagian yaitu pengangkatan massa tumor sebanyak mungkin. Jenis
operasi ini sangat bergantung pada staging dan klinis penderita. Reseksi
komplet diyakini dapat mengurangi risiko invasi dan meningkatkan umur
harapan hidup.
Radioterapi tidak direkomendasikan untuk timoma yang telah
menjalani reseksi komplet tetapi harus diberikan pada timoma invasif
atau reseksi sebagian untuk kontrol lokal, seperti yang dilaporkan oleh
Mujiantoro dkk. Dosis radiasi 3500-5000 cGy. Untuk mencegah terjadi
radiation-induced injury pemberian radiasi lebih dari 6000 cGy harus
dihindarkan..
Kemoterapi diberikan dengan berbagai rejimen tetapi hasil terbaik
adalah cisplatin based rejimen. Rejimen yang sering digunakan adalah
kombinasi sisplatin, doksorubisin dan siklofosfamid (CAP). Rejimen lain
adalah doksorubisin, sisplatin, vinkristin dan siklofosfamid (ADOC).
Rejimen yang lebih sederhana yaitu sisplatin dan etoposid (PE) juga
memberikan hasil yang tidak terlalu berbeda.
Prognosis
Banyak faktor yang menentukan prognosis penderita timoma. Masaoka
menghitung umur tahan hidup 5 tahun berdasarkan staging penyakit,
92,6% untuk stage I, 85,7% untuk stage II, 69,6% untuk stage III dan
50% untuk stage IV.
2) Tumor sel germinal
Tumor sel germinal terdiri dari tumor seminoma, teratoma dan
nonseminoma. Tumor sel germinal di mediastinum lebih jarang
ditemukan daripada timoma, lebih sering pada laki-laki dan usia dewasa
muda. Kasus terbanyak adalah merupakan tumor primer di testis
sehingga bila diagnosis adalah tumor sel germinal mediastinum, harus
dipastikan bahwa primer di testis telah disingkirkan. Lokasi terbanyak di
anterior (superoanterior) mediastinum.
Klasifikasi
Klasifikasi histologi tumor sel germinal yaitu :
a. Seminoma
Seminoma adalah tumor yang sensitif terhadap radiasi dan
kemoterapi.
b. Nonseminoma
Merupakan tumor-tumor yang bersifat radioresisten.
1) Embrional
Karsinoma embrional terdiri dari sel yang kurang berdiferensiasi
dengan gambaran epithelial. Sekitar 20% dari kanker testis, terjadi
pada usia 20 sampai 30 tahun dan sangat ganas. Pertumbuhannya
sangat cepat dan menyebar ke paru-paru dan hati
2) Koriokarsinoma
Tumor yang sangat ganas yang dapat terjadi dalam gonad maupun
ekstragonad.
3) Yolk sac Carcinoma
Terapi
Bedah
Teratoma ganas
Seminoma (Resectable)
Metastasis
Kemoterapi
Nonseminoma
kemoterapi
3) Tumor Saraf
Tumor saraf dapat tumbuh dari sel saraf disembarang tempat, lebih sering
di mediastinum posterior. Tumor itu dapat bersifat jinak atau ganas dan
biasanya diklasifikasikan berdasarkan jaringan yang membentuknya,
dibagi atas neural sheath yang sering bersifat jinak dan neurofibroma yang
paling sering ditemukan.
Klasifikasi
Klasifikasi histologi tumor saraf yaitu
a. Berasal dari saraf tepi
1. Neurofibroma
Neurofibroma adalah jenis tumor saraf yang terbanyak ditemukan.
Tumor ini merupakan priliferasi endoneural matriks dengan
2.
3.
tulang.
Neurosarkoma
Neurosarcoma biasa berasal dari nurofibroma atau schavannoma.
Tumbuh pada syaraf perifer yang letaknya dalam. Sifatnya tidak
begitu ganas. Mula mula setempat dengan batas batas yang
tegas tetapi lambat laun akan tumbuh infiltratif ke jaringan
Neuroblastoma
Kanker yang berkembang dari sel-sel saraf yang belum matang
Neoplasma pada kepala dan leher yang berasal dari sel-sel krista
neralis dan yang secara histologis menyerupai kelenjar adrenal
pasangannya, feokromasitoma.
Manifestasi Klinis
Banyak Tumor Nerogenik menimbulkan beberapa gejala dan
ditemukan pada foto thorax rutin. Gejala biasanya merupakan akibat dari
penekanan pada struktur yang berdekatan. Nyeri dada atau punggung
biasanya akibat kompresi atau invasi tumor pada nervus interkostalis atau
erosi tulang yang berdekatan. Batuk dan dispneu merupakan gejala yang
berhubungan dengan kompresi batang trakeobronchus. Sewaktu tumor
tumbuh lebih besar di dalam mediastinum posterosuperior, maka tumor ini
bisa menyebabkan sindrom pancoast atau Horner karena kompresi
peleksus brakhialis atau rantai simpatis servikalis.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
untuk
semua
tumor
neurogenik
adalah
2.4 Etiologi
Secara umum faktor-faktor yang dianggap sebagai penyebab tumor adalah:
a. Penyebab kimiawi
Di berbagai negara ditemukan banyak tumor kulit pada pekerja pembersih
cerobong asap. Zat mengandung karbon dianggap sebagai penyebabnya.
b. Faktor genetik (biomolekuler)
Perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi dalam gen normal dan
pengaruh protein bisa menekan atau meningkatkan perkembangan tumor.
c. Faktor fisik
2.5 Patofisiologi
Faktor Kimiawi
Faktor biomelokuler
(genetik)
Faktor Fisik
Faktor Nutrisi
Faktor bioorganisme
Faktor Hormon
Initiation agent
(unsur kimia,
fisik, dan
biologis)
Kerusakan
struktur sel
(DNA)
Mutasi
gen
Mengaktifkan
onkogen
Memicu terbentuknya
sel tumor
MK: Pola
Paralisis
Nervus
napas
diafragm
frenikus
a tidak
tertekan
efektif
MK:
Nyeri
sindroma
Nervus
Vena
Nyeri
dada
MK: Risiko vena cava
Kava
interkostal
Akut
superior
kerusakan
Perubahan
kulit Superior
is tertekan
integritas
kulit tertekan
Radiotera
yang
diterapi
MK:
Gangguan
Paru
Gangguan
difusi
tertekan
pertukaran
gas
Menonaktifkan
gen supresor
kanker
Terbentuk
neoplasm
a
MK:
Batuk,
Trakea
dispnea,
MK:Bersihan
Perubahan
tertekan
jalan
napas
pneumonitis
nutrisi:
Mual kurang
dan
tidak
efektif
berulang,
dan
dari
kebutuhan
Kemoterapi
muntah
Terbentuk
formasi
tumor
MK:
Ganggua
Perubahan
Kompresi
n
nutrisi:
esofagus
menelan
kurang dari
kebutuhan
Tumor
Mediastinu
m
MK:
MK:
Tekanan terhadap
organ,
Suara
Serangan
Gangguan
Bersihan
Nervus
Nervus
& atau
serakpembuluh darah
batuk
MK:
MK:
komunikasi
jalan
napas
laringeus
vagus
jaringan di sekitar
bronkospas
Diskontinuitas
Nyeri
Risiko
verbal
tidak
efektif
jaringan
inferior
tertekan
me
Pembedaha
Akut
Infeksi
massa
mediastinum
mempunyai
kepentingan
prognosis
dan
Batuk atau stridor karena tekanan pada trachea atau bronchi utama.
2.
3.
4.
5.
Serangan batuk dan spasme bronchus karena tekanan pada nervus vagus.
Walaupun gejala sistemik yang samar-samar dari anoreksia, penurunan berat
badan dan meningkatnya rasa lelah mungkin menjadi gejala yang disajikan oleh
pasien dengan massa mediastinum, namun lebih lazim gejala disebabkan oleh
kompresi local atau invasi oleh neoplasma dari struktur mediastinum yang
berdekatan.
Nyeri dada timbul paling sering pada tumor mediastinum anterosuperior.
Nyeri dada yang serupa biasanya disebabkan oleh kompresi atau invasi dinding
dada posterior dan nervus interkostalis. Kompresi batang trakhebronkhus biasanya
memberikan gejala seperti dispneu, batuk, pneumonitis berulang atau gejala yang
agak jarang yaitu stridor. Keterlibatan esophagus bisa menyebabkan disfagia atau
gejala obstruksi. Keterlibatan nervus laringeus rekuren, rantai simpatis atau plekus
brakhialis masing-masing menimbulkan paralisis plika vokalis, sindrom Horner
dan sindrom Pancoast. Tumor mediastinum yang meyebabkan gejala ini paling
sering berlokalisasi pada mediastinum superior. Keterlibatan nervus frenikus bisa
menyebabkan paralisis diafragma.
2.7 Pemeriksaan Diagnostik
Menurut Desen (2013) tumor mediastinum secara morfologis sulit dibedakan
dari tumor primer maupun sekunder paru, limfadenopati, hemangioma, dll.
Metode pemeriksaan yang sering dipakai adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Biopsi kelenjar limfe leher : tuberkulosis kelnejar limfe dan limfoma bronkial
sering mengenai kelenjar limfe leher, biopsi kelenjar limfe dapat membantu
diagnosis.
g.
h.
b.
c.
Aneurisma aorta : umunya pada pasien usia lanjut. Sering terdapat riwayat
hipertensi, hiperlipidemia, dll. Pemeriksaan fisik dapat terdengar bruit, pada
fluoroskopi tampak pulsasi dilatasi. Aortagrafi retrograd dapat memastikan
diagnosis.
d.
e.
Kista dermoid : merupakan kista berisi cairan, dinding kista dari jaringan ikat,
dinding dalam dilapisi epitel skuamosa berlapis. Didalam kista berisi jaringan
dari dari ektoderm yaitu kulit, rambut, gigi, dll. Biasanya unilokular, ada
kalanya bilokular atau multilokular.
f.
terletakk
disamping trakea atau bronkus atau dekat karina bronkus. Kista bronkus
umumnya kongenital, sering ditemukan pada anak kurang dari 10 tahun.
Biasanya asimtomatik, jika berhubungan dengan bronkus atau pleura, maka
terbentuk fistulasi, bila terinfeksi timbul batuk, hemoptisis, sputum purulen,
bahkan
piotoraks.
Foto
ronsen
menunjukkan
bagian
superomedial,
Penatalaksanaan
Extended Thymo Thymectomy (ETT)
ETT + Radioterapi
ETT + Extended Resection (ER) + Radioterapi +
Stage IV.A
Stage IV.B
Kemoterapi
Debulking + Kemoterapi + Radioterapi
Kemoterapi + Radioterapi + Debulking
a.
Histologi
Teratoma jinak
Terapi
Bedah
Teratoma ganas
Kemoterapi + reseksi
Seminoma (Resectable)
Metastasis
Kemoterapi
Nonseminoma
Kemoterapi
Seminoma
Untuk seminoma yang resectable terapi multimodaliti yaitu bedah, radiasi
dan kemoterapi memberikan umur tahan hidup 5 tahun lebih dari 90%.
Kriteria resectable adalah tanpa gejala (asymptomatic), massa masih terbatas
di mediastinum anterior dan tidak ada metastasis lokal (intratoraks) dan/atau
metastasis jauh. Sedangkan untuk kasus yang bermetastasis diberikan
kemoterapi. Terapi radiasi atau kemoterapi sebagai pilihan terbaik untuk
seminoma masih diperdebatkan. Seminoma sangat radiosensitif, dosis radiasi
maka reseksi komplet adalah 4500-5000 cGy. Kemoterapi yang diberikan
adalah cisplatin based, rejimen yang sering digunakan mengandung
vinblastin, bleomisin dan sisplatin.
b.
Nonseminoma
Tumor jenis ini jarang ditemukan, bila ditemukan lebih sering pada lakilaki dewasa muda. Cisplatin based kemoterapi adalah terapi untuk golongan
ini dan kadang dilakukan operasi pascakemoterapi (postchemoterapy
adjuctive surgery). Rejimen yang digunakan sisplatin, bleomisin dan
etoposid. Tetapi ada rejimen yang terdiri dari sisplatin dan bleomisin yang
diberikan 4 siklus.
c.
Teratoma ganas
Regimen kemoterapi untuk teratoma ganas antara lain sisplatin, vinkristin,
bleomisin dan methotrexate, etoposid, daktinomisin dan siklofosfamid.
3) Tumor saraf
Total reseksi adalah terapi pilihan, jika sel bersifat ganas atau reseksi tidak
komplet maka radiasi pascabedah sangat dianjurkan. Pada jenis ganas,
misalnya neuroblastoma yang sulit dibedah, kemoterapi dilakukan sebelum
pembedahan. Penatalaksanaan lainnya yang dilakukan pada klien yang
mengalami tumor mediastinum meliputi tindakan operatif dan konservatif
(Desen, 2013).
a.
Operasi
Sebagian besar tumor mediastinum primer bila tidak ada kontraindikasi,
maka harus dioperasi. Meskipun tumor jinak atau kista, sesuai untuk
dioperasi. Mengenai seleksi pola operasi didasarkan pada kekhususan pasien
dan tumor dapat dengan torakotomi biasa atau tindakan mikroinvasif dengan
torakoskop (VATS). Tumor ganas mediastinum yang telah mengginvasi organ
sekitar tak dapat dioperasi atau sudah bermetastasis jauh merupakan
kontrainndikasi operasi, didasarkan atas jenis patologinya diberikan
radioterapi atau kemoterapi. Hal yang perlu diperhatikan:
1) Insisi operasi
Untuk timoma sebaiknya memakai insisi anterolateral. Untuk tumor
neurogenik kebanyakan dengan insisi posteralateral. Untuk tumor
mediastinum yang sangat besar harus dibuat insisi yang cukup besar.
Selain itu, bagi fasilitas yang memiliki torakoskop, sebagian tumor
mediastinum dapat dioperasi dengan torakoskop.
2) Penanganan miastenia
Terapi tumor kelenjar timus terutama dengan operasi, kecuali secara
klinis di pastikan tumor tak dapat dioperasi atau terdapat metastasis
ekstratorakal. Terlepas dari betapa kecilukuran tumor, harus dilakukan
timektomi total da pembersihan jaringan lemak mediastinum anterior,
untuk mencegah rekurensi. Operasi harus mengeksisi pleura, perikard,
paru, dll, yang terkena bagian yang tak dapat dieksisi diberi klip logam
sebagai pertanda untuk radioterapi pasca operasi. Hubungan timoma dan
miastenia gravis relatif rumit, dewasa ini belum jelas benar.
Timoma dengan miastenia gravis, begitu terdiagnosis haru segera
mengangkat tumor dan kelenjar timus. Preoperasi diberikan hormon dan
b.
Tindakan konservatif
Pengkajian
1. Identitas
a. Nama pasien
b. Umur : Karsinoma cenderung ditemukan pada usia dewasa
c.
d.
e.
f.
g.
2. Keluhan utama
Keluhan utama yang sering muncul adalah adanya sesak nafas dan nyeri
dada yang berulang dan tidak khas, mungkin disertai/tidak disertai dengan
batuk atau batuk darah. Pada beberapa kasus, kebanyakan klien mencari
pelayanan medis karena keluhan infeksinya. Predisposisi penyakit saluran
pernafasan lain seperti ISPA dan influenza sering terjadi dalam rentang
waktu yang relatif lama dan berulang.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
peran
dalam
keluarga,
kemampuan
ekonomi
untuk
2.
Diagnosis Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhungan dengan peningkatan
jumlah/perubahan mukus/viskositas sekret, keterbatasan gerakan dada,
nyeri, kelemahan, dan kelelahan.
b. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan aliran udara ke
alveoli atau ke bagian utama paru dan perubahan membran alveoli
(ateleketasis, edema paru, efusi, dan sekresi berlebihan, perdarahan aktif).
c. Nyeri akut berhubungan dengan invasi kanker ke pleura dan dinding dada.
d. Cemas berhubungan dengan ketakutan/ancaman akan kematian, tindakan
diagnostik dan penyakit kronis.
Intervensi Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhungan dengan peningkatan
Aspiration Control
2.
Berikan O2
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Berikan bronkodilator
9.
2.
3.
4.
5.
6.
Berikan bronkodilator
7.
8.
9.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tingkatkan istirahat
10. Berikan informasi tentang nyeri seperti penyebab nyeri, berapa lama
nyeri akan berkurang dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur
11. Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama
kali
d. Cemas berhubungan dengan ketakutan/ancaman akan kematian, tindakan
diagnostik dan penyakit kronis
NOC:
Kontrol kecemasan
Koping
Intervensi (NIC)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Intervensi (NIC):
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
DAFTAR PUSTAKA
Muttaqin, A. 2007. Asuhan keperawatan klien dengan
gangguan
sistem
Departemen
Schwartz, S.I. (2000). Intisari prinsip-prinsip ilmu bedah (ed. 6). Jakarta: EGC.
Desen, Wan. 2013. Buku Ajar Onkologi Klinis Edisi 2. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
http://journal.unair.ac.id/article_4194_media106_category3.html