Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
60%-70% dengan CKR, 15%-20%, dan sekitar 10% dengan CKB. Angka
kematian tertinggi sekitar 35%-50% akibat CKB, 5%-10% CKS, sedangkan
untuk CKR tidak ada yang meninggal.(2,3)
C. KLASIFIKASI (4-6)
Cedera kepala bisa diklasifikasikan atas berbagai hal. Untuk
kegunaan praktis, tiga jenis klasifikasi akan sangat berguna, yaitu berdasar
mekanisme, tingkat beratnya cedera kepala serta berdasar morfologi.
1. Berdasarkan mekanisme
a. Cedera kepala tumpul, dapat disebabkan oleh kecelakaan kendaraan
bermotor, jatuh atau pukulan benda tumpul.
b. Cedera kepala tembus (penetrasi), disebabkan luka tembak atau
pukulan benda tumpul.
2. Berdasarkan beratnya
a. Ringan (GCS 14-15)
b. Sedang (GCS 9-13)
c. Berat (GCS 3-8)
3. Berdasarkan morfologi
a. Fraktur tengkorak
1) Kranium: Linear atau stelata, depressed atau nondepressed, dan
terbuka atau tertutup
2) Basis: dengan atau tanpa kebocoran CNS dan dengan atau tanpa
paresis N. VII
b. Lesi intrakranial
1) Fokal
a) Epidural
Hematoma epidural biasanya disebabkan oleh robeknya arteri
meningea media. Sekitar 75% kasus demikian berkaitan
dengan fraktur kranium. Perjalanan klinis klasik (pada
sepertiga kasus), mula-mula kehilangan kesadaran sejenak
(konkusi) kemudian melalui interval bebas gejala (lusid), yang
diikuti oleh penurunan kesadaran sekunder ketika hematoma
2
dan
keseimbangan
terletak
dalam
fosa
posterior,
yang
tinggi
dapat
menimbulkan
konsekuensi
yang
10 mmHg (136 mmH2O), TIK lebih tinggi dari 20 mHg dianggap tidak
normal dan TIK lebih dari 40 mmHg termasuk dalam kenaikan TIK berat.
Semakin tinggi TIK setelah cedera kepala, semakin buruk prognosisnya.
2. Doktrin Monro-Kellie
Adalah suatu konsep sederhana yang dapat menerangkan pengertian
dinamika TIK. Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial
selalu konstan, karena rongga cranium pada dasarnya merupakan rongga
yang tidak mungkin mekar. TIK yang normal tidak berarti tidak adanya
lesi masa intrakrnial, karena TIK umumnya tetap dalam batas normal
sampai kondisi penderita mencapai titik dekompensasi dan memasuki
fase ekspansional kurva tekanan-volume. Nilai TIK sendiri tidak dapat
menunjukkan kedudukan pada garis datar kurva berapa banyak volume
lesi masanya.
3. Aliran Darah Otak (ADO)
ADO normal ke dalam otak kira-kira 50 ml/100 gr jaringan otak per
menit. Bila ADO menurun sampai 20-25 ml/100 gr/menit maka aktivitas
EEG akan hilang dan pada ADO 5 ml/100 gr/ menit sel-sel otak
mengalami kematian dan terjadi kerusakan menetap. Pada penderita nontrauma, fenomena autoregulasi mempertahankan ADO pada tingkat yang
konstan apabila tekanan arteri rata-rata 50-160 mmHg. Bila tekanan arteri
rata-rata dibawah 50 mmHg. ADO menurun curam dan bila tekanan arteri
rata-rata di atas 160 mmHg terjadi dilatasi pasif pembuluh darah otak dan
ADO meningkat. Mekanisme autoregulasi sering mengalami gangguan
pada penderita cedera kepala. Akibatnya, penderita-penderita tersebut
sangat rentan terhadap cedera otak sekunder karena iskemia sebagai
9
10
pemeriksaan
fisik
umum,
pemeriksaan
neurologis
dan
dapat
membantu
penyembuhan
sel-sel
otak
yang
sakit.
12
serta saturasi O2 > 95%) atau muntah maka pasien harus diintubasi
serta diventilasi oleh ahli anestesi.
c. Menilai sirkulasi
Otak yang rusak tidak mentolerir hipotensi. Hentikan semua
perdarahan dengan menekan arterinya. Perhatikan secara khusus
adanya cedera intraabdomen atau dada. Ukur dan catat frekuensi
denyut jantung dan tekanan darah, pasang alat pemantau dan EKG
bila tersedia. Pasang jalur intravena yang besar, ambil darah vena
untuk pemeriksaan darah perifer lengkap, ureum, elektrolit, glukosa,
analisis gas darah arteri. Berikan larutan koloid. Sedangkan larutan
kristaloid
(dekstrosa)
menimbulkan
eksaserbasi
edema
otak
orientatif)
Tidak ada kehilangan kesadaran (misalnya konkusi)
Tidak ada intoksikasi alkohol atau obat terlarang
Pasien dapat mengeluh nyeri kepala dan pusing
Pasien dapat menderita abrasi, laserasi, atau hematoma kulit
kepala
f) Tidak adanya kriteria cedera sedang-berat
13
yang
jelas,
tidak
punya
orang
serumah
yang
dapat
pengobatan
terakhir
pada
herniasi
serebri
akut
(Cushing reflex).
Perburukan deficit neurologis fokal.
Fraktur impresi melebihi satu diploe
Fraktur kranii dengan laserasi serebri
Fraktur kranii terbuka (pencegahan infeksi intrakranial)
Edema serebri berat yang disertai tanda peningkatan TIK,
21
DAFTAR PUSTAKA
1. Wilkinson I, Lennox G. Essential Neurology. 4th Ed. Massachusetts:
Blackwell Publishing; 2005. P.55-66
2. Haberland C. Clinical Neuropathology. New York: Demos Medical
Publishing; 2007. P.261-9
3. Andrews PJD. Traumatic Brain Injury. In: Hughes RAC, editor. Neurogical
Emergencies. 4th Ed. London: BMJ Books; 2003.p.34-61.
4. Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta
Kedokteran. Edisi 3. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI; 2000. hal.3-8
5. Corwin EJ. Buku Saku Patofisiologi. Edisi 3; 2009. Hal.244-7.
6. Harsono. Buku Ajar Neurologi Klinis. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press; 2008. Hal.255-7
7. Wibowo DS, Paryana W. Anatomi Tubuh Manusia. Elsefier: Graha Ilmu
Publishing; 2009. Hal.463-99
8. Ginsberg L. Lecture Notes Neurologi. Edisi 8. Jakarta: Erlangga; 2007.
Hal.114-6
9. Scottish Intercollegiate Guidelines Network. Early Management of Patients
with a Head Injury. Edinburgh: NHS; 2009. P.1-40
10. NSW. Initial Management of Closed Head Injury in Adults. 2nd Ed. North
Sydney: NSW; 2011. P.8-9
11. Ainsworth CR, Geibel J. Head Trauma Treatment & Management. [online]
2015.
[cited
12
March
2016]
Available
from:
http://emedicine.medscape.com /article/433855-treatment
12. Haddad SH, Arabi YM. Critical Care Management of Severe Traumatic Brain
Injury in Adults.; 2012. Scandinavian Journal of Trauma, Resucitation &
Emergency Medicine
22