Vous êtes sur la page 1sur 5

AVIAN FLU (H5N1)

PATOFISIOLOGI
Penularan virus flu burung dari unggas ke manusia dapat terjadi ketika
manusia kontak dengan kotoran unggas yang terinfeksi flu burung, atau
dengan permukaan atau benda-benda yang terkontaminasi oleh kotoran
unggas sakit yang mengandung virus H5N1. Orang yang berisiko tinggi
tertular flu burung adalah pekerja di peternakan ayam ,pemotong ayam
,orang yang kontak dengan unggas hidup yang sakit atau terinfeksi flu
burung orang yang menyentuh produk unggas yang terinfeksi flu burung
,populasi dalam radius 1 km dari lokasi terjadinya kematian unggas akibat flu
burung. Pada dasarnya sampai saat ini, H5N1 tidak mudah untuk
menginfeksi manusia dan apabila seseorang terinfeksi, akan sulit virus itu
menulari orang lain. Pada kenyataannya, penularan manusia ke manusia,
terbatas, tidak efisien dan tidak berkelanjutan (Radji,2006).
Penyakit dimulai dari infeksi virus pada sel epitel saluran napas. Virus ini
kemudian bereplikasi sangat cepat hingga menyebabkan lisis sel epitel &
terjadi deskuamasi lapisan epitel saluran napas.
Pada tahap infeksi awal, respons imun innate akan menghambat replikasi
virus. Apabila kemudian terjadi re-eksposure, respons imun adaptif yang
bersifat antigen spesific mengembangkan memori imunologis yang akan
memberikan respons yang lebih cepat. Replikasi virus akan merangsang
pembentukan sitokinintermasuk IL-1, IL-6 dan TNF-Alfa yang kemudian
masuk ke sirkulasi sistemik & pada gilirannya menyebabkan gejala sistemik
seperti demam, malaise, myalgia dll. Pada keadaan tertentu seperti kondisi
sistem imun yang menurun virus dapat lolos masuk sirkulasi darah & ke
organ tubuh lain. Bila strain/subtipe virus baru yang menginfeksi maka
situasi akan berbeda.Imunitas terhadap virus subtipe baru yang sama sekali
belum terbentuk dapat menyebabkan keadaan klinis yang lebih berat.
Sistem imunitas belum memiliki immunological memory terhadap virus baru.
Apalagi bila virus subtipe baru ini memiliki tingkat virulensi atau
patogenisitas yang sangat tinggi seperti virus H5N1. Tipe virus yang berbeda
akan menyebabkan respons imun & gejala klinis yang mungkin berbeda.
Diketahui bahwa pada infeksi oleh virus influenza A H5N1 terjadi
pembentukan sitokin yang berlebihan (cytokine storm) untuk menekan
replikasi virus, tetapi justru hal ini yang menyebabkan kerusakan jaringan
paru yang luas & berat. Terjadi pneumonia virus berupa pneumonitis
intertitial.

Proses berlanjut dengan terjadinya eksudasi & edema intraalveolar,


mobilisasi sel sel radang dan juga eritrosit dari kapiler sekitar, pembentukan
membran hyalin dan juga fibroblast. Sel radang akan memproduksi banyak
sel mediator peradangan. Secara klinis keadaan ini dikenal dengan ARDS
(Acute Respiratory Distress Syndrome). Difusi oksigen terganggu, terjadi
hipoksia/anoksia yang dapat merusak organ lain. Proses ini biasanya terjadi
secara cepat & penderita dapat meninggal dalam waktu singkat karena
proses yang ireversibel(Emedicine,2009).
----------bingung yang mana:)
Penyebaran virus Avian Influenza (AI) terjadi melalui udara (droplet
infection) di mana virus dapat tertanam pada membran mukosa yang
melapisi saluran napas atau langsung memasuki alveoli (tergantung dari
ukuran droplet). Virus yang tertanam pada membran mukosa akan terpajan
mukoprotein yang mengandung asam sialat yang dapat mengikat virus.
Reseptor spesifik yang dapat berikatan dengan virus influenza berkaitan
dengan spesies darimana virus berasal.
Virus avian influenza manusia (Human influenza viruses) dapat
berikatan dengan alpha 2,6 sialiloligosakarida yang berasal dari di mana
didapatkan residu asam sialat yang dapat berikatan dengan residu galaktosa
melalui ikatan 2,6 linkage. Virus AI dapat berikatan dengan membran sel
mukosa melalui ikatan yang berbeda yaitu 2,3 linkage. Adanya perbedaan
pada reseptor yang terdapat pada membran mukosa diduga sebagai
penyebab mengapa virus AI tidak dapat mengadakan replikasi secara efisien
pada manusia.
Mukoprotein yang mengandung reseptor ini akan mengikat virus
sehingga perlekatan virus dengan sel epitel saluran pernapasan dapat

dicegah. Tetapi virus yang mengandung neurominidase pada permukaannya


dapat memecah ikatan tersebut. Virus selanjutnya akan melekat pada epitel
permukaan saluran napas untuk kemudian bereplikasi di dalam sel tersebut.
Replikasi virus terjadi selama 4-6 jam sehingga dalam waktu singkat virus
dapat menyebar ke sel-sel didekatnya. Masa inkubasi virus 18 jam sampai 4
hari, lokasi utama dari infeksi yaitu pada sel-sel kolumnar yang bersilia. Selsel yang terinfeksi akan membengkak dan intinya mengkerut dan kemudian
mengalami

piknosis.

Bersamaan

dengan

terjadinya

disintegrasi

dan

hilangnya silia selanjutnya akan terbentuk badan inklusi.3


Penyebaran
secara

umum

dari

pada

virus

manusia,

extrapulmoner
tetapi

telah

penyebaran

didokumentasikan
sistemik

adalah

penampakan biasa dari highly pathogenic avian viruses pada unggas dan
beberapa binatang pengerat atau binatang mamalia lain. Serum dan
penghasilan antibodi mengarah ke HA dan NA yang muncul sekitar 10 hari
setelah terinfeksi.
Proteksi untuk menghindari terinfeksi kembali oleh jenis strain yang
sama dapat terjadi tergantung infeksi secara alamiah dan dihubungkan
dengan serum serta tingkat antibody neutralizing hidung, yang prinsipnya
secara langsung mencegah HA. Perbedaan pada gen PA, NP, M1, NS1, dan
PB2 mengarah ke hubungan dengan jenis influenza pada manusia, termasuk
infeksi manusia pada avian influenza. Aturan fungsional dari tanda-tanda
genetik belum dapat dipecahkan tetapi berkaitan dengan keterlibatan
peningkatan kemampuan replikasi dan supresi dari imunitas tubuh.4,5

AVIAN FLU (H5N1)


LANGSUNG
LANGSUNG

TIDAK

1.
Kontak langsung dgn unggas
darah

1. Transfuse

2.
Kendaraan yg mengangkut binatang
Penyebaran flu
3.

Alat-alat peternakan

4.

pakaian
virus avian influenza
menyebar melalui udara

memasuki alveoli

inflamasi dan edema pada alveoli

2.

peningkatan produksi eksudat

bersihan jalan nafas tdk efektif

Vous aimerez peut-être aussi