Vous êtes sur la page 1sur 19

BAB I

PENDAHULUAN

Tranfusi darah sering menyelamatkan kehidupan, misalnya dalam kasus-kasus yang


gawat, perawatan neonatus premature yang intensif modern, anak dengan kanker,
penerima cangkok organ merupakan kasus yang tidak mungkin tanpa tranfusi. Tranfusi
darah merupakan tindakan pengobatan pada pasien (anak, bayi dan dewasa) yang
diberikan atas indikasi. Kesesuaian golongan darah antara resipien dan donor merupakan
salah satu hal mutlak.
Tranfusi darah adalah salah satu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam
sirkulasi darah resipien sebagai upaya pengobatan. Tranfusi darah telah mulai dicoba
dilakukan sejak abad ke 15 dan hingga pertengahan abad ke 17, namun berakhir dengan
kegagalan, karena cara pemberiannya dan pada waktu itu dipakai sebagai sumber
donornya adalah darah hewan. Melalui berbagai percobaan dan pengamatan kemudian
disimpulkan bahwa manusia yang semestinya menjadi sumber darah. Namun demikian
pada masa ini, karena masih banyaknya kegagalan yang berakibat kematian, tranfusi darah
sempat dilarang dilakukan. Pada masa ini, tranfusi darah telah dikerjakan langsung dari
arteri ke dalam vena resipien.
Transfusi darah secara universal dibutuhkan untuk menangani pasien anemia berat,
pasien dengan kelaianan darah bawaan, pasien yang mengalami kecederaan parah, pasien
yang hendak menjalankan tindakan bedah operatif dan pasien yang mengalami penyakit
liver

ataupun penyakit

lainnya

yang

mengakibatkan

tubuh

pasien

tidak dapat

memproduksi darah atau komponen darah


Namun tranfusi bukanlah tanpa resiko, meskipun telah dilakukan berbagai upaya
untuk memperlancar tindakan tranfusi, namun efek samping reaksi tranfusi atau infeksi
akibat tranfusi tetap mungkin terjadi. Maka bila diingat dan dipahami mengenai
keamanannya, indikasinya perlu diperketat.1

BAB II
PEMBAHASAN
I. DARAH
1

1. Darah sebagai organ


Darah yang semula dikategorikan sebagai jaringan tubuh, saat ini telah dimasukkan
sebagai suatu organ tubuh terbesar yang beredar dalam sistem kardiovaskuler, tersusun
dari :
a) Komponen korpuskuler atau seluler
Komponen korpuskuler yaitu materi biologis yang hidup dan bersifat multiantigenik,
terdiri dari sel darah merah, sel darah putih dan keping trombosit, yang kesemuanya
dihasilkan dari sel induk yang senantiasa hidup dalam sumsum tulang. Ketiga jenis sel
darah ini memiliki masa hidup terbatas dan akan mati jika masa hidupnya berakhir. Agar
fungsi organ darah tidak ikut mati, maka secara berkala pada waktu-waktu tertentu, ketiga
butiran darah tersebut akan diganti, diperbarui dengan sel sejenis yang baru.
b) Komponen cairan
Komponen cair yang juga disebut plasma, menempati lebih dari 50 volume % organ
darah, dengan bagian terbesar dari plasma (90%) adalah air, bagian kecilnya terdiri dari
protein plasma dan elektrolit. Protein plasma yang penting diantaranya adalah albumin,
berbagai fraksi globulin serta protein untuk factor pembekuan dan untuk fibrinolisis. 1,2
.
a

Peran penting darah


Sebagai organ transportasi, khususnya oksigen (O2), yang dibawa dari paru-paru dan
diedarkan ke seluruh tubuh dan kemudian mengangkut sisa pembakaran (CO2) dari
jaringan untuk dibuang keluar melalui paru-paru. Fungsi pertukaran O2 dan CO2 ini
dilakukan oleh hemoglobin, yang terkandung dalam sel darah merah. Protein plasma

ikut berfungsi sebagai sarana transportasi untuk metabolism organ-organ tubuh.


Sebagai organ pertahanan tubuh (imunologik), khususnya dalam menahan invasi
berbagai jenis mikroba pathogen dan antigen asing. Transfusi darah adalah salah satu
rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi darah resipien sebagai
upaya pengobatan. Mekanisme pertahanan ini dilakukan oleh leukosit (granulosit dan

limfosit) serta protein plasma khusus (immunoglobulin).


Peranan darah dalam menghentikan perdarahan (mekanisme homeostasis) sebagai
upaya untuk mempertahankan volume darah apabila terjadi kerusakan pada pembuluh
darah. Fungsi ini dilakukan oleh mekanisme fibrinolisis, khususnya jika terjadi
aktifitas homeostasis yang berlebihan.
Apabila terjadi pengurangan darah yang cukup bermakna dari komponen darah
korpuskuler maupun non korpuskuler akibat kelainan bawaan ataupun karena
penyakit yang didapat, dan tidak dapat diatasi oleh mekanisme homeostasis tubuh
dalam waktu singkat maka diperlukan penggantian dengan transfusi darah, khususnya
dari komponen yang diperlukan.
2

3. Tujuan transfusi darah3,4

Tranfusi darah adalah suatu rangkain proses pemindahan darah donor ke dalam
sirkulasi dari resipien sebagai upaya pengobatan. Bahkan sebagai upaya untuk
menyelamatkan kehidupan. Berdasarkan asal darah yang diberikan, transfusi dikenal:
1. Homologous tranfusi (berasal dari darah orang lain)
2. Autologous tranfusi (berasal dari diri sendiri).
Tujuan transfusi darah adalah :
a Mengembalikan dan mempertahankan volume yang normal peredaran darah
b Menggantikan kekurangan komponen seluler atau kimia darah
c Meningkatkan oksigenasi jaringan
d Memperbaiki fungsi homeostasis
e Tindakan terapi khusus
4. Tranfusi darah dalam klinik
Darah dan berbagai komponen- komponen darah, dengan kemajuan teknologi
kedokteran, dapat dipisah- pisahkan dengan suatu proses dan ditransfusikan secara
terpisah sesuai kebutuhan. Darah dapat pula disimpan dalam bentuk komponenkomponen darah yaitu: eritrosit, leukosit, trombosit, plasma dan factor- factor pembekuan
darah dengan proses tertentu yaitu dengan Refrigerated Centrifuge.
Pemberian komponen-komponen darah yang diperlukan saja lebih dibenarkan
dibandingkan dengan pemberian darah lengkap (whole blood).

Dasar pemikiran penggunaan komponen darah:


1. Lebih efisien, ekonomis, memperkecil reaksi transfusi
2. Lebih rasional, karena:
(a) Darah terdiri dari komponen seluler maupun plasma yang fungsinya sangat beragam,
serta merupakan materi biologis yang bersifat multiantigenik, sehingga pemberiannya
harus memenuhi syarat- syarat variasi antigen minimal dan kompatibilitas yang baik.
(b) Transfusi selain merupakan live saving therapy tetapi juga replacement therapy
sehingga darah yang diberikan haruslah safety blood.
Kelebihan terapi komponen dibandingkan dengan terapi darah lengkap:
- Disediakan dalam bentuk konsentrat sehingga mengurangi volume transfusi
- Resiko reaksi imunologik lebih kecil
- Pengawetan
- Penularan penyakit lebih kecil
- Aggregate trombosit dan leukosit dapat dihindari
- Pasien akan memerlukan komponen yang diperlukan saja
- Masalah logistic lebih mudah
- Pengawasan mutu lebih sederhana.
3

5. Indikasi Tranfusi darah


Secara garis besar Indikasi Tranfusi darah adalah :
a Untuk mengembalikan dan mempertahankan suatu volume peredaran darah yang normal,
b

misalnya pada anemia karena perdarahan, trauma bedah, atau luka bakar luas.
Untuk mengganti kekurangan komponen seluler atau kimia darah, misalnya pada anemia,
trombositopenia, hipotrombinemia, dan lain-lain.

Keadaan yang memerlukan Tranfusi darah :3,4


a Anemia karena perdarahan, biasanya digunakan batas Hb 7-8 g/dL. Bila telah turun
b

hingga 4,5 g/dL, tranfusi harus dilakukan secara hati-hati.


Anemia haemolitik, biasanya kadar Hb dipertahankan hingga penderita dapat
mengatasinya sendiri. Umumnya digunakan patokan 5g/dL. Hal ini dipertimbangkan

untuk menghindari terlalu seringnya tranfusi darah dilakukan.


c Anemia aplastik
d Leukimia dan anemia refrekter
e Anemia karena sepsis
6. Prosedur pelaksanaan tranfusi darah
Banyak laporan mengenai kesalahan tatalaksana tranfusi, misalnya kesalahan pemberian
darah milik pasien lain. Untuk menghindari berbagai kesalahan, maka perlu diperhatikan :
a Identitas pasien harus dicocokan secara lisan maupun tulisan
b Identitas dan jumlah darah dalam kemasan dicocokkan dengan formulir permintaan
c

darah
Tekanan darah, frekuensi denyut jantung dan suhu harus diperiksa sebelumnya, serta

diulang secara rutin.


Observasi ketat, terutama pada 15 menit pertama setelah tranfusi darah dimulai.
Sebaiknya 1 unit darah diberikan dalam waktu 1-2 jam tergantung status
kardiovaskuler dan dianjurkan tidak lebih dari 4 jam mengingat kemungkinan
proliferasi bakteri pada suhu kamar.

II. Jenis Transfusi Darah5


-

Darah lengkap (whole blood)

Darah lengkap mempunyai komponen utama yaitu eritrosit, darah lengkap juga mempunyai
kandungan trombosit dan faktor pembekuan labil (V, VIII). Volume darah sesuai kantong
darah yang dipakai yaitu antara lain 250 ml, 350 ml, 450 ml. Dapat bertahan dalam suhu
42C. Darah lengkap berguna untuk meningkatkan jumlah eritrosit dan plasma secara
bersamaan. Hb meningkat 0,90,12 g/dl dan Ht meningkat 3-4 % post transfusi 450 ml darah
lengkap. Tranfusi darah lengkap hanya untuk mengatasi perdarahan akut dan masif,
meningkatkan dan mempertahankan proses pembekuan. Darah lengkap diberikan dengan
4

golongan ABO dan Rh yang diketahui. Dosis pada pediatrik rata-rata 20 ml/kg, diikuti
dengan volume yang diperlukan untuk stabilisasi.
Indikasi :
1. Penggantian volume pada pasien dengan syok hemoragi, trauma atau luka bakar.
2. Pasien dengan perdarahan masif dan telah kehilangan lebih dari 25% dari volume
darah total.

Rumus kebutuhan whole blood


6 x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :
-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal
-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Darah lengkap ada 3 macam. Yaitu :
1.Darah Segar
Yaitu darah yang baru diambil dari donor sampai 6 jam sesudah pengambilan. Keuntungan
pemakaian darah segar ialah faktor pembekuannya masih lengkap termasuk faktor labil (V
dan VIII) dan fungsi eritrosit masih relatif baik. Kerugiannya sulit diperoleh dalam waktu
yang tepat karena untuk pemeriksaan golongan, reaksi silang dan transportasi diperlukan
waktu lebih dari 4 jam dan resiko penularan penyakit relatif banyak.
2.Darah Baru

Yaitu .. Faktor pembekuan disini sudah hampir habis, dan juga dapat terjadi peningkatan
kadar kalium, amonia, dan asam laktat.
3.Darah Simpan
Darah yang disimpan lebih dari 6 hari sampai 35 hari. Keuntungannya mudah tersedia setiap
saat, bahaya penularan luas dan sitomegalovirus hilang. Sedang kerugiaannya ialah faktor
pembekuan terutama faktor V dan VIII sudah habis. Kemampuan transportasi oksigen oleh
eritrosit menurun yang disebabkan karena afinitas Hb terhadap oksigen yang tinggi, sehingga
oksigen sukar dilepas ke jaringan. Hal ini disebabkan oleh penurunan kadar 2,3 DPG. Kadar
kalium, amonia, dan asam laktat tinggi.
-

Sel darah merah (Packed red cell)

Packed red cell diperoleh dari pemisahan atau pengeluaran plasma secara tertutup atau septik
sedemikian rupa sehingga hematokrit menjadi 70-80%. Volume tergantung kantong darah
yang dipakai yaitu 150-300 ml. Suhu simpan 42C. Lama simpan darah 24 jam dengan
sistem terbuka.
Packed cells merupakan komponen yang terdiri dari eritrosit yang telah dipekatkan dengan
memisahkan komponen-komponen yang lain. Packed cells banyak dipakai dalam pengobatan
anemia terutama talasemia, anemia aplastik, leukemia dan anemia karena keganasan lainnya.
Pemberian transfusi bertujuan untuk memperbaiki oksigenasi jaringan dan alat-alat tubuh.
Biasanya tercapai bila kadar Hb sudah di atas 8 g%.
Untuk menaikkan kadar Hb sebanyak 1 gr/dl diperlukan PRC 4 ml/kgBB atau 1 unit dapat
menaikkan kadar hematokrit 3-5 %. Diberikan selama 2 sampai 4 jam dengan kecepatan 1-2
mL/menit, dengan golongan darah ABO dan Rh yang diketahui.
Kebutuhan darah (ml) :
3 x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

Ket :

-Hb normal : Hb yang diharapkan atau Hb normal


-Hb pasien : Hb pasien saat ini
Tabel 1. Pemberian PRC

Tujuan transfusi PRC adalah untuk menaikkan Hb pasien tanpa menaikkan volume darah
secara nyata. Keuntungan menggunakan PRC dibandingkan dengan darah jenuh adalah:
1. Mengurangi kemungkinan penularan penyakit
2. Mengurangi kemungkinan reaksi imunologis
3. Volume darah yang diberikan lebih sedikit sehingga kemungkinan overload
berkurang
4. Komponen darah lainnya dapat diberikan pada pasien lain.
Indikasi: :
1. Kehilangan darah >20% dan volume darah lebih dari 1000 ml.
2. Hemoglobin <8 gr/dl.
3. Hemoglobin <10 gr/dl dengan penyakit-penyakit utama : (misalnya
empisema, atau penyakit jantung iskemik)
4. Hemoglobin <12 gr/dl dan tergantung pada ventilator.
Dapat disebutkan bahwa :
Hb sekitar 5 adalah CRITICAL
7

Hb sekitar 8 adalah TOLERABLE


Hb sekitar 10 adalah OPTIMAL
Transfusi mulai diberikan pada saat Hb CRITICAL dan dihentikan setelah mencapai batas
TOLERABLE atau OPTIMAL
1. Frozen Wash Concentrated Red Blood Cells (Sel Darah Merah Pekat Beku
yang Dicuci)
Diberikan untuk penderita yang mempunyai antibodi terhadap sel darah merah
yang menetap.
2. Washed red cell
Washed red cell diperoleh dengan mencuci packed red cell 2-3 kali dengan
saline, sisa plasma terbuang habis. Berguna untuk penderita yang tak bisa
diberi human plasma. Kelemahan washed red cell yaitu bahaya infeksi
sekunder yang terjadi selama proses serta masa simpan yang pendek (4-6 jam).
Washed red cell dipakai dalam pengobatan aquired hemolytic anemia dan
exchange transfusion. Untuk penderita yang alergi terhadap protein plasma
3. Darah merah pekat miskin leukosit
Kandungan utama eritrosit, suhu simpan 42C, berguna untuk meningkatkan
jumlah eritrosit pada pasien yang sering memerlukan transfusi. Manfaat
komponen darah ini untuk mengurangi reaksi panas dan alergi.5
-

White Blood Cells (WBC atau leukosit)

Komponen ini terdiri dari darah lengkap dengan isi seperti PRC, plasma dihilangkan 80 % ,
biasanya tersedia dalam volume 150 ml. Dalam pemberian perlu diketahui golongan darah
ABO dan sistem Rh. Apabila diresepkan berikan dipenhidramin. Berikan antipiretik, karena
komponen ini bisa menyebabkan demam dan dingin. Untuk pencegahan infeksi, berikan
tranfusi dan disambung dengan antibiotik.
Indikasi :
Pasien sepsis yang tidak berespon dengan antibiotik (khususnya untuk pasien dengan kultur
darah positif, demam persisten /38,3 C dan granulositopenia).
-

Suspensi trombosit

Pemberian trombosit seringkali diperlukan pada kasus perdarahan yang disebabkan oleh
kekurangan trombosit. Pemberian trombosit yang berulang-ulang dapat menyebabkan
pembentukan thrombocyte antibody pada penderita. Transfusi trombosit terbukti bermanfaat
menghentikan perdarahan karena trombositopenia. Komponen trombosit mempunyai masa
simpan sampai dengan 3 hari.(2)
Indikasi pemberian komponen trombosit ialah :
1. Setiap perdarahan spontan atau suatu operasi besar dengan jumlah trombositnya kurang
dari 50.000/mm3. Misalnya perdarahan pada trombocytopenic purpura, leukemia,
anemia aplastik, demam berdarah, DIC dan aplasia sumsum tulang karena pemberian
sitostatika terhadap tumor ganas.
2. Splenektomi pada hipersplenisme penderita talasemia maupun hipertensi portal juga
memerlukan pemberian suspensi trombosit prabedah.
Rumus Transfusi Trombosit
BB x 1/13 x 0.3
Macam sediaan:
-

Platelet Rich Plasma (plasma kaya trombosit)

Platelet Rich Plasma dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar. Penyimpanan
34C sebaiknya 24 jam.
-

Platelet Concentrate (trombosit pekat)

Kandungan utama yaitu trombosit, volume 50 ml dengan suhu simpan 202C. Berguna
untuk meningkatkan jumlah trombosit. Peningkatan post transfusi pada dewasa rata-rata
5.000-10.000/ul. Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, alloimunisasi Antigen
trombosit donor.(6)
Dibuat dengan cara melakukan pemusingan (centrifugasi) lagi pada Platelet Rich Plasma,
sehingga diperoleh endapan yang merupakan pletelet concentrate dan kemudian
memisahkannya dari plasma yang diatas yang berupa Platelet Poor Plasma. Masa simpan
48-72 jam.(3)

Plasma

Plasma darah bermanfaat untuk memperbaiki volume dari sirkulasi darah (hypovolemia, luka
bakar), menggantikan protein yang terbuang seperti albumin pada nephrotic syndrom dan
cirhosis hepatis, menggantikan dan memperbaiki jumlah faktor-faktor tertentu dari plasma
seperti globulin.(3)
Macam sediaan plasma adalah:
-

Plasma cair

Diperoleh dengan memisahkan plasma dari whole blood pada pembuatan packed red cell.

Plasma kering (lyoplylized plasma)


Diperoleh dengan mengeringkan plasma beku dan lebih tahan lama (3 tahun).

Fresh Frozen Plasma

Dibuat dengan cara pemisahan plasma dari darah segar dan langsung dibekukan pada suhu
-60C. Pemakaian yang paling baik untuk menghentikan perdarahan (hemostasis).
Kandungan utama berupa plasma dan faktor pembekuan, dengan volume 150-220 ml. Suhu
simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun. Berguna untuk meningkatkan
faktor pembekuan bila faktor pembekuan pekat/kriopresipitat tidak ada. Ditransfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Fresh frozen plasma (FFP) mengandung semua protein plasma
(faktor pembekuan), terutama faktor V dan VII. FFP biasa diberikan setelah transfusi darah
masif, setelah terapi warfarin dan koagulopati pada penyakit hepar. Setiap unit FFP biasanya
dapat menaikan masing-masing kadar faktor pembekuan sebesar 2-3% pada orang dewasa.
Sama dengan PRC, saat hendak diberikan pada pasien perlu dihangatkan terlebih dahulu
sesuai suhu tubuh.
Pemberian dilakukan secara cepat, pada pemberian FFP dalam jumlah besar diperlukan
koreksi adanya hypokalsemia, karena asam sitrat dalam FFP mengikat kalsium. Perlu
dilakukan pencocokan golongan darah ABO dan system Rh.

10

Efek samping berupa urtikaria, menggigil, demam, hipervolemia.


Indikasi :

Mengganti defisiensi faktor IX (hemofilia B)


Neutralisasi hemostasis setelah terapi warfarin bila terdapat perdarahan yang

mengancam nyawa.
Adanya perdarahan dengan parameter koagulasi yang abnormal setelah

transfusi massif
Pasien dengan penyakit hati dan mengalami defisiensi faktor pembekuan

Cryopresipitate

Komponen utama yang terdapat di dalamnya adalah faktor VIII, faktor pembekuan XIII,
faktor Von Willbrand, fibrinogen. Penggunaannya ialah untuk menghentikan perdarahan
karena kurangnya faktor VIII di dalam darah penderita hemofili A.
Cara pemberian ialah dengan menyuntikkan intravena langsung, tidak melalui tetesan infus,
pemberian segera setelah komponen mencair, sebab komponen ini tidak tahan pada suhu
kamar.
Suhu simpan -18C atau lebih rendah dengan lama simpan 1 tahun, ditransfusikan dalam
waktu 6 jam setelah dicairkan. Efek samping berupa demam, alergi. Satu kantong (30 ml)
mengadung 75-80 unit faktor VIII, 150-200 mg fibrinogen, faktor von wilebrand, faktor XIII
Indikasi :
-

Hemophilia A
Perdarahan akibat gangguan faktor koagulasi
Penyakit von wilebrand
Rumus Kebutuhan Cryopresipitate :

0.5x Hb (Hb normal -Hb pasien) x BB

11

Albumin
Dibuat dari plasma, setelah gamma globulin, AHF dan fibrinogen dipisahkan dari
plasma. Kemurnian 96-98%. Dalam pemakaian diencerkan sampai menjadi cairan 5%
atau 20% 100 ml albumin 20% mempunyai tekanan osmotik sama dengan 400 ml
plasma biasa
Rumus Kebutuhan Albumin

albumin x BB x 0.8
GOLONGAN DARAH DAN CARA PENGUMPULAN DARAH5.6
Golongan darah adalah ciri khusus darah dari suatu individu karena adanya perbedaan
jenis karbohidrat dan protein pada permukaan membran sel darah merah. Dua jenis penggolongan
darah yang paling penting adalah penggolongan ABO dan Rhesus (faktor Rh).

Sistem ABO

Golongan darah manusia ditentukan berdasarkan jenis antigen dan antibodi yang terkandung dalam
darahnya, sebagai berikut:

Individu dengan golongan darah A memiliki sel darah merah dengan antigen A di permukaan
membran selnya dan menghasilkan antibodi terhadap antigen B dalam serum darahnya.
Sehingga, orang dengan golongan darah A hanya dapat menerima darah dari orang dengan
golongan darah A atau O.

Individu dengan golongan darah B memiliki antigen B pada permukaan sel darah merahnya
dan menghasilkan antibodi terhadap antigen A dalam serum darahnya. Sehingga, orang
dengan golongan darah B hanya dapat menerima darah dari orang dengan dolongan darah B
atau O

Individu dengan golongan darah AB memiliki sel darah merah dengan antigen A dan B serta
tidak menghasilkan antibodi terhadap antigen A maupun B. Sehingga, orang dengan golongan
darah AB dapat menerima darah dari orang dengan golongan darah ABO apapun dan

12

disebut resipien universal. Namun, orang dengan golongan darah AB

tidak dapat

mendonorkan darah kecuali pada sesama AB.

Individu dengan golongan darah O memiliki sel darah tanpa antigen, tapi memproduksi
antibodi terhadap antigen A dan B. Sehingga, orang dengan golongan darah O dapat
mendonorkan darahnya kepada orang dengan golongan darah ABO apapun dan disebut donor
universal. Namun, orang dengan golongan darah O hanya dapat menerima darah dari sesama
O.

Sistem Rhesus
Sistem rhesus ini ditemukan melalui penyuntikan sel-sel darah merah kera
Macacca rhesus kepada marmot (guinea-pig) untuk mendapatkan anti serum. Anti
serum yang didapat ternyata bereaksi dengan sel-sel darah merah. ,antigen-Rh yang
ditemukan dalam darah kera Macaca rhesus oleh Landsteiner dan Wiener pada tahun
1940 itu juga ditemukan dalam darah manusia.
Berdasarkan ada tidaknya antigen-Rh, maka golongan darah manusia
dibedakan atas dua kelompok, yaitu :
1.

Rhesus positif, bila dalam darah merahnya terdapat faktor Rh pada permukaan sel
darah merahnya.

2.

Rhesus negatif, bila dalam darah merahnya tidak terdapat faktor Rh pada
permukaan sel darah merahnya.

Jika seseorang Rh(+), maka ia dapat menerima darah dengan Rh(+) atau Rh (-). Sedangkan
orang dengan Rh(-), hanya bisa menerima darah dengan Rh (-) saja. Oleh karena itu darah Rh(-)
sering disediakan untuk operasi-operasi darurat dimana tidak ada waktu lagi untuk melakukan
pengecekan golongan darah seseorang.
Untuk dapat menyumbangkan darah, seorang donor darah harus memenuhi syarat sebagai
berikut:

1. Calon donor harus berusia 17-60 tahun,


2. Berat badan minimal 50 kg
3. Kadar hemoglobin >12,5 gr%
4. Tekanan darah 100-150 (sistole) dan 70-100 (diastole).
13

5. Nadi 30-100x/menit teratur


6. Menandatangani formulir pendaftaran
7. Tidak mengalami gangguan pada pembekuan darah
8. Lulus pengujian kondisi berat badan, hemoglobin, golongan darah, dan pemeriksaan
oleh dokter

9. Untuk menjaga kesehatan dan keamanan darah, calon donor tidak boleh dalam
kondisi atau menderita sakit seperti alkoholik, penyakit hepatitis, diabetes militus,
epilepsi, atau kelompok masyarakat risiko tinggi mendapatkan AIDS serta mengalami
sakit seperti demam atau influensa, baru saja dicabut giginya kurang dari tiga hari,
pernah menerima transfusi kurang dari setahun, begitu juga untuk yang belum
setahun melakukan tato , menindik, atau akupunktur; hamil atau sedang menyusui.
Penyumbang

darah

(donor)

dilihat

keadaan

kesehatannya.

Denyut nadi, tekanan darah dan suhu tubuhnya diukur, dan contoh darahnya diperiksa untuk
mengetahui adanya anemia.
Ditanyakan apakah pernah atau sedang menderita keadaan tertentu yang menyebabkan darah
mereka

tidak

memenuhi

syarat

untuk

disumbangkan.

Keadaan tersebut adalah hepatitis, penyakit jantung, kanker (kecuali bentuk tertentu misalnya kanker
kulit yang terlokalisasi), asma yang berat, malaria, kelainan perdarahan, AIDS dan kemungkinan
tercemar oleh virus AIDS.
Hepatitis, kehamilan, pembedahan mayor yang baru saja dijalani, tekanan darah tinggi yang
tidak terkendali, tekanan darah rendah, anemia atau pemakaian obat tertentu, untuk sementara waktu
bisa menyebabkan tidak terpenuhinya syarat untuk menyumbangkan darah. Biasanya donor tidak
diperbolehkan menyumbangkan darahnya lebih dari 1 kali setiap 2 bulan.
Untuk

yang

memenuhi

syarat,

menyumbangkan

darah

adalah

aman.

Keseluruhan proses membutuhkan waktu sekitar 1 jam, pengambilan darahnya sendiri hanya
membutuhkan waktu 10 menit. Biasanya ada sedikit rasa nyeri pada saat jarum dimasukkan, tetapi
setelah itu rasa nyeri akan hilang.
Standard

unit

pengambilan

darah

hanya

sekitar

0,48

liter.

Darah segar yang diambil disimpan dalam kantong plastik yang sudah mengandung bahan pengawet
dan komponen anti pembekuan.

14

Sejumlah kecil contoh darah dari penyumbang diperiksa untuk mencari adanya penyakit
infeksi seperti AIDS, hepatitis virus dan sifilis. Darah yang didinginkan dapat digunakan dalam waktu
selama 42 hari. Pada keadaan tertentu, (misalnya untuk mengawetkan golongan darah yang jarang),
sel darah merah bisa dibekukan dan disimpan sampai selama 10 tahun.
Karena transfusi darah yang tidak cocok dengan resipien dapat berbahaya, maka darah yang
disumbangkan, secara rutin digolongkan berdasarkan jenisnya; apakah golongan A, B, AB atau O dan
Rh-positif atau Rh-negatif. Sebagai tindakan pencegahan berikutnya, sebelum memulai transfusi,
pemeriksa mencampurkan setetes darah donor dengan darah resipien untuk memastikan keduanya
cocok: teknik ini disebut cross-matching.
Crossmatch adalah pemeriksaan serologis untuk menetapkan sesuai atau tidak sesuainya
darah

donor

dengan

darah

resipien.

Dilakukan

sebelum

transfusi darah dan bila terjadi reaksi transfusi darah.


Terdapat dua cara pemeriksaan, yaitu:

1. Crossmatch mayor : mencampur enitrosit donor (aglutinongen donor) dengan serum


resipien (aglutinin resipien)
2. Crossmatch minor : mencampur eritrosit resipien (aglutinongen resipien) dengan
serum donor (aglutinin donor)
Cara menilai hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut:
-

Bila kedua pemeriksaan (crossmatch mayor dan minor tidak mengakibatkan aglutinasi
eritrosit, maka diartikan bahwa darah donor sesuai dengan darah resipien sehingga
transfusi darah boleh dilakukan, bila crossmatch mayor menghasilkan aglutinasi,
tanpa memperhatikan hasil Crossmatch minor, diartikan bahwa darah donor tidak
sesuai dengan darah resipien sehingga transfusi darah tidak dapat dilakukan dengan

menggunakan darah donor itu.


Bila Crossmatch mayor tidak

menghasilkan

aglutinasi,

sedangkan

dengan

Crossmatch minor terjadi aglutinasi, maka Crossmatch minor harus diulangi dengan
menggunakan serum donor yang diencerkan. Bila pemeriksaan terakhir ini ternyata
tidak menghasilkan aglutinasi, maka transfusi darah masih dapat dilakukan dengan
menggunakan darah donor tersebut. Bila pemeriksaan dengan serum donor yang
diencerkan

menghasilkan

aglutinasi,

maka

darah

donor

itu tidak dapat ditransfusikan.

15

KOMPLIKASI TRANFUSI DARAH


1. Reaksi transfusi darah secara umum

Tidak semua reaksi transfusi dapat dicegah. Ada langkah-langkah tertentu yang
perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya reaksi transfusi, walaupun demikian tetap
diperlukan kewaspadaan dan kesiapan untuk mengatasi setiap reaksi transfusi yang
mungkin terjadi. Ada beberapa jenis reaksi transfusi dan gejalanya bermacam-macam
serta dapat saling tumpang tindih. Oleh karena itu, apabila terjadi reaksi transfusi, maka
langkah umum yang pertama kali dilakukan adalah menghentikan transfusi, tetap
memasang infus untuk pemberian cairan NaCl 0,9% dan segera memberitahu dokter jaga
dan bank darah.
2. Reaksi Transfusi Hemolitik Akut

Reaksi transfusi hemolitik akut (RTHA) terjadi hampir selalu karena


ketidakcocokan golongan darah ABO (antibodi jenis IgM yang beredar) dan sekitar 90%nya terjadi karena kesalahan dalam mencatat identifikasi pasien atau unit darah yang akan
diberikan.
Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHA adalah demam dengan atau tanpa
menggigil, mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine berkurang,
hemoglobinuria, dan hipotensi. Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi renjatan
(shock), koagulasi intravaskuler diseminata (KID), dan/atau gagal ginjal akut yang dapat
berakibat kematian.
Untuk mengatasi hal tersebut perlu dilakukan tindakan sebagai berikut:

(a) meningkatkan perfusi ginjal,


(b) mempertahankan volume intravaskuler,
(c) mencegah timbulnya DIC.2,3
3. Reaksi Transfusi Hemolitik Lambat

Reaksi transfusi hemolitik lambat (RTHL) biasanya disebabkan oleh adanya


antibodi yang beredar yang tidak dapat dideteksi sebelum transfusi dilakukan karena
titernya rendah. Reaksi yang lambat menunjukkan adanya selang waktu untuk

16

meningkatkan produksi antibodi tersebut. Hemolisis yang terjadi biasanya ekstravaskuler.


(1)

Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat, ikterus, dan
kadang-kadang hemoglobinuria. Biasanya tidak terjadi hal yang perlu dikuatirkan karena
hemolisis berjalan lambat dan terjadi ekstravaskuler, tetapi dapat pula terjadi seperti pada
RTHA. Apabila gejalanya ringan, biasanya tanpa pengobatan. Bila terjadi hipotensi,
renjatan, dan gagal ginjal, penatalaksanaannya sama seperti pada RTHA.(4)
4. Reaksi Transfusi Non-Hemolitik

a. Demam
Demam merupakan lebih dari 90% gejala reaksi transfusi. Umumnya ringan dan
hilang dengan sendirinya. Dapat terjadi karena antibodi resipien bereaksi dengan leukosit
donor. Demam timbul akibat aktivasi komplemen dan lisisnya sebagian sel dengan
melepaskan pirogen endogen yang kemudian merangsang sintesis prostaglandin dan
pelepasan serotonin dalam hipotalamus. Dapat pula terjadi demam akibat peranan sitokin
(IL-1b dan IL-6). Umumnya reaksi demam tergolong ringan dan akan hilang dengan
sendirinya.
b. Reaksi alergi
Reaksi alergi (urtikaria) merupakan bentuk yang paling sering muncul, yang tidak
disertai gejala lainnya. Bila hal ini terjadi, tidak perlu sampai harus menghentikan
transfusi. Reaksi alergi ini diduga terjadi akibat adanya bahan terlarut di dalam plasma
donor yang bereaksi dengan antibodi IgE resipien di permukaan sel-sel mast dan
eosinofil, dan menyebabkan pelepasan histamin. Reaksi alergi ini tidak berbahaya, tetapi
mengakibatkan rasa tidak nyaman dan menimbulkan ketakutan pada pasien sehingga
dapat menunda transfusi. Pemberian antihistamin dapat menghentikan reaksi tersebut.
c. Reaksi anafilaktik
Reaksi yang berat ini dapat mengancam jiwa, terutama bila timbul pada pasien
dengan defisiensi antibodi IgA atau yang mempunyai IgG anti IgA dengan titer tinggi.
Reaksinya terjadi dengan cepat, hanya beberapa menit setelah transfusi dimulai. Aktivasi
komplemen dan mediator kimia lainnya meningkatkan permeabilitas vaskuler dan
konstriksi otot polos terutama pada saluran napas yang dapat berakibat fatal. Gejala dan
tanda reaksi anafilaktik biasanya adalah angioedema, muka merah (flushing), urtikaria,
gawat pernapasan, hipotensi, dan renjatan.
Penatalaksanaannya adalah :
(1) Menghentikan transfusi dengan segera,
(2) Tetap infus dengan NaCl 0,9% atau kristaloid,
17

(3) Berikan antihistamin dan epinefrin.

BAB III
KESIMPULAN
Transfusi darah adalah suatu rangkaian proses pemindahan darah donor ke dalam sirkulasi
darah resipien sebagai upaya pengobatan. Darah juga mempunyai peran penting dalam tubuh
begitu juga hal nya tujuan dari transfusi darah tersebut. Darah dapat pula disimpan dalam
bentuk komponen-komponen darah yaitu: eritrosit, leukkosit, trombosit, plasma dan faktorfaktor pembekuan darah dengan proses Refrigerated Centrifuge. Gejala dan tanda yang dapat
timbul pada Reaksi Tranfusi Hemolitik Akut adalah demam dengan atau tanpa menggigil,
mual, sakit punggung atau dada, sesak napas, urine berkurang, hemoglobinuria, dan
hipotensi. Gejala dan tanda yang dapat timbul pada RTHL adalah demam, pucat, ikterus, dan
kadang-kadang hemoglobinuria. Reaksi transfusi Non Hemolitik seperti demam, reaksi
alergi, reaksi anafilatik.

18

Daftar isi
1. Latief SA, Suryadi KA, Cachlan MR. Petunjuk Praktis Anestesiologi Edisi Kedua,
Jakarta : Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif FKUI : 2002
2. Ramelan S, Gatot D, Transfusi Darah Pada Bayi dan Anak dalam Pendidikan
Kedokteran berkelanjutan (Continuing Medical Education) Pediatrics Updates, 2005,
Jakarta, IDAI cabang Jakarta, halaman: 21-30
3. Gary, R Strange, William R, Steven L, 2002, Pediatric Emergency Medicine, 2 nd
edition. Boston: Mc Graw Hill, halaman: 527-529
4. Sudarmanto B, Mudrik T, AG Sumantri, Transfusi Darah dan Transplantasi dalam Buku
Ajar Hematologi- Onkologi Anak, 2005, Jakarta, Balai Penerbit IDAI, halaman: 217225
5. Palang

Merah

Indonesia.

Pelayanan

Transfusi

Darah,

2002.

http://www.palangmerah.org/pelayanan transfusi.asp
6. Hoffbrand, A.V. Kapita selekta Hematologi; oleh A.V Hoffbrand dan J.E. Pettit; alih
bahasa, Iyan Darmawan. Ed.2.-Jakarta:EGC 1996.

19

Vous aimerez peut-être aussi