Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Faisal Zakiri
NPM: 1102012080
Bidang Kepeminatan : Geriatri
Tutor: dr. Hj. Sri Hastuti, M. Kes
Latar Belakang
Menurut WHO, prevalensi usia lanjut lebih dari 60 tahun meningkat lebih cepat
dibandingkan populasi kelompok umur lainnya karena peningkatan angka harapan hidup dan
penurunan angka kelahiran. Data demografi dunia menunjukkan peningkatan populasi usia
lanjut 60 tahun atau lebih meningkat tiga kali lipat dalam waktu 50 tahun; dari 600 juta pada
tahun 2000 menjadi lebih dari 2 miliar pada tahun 2050. Hal itu menyebabkan populasi usia
lanjut lebih atau sama dengan 80 tahun meningkat terutama di negara maju . Di Asia
prevalensi sarkopenia 8%-22% pada perempuan dan 6%-23% pada laki-laki.
(Chien M-Y, Huang T-Y, Wu Y-T, 2008).
Proporsi usia lanjut meningkat 6% pada tahun 1950-1990 dan menjadi 8% saat ini.
Proporsi tersebut diperkirakan naik menjadi 13% pada tahun 2025 dan menjadi 25% pada
tahun 2050. Pada tahun 2050 seperempat penduduk Indonesia merupakan penduduk usia
lanjut, dibandingkan seperduabelas penduduk Indonesia saat ini (Abikusno N, 2007). Juga
dilaporkan pada sebuah press bahwa jumlah pasien dengan kekuatan genggam tangan yang
rendah sebesar 8% dan mobilitas terbatas sebesar 2,8% dari 251 pasien geriatri rawat jalan.
(Setiati S, Seto E, Sumantri S, 2013)
Istilah sarcopenia (dari bahasa Yunani yang sarx berarti otot dan penia yang berarti
kehilangan) digunakan oleh Rosenberg dalam mengidentifikasi menurunnya massa dan
fungsi otot yang terkait dengan umur. Sarcopenia ditentukan oleh dua factor: massa awal otot
dan derajat pengurangan massa otot yang diikuti umur. Derajat berkurangnya massa otot
dengan umur tampak cukup konsisten, dengan rata-rata 1-2% per tahun dengan umur 50
tahun keatas. (Marcell T, 2003)
Presentasi Kasus
IDENTITAS PASIEN
Pasien 1
Pasien 2
Nama
: Ny. T
Usia
: 90 Tahun
Pekerjaan
: Asisten Rumah
Tangga
Pendidikan
: Tidak Sekolah
Alamat
: Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulya 1
Status
: Belum Menikah
Keluarga
: Tidak Ada
Agama
: Islam
Ruang
: Wisma Asoka
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1
No. Rekam Medis
: Tidak diketahui
Riwayat Alergi
: Tidak Ada
Riwayat Masuk
: Tidak Diketahui
Masuk Panti Tahun : 2013
Nama
: Ny. C
Usia
: 72 Tahun
Pekerjaan
: Tidak Bekerja
Pendidikan
: SMA
Alamat
: Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulya 1
Status
: Tidak Diketahui
Keluarga
: Tidak Diketahui
Agama
: Islam
Ruang
: Wisma Dahlia
Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1
No. Rekam Medis
: Tidak Diketahui
Riwayat Alergi
: Tidak Ada
Riwayat Masuk
: Rujukan dari
Rumah Sakit Khusus Daerah Duren Sawit
Masuk Panti Tahun : 2015
Anamnesa
Ny. T, umur 90 tahun, penghuni ruangan Asoka, sudah berada di Panti Sosial TresnaWerdha
Budi Mulia 1 sejak tahun 2013, tidak pernah menikah, beragama Islam, Suku Jawa, dan tidak
pernah sekolah. Setelah dilakukan wawancara, Ny. T mengeluh tidak kuat berdiri lama, dan
sendinya dirasakan kaku dan terkadang sakit jika berjalan. Didapati bahwa Ny. T menderita
gout arthritis. Keadaan ini sudah Ny. T rasakan dari sebelum beliau dimasukkan ke Panti
Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1. Beliau sebelumnya berprofesi sebagai asisten pembantu
rumah tangga, tetapi tidak ditemukan adanya keadaan sarcopenia atau atrofi otot pada beliau.
Beliau mengaku tidak pernah berolahraga, hanya melakukan tugasnya sebagai asisten rumah
tangga. Beliau mengaku suka mengikuti senam pagi yang dilakukan oleh Panti Sosial Trensa
Werdha 1 namun dia tidak kuat untuk melakukannya dengan berdiri sehingga dia
berpartisipasi sambil duduk.
Ny. C, umur 72 tahun, penghuni ruangan Dahlia, sudah berada di Panti Sosial Tresna Werdha
Budi Mulia 1 sejak Februari 2015, agama Islam, suku Aceh, pendidikan terakhir SMA namun
tidak pernah bekerja. Beliau terdiagnosis dengan skizofrenia namun masih bisa diajak
berbicara. Beliau memiliki keadaan yang berbeda dibandingkan Ny. T. Setelah dilakukan
wawancara, Ny. C mengaku jarang melakukan olahraga saat masa mudanya karena dianggap
tidak penting dan sekarang sudah tidak kuat untuk berjalan sehingga otot-otot tungkainya
mengalami pengecilan atau atrofi. Beliau mengaku tidak pernah mengikuti program senam
pagi yang dilaksanakan oleh Panti Sosial Tresna Werdha karena sudah tidak kuat berjalan
untuk ke tempat dilaksanakannya senam tersebut.
Pemeriksaan Fisik
Pasien 1 Ny. T
1. Keadaan umum
Kesadaran
: Baik
: Compos Mentis
2. Vital Sign
Tekanan Darah
Suhu
Pernafasan
Nadi
: 150/80 mmHg
: 36o C
: 20x/menit
: 84x/menit
3. Status Gizi
Berat Badan
: 78 Kg
Tinggi Badan
: 155 cm
Indeks Massa Tubuh : 32, 46 Kg/m2
4. Status Generalis
Rambut
Mata
Hidung
: Bersih
: Bersih
: Normal
Mulut
Gigi
Urogenitalis
: Bersih
: Normal
: Normal
Pemeriksaan Penunjang: Didapatkan pada hasil laboratorium kadar asam urat 10,5mg/dL
Riwayat Keluarga
: Tidak Diketahui
Pasien 2 Ny. C
1. Keadaan umum
Kesadaran
: Baik
: Compos Mentis
2. Vital Sign
Tekanan Darah
Suhu
Frekuensi Nafas
Frekuensi Nadi
: Tidak Diketahui
: Tidak Diketahui
: 20x/menit
: 80x/menit
3. Status Gizi
Berat Badan
: Tidak Diketahui
Tinggi Badan
: Tidak Diketahui
Indeks Massa Tubuh : Tidak Diketahui
4. Status Generalis
Rambut
Mata
Hidung
Mulut
Gigi
Urogenitalis
: Bersih
: Bersih
: Normal
: Bersih
: Normal
: Normal
Diskusi
Faal Kontraksi dan Relaksasi Otot
Figur 1. Proses Fleksi dan Relaksasi Otot oleh Aktin dan Jembatan Miosin.
1. Penguraian ATP terjadi di jembatan silang myosin sebelum jembatan berikatan dengan
molekul aktin. ADP dan Fosfat inorganic (Pi) tetap terikat ke myosin, dan energy yang
dihasilkan disimpan di jembatan silang untuk menghasilkan myosin yang berenergi tinggi.
2. Ketika serat otot mengalami eksitasi, Ca2+ menarik kompleks troponin-tropomiosin
menjauhi posisinya yang menyumbat sehingga jembatan silang myosin yang berenergi dapat
berikatan dengan molekul aktin. Kecuali jika tidak adanya eksitasi Ca2+ dan otot tidak
terangsang, maka troponin dan tropomiosin tetap berada dalam posisinya yang menghambat
sehingga aktin dan jembatan silang myosin tidak saling berikatan dan tidak terjadinya
kayuhan oleh jembatan silang myosin (Fase Istirahat).
3. Kontak antara aktin serta myosin ini menyebabkan menekuknya jembatan silang myosin
sehingga terjadinya kayuhan bertenaga oleh jembatan silang myosin.
4. Setelah terjadi kontak antara aktin serta myosin serta terjadinya kayuhan bertenaga, Pi dan
ADP dibebaskan dari myosin yang menyebabkan ATPase myosin bebas untuk mengikat ATP
yang lain. Aktin dan Miosin tetap berikatan di jembatan silang sampai molekul ATP baru
melekat ke myosin pada akhir kayuhan bertenaga. Perlekatan molekul ATP baru
memungkinkan jembatan silang terlepas, yang mengembalikannya ke bentuk semula (tidak
menekuk), siap untuk melakukan siklus baru. Namun jika tidak adanya ATP segar yang
menempel pada myosin untuk melepaskan ikatan antara aktin dan myosin, maka aktin dan
myosin akan tetap berikatan sehingga menyebabkan keadaan yang dinamakan kaku mayat
(Rigor Mortis). (Sherwood,2007)
Terjadinya Atrofi Otot
Jika suatu otot tidak digunakan, maka kandungan aktin dan miosinnya akan berkurang,
seratnya menjadi lebih kecil, dan karenanya menjadi atrofi (massa berkurang) dan lebih
lemah. Disuse atrophy terjadi ketika suatu otot tidak digunakan dalam waktu yang lama
meskipun tidak ada masalah dalam persayarafannya, seperti dikarenakan saat pasien
diharuskan melakukan tirah baring dalam waktu yang lama (Sherwood, L. ,2007).
akibat kontraktur sendi. Keketatan otot betis sering memperlambat gerak dorso-fleksi dan
timbulnya kekuatan otot dorsofleksor sendi lutut yang diperlukan untuk mencegah jatuh ke
belakang. Oleh karena itulah latihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari
program latihan/olah raga pagi bagi lanjut usia.
e. Keseimbangan (balance) : Keseimbangan merupakan penyebab utama yang sering
mengakibatkan seorang lanjut usia mudah jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan
motorik yang dihasilkan oleh berbagai factor, diantaranya input sensorik dan kekuatan otot.
Keseimbangan juga bisa dianggap sebagai penampilan yang tergantung atas aktivitas atau
latihan yang terus menerus dilakukan. Keseimbangan menurun dengan lanjutnya usia, yang
bukan hanya karena menurunnya kekuatan otot atau akibat penyakut yang diderita. Latihan
yang dapat membantu memperbaiki keseimbangan ini seperti gerakan menyandar, berbalik,
dan mengangkat, serta gerakan yang bersifat membawa perturbasi, misalnya mendorong ke
berbagai arah untuk menstimulasi tanggapan postural yang benar. (Martono H, 2014).
Aspek Agama Islam
Dalam Islam olahraga dianjurkan oleh Nabi Muhammad SAW seperti olahraga berenang,
memanah, berlari, berkuda, bergulat, dan sebagainya.
Olahraga bertujuan untuk menjadikan manusia sehat dan kuat. Dalam Islam, sehat dipandang
sebagai nikmat kedua terbaik setelah Iman. Selain itu, banyak ibadah dalam Islam
membutuhkan tubuh yang kuat seperti shalat, puasa, haji, dan juga jihad.
Allah berfirman:
Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi dan dari
kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan persiapan itu) kamu menggetarkan
musuh Allah. (Q.S. 8:60)
Muslim dalam Shahihnya meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau bersabda:
"Orang Mukmin yang kuat adalah lebih baik dan lebih dicintai Allah daripada orang Mukmin
yang lemah".
Ath-Thabrani, dengan sanad jayyid meriwayatkan dari Rasulullah saw. bahwa beliau
bersabda:
"Segala sesuatu yang bukan dari dzikir kepada Allah adalah permainan yang melalaikan atau
melupakan kecuali empat perkara. Berjalannya seseorang antara dua tujuan
(untuk) memanah, berlatih menunggang kuda, bercumbu rayu dengan istrinya, dan
mengajarkan renang/belajar renang".
Dapat disimpulkan bahwa Allah SWT menyuruh kita untuk mempersiapkan diri dengan
apapun yang kita sanggupi untuk melawan musuh-musuh Allah. Dan Rasulullah SAW,
menyarankan kita untuk berolahraga memanah, berlatih menunggang kuda dan berenang.
Simpulan
Pada kedua sampel lanjut usia yang telah di wawancara, keduanya mengaku jarang
berolahraga. Namun Ny. T, dikarenakan sebelumnya bekerja sebagai asisten rumah tangga
yang banyak melibatkan aktifitas fisik, tidak mengalami atrofi otot di tungkainya dan juga
dia masih berkemauan untuk mengikuti senam yang dilakukan oleh Panti Sosial Tresna
Werdha Budi Mulya 1. Sedangkan Ny. C, dikarenakan sudah tidak kuat berjalan, terjadinya
atrofi otot, dan tidak berkemauan untuk mengikuti senam yang dilakukan oleh Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulya 1 karena mengganggap tidak penting, walaupun di agama Islam,
Allah SWT sudah menyuruh umatnya untuk melatih diri dalam melawan musuh Allah dan
Rasulullah juga menyarankan umatnya untuk berolahraga. Tentunya peran dari pengelola dan
staff Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 1 untuk membantu para lanjut usia yang masih
ingin mengikuti senam demi menjaga kebugaran dan mengisi waktu dengan aktivitas fisik,
dan diharapkan dengan kesadaran para lansia dan kegiatan senam yang teratur, para lansia
tidak mengalami sarcopenia atau atrofi otot.
Saran
Diperlukannya bantuan oleh sesama lansia dan/atau oleh staff serta pengelola Panti Sosial
Tresna Werdha Budi Mulya 1 kepada lansia dalam melaksakan senam pagi atau aktifitas fisik
serta untuk saling mengingatkan pentingnya olahraga di usia lanjut. Dikarenakan kurangnya
alat seperti kursi roda untuk mencapai tempat pelaksanaan senam ataupun kesadaran para
lansia yang kurang bahwa aktifitas fisik ataupun olahraga penting dalam menjaga keadaan
tubuh serta melatih kekuatan otot sehingga kemandirian dalam bergerak dan berjalan para
lansia dapat dicapai tanpa perlu bantuan alat maupun bantuan personil. Terakhir, dengan
mendekatkan diri kepada Allah lewat Al-Quran dan bertumpu dengan Hadits, akan tumbuh
rasa untuk menyiapkan dan melatih diri dalam melawan musuh-musuh Allah yang salah
satunya adalah dengan berolahraga.
wawancara untuk kebutuhan case report saya ini. Serta untuk teman-teman kelompok
geriatric 4 yang saling membantu dan semoga sukses akan apa yang dicita-citakan.
Daftar Pustaka
1. Al-Quran, Surat Al-Anfal, ayat 60.
2. Landi F, et al. Prevalence and Risk Factors of Sarcopenia Among Nursing Home Older
Residents; Oxford University Press on behalf of The Gerontological Society of America;
London; 2011. Page 48-49