Vous êtes sur la page 1sur 4

Nyeri Tenggorok Akibat Intubasi Endotrakeal

Nyeri tenggorok akibat intubasi endotrakeal termasuk urutan ke-8 pada daftar hasil akhir
akibat operasi yang paling dihindari oleh pasien akibat mual, tersadar selama operasi, batuk
saat masih dengan pipa endotrakeal, menggigil, muntah, kelemahan yang tersisa dan
somnolen. Komplikasi minor ini belum dapat dicegah sepenuhnya dan masih dicari cara
penanganannya. Walaupun bukan suatu yang gawat dan tidak menimbulkan kecacatan, nyeri
tenggorok ini bisa menjadi keluhan utama jika nyeri pada luka operasi bisa terkontrol dengan
baik. Komplikasi ini bisa menyebabkan ketidakpuasan dan ketidaknyamanan pasien serta
bisa memperlambat kembalinya aktifitas rutin pasien akibat pulang dari rumah sakit.
Nyeri tenggorok akibat intubasi endotrakeal adalah nyeri inflamasi yang menyebabkan rasa
tidak nyaman, rasa gatal di tenggorok dan dapat menimbulkan rasa sakit pada saat menelan
akibat intubasi endotrakeal. Hal ini terjadi karena trauma pada tonsil, faring, lidah, laring dan
trakea. Pada keluhan nyeri tenggorok yang terjadi adalah trauma mukosa trakea akibat
intubasi endotrakeal.1
Trauma merupakan faktor etiologi yang penting pada nyeri tenggorok dan suara serak akibat
intubasi, dan ditemukan adanya edema dan memar tenggorok pada penderita yang mengeluh
nyeri tenggorok akibat intubasi. Tenggorok dapat luka waktu intubasi karena manipulasi.
Trauma dapat terjadi waktu laringoskopi langsung dan intubasi yang dilakukan karena kurang
relaksasi otot. Sebab lain trauma faring mungkin disebabkan karena pergeseran yang
berlebihan antara pipa endotrakeal dan mukosa faring. Gerakan kepala yang berlebihan ini
dihubungkan dengan lokasi pembedahan di kepala dan leher.
Patofisiologi nyeri tenggorok dan suara serak disebabkan oleh berbagai faktor yaitu:
1. Laringoskopi, pemasangan pipa lambung atau suctioning yang bersifat traumatik yang
bisa melukai mukosa faring-laring.
2. Tekanan intrakaf dan desain kaf mengurangi perfusi kapiler mukosa trakea sehingga
menyebabkan iskemia pada mukosa trakea.
Kaf yang high pressure memiliki hubungan dengan iskemik dan kerusakan mukosa
trakea sehingga kurang cocok untuk intubasi yang lama. Keuntungan dari kaf low
pressure yaitu tekanan yang kira-kira sama dengan tekanan pada dinding trakeal sehingga
dengan pemantauan tekanan kaf maka tekanan dinding trakeal dapat diatur sesuai dengan

tekanan kaf sehingga tipe ini lebih dianjurkan dalam pemakaiannya karena kurang
menyebabkan kerusakan mukosa trakea.
Difusi Nitrous Oxide (N2O) ke dalam kaf pipa endotrakeal mengakibatkan
peningkatan tekanan intrakaf. Tekanan intrakaf yang berlebihan akan mengganggu perfusi
mukosa meyebabkan kerusakan trakea sehingga menimbulkan nyeri tenggorok.
3. Kontak pipa endotrakeal dengan pita suara dan dinding faring bagian posterior serta
jaringan disekitarnya bisa mengakibatkan iritasi atau trauma pada tonsil, faring, laring
atau trakea.
2.4 Faktor yang mempengaruhi dan patofisiologi nyeri tenggorok dan suara serak
akibat intubasi endotrakeal.
Faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri tenggorok dan suara serak yaitu:
1. Jenis kelamin
Dari beberapa penelitian didapatkan insiden pada wanita lebih besar daripada laki-laki.
Hal ini disebabkan karena lapisan mukosa pada wanita lebih tipis sehingga lebih mudah
mengalami edema.
2. Umur
Semakin bertambahnya umur kemungkinan timbulnya kelainan atau penurunan fungsi
organ tubuh makin meningkat, seperti adanya diabetes mellitus atau penyakit vaskuler.
Berdasarkan penelitian Ahmed dkk mendapatkan bahwa insiden nyeri tenggorok lebih
sering ditemukan pada usia yang lebih tua (>60 tahun) daripada usia di bawahnya (18-60
tahun).
3. Pasien dengan penyakit kronis yang berat
Pada hal ini terjadi penurunan perfusi jaringan, sehingga intubasi pada pasien ini mudah
sekali mengalami trauma jaringan, mudah terjadi nekrosis dan ulserasi jaringan.
4. Kebiasaan merokok
Merokok meningkatkan resiko terjadinya komplikasi jalan nafas pada pasien akibat
operasi.
5. Hal - hal yang berhubungan dengan intubasi endotrakeal seperti prosedur, intubasi,
keterampilan pelaku intubasi, kesulitan intubasi, pipa endotrakeal dan obat -obatan
anestesi.
6. Faktor pembedahan.

Insiden nyeri tenggorok lebih besar akibat operasi disebabkan oleh pergerakan yang lebih
besar dan pipa endotrakeal dalam trakea.
2.5. Pencegahan Nyeri Tenggorok dan Suara Serak Akibat Intubasi Endotrakeal
Berbagai macam usaha pencegahan telah dilakukan baik nonfarmakologik maupun
farmakologik untuk mengurangi insiden dan derajat nyeri tenggorok dan suara serak dengan
hasil yang bervariasi.
Metode nonfarmakologik yang dilakukan untuk mengurangi insiden nyeri tenggorok
dan suara serak akibat intubasi endotrakeal seperti
1. Menghindari trauma baik yang terjadi pada saat laringoskopi, intubasi, dan selama pipa
endotrakeal terpasang maupun pada saat ekstubasi. Trauma yang timbul karena
pergeseran pipa yang berlebihan dengan mukosa jalan nafas mungkin dapat dikurangi
dengan memakai pipa endotrakeal yang licin, pipa endotrakeal sesuai ukuran, dan fiksasi
pipa endoktrakeal yang baik, tidak menggunakan stylet, dan mencegah ekstensi atau
fleksi kepala dan leher yang berlebihan.
2. Tekanan kaf yang menetap dan kuat pada dinding trakea dapat dicegah dengan kaf
tekanan rendah yang diinflasi di bawah kartilago krikoid. Kaf harus dikempiskan tiap jam
dan pipa endotrakeal yang digunakan tidak terlalu besar sehingga iskemia yang timbul
pada dinding trakea dapat dicegah.
3. Sebelum ekstubasi suctioning orofaring dengan hati-hati, meminimalkan tekanan intrakaf
dan ekstubasi apabila kaf pipa endotrakeal benar-benar kempes.
4. Untuk pasien perokok berat perlu persiapan pra anastesi yang baik karena komplikasi
pada jalan nafas atas, insidennya 6 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
merokok.
5. Intubasi endotrakeal dilakukan oleh orang yang berpengalaman.
Metode farmakologik yang dilakukan untuk mengurangi insiden nyeri tenggorok dan
suara serak akibat intubasi endotrakeal seperti :
1. Menghindari pemakaian obat-obat premedikasi golongan antikolinergik, karena dapat
menyebabkan berkurangnya sekresi kelenjar sehingga mukosa tenggorok menjadi lebih
kering. Memperhatikan kelembaban gas anestesi karena jika kelembabannya kurang dapat
mengakibatkan keringnya mukosa.
2. Menghindari pemakaian pelumas maupun semprot yang mengandung lidokain dengan
tujuan untuk mengurangi trauma waktu intubasi. Beberapa peneliti menganjurkan untuk

menghindari pemakaian pelumas maupun semprot yang mengandung lidokain karena


lidokain spray mengandung adiktif etanol dan mentol yang bisa menyebabkan nyeri
tenggorok dan tidak ada kemampuan antiinflamasi intrinsik.
3. Menggunakan obat pelumpuh otot saat intubasi endotrakeal. Hal yang perlu diperhatikan

yaitu bila pasien mengedan/melawan pada saat pipa endotrakeal terpasang perlu induksi
yang cukup sebelum intubasi, pemberian pelumpuh otot yang adekuat sehingga relaksasi
penuh pada waktu intubasi dan selama pemeliharaan. Combes dkk mendapatkan
penggunaan pelumpuh otot untuk intubasi endotrakeal mengurangi insiden keluhan efek
samping jalan nafas atas dan membuat kondisi intubasi lebih bagus.

Vous aimerez peut-être aussi