Vous êtes sur la page 1sur 23

BAB I

STATUS PASIEN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT ANAK
Nama Mahasiswa

: M. Lefi Perdana

NIM

: 11101-033

Tanggal

: 2 Januari 2015

Rumah Sakit

: RSIA Zainab

I. IDENTITAS
Nama

: An. Kenzie Ethan Febriansyah

Umur

: 1 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki


Alamat

: Komolek Lanud Rsn

Masuk RS

: 30 Desember 2014

No. CM

: 141200833

Tgl. Diperiksa : 30 Desember 2014 - 02 Januari 2015


Nama Ayah

: Yodie Triano

Umur

:-

Pendidikan

:-

Pekerjaan

: TNI

Nama Ibu

:-

Umur

:-

Pendidikan

:-

Pekerjaan

:-

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis terhadap orang tua pasien yakni Ayah dan Ibunya.

A. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama

Sesak nafas sejak 6 jam yang lalu.


2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak nafas sejak 6 jam yang lalu ketika pada malam hari, batuk berdahak
berwarna agak kecokelatan sejak 1 hari yang lalu dan pilek sejak 2 hari yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Keluarga

Bibi pasien pernah menderita penyakit asma pada umur 11 tahun.


Kesan

4. Silsilah/Ikhtisar keturunan
Kesan

::-

5. Riwayat Pribadi
:
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat kehamilan : Pasien seorang anak tunggal
Riwayat persalinan : Pasien lahir dengan normal, prematur 6
bulan dengan BBL 1100gr atau BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah /

<2500gr).
Riwayat pasca lahir : Kesan
:-

6. Riwayat Makanan
:
ASI ekslusif dan alergi terhadap makanan laut.
Kesan
:7. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak :
Pertumbuhan
: Perkembangan psikomotor
:Motorik kasar
: Hiperaktif
Motorok
:Bicara
:Social
: Mental / Intelegensia : Superior
Emosi dan perilaku : Kesan
:8. Imunisasi
a. BCG
b. DPT
c. Polio

:
:..........hari, sakar :......x......mm,
:..........X
umur :..................
:..........X
umur :..................

di :................
di :................
di :................

d. Hepatitis B:..........X
e. Campak :..........X
f. Booster
:
Simpulan : -

umur :..................
umur :..................

di :................
di :................

9. Riwayat Penyakit Dahulu


:
Pasien belum pernah menderita sakit seperti ini sebelumnya.
I.
Penyakit
a. Diare
:b. Campak
:c. ISPA
:d. Parotitis
:e. Hepatitis
:f. Demam Tifoid
:g. Malaria
:h. Demam Berdarah
:II.
Riwayat Mondok
:III.
Riwayat Operasi
:10. Social Ekonomi dan Lingkungan
:
Social Ekonomi
: Lingkungan
: Migrasi dari Jakarta ke Pekanbaru Riau.
Kesan
:11. Anamnesis System
System Serebrospinal
: System Kardiovaskular : System Pernafasan
:
Sesak nafas dan batuk pilek.
System Gastrointestinal : System Urogenital
: Sytem Integumentum
:
Alergi.
System Musculoskeletal : III.

PEMERIKSAAN JASMANI
A. Pemeriksaan Umum (dilakukan pada tanggal : 30 Desember
2014 jam 17.30 WIB).
1. Kesadaran Umum
2. Tanda Utama
Nadi
Pernapasan
Tekanan Darah

: Compos Mentis
:
: 112 x/menit
: 35 x/menit
:-

Suhu
: 36,7 C
3. Status Gizi
:
Berat Badan
: 8,4 kg
Panjang Badan
: Lingkar Kepala
: Lingkar Lengan Atas: Simpulan
:4. Kulit
: Turgor baik
5. Kelenjer Limpa
:6. Otot
:7. Tulang
:8. Sendi
:B. Pemeriksaan Khusus
1. Leher
2. Dada
Jantung
Simpulan
Paru-paru
Depan
Belakang
Simpulan
3. Perut
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hati
Limpa
Perkusi
Simpulan
4. Anogenital
a. Anus
b. Genital
Simpulan
5. Anggota Gerak
Tungkai Kanan
Tungkai Kiri
Lengan Kanan
Lengan Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Klonus

::
:::: Rhonki (-/-) dan Wheezing (+/+)
:::
:: Bising Usus (-)
::::::
::::
:::::::::::-

Tanda Maningeal
Sensibilitas
Kesimpulan
6. Kepala
Bentuk
Lingkar Kepala
Rambut
Ubun-ubun
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Gigi
Kesimpulan
IV.

LABORATORIUM DASAR
Darah
:
Hb
: 11,6 gr/dl

::::
::::: Konjungtiva Anemis (-/-)
: Nafas Cuping (+/+)
:::::-

N : 13,5 gr/dl (lk)


N : 16,5 gr/dl (pr)
Leukosit
: 11,8 gr/dl
N : 3,5 gr/dl (lk)
N : 10,9 gr/dl (pr)
Eosinofil
:1
N : 0-3
Basofil
:0
N : 0-1
Stb
:2
N : 2-6
Segmen
: 79
N : 50-70
Limfosit
: 14
N :20-40
Monosit
:4
N : 2-8
Eritrosit
: 5,06 %
N : 4,37% (lk)
N : 5,63% (pr)
6
6
Thrombosit
: 291 10 /mm
N : 145 106/mm6 (lk)
N : 355 106/mm6 (pr)
Ht
: 36,8%
N : 41% (lk)
N : 50% (pr)
MCV
: 73
N : 81 (lk)
N : 99 (pr)
MCH
: 22,9 pg
N : 27,0 pg (lk)
N : 31,0 pg (pr)
MCHC
: 31,5 gr/dl
N : 31,0 gr/dl (lk)
N : 37,0 gr/dl (pr)
RDW
: 14,8%
N : 11,4% (lk)
N : 14,5% (pr)
MPV
: 7,7
N : 6,5 (lk)
N : 9,5 (pr)
Simpulan
: Terjadi peningkatan leukosit (leukositosis)

Urin
Simpulan
Feses
Simpulan

V.

::::-

RINGKASAN DASAR
A. ANAMNESIS
Pasien sesak nafas sejak 6 jam yang lalu ketika pada malam hari, batuk
berdahak berwarna agak kecokelatan sejak 1 hari yang lalu dan pilek sejak 2
hari yang lalu.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status present
-

Keadaan umum : tampak sakit sedang


Kesadaran
: compos mentis
RR
: 35 x/menit
Nadi
: 112 x/menit
Suhu
: 36,7 C
Status Generalis
Kepala/leher

Bentuk
Rambut
Muka
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Thorax

: abnormal, simetris
: hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah dicabut
: bulat, simetris
: konjungtiva anemis (-/-)
:: nafas cuping (+/+)
::

Bentuk : normal, simetris


Retraksi interkostal : (+)
Abdomen :

Datar, simetris
Bising usus (-)

Ekstremitas:
-

Akral hangat

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Thorax : Adanya bercak opak pada paru kanan
D. LABORATORIUM
Darah
: Leukositosis
Urin
:Feses
:VI.

DAFTAR PERMASALAHAN
Masalah aktif
: Sesak napas, batuk, pilek
Masalah
: Dada sesak

VII.

DAFTAR PERMASALAHAN/DIAGNOSIS BANDING


1. Hipereaktivitas Bronkus (HRB)
2. Bronkopneumonia
3. Bronkiolitis

VIII. RENCANA PENGELOLAAN


A. Rencana Pemeriksaan/Penegakan Diagnosis
- Co Spesialis
- Cek lab (hasil terlampir)
- Rontgen thorax : AP (hasil terlampir)
- Nebulisasi setiap 8 jam
B. Rencana Terapi
Obat-obatan
:
- Cefotaxime
: 3 x 250 mg i.v.
- Dexamethasone
: 3 x 1,2 mg i.v.
- Nebulisasi(ventolin)
: resp + NaCl 0,5 cc setiap 8 jam
C. Rencana Perawatan
: Rawat inap
D. Rencana Diet
:E. Rencana Edukasi
: Menjelaskan kepada orang tua beberapa hal
yang harus dilakukan jika anak mengalami sesak napas dirumah.
IX.

DIAGNOSIS

: Hipereaktivitas Bronkus (HRB) atau Asma

Bronkial
X.

TERAPI
- Cefotaxime
WIB
- Dexamethasone
WIB

:
: 3 x 250 mg i.v, diberikan pada pukul 18.10
: 3 x 1,2 mg i.v, diberikan pada pukul 18.10

- Nebulisasi

(ventolin)

: resp + NaCl 0,5 cc setiap 8 jam,

diberikan pada pukul 17.00 WIB


XI.

PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
: Ad Bonam
b. Quo ad sanam
: Ad Bonam
c. Quo ad fungsionam : Ad Bonam

XII.

FOLLOW-UP

Tanggal
30-12-2014

Jam
18.25

Follow-up
Pasien diketahui

Instruksi Dokter
batuk IVFD DS ns 8 tpm
Tn/Inj : Cefotaxime
sejak 1 hari yang lalu,
3x250mg i.v.
berdahak (+), sesak dan
Dexamethasone
demam sejak 6 jam yang
3x1,2mg i.v.
lalu, pilek (+)
Nebulisasi
3x/hari
Ar. dr. Yefri, Sp.A
(ventolin) : resp +
Dx : HRB
KU : sdg
NaCl 0,5cc tiap 8 jam.
Kel : sesak
H/
DPL
sudah
Diit : MB k19 + ASI
terlampir.
H/ Rontgen thorax
terlampir

pasang

Oksigen 2 liter/menit.

31-12-2014

06.00

07.50

Ar. dr. Yefri, Sp.A


Dx : HRB
KU : Batuk (+), sesak (+)
Diit : MB k19 + ASI
S : 36,70C, N : 110x/i, RR :

IVFD DS ns 8 tpm
Tn/Inj : Cefotaxime
3x250mg i.v.
Dexamethasone

3x1,2mg i.v.
24x/i, BB :8,4 kg.
Nebulisasi
3x/hari
Dr. Yefri Visite
Nebulizer
3x/hari (ventolin) : resp +
(ventolin) : rosp + NaCl NaCl 0,5cc tiap 8 jam.
H/
DPL
sudah
0,5cc tiap 8 jam.
terlampir.
H/ Rontgen thorax
terlampir + pasang
Oksigen 2 liter/menit.

01-01-2015

06.00

13.10

Ar. dr. Yefri, Sp.A


Dx : HRB
KU : sdg
Kel : Batuk <, sesak <
Diit : NTS
S : 36,60C, N : 110x/i, RR :

IVFD DS ns 8 tpm
Tn/Inj : Cefotaxime
3x250mg i.v.
Dexamethasone
3x1,2mg i.v.
Nebulisasi

23x/i, BB :8,4 kg.


Osp : dr. Yefri, Sp.A u/ (ventolin
ingatkan visite
Beliau : Iya ntar sore ya...

3x/hari
tube

pulmy tube + NaCl


0,5cc)
Pasang

Oksigen

liter/menit.

02-01-2015

06.00

Ar. dr. Yefri, Sp.A


IVFD DS ns 8 tpm
Dx : HRB
Tn/Inj : Cefotaxime
KU : sdg
3x250mg i.v.
Kel : Sesak <, Batuk dan
Dexamethasone
Pilek (+)
3x1,2mg i.v.
S : 36,40C, N : 114x/i, RR :
Nebulisasi
3x/hari
22x/i, BB :8,4 kg.
(ventolin tube +
Diit : NST
pulmy tube + NaCl
0,5cc)
Pasang

Oksigen

liter/menit.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Asma merupakan gangguan saluran napas yang sangat kompleks, tidak
memiliki sifat yang khas, baik gambaran klinis, faktor pencetus, proses
perjalanan penyakit, maupun pola mekanisme terjadinya sangat bervariasi.
Asma memiliki ciri klasik berupa mengi (wheezing), bronkokonstriksi,
terjadinya sembab mukosa dan hipersekresi2.
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, asma adalah suatu
inflamasi kronik saluran napas dimana terdapat berbagai sel inflamasi yang
memegang peranan, terutama sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada individu
yang peka, inflamasi ini menyebabkan episode berulang berupa mengi, sesak
napas, rasa berat didada serta batuk terutama malam hari atau dini hari.

Inflamasi ini juga meningkatkan kepekaan saluran napas terhadap berbagai


rangsangan3.
Asma bronkial adalah gangguan inflamasi kronik pada saluran napas
yang menyebabkan hipereaktivitas saluran napas terhadap berbagai rangsangan
sehingga timbul gejala-gejala pernapasan akibat penyempitan saluran napas
difus yang menimbulkan episode mengi, sesak napas, dada terasa penuh, batuk,
terutama pada malam atau pagi hari dengan derajat bervariasi yang dapat
membaik secara spontan atau dengan pengobatan4.
2.2. Etiologi5
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi
timbulnya serangan asma :
a. Faktor predisposisi
Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum
diketahui bagaimana cara penurunannya. Penderita dengan penyakit alergi
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat rentan terkena penyakit asma jika
terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan misalnya : debu, bulu
binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut misalnya : makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit misalnya : perhiasan,
logam dan jam tangan.
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi
asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya
serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti:

musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja, misalnya : orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.

Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan
aktifitas jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah
menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi
segera setelah selesai aktifitas tersebut.

2.3. Klasifikasi4.
Klasifikasi derajat Asma pada anak :

Asma
Parameter klinis, keb.
episodik jarang
obat & faal paru
1. Frekuensi serangan
<1 kali/bulan

Asma episodik
Sering

Asma persisten

>1 kali/bulan

Sering

2.

Lama serangan

<1minggu

>1minggu

3.

Intensitas serangan

Biasanya ringan

Biasanya sedang

Hampir sepanjang tahun,


tidak ada periode bebas
serangan
Biasanya berat

4.

Diantara serangan

Tanpa gejala

Sering ada gejala

Gejala siang dan malam

5.

Tidur dan aktifitas

Tidak terganggu

Sering terganggu

Sangat terganggu

6.

Pemeriksaan fisik
diluar serangan

Normal ( tidak ditemukan


kelainan)

Mungkin
tergganggu
(ditemukan

Tidak pernah normal

kelainan)
7.

Obat
pengendali(anti
inflamasi)

Tidak perlu

Perlu

Perlu

8.

Uji faal
paru(diluar
serangan)
Variabilitas faal
paru(bila ada
serangan)

PEFatauFEV1>80%

PEFatauFEV1<
60-80%

PEV atau FEV<60%

Variabilitas>15%

Variabilitas>30
%

Variabilitas 20-30%.
Variabilitas >50%

9.

2.4. Patofisiologi6.
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara
lain alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut.
Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom.
Jalur imunologis didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat.
Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut
atopi. Pada asma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel
mast pada interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi,
antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan
antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator
yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan
bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding
bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan
spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas.
Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15
menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan
respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja langsung
pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam
pajanan alergen dan bertahan selama 16-24 jam, bahkan kadang-kadang sampai

beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel T, sel mast dan
Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam patogenesis
asma.
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran
napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel
jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam
submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel
bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma
dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi
udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi
melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa
menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan
Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang
menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi plasma,
hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
Hipereaktivitas

bronkus

merupakan

ciri

khas

asma,

besarnya

hipereaktivitas bronkus tersebut dapat diukur secara tidak langsung, yang


merupakan parameter objektif beratnya hipereaktivitas bronkus. Berbagai cara
digunakan untuk mengukur hipereaktivitas bronkus tersebut, antara lain :
dengan uji provokasi beban kerja, inhalasi udara dingin, inhalasi antigen,
maupun inhalasi zat nonspesifik.

Gambar 1. Patofisiologi Asma Bronkial


2.5. Manifestasi Klinis1.
Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan
gejala klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan
dalam, gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras.
Gejala klasik dari asma bronkial ini adalah sesak nafas, mengi
(whezing), batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada.
Gejala-gejala tersebut tidak selalu dijumpai bersamaan.
Pada serangan asma yang lebih berat , gejala-gejala yang timbul makin
banyak, antara lain : silent chest, sianosis, gangguan kesadaran, hyperinflasi
dada, tachicardi dan pernafasan cepat dangkal . Serangan asma seringkali
terjadi pada malam hari.
2.6. Pemeriksaan Fisik2.

Pada pemeriksaan fisik pasien asma, sering ditemukan :


Mata : Edema palpebra (-), konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-),

refleks pupil (+/+), isokor 3mm.


Mulut : Lidah tidak kotor, tidak hiperemis, tidak tremor, faring tidak

hiperemis.
Leher : JVP : 5-2 cmH2O, tidak terdapat pembesaran KGB
Paru
:
Inspeksi
: Gerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-)
Palpasi
: Fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi
: Sonor diseluruh lapangan paru, batas paru-hepar di

SIC V Linea Midclavicularis Dextra


Auskultasi
: Wheezing (+/+), ekspirasi memanjang, rhonki (-/-)
Jantung
:
Inspeksi
: Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi
: Ictus cordis teraba di SIC V 1 jari medial Linea
Midclavicularis Sinistra
Perkusi
: Batas jantung kanan di SIC IV Linea Sternalis
Dextra, batas jantung kiri di SIC V 1 jari medial Linea

Midclavicularis Sinistra
Abdomen
:
Inspeksi
: Perut datar, venektasi (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising Usus (+) normal
Ekstremitas
: Clubbing finger (-), pitting edema (-).

2.7. Pemeriksaan Penunjang6.


a. Spirometer : Alat pengukur faal paru, selain penting untuk menegakkan
diagnosis juga untuk menilai beratnya obstruksi dan efek pengobatan.
b. X-ray dada/thorax : Dilakukan untuk menyingkirkan penyakit yang tidak
disebabkan asma.
c. Pemeriksaan IgE : Uji tusuk kulit (skin prick test) untuk menunjukkan
adanya antibodi IgE spesifik pada kulit. Uji tersebut untuk menyokong
anamnesis dan mencari faktor pencetus. Uji alergen yang positif tidak
selalu merupakan penyebab asma. Pemeriksaan darah IgE Atopi dilakukan
dengan cara radioallergosorbent test (RAST) bila hasil uji tusuk kulit tidak
dapat dilakukan (pada dermographism).

d. Uji Hipereaktivitas Bronkus/HRB : Pada penderita yang menunjukkan


FEV1 >90%, HRB dapat dibuktikan dengan berbagai tes provokasi.
Provokasi bronkial dengan menggunakan nebulasi droplet ekstrak alergen
spesifik dapat menimbulkan obstruksi saluran napas pada penderita yang
sensitif. Respons sejenis dengan dosis yang lebih besar, terjadi pada subjek
alergi tanpa asma. Di samping itu, ukuran alergen dalam alam yang
terpajan pada subjek alergi biasanya berupa partikel dengan berbagai
ukuran dari 2 um sampai 20 um, tidak dalam bentuk nebulasi. Tes
provokasi sebenarnya kurang memberikan informasi klinis dibanding
dengan tes kulit. Tes provokasi nonspesifik untuk mengetahui HRB dapat
dilakukan dengan latihan jasmani, inhalasi udara dingin atau kering,
histamin, dan metakolin.
2.8. Diagnosis Banding.
Hipereaktivitas Bronkus (HRB)8.
Hipereaktivitas Bronkus adalah penyempitan saluran napas akibat
rangsangan spesifik atau nonspesifik pada orang-orang yang sensitif
dengan manifestasi klinik berupa batuk, sesak atau mengi yang
diakibatkan oleh berbagai rangsangan berupa bahan kimia, SO2, asap
rokok, perubahan suhu, dan beban kerja.
Bronkopneumonia9.
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang
melibatkan bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk
bercak-bercak (patchy distribution) yang disebabkan oleh bakteri,virus,
jamur dan benda asing. Biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas
bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak
sampai 39-40 oC dan mungkin disertai kejang karena demam yang
tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal
disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan
mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, akan terjadi

batuk pada anak setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa
batuk kering kemudian menjadi produktif.
Bronkiolitis10.
Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau
bronkiolus yang pada umumnya disebabkan oleh virus, sehingga
menyebabkan gejala-gejala obstruksi bronkiolus yang ditandai dengan
gejala batuk, pilek, panas, mengi (wheezing), takipnea, retraksi, dan air
trapping paru pada foto thorax.
2.9. Penatalaksanaan7.
Prinsip umum pengobatan asma bronkial adalah :
a) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b) Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
c) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan

penyakitnya

sehingga

penderita

mengerti

tujuan

penngobatan yang diberikan dan bekerjasama dengan dokter atau


perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada Asma Bronkhial terbagi 2, yaitu:
Pengobatan non farmakologik:
- Memberikan penyuluhan
- Menghindari faktor pencetus
- Pemberian cairan
- Fisiotherapy
- Beri O2 atau Nebulisasi bila perlu.
Pengobatan farmakologik :
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas yang terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/andrenergik (Adrenalin dan Efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)

Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup,


suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose
inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin
Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent,
Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi
aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi
cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan
efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada
serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke
pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita
yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat
ini. Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya
dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita
karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau
lambungnya kering).

Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.

Ketolifen

Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya


diberikan dengan dosis dua kali 1mg/hari. Keuntungan obat ini adalah dapat
diberikan secara oral.
2.10. Prognosis7.
- Pada umumnya bila segera ditangani dengan adekuat prognosa adalah
-

baik.
Asma faktor imunologi (faktor ektrensik) yang muncul semasa kecil

prognosanya lebih baik daripada yang muncul semasa dewasa.


Angka kematian meningkat bila tidak ada fasilitas kesehatan yang
memadai, pasien tidak mengenali penyakitnya lebih jauh, dan penderita

tidak pernah mengontrol gejala asma secara baik.


Untuk dapat hidup sehat Kontrol yang baik diperlukan oleh penderita
untuk terbebas dari gejala serangan asma dan bisa menjalani aktivitas
hidup sehari-hari. Untuk mengontrol gejala asma secara baik maka
penderita harus bisa merawat penyakitnya dengan cara mengenali lebih
jauh tentang penyakit tersebut.

DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien anak laki-laki umur 1 tahun dengan
diagnosis Asma Bronkial. Diagnosis seharusnya ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Namun, pada kasus
ini pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tidak dilakukan secara
lengkap.
Dari anamnesis didapatkan sesak napas sejak 6 jam yang lalu pada
malam hari disertai dengan demam, batuk berdahak berwarna cokelat sejak 1
hari yang lalu dan pilek sejak 2 hari yang lalu.
Pada anamnesis seharusnya ditanyakan RPS yang lebih lengkap, seperti
: berapa kali serangan sesak pada pasien apakah terus-terusan atau apakah ada
jedah/berhentinya, apakah sesak hanya terjadi ketika dimalam hari saja atau
tidak, apakah sesak napas terjadi ketika pasien duduk atau berbaring, apakah
demam naik-turun ketika serangan sesak berlangsung, kesadaran menurun,

meracau, mengigau, mual atau muntah, serta mencret, apakah ketika pasien
dibawa ke RS masih dalam keadaan demam, apakah pasien menggigil ketika
sesak napas berlangsung, sesak berkurang ketika pasien dilakukan tindakan apa
saja atau apakah sudah diantisipasi dengan pemberian obat.
Untuk keluhan lain yang menyertai seperti batuk berdahak berwarna
agak kecokelatan, seharusnya ditanyakan apakah hanya cairan atau disertai
dengan darah. Sedangkan untuk pilek apakah terus-terusan atau serangannya
dipagi, siang, ataupun hanya dimalam hari saja.
Pada anamnesis status imunisasi, seharusnya ditanyakan apakah anak
sudah mendapatkan imunisasi dengan lengkap sesuai usianya, baik imunisasi
dasar maupun imunisasi ulangan (booster), khususnya imunisasi BCG, polio,
DPT, tempat imunisasi diberikan. Beberapa imunisasi lain seperti MMR
(mumps, measles, rubella), hepatitis A, Hib (Haemophilus Influenzae type B)
juga ditanyakan. Hal tersebut penting untuk mengetahui status perlindungan
pediatrik yang diperoleh dan dapat membantu diagnosis pada beberapa
keadaan tertentu (misalnya penyakit polio hampir tidak pernah terjadi pada
anak yang sudah mendapatkan imunisasi polio secara benar).
Pada anamnesis sosial ekonomi dan lingkungan, seharusnya ditanyakan
pekerjaan Ibu ataupun Ayah, alamat tempat tinggal, keadaan rumah maupun
kondisi lingkungan, kebersihan rumah dan tempat bermain anak. Jika anak
mengalami penyakit menular, maka harus ditanyakan apakah ada teman
bermain, keluarga, ataupun tetangga yang mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik vital sign ditemukan penurunan tekanan nadi,
frekuensi napas cepat, akan tetapi ketika masuk Rumah Sakit pasien tidak
dalam keadaan demam dengan suhu 36,70C yang berarti normal. Sedangkan
tekanan darah tidak diukur. Pada pemeriksaan fisik seharusnya dilakukan
pemeriksaan status gizi berupa badan (sudah dilakukan), panjang badan,
lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Pemeriksaan kulit dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat infeksi ataupun penyakit kulit, serta menilai turgor
kulit apakah terdapat dehidrasi.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah cefotaxime
dengan dosis 2x300mg i.v untuk mencegah agar tidak terjadi Infeksi Saluran

Pernapasan Akut (ISPA) seperti batuk dan pilek pada pasien ini.
Dexamethasone dengan dosis 3x1,2mg i.v dan Nebulisasi resp + Nacl 0,5 cc
setiap 8 jam untuk menangani sesak napas pada pasien.

Vous aimerez peut-être aussi