Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
STATUS PASIEN
DEPARTEMEN ILMU PENYAKIT ANAK
Nama Mahasiswa
: M. Lefi Perdana
NIM
: 11101-033
Tanggal
: 2 Januari 2015
Rumah Sakit
: RSIA Zainab
I. IDENTITAS
Nama
Umur
: 1 tahun
Masuk RS
: 30 Desember 2014
No. CM
: 141200833
: Yodie Triano
Umur
:-
Pendidikan
:-
Pekerjaan
: TNI
Nama Ibu
:-
Umur
:-
Pendidikan
:-
Pekerjaan
:-
II. ANAMNESIS
Alloanamnesis terhadap orang tua pasien yakni Ayah dan Ibunya.
A. RIWAYAT PENYAKIT
1. Keluhan Utama
Sesak nafas sejak 6 jam yang lalu ketika pada malam hari, batuk berdahak
berwarna agak kecokelatan sejak 1 hari yang lalu dan pilek sejak 2 hari yang lalu.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
4. Silsilah/Ikhtisar keturunan
Kesan
::-
5. Riwayat Pribadi
:
Riwayat Kehamilan dan Persalinan
Riwayat kehamilan : Pasien seorang anak tunggal
Riwayat persalinan : Pasien lahir dengan normal, prematur 6
bulan dengan BBL 1100gr atau BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah /
<2500gr).
Riwayat pasca lahir : Kesan
:-
6. Riwayat Makanan
:
ASI ekslusif dan alergi terhadap makanan laut.
Kesan
:7. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak :
Pertumbuhan
: Perkembangan psikomotor
:Motorik kasar
: Hiperaktif
Motorok
:Bicara
:Social
: Mental / Intelegensia : Superior
Emosi dan perilaku : Kesan
:8. Imunisasi
a. BCG
b. DPT
c. Polio
:
:..........hari, sakar :......x......mm,
:..........X
umur :..................
:..........X
umur :..................
di :................
di :................
di :................
d. Hepatitis B:..........X
e. Campak :..........X
f. Booster
:
Simpulan : -
umur :..................
umur :..................
di :................
di :................
PEMERIKSAAN JASMANI
A. Pemeriksaan Umum (dilakukan pada tanggal : 30 Desember
2014 jam 17.30 WIB).
1. Kesadaran Umum
2. Tanda Utama
Nadi
Pernapasan
Tekanan Darah
: Compos Mentis
:
: 112 x/menit
: 35 x/menit
:-
Suhu
: 36,7 C
3. Status Gizi
:
Berat Badan
: 8,4 kg
Panjang Badan
: Lingkar Kepala
: Lingkar Lengan Atas: Simpulan
:4. Kulit
: Turgor baik
5. Kelenjer Limpa
:6. Otot
:7. Tulang
:8. Sendi
:B. Pemeriksaan Khusus
1. Leher
2. Dada
Jantung
Simpulan
Paru-paru
Depan
Belakang
Simpulan
3. Perut
Inspeksi
Auskultasi
Palpasi
Hati
Limpa
Perkusi
Simpulan
4. Anogenital
a. Anus
b. Genital
Simpulan
5. Anggota Gerak
Tungkai Kanan
Tungkai Kiri
Lengan Kanan
Lengan Kiri
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Trofi
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Klonus
::
:::: Rhonki (-/-) dan Wheezing (+/+)
:::
:: Bising Usus (-)
::::::
::::
:::::::::::-
Tanda Maningeal
Sensibilitas
Kesimpulan
6. Kepala
Bentuk
Lingkar Kepala
Rambut
Ubun-ubun
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Tenggorokan
Gigi
Kesimpulan
IV.
LABORATORIUM DASAR
Darah
:
Hb
: 11,6 gr/dl
::::
::::: Konjungtiva Anemis (-/-)
: Nafas Cuping (+/+)
:::::-
Urin
Simpulan
Feses
Simpulan
V.
::::-
RINGKASAN DASAR
A. ANAMNESIS
Pasien sesak nafas sejak 6 jam yang lalu ketika pada malam hari, batuk
berdahak berwarna agak kecokelatan sejak 1 hari yang lalu dan pilek sejak 2
hari yang lalu.
B. PEMERIKSAAN FISIK
Status present
-
Bentuk
Rambut
Muka
Mata
Telinga
Hidung
Mulut
Thorax
: abnormal, simetris
: hitam, lurus, distribusi merata, tidak mudah dicabut
: bulat, simetris
: konjungtiva anemis (-/-)
:: nafas cuping (+/+)
::
Datar, simetris
Bising usus (-)
Ekstremitas:
-
Akral hangat
C. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Rontgen Thorax : Adanya bercak opak pada paru kanan
D. LABORATORIUM
Darah
: Leukositosis
Urin
:Feses
:VI.
DAFTAR PERMASALAHAN
Masalah aktif
: Sesak napas, batuk, pilek
Masalah
: Dada sesak
VII.
DIAGNOSIS
Bronkial
X.
TERAPI
- Cefotaxime
WIB
- Dexamethasone
WIB
:
: 3 x 250 mg i.v, diberikan pada pukul 18.10
: 3 x 1,2 mg i.v, diberikan pada pukul 18.10
- Nebulisasi
(ventolin)
PROGNOSIS
a. Quo ad vitam
: Ad Bonam
b. Quo ad sanam
: Ad Bonam
c. Quo ad fungsionam : Ad Bonam
XII.
FOLLOW-UP
Tanggal
30-12-2014
Jam
18.25
Follow-up
Pasien diketahui
Instruksi Dokter
batuk IVFD DS ns 8 tpm
Tn/Inj : Cefotaxime
sejak 1 hari yang lalu,
3x250mg i.v.
berdahak (+), sesak dan
Dexamethasone
demam sejak 6 jam yang
3x1,2mg i.v.
lalu, pilek (+)
Nebulisasi
3x/hari
Ar. dr. Yefri, Sp.A
(ventolin) : resp +
Dx : HRB
KU : sdg
NaCl 0,5cc tiap 8 jam.
Kel : sesak
H/
DPL
sudah
Diit : MB k19 + ASI
terlampir.
H/ Rontgen thorax
terlampir
pasang
Oksigen 2 liter/menit.
31-12-2014
06.00
07.50
IVFD DS ns 8 tpm
Tn/Inj : Cefotaxime
3x250mg i.v.
Dexamethasone
3x1,2mg i.v.
24x/i, BB :8,4 kg.
Nebulisasi
3x/hari
Dr. Yefri Visite
Nebulizer
3x/hari (ventolin) : resp +
(ventolin) : rosp + NaCl NaCl 0,5cc tiap 8 jam.
H/
DPL
sudah
0,5cc tiap 8 jam.
terlampir.
H/ Rontgen thorax
terlampir + pasang
Oksigen 2 liter/menit.
01-01-2015
06.00
13.10
IVFD DS ns 8 tpm
Tn/Inj : Cefotaxime
3x250mg i.v.
Dexamethasone
3x1,2mg i.v.
Nebulisasi
3x/hari
tube
Oksigen
liter/menit.
02-01-2015
06.00
Oksigen
liter/menit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Asma merupakan gangguan saluran napas yang sangat kompleks, tidak
memiliki sifat yang khas, baik gambaran klinis, faktor pencetus, proses
perjalanan penyakit, maupun pola mekanisme terjadinya sangat bervariasi.
Asma memiliki ciri klasik berupa mengi (wheezing), bronkokonstriksi,
terjadinya sembab mukosa dan hipersekresi2.
Menurut National Heart, Lung, and Blood Institute, asma adalah suatu
inflamasi kronik saluran napas dimana terdapat berbagai sel inflamasi yang
memegang peranan, terutama sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada individu
yang peka, inflamasi ini menyebabkan episode berulang berupa mengi, sesak
napas, rasa berat didada serta batuk terutama malam hari atau dini hari.
musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah
angin serbuk bunga dan debu.
Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain
itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala
asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum
bisa diobati.
Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan
asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja, misalnya : orang yang
bekerja di laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas.
Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
2.3. Klasifikasi4.
Klasifikasi derajat Asma pada anak :
Asma
Parameter klinis, keb.
episodik jarang
obat & faal paru
1. Frekuensi serangan
<1 kali/bulan
Asma episodik
Sering
Asma persisten
>1 kali/bulan
Sering
2.
Lama serangan
<1minggu
>1minggu
3.
Intensitas serangan
Biasanya ringan
Biasanya sedang
4.
Diantara serangan
Tanpa gejala
5.
Tidak terganggu
Sering terganggu
Sangat terganggu
6.
Pemeriksaan fisik
diluar serangan
Mungkin
tergganggu
(ditemukan
kelainan)
7.
Obat
pengendali(anti
inflamasi)
Tidak perlu
Perlu
Perlu
8.
Uji faal
paru(diluar
serangan)
Variabilitas faal
paru(bila ada
serangan)
PEFatauFEV1>80%
PEFatauFEV1<
60-80%
Variabilitas>15%
Variabilitas>30
%
Variabilitas 20-30%.
Variabilitas >50%
9.
2.4. Patofisiologi6.
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara
lain alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut.
Asma dapat terjadi melalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom.
Jalur imunologis didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi
hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat.
Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk
sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut
atopi. Pada asma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel
mast pada interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan
bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi,
antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan
antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini
berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator
yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan
bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding
bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan
spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas.
Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15
menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan
respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja langsung
pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam
pajanan alergen dan bertahan selama 16-24 jam, bahkan kadang-kadang sampai
beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel T, sel mast dan
Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam patogenesis
asma.
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast
intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran
napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator
inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel
jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam
submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel
bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma
dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi
udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi
melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa
menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan
Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang
menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi plasma,
hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi.
Hipereaktivitas
bronkus
merupakan
ciri
khas
asma,
besarnya
hiperemis.
Leher : JVP : 5-2 cmH2O, tidak terdapat pembesaran KGB
Paru
:
Inspeksi
: Gerakan dada simetris kanan dan kiri, retraksi
dinding dada (-)
Palpasi
: Fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi
: Sonor diseluruh lapangan paru, batas paru-hepar di
Midclavicularis Sinistra
Abdomen
:
Inspeksi
: Perut datar, venektasi (-)
Palpasi
: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
: Bising Usus (+) normal
Ekstremitas
: Clubbing finger (-), pitting edema (-).
batuk pada anak setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa
batuk kering kemudian menjadi produktif.
Bronkiolitis10.
Bronkiolitis adalah infeksi akut pada saluran napas kecil atau
bronkiolus yang pada umumnya disebabkan oleh virus, sehingga
menyebabkan gejala-gejala obstruksi bronkiolus yang ditandai dengan
gejala batuk, pilek, panas, mengi (wheezing), takipnea, retraksi, dan air
trapping paru pada foto thorax.
2.9. Penatalaksanaan7.
Prinsip umum pengobatan asma bronkial adalah :
a) Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segara.
b) Mengenal dan menghindari faktor-faktor yang dapat mencetuskan
serangan asma
c) Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya
mengenai penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang
perjalanan
penyakitnya
sehingga
penderita
mengerti
tujuan
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan
asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak-anak.
Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan
efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
baik.
Asma faktor imunologi (faktor ektrensik) yang muncul semasa kecil
DISKUSI
Telah dilaporkan seorang pasien anak laki-laki umur 1 tahun dengan
diagnosis Asma Bronkial. Diagnosis seharusnya ditegakkan berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Namun, pada kasus
ini pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang tidak dilakukan secara
lengkap.
Dari anamnesis didapatkan sesak napas sejak 6 jam yang lalu pada
malam hari disertai dengan demam, batuk berdahak berwarna cokelat sejak 1
hari yang lalu dan pilek sejak 2 hari yang lalu.
Pada anamnesis seharusnya ditanyakan RPS yang lebih lengkap, seperti
: berapa kali serangan sesak pada pasien apakah terus-terusan atau apakah ada
jedah/berhentinya, apakah sesak hanya terjadi ketika dimalam hari saja atau
tidak, apakah sesak napas terjadi ketika pasien duduk atau berbaring, apakah
demam naik-turun ketika serangan sesak berlangsung, kesadaran menurun,
meracau, mengigau, mual atau muntah, serta mencret, apakah ketika pasien
dibawa ke RS masih dalam keadaan demam, apakah pasien menggigil ketika
sesak napas berlangsung, sesak berkurang ketika pasien dilakukan tindakan apa
saja atau apakah sudah diantisipasi dengan pemberian obat.
Untuk keluhan lain yang menyertai seperti batuk berdahak berwarna
agak kecokelatan, seharusnya ditanyakan apakah hanya cairan atau disertai
dengan darah. Sedangkan untuk pilek apakah terus-terusan atau serangannya
dipagi, siang, ataupun hanya dimalam hari saja.
Pada anamnesis status imunisasi, seharusnya ditanyakan apakah anak
sudah mendapatkan imunisasi dengan lengkap sesuai usianya, baik imunisasi
dasar maupun imunisasi ulangan (booster), khususnya imunisasi BCG, polio,
DPT, tempat imunisasi diberikan. Beberapa imunisasi lain seperti MMR
(mumps, measles, rubella), hepatitis A, Hib (Haemophilus Influenzae type B)
juga ditanyakan. Hal tersebut penting untuk mengetahui status perlindungan
pediatrik yang diperoleh dan dapat membantu diagnosis pada beberapa
keadaan tertentu (misalnya penyakit polio hampir tidak pernah terjadi pada
anak yang sudah mendapatkan imunisasi polio secara benar).
Pada anamnesis sosial ekonomi dan lingkungan, seharusnya ditanyakan
pekerjaan Ibu ataupun Ayah, alamat tempat tinggal, keadaan rumah maupun
kondisi lingkungan, kebersihan rumah dan tempat bermain anak. Jika anak
mengalami penyakit menular, maka harus ditanyakan apakah ada teman
bermain, keluarga, ataupun tetangga yang mengalami penyakit yang sama
sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik vital sign ditemukan penurunan tekanan nadi,
frekuensi napas cepat, akan tetapi ketika masuk Rumah Sakit pasien tidak
dalam keadaan demam dengan suhu 36,70C yang berarti normal. Sedangkan
tekanan darah tidak diukur. Pada pemeriksaan fisik seharusnya dilakukan
pemeriksaan status gizi berupa badan (sudah dilakukan), panjang badan,
lingkar kepala, dan lingkar lengan atas. Pemeriksaan kulit dilakukan untuk
mengetahui apakah terdapat infeksi ataupun penyakit kulit, serta menilai turgor
kulit apakah terdapat dehidrasi.
Penatalaksanaan yang dilakukan pada pasien ini adalah cefotaxime
dengan dosis 2x300mg i.v untuk mencegah agar tidak terjadi Infeksi Saluran
Pernapasan Akut (ISPA) seperti batuk dan pilek pada pasien ini.
Dexamethasone dengan dosis 3x1,2mg i.v dan Nebulisasi resp + Nacl 0,5 cc
setiap 8 jam untuk menangani sesak napas pada pasien.