Vous êtes sur la page 1sur 4

KULTUM

TENTANG ABU BAKAR

Sosok Kepemimpinan Khalifah Abu Bakar r.a.


Kalau kita bicara figur kepemimpinan mana yang terbaik dan layak menjadi
teladan? Tentu secara imani, sebagai seorang muslim kita langsung mengatakan
Rasulullah Saw. Beliaulah Saw yang merupakan pemimpin riil kaum muslimin,
di samping pemimpin para Nabi. Para sahabat beliau Saw adalah orang-orang
yang bergaul dan berjuang bersama-sama beliau Saw. Merekalah orang-orang
yang mampu memahami dan merasakan ajaran Islam dan mampu meneladani
Rasulullah Saw secara utuh. Di antara mereka, sepeninggal Rasul, ada yang
menjadi khalifah, pengganti Rasulullah Saw dalam kepemimpinan umat, dalam
rangka menjalankan pemerintahan dengan al-Quran dan Sunnah Rasulullah
Saw. Dari merekalah kita bisa mendapat banyak pelajaran bagaimana
meneladani Rasululah Saw dalam masalah kepemimpinan dan pemerintahan.
Tulisan ini menguraikan sosok kepemimpinan salah seorang sahabat rasulullah
Saw yang paling utama, pengganti beliau Saw mengimami sholat, dan
pengganti beliau Saw dalam kepemimpinan negara dan umat Islam sepeninggal
beliau Saw, yakni Khalifah Abu Bakar As Shiddiq r.a.

Cerdas, Supel, Jujur Dan Berani


Menurut Ibnu Hisyam dalam kitabnya Sirah Nabawiyah, Juz I/249-250, Abu
Bakar r.a. adalah putra Abu Quhafah. Nama aslinya Abdullah, panggilannya
Atiq (sang Tampan) lantaran wajahnya yang tampan dan cakap orangnya.
Tatkala masuk Islam, Abu Bakar r.a. menampilkan keislamannya, dan
mengajak orang kepada Allah dan Rasul-Nya. Dakwah Abu Bakar ini cukup
efektif mengingat dia adalah seorang Quraisy yang yang supel dalam
pergaulan, disukai dan diterima, seorang pebisnis, berbudi pekerti yang baik.
Orang-orang biasa datang kepadanya dan bergaul dengannya untuk banyak
urusan lantaran ilmu yang dimilikinya, bisnisnya, dan baik pergaulannya.
Sejumlah sahabat yang masuk Islam di tangan Abu Bakar antara lain adalah
Utsman bin Affan r.a., Zubair bin Awwam r.a., Abdurrahman bin Auf r.a., Saad
bin Abi Waqash r.a., dan Thalhah bin Ubaidillah r.a.
Abu Bakar r.a. adalah orang yang cerdas, mudah mengerti dakwah yang
disampaikan Rasulullah Saw sehingga dia pun cepat membenarkan dan
meyakini apa yang dikatakan beliau Saw dan masuk Islam. Ibnu Hisyam (idem,
hal 252) mengatakan bahwa Rasulullah Saw pernah bersabda:
Tidaklah aku mengajak seseorang kepada Islam melainkan dia tidak langsung

menjawab, masih pikir-pikir, dan masih ragu-ragu, kecuali Abu Bakar bin Abi
Quhafah. Tatkala aku berbicara dengannya, dia tidak menunda-nunda
(pembenarannya) dan dia tidak ragu-ragu..
Tatkala Nabi Saw diperjalankan oleh Allah SWT dalam peristiwa Isra Miraj,
tidak sedikit orang yang langsung menolak kabar dari beliau mentah-mentah,
bahkan ada sebagian kaum muslimin yang murtad, atau masih ragu-ragu, Abu
Bakar secara cerdas membenarkannya dan mengatakan: Jangankan kabar dari
Muhammad Saw bahwa di berjalan di malam hari dari Masjidil Haram ke
Masjidil Aqshaa, sedangkan kabar yang diperolehnya dari langit dalam sekejap
saja saya terima.
Dengan keyakinan itu pula Abu Bakar siap dibina dengan Islam dan siap
berjuang untuk Islam. Abu Bakar berani dan siap mengambil resiko berhadapan
dengan Quraisy dalam mendakwahkan Islam. Imam Ibnu Katsir dalam
kitabnya Al Bidayah wan Nihayah menuturkan: Tatkala Rasulullah Saw
melaksanakan perintah Allah SWT untuk memperkenalkan kelompok
dakwahnya secara terang-terangan (lihat QS. Al Hijr ), dengan cara
membentuk dua barisan yang dikepalai Hamzah r.a. dan Umar r.a. menuju
Kabah, maka di situlah, di depan perwakilan para kabilah di Makkah, Abu
Bakar r.a. berpidato. Dan orang-orang Quraisy pun memukulinya sampai
mukanya babak belur dan pingsan. Namun setelah siuman, yang ditanyakan
pertama kali adalah: Bagaimana keadaan Rasulullah? Pantaslah dia
mendapatkan gelar As Shiddiiq, artinya yang lurus, yang benar, yang
membuktikan kebenaran ucapannya dengan perbuatan.
Pidato Pertama Sebagai Khalifah Pertama
Setelah pembaiatan Abu Bakar r.a. sebagai Khalifah, beliau r.a. berpidato: Hai
saudara-saudara! Kalian telah membaiat saya sebagai khalifah (kepala negara).
Sesungguhnya saya tidaklah lebih baik dari kalian. Oleh karenanya, apabila
saya berbuat baik, maka tolonglah dan bantulah saya dalam kebaikan itu; tetapi
apabila saya berbuat kesalahan, maka tegurlah saya. Taatlah kalian kepada saya
selama saya taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian mentaati
saya, apabila saya berbuat maksiat terhadap Allah dan Rasul-Nya. (lihat Abdul
Aziz Al Badri, Al Islam bainal Ulama wal Hukkam).
Pidato khalifah Abu Bakar r.a. di atas menunjukkan bahwa beliau sebagai
khalifah tidak pernah menganggap dirinya sebagai orang yang suci yang harus
diagung-agungkan. Tak ada dalam kamus beliau: The chaliphate can do no
wrong! Beliau justru mengedepankan supremasi hukum syariah, dan
menjadikan loyalitas dan ketaatan warga negara kepadanya merupakan satu
paket dalam ketaatan kepada Allah dan rasul-Nya. Beliau menjadikan syariah
Allah sebagai standar untuk menentukan benar dan salah yang harus diikuti
tidak hanya oleh rakyat, tapi juga oleh penguasa. Apa yang beliau nyatakan di

atas jelas merupakan pengejawantahan dari pemahaman beliau terhadap


firman-Nya:
Hai orang-orang yang beriman, ta`atilah Allah dan ta`atilah Rasul (Nya), dan
ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul
(sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian.
Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya. (Qs. anNisaa' [4]: 59).
Juga merupakan refleksi dari pemahaman beliau kepada hadits Rasulullah
Saw:
Tidak ada ketaatan kepada seseorang dalam bermaksiat kepada Allah, dan
tidak ada ketaatan kepada orang yang maksiat kepada siapa saja yang berbuat
maksiat. [HR. Ahmad, Hakiem, dan Abu Dawud].
Lembut Tapi Tegas
Sejak sebelum Islam Abu Bakar r.a. terkenal sebagai orang yang baik, lembut
hatinya, gemar menolong dan suka memberi maaf. Dan setelah Islam dan
berkuasa sebagai khalifah pengganti Rasul dalam kepemimpinan negara dan
umat, tentunya tidak diragukan lagi bahwa Abu Bakar r.a. adalah orang yang
betul-betul memahami sabda Rasulullah Saw:
Ya Allah, siapa saja yang diberi tanggung jawab memimpin urusan
pemerintahan umatku dan menimbulkan kesulitan bagi mereka, maka
persulitlah dia. Dan siapa saja yang memerintah umatku dengan sikap lembut
(bersahabat) kepada mereka, maka lembutlah kepadanya. [HR. Muslim].
Namun sebagai Khalifah, beliau wajib memerintah dengan Kitabullah dan
Sunnah Rasul, dan wajib menjaga agar supremasi hukum syariah tetap terjaga.
Oleh karena itu, dalam rangka mempertahankan kedaulatan hukum syariah,
tidak segan-segan beliau mengambil tindakan tegas bagi siapa saja yang
hendak merobohkannya. Ini seperti yang beliau lakukan kepada sebagian kaum
muslimin yang murtad dan tidak mau membayar zakat begitu mendengar berita
wafatnya Rasulullah Saw. Sekalipun para sahabat yang diminta pendapatnya
masih mentolerir tindakan orang-orang yang tak mau membayar zakat itu
selama mereka masih sholat, namun Khalifah Abu Bakar tetap dalam
pendiriannya. Di hadapan kaum muslimin beliau berpidato: Wahai kaum
muslimin, ketahuilah ketika Allah mengutus Muhammad, kebenaran itu (Al
Islam) selalu diremehkan orang dan Islam dimusuhi sehingga banyak orang
yang enggan masuk Islam karena takut disiksa. Namun Allah kemudian
menolongnya sehingga seluruh bangsa Arab dapat disatukan di bawah
naungannya. Demi Allah, aku akan tegakkan agama ini dan aku akan berjuang

fi sabilillah sampai Allah memberikan kemenangan atau Allah akan


memberikan surga bagi orang yang terbunuh di jalan Allah dan akan memberi
kejayaan bagi orang yang mendapatkan kemenangan sehingga dia akan dapat
menjadi hamba yang berbakti dengan aman sentausa. Demi Allah, jika mereka
tidak mau membayar zakat, walaupun hanya seutas tali, pasti akan aku perangi
walaupun jumlah mereka banyak sampai aku terbunuh, karena Allah tidak
memisahkan kewajiban zakat dari kewajiban sholat. (lihat Al Kandahlawy,
Hayatus Shahabat, juga Kanzul Ummal).
Khatimah
Demikian sekelumit sosok kepemimpinan Abu Bakar yang lembut tapi tegas
dalam penegakan supremasi hukum syariah. Kapankah segera datang masanya
pemimpin seperti Abu Bakar sahabat Rasulullah ini? Walllahualam!
Wassalamualaikum wr.wb.

Vous aimerez peut-être aussi