Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
ire*eiehuluar:
transformasi.
Dari berbagai percobaan, sifat sel yang mengalami transformasi oleh virus dan yang membedakannya dengan sel normal diketahui
^nt^ta
lain:
1,.
,=
rs-na
5*i
Akr
b;t
nil*l
ls
atau berada
disebut
bentuk plasmid).
Tergantung virus dan sel hospesnya,
genom virus dalam sel mungkin berekspresi
dan mungkin juga tidak. Fenomena ini penting karena t:! i:)i,;.,) hal ini berkaitan dengan
fenomena i i t t t:i. 1 t i c ;;i t',t, ! {,s ii ;, t1
i Vi c..c.t :
2.
i.
i.
3.
Sel yang transformasi berbeda morfologinya dibandingkan sel normal. Selain itu pola
484
tumbuh-kembang biaknya berbeda: sel normal berkembang biak sampai suatu tingkat
kepadatan dan dengan orientasi pertumbuhan tertentu untuk kemudian proses kembang biaknya terhenti karena adanya contact
inhibition dan hasil tumbuh kembangnya
mempunyai pola teratur; sedangkan sel yang
transformasi tidak mengikuti hal-hal di atas.
4.
padat, yang disebut fenomena anchoragedEendent multiplication. Sel yang transformasi dapat berkembang biak tanpa lebih dahulu
5.
Dr
t.
Terdapat dua golongan onkogen, yaitu protoonkogen yang dimiliki oleh sel dan biasa
disebut c-onc atav protoonkogen dan onkogen
virus yang disebut a-onc. Semua sel normal
mamalia dianggap membawa c-onc dan sifat
ini diturunkan. Sebalikn y a, tidaksemua virus
tumorigenik membawa r,,- onc. dan tumorigenesis oleh virus tanpa r,-onc terjadi dengan
mekanisme yang berbeda dengan tumorigenesis oleh virus yang memb awa p-onc.
2.
3.
Wrus
a.
b.
Terladinya mutasi
titik
atau noktah.
c.
kotranskripsi.
d.
Tumorigenik 485
biasanya membuat zat yang menekan faktorf.aktor di atas yang disebut groruth inhihiting
compounds. Dengan berbagai mekanisme, yang
belum semuanya jelas, pada sel tumor terjadi
Tampaknya tumorigenesis dan karsinogenesis tidak dapat dilepaskan dari interaksi faktor
infeksi viral dan faktor karsinogen lain. Dengan
kata lain, tumorigenesis atau karsinogenesis
adalah proses yangbertinskat dan kompleks.
Tahap selanjutnya terjadi pada tingkat pascatranskripsi. Dalam hal ini perlu selalu diingat
bahwa pada sel normal terjadi hubungan harmonis antara proses pembelahan dan proses diferensiasi sel. Kedua proses di atas pada
tingkat genetis
masing-
masing menentukan jenis proteiny^ng akan diekspresikan oleh sel. Protein-protein yang merupakan faktor penumbuhan bekerja pada tingkat
diferensiasi sel yang tertentu, biasanya tidak ber-
ikatan dengan gen dan berguna untuk menginduksi sintesis faktor-faktor diferensiasi. Faktor
diferensiasi sel sendiri banyak ragamnya dan
agar proses diferensiasi berjalan baik diperlukan
interaksi harmonis di antara sesamanya. Secara
fisik, faktor diferensiasi brasanya berikatan
dengan gen. Setelah sel berdiferensiasi baik, sel
486
2.
4.
5.
4. Hepadnaviridae
5. Retroviridae
3.
:.l"porr-*na""
tumorigenik
dianggap bersifat
6. Poxviridae
1. Herpesviridae
2. Adenoviridae
l'',,11+
-,.:
5.
:.,,.11
Antigen limfositik
me:tnbrdne
(L),rtphor"",,tr-deterntirut:d
'tnii.gen atau
LyMDA).
,1s,111
vcA)
leukositosis dan jika infeksi mengenai sel limfosit B, dalam darahnyadapat ditemukan adanya
antibodi heterofil.
dengan
Selain
dengan keja-
dian berbagai kelainan limfoproliperatif, limfoma Burkitt dan karsinoma nasofaring. Bagaimana persisnya karsinogenesis akibat infeksi
oleh EBV belum diketahui rinci. Kofaktor lain
diduga berperan dalam karsinogenesis. Alasannya adalah
transformasi sel
eprtel in L)itro, tetapi gabungan efek karsinogen kimia dan EBV dapat menyebabkan
transformasi sel.
2,
3.
4.
488
2.
Diagnosis laboratorik
Sel
pik.
sel
limfosit T
o/o
Infeksi dulu
rofil, yaitu antibodi dari kelas IgM yang dibentuk tubuh sebagai akibat teraktivasinya sel limfosit B secara tak spesifik (mitogenic EBV indttced
B ce/l actioation), lsylgan c ra uji Paul Bunnell.
Biasanya antibodi ini mulai terdeteksi pada akhir
minggu pertama sakit, kadang-kadang pada
-irggo
sebagai
antibodi terhadap antigen virus, misalnya dengan cara ELISA. Dalam hal ini dapat diperiksakan adanya:
Pemeriksaan isolasi
cara pengo-
Virus
Tumorigenik 489
PAPOVAVIRIDAE
Biologi virus
menginfeksi epitel permukaan dan menimbulkan kelainan pada pintu masuknya (part d'entree);
polyomavirus masuk melalui saluran pernapasatau pencernaan dan setelah proses kembang
^n
biak lokal virus masuk ke dalam darah dan akhirnya menginfeksi organ dalam seperti hati, ginjal
dan otak. lWalaupun kedua gents in vitro mampu
menyebabkan transformasi, hanya papilomavirus yang dianggap terkait dengan kejadian
tumor alami.
GeTiertt virus papiloma pada dasarnya dapat
dibagi dua bagian, yaitu bagian yang mengatur
sintesis protein awal (s7ly protein)disebut gen E,
dan gen yang mengatur sintesis protein penyusun struktur virus, disebut gen L. Di antara berbagai gen E, gen E6 dan E7 dianggap bertang-
BPV.I
a tor !Q latg
fE.l
[El
t* 0
2ffi9813
r
gr
2f,ll
tTl"rT*l
r--F--r
317336&
lt6
g7t4 {ol0
H&
$61 A
32i7
rllll'vllfi
0 10m !000 3ffi 4e0 s000 6000 ?000
t
enFc
t*
g_-Tr
2
3
?9{s
?3{2
-:r
I
t *-..1, *. -r - ., L*.*
I * 1000
""r, x000
3000 {000 6000 smo 7000 78s8
I
Gamblr 49-1.
Skema peta iisik gen t,ilr-rs papilorna. Angka rncnr-iniukkan urutan nLrkleotida
490
dilihat
ar 49-1.
banyak ditemukan
di luar
kromosom
sel
2.
3.
Tumorigenik 491
Virus
4.
5.
Infeksi oleh papilomavirus mempunyai spektrum luas. Infeksi dapat bersifat laten tanpa
kelainan sel nyata; tumor jinak sampai karsinoma. Gambaran kliniknya kronis dan manifestasinya tergantung pada lokasi, besar dan sifat
kelainan.
Lokasi, jenis kelainan akibat infeksi oleh
papilomavirus dapat dilihat pada T abel 49 -1.
2.
1.
papiloma saja yang dapat dikembangbiakkan in aitro. Karena itu isolasi bukan merupakan pilihan yang baik apalagi jika diingat
Tabel
Tipe
Virus
5;8
6;11,
;12;14 ;15 ;I7 ;19 -25
;3 6
20
13;32
16;L8;3I;33;35;39;52
34
3O;40
37
Kelainan
Keterangan
Jinak
Jinak
3;10;28
49-1
;40
Epidermoplasia verruciformis
Condyloma accuminata, verrucae genital,
papiloma laring, metaplasi-displasi servik
Epidermoplasia verruciformis
Basilioma
Penyakit Heck
Neoplasia mukosa genital, laring,
Penyakit Bowen
Penyakit Bowen
Neoplasia laring
Keratoacanthoma
konversi jadi
Umumnya jinak
30olo
ganas
l*Y
Mungkin jadi
ganas
492
4.
Pemeriksaan histo-sitopatologi.
'
Dasar pemeriksaan adalah terjadinya kelainan morfologi sel akibat infeksi oleh virus
papiloma. Yang dianggap khas adalah terjadinya sel-sel koilosit pada lapisan tengah
dan superfisial epitel yang ditandai oleh
hiperkromatism dan inti selnya dikelilingi
oleh halo. Kadang-kadang ditemukan sel
dengan inti banyak.
5.
Pengobatan papilomavirus
Pendekatan pengobatan bergantung pada jenis,
besar, lokasi kelainan. Beberapa caru yang pernah dicoba adalah: ekstirpasi atau eksisi lesi, pem-
diikuti viremia dengan kemungkinan akibat timbulnya penyakit pada saluran kemih dan otak.
Infeksi primer biasanya asimtomatik, kadangkadang berupa gambaran sistitis atau penyakit
infeksi saluran pernapasan ringan. Pada penderita dengan kekebalan menurun, gejala menjadi
lebih berat. VirusJC dapat menyebabkan leukoensefalopati multifokal, sedang virus BK dapat
mengakibatkan stenosis urerer dan sistitis hemoragik.
urin, dapar ditemukan sel-sel yang besar dengan badan inklusi basofilik intranukleus. Hal serupa ditemui pada sel
oligodendrosit penderita leukoensefalopati multifokal.
Selain its, adanya antigen virus dari sel sedimen urin dapat diperrunjukkan dengan cara
imunoflorosensi arau imunoperoksidase. pembiakan dapat pula dikerjakan, yaitu dengan jalan
menanamkan bahan urin pada sel fibroblas atau
sel Vero.
RETROVIR.IDAE
Pendahuluan
Biologi virus
Anggota Retroviridae yang disebut retrovirus
merupakan virus berselubung dengan virion
berbentuk sferis berdiameter ant^ra 80-120 nm
serta genomnya berupa asam ribonukleat (RNA)
dan membaw a enzimsendiri, yaitu transkriptasa
terbalik (reverse transcriTitase). Selubungnya
berupa glikoprotein yangdidapat dari membran
plasma sel saat pematangan atau pelepasan viron
selubung.
Anggota retrovirus mempunyai hospes seluler yang berbeda. Retrovirus yang menyerang
manusia dapat mempunyai spektrum hospes
seluler berupa sel limfosit T, sel makrofag dan
juga sel neuron. Pada HfV, kembang biak virus
dimulai dengan menempelnya virus pada
reseptornya, yairu molekul CD4 diikuti dengan
fusi antara CD4 dan selubung virus. Proses
pelepasan asam nukleat terjadi di sitoplasma sel
diikuti dengan pembentukan DNA komplementer dengan bantuan enzim transkriptasa
terbalik. Setelah RNA virus hancur, dibuat serat
DNA bayangan serat DNA terdahulu, sehingga
menjadi serat DNA ganda. DNA serat ganda
kemudian bermigrasi ke dalam inti sel dan berintegrasi dengan kromosom sel. Setelah itu terjadi sintesis protein-protein struktural dilanjutkan dengan pematangan atau morfogenesis dan
pelepasan virion dari sel melalui proses budcling.
Skema ringkas replikasi HIV dapat dilihat dalam
Gambar 49-3.
494
Protein
GP41
Protein
GP1 20
Protein
P1 7-P1 8
Protein
P24-P25
Core
Lipid
bilayer
Reserye
trancriptase
Protein
P9-P7
GP: glikoprotein,
@ery
Gambar 49-3. Diagram ringkas siklus replikasi HIV.
1,:HIV;2=MolekulCD4;3=membranplasma;4=Sitoplasma;5=RNAairws;6=Reverse
transcriptase;7 : inti sel;8 = DNA r.tirus terintegrasi pada DIIA sel;9 : RNA oirus (genom); 10:
nRVA; Il = Sintesa, pengolahan dan perakitan protein; 12: morfogenesis 'uirus pwddingprocess);
13 = virion HIV;14 = nukleokaPsid; 15 = DNA linier;16 = DNA sirhuler.
Wrus
Tabel
Subfamili
49-2
Klasifikasi Retroviridae
Contoh anggota
Sifat penting
Oncovirinae
grup A
grup B
grup c
grup D
Lentivirinae
Tumorigenik 495
I dan II
Spumavirinae Human foamy virus
II
imunosupresif
Penyebab infeksi subklinis dengan
sipatologifoamy celk
ngan manifestasi
49-2.
l.
Infeksi HTLV I.
infeksi oleh HTLV I pertama ditemukan di
Jepang. Saat ini juga banyak ditemukan di
kepulauan Karibia, Amerika tengah dan
selatan, Afrika, India dan beberapa daerah
lain. Penularan infeksi terjadi melalui hubungan seksual, transfusi darah terkontaminasi dan penularan dari ibu ke anak melalui
air susu dan transplasenta. Di dalam darah,
HTLV I menyerang sel-sel limfosit T. Selain
itu HTLV I juga dapat menginfeksi sel neuron. Akibat dari infeksi dapat berupa neoplasta dan/atau gangguan imunitas. Sebagai
penyebab penyakit lekemia sel T pada orang
dewasa (Adulr-T cell lymphocytic leubemia
atau ATLL), HTLV I merupakan contoh
virus yang memenuhi postulat Koch. Selain
itu infeksi HTLV I juga dihubungkan de-
ATLL
Diagnosis laboratorium
1.
Pemeriksaan antibodi anti virus dapat dilakukan dengan cara ELISA, \Testern Blor,
496
dengan cara
2.
RTA
antigen
HTLV I
(Re,,;,erse tran.sc.riptase
3.
HIV-I.