Vous êtes sur la page 1sur 38

Laporan Kasus

Hernia Scrotalis Dextra Irreponibel Strangulata

Oleh :
Ali Husain Abdul Kadir (11.2014.346)
Pembimbing:
dr.Diah Asih Lestari,Sp.B

Kepaniteraan Klinik Bedah


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan
Periode 22 Feb 2016 30 April 2016

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap

: Tn.S

Jenis kelamin : Laki- laki

II

Umur

: 54 thn

Suku bangsa : Jawa

Status perkawinan

: Sudah Menikah

Agama

: Islam

Pekerjaan

: Pensiun

Pendidikan

: SMA

Alamat

: Jalan Bungur Besar RT07/RW01

ANAMNESIS
Diambil dari: Autoanamnesis

Tanggal : 6 April 2016

Jam : 08.30 WIB

Keluhan Utama:
Nyeri perut bawah
Riwayat Penyakit Sekarang:
Nyeri perut bawah yang dialami Os sudah berlangsung selama 4 hari SMRS. Nyeri dirasakan di
bagian bawah dan bersifat tajam namun tidak menjalar. Keluhan Os disertai adanya pembesaran
di daerah kantong kemaluan sebelah kanan. Os mengatakan sebelumnya sudah ada benjolan 1
tahun SMRS dan terasa bisa dimasukkan jika Os mengangkat kaki kanan dan keluar jika
mengedan waktu BAB namun saat ini benjolan terasa tidak bisa masuk lagi dan keluhan nyeri
semakin sering. Keluhan benjolan disertai nyeri yang hilang timbul dan pernah ke tukang urut
untuk menghilangkan benjolan yang dialaminya. Os juga mengeluhkan adanya mual muntah. Os
mengatakan masih bisa BAB 1 hari SMRS mengalami mencret dan tidak ada kesulitan dalam
BAK.
Riwayat Penyakit Dahulu
Os tidak ada riwayat hipertensi. Tidak ada riwayat penyakit diabetes militus, alergi obat dan
alergi lain. Os juga tidak ada riwayat pernah dioperasi sebelumnya
Riwayat Hidup
Riwayat kelahiran:
( ) Di Rumah

( ) Rumah Sakit

Ditolong oleh ( ) Dokter

( ) Rumah Bersalin

( ) Bidan

( ) Dukun

( ) Lainnya

Kehidupan Berkeluarga dan Perkawinan:


1

Adanya kesulitan:
Pekerjaan : Konstruksi (Sudah berhenti 15 tahun)
Keuangan : BPJS
Keluarga : Hubungan antara keluarga baik, (istri, anak laki laki dan perempuan)
Riwayat Makanan
Frekuensi/hari : 3x/hari atau lebih
Variasi/hari

: variasi makanan cukup bervariasi,kurang makan buah dan sayur

Jumlah/hari

: 3 porsi piring atau kurang makan/hari

Nafsu makan : berkurang


Riwayat Imunisasi : tidak diketahui
( ) BCG

( ) DPT

( ) Polio

( ) Hep B

( ) Campak

( ) Lainnya,.

Penyakit Dahulu (Tahun)


(-) Appendisitis

(-) Hepatitis

(-) Batu Ginjal / Saluran Kemih

(-) Tumor

(-) Fistel

(-) Batu ginjal/saluran kemih

(-) Penyakit Prostat

(-) Struma tiroid

(-) Hernia

(-) Diare Kronis

(-) Penyakit jantung bawaan

(-) Typhoid

(-) DM

(-) Perdarahan otak

(-) Batu empedu

(-) Kelainan kongenital

(-) Gastritis

(-) Tifus abdominalis

(-) Colitis

(- ) Hipertensi

(-) Ulkus ventrikuli

(-) Tetanus

(-) Penyakit pembuluh darah

(-) ISK

(-) Volvulus

(-) Abses hati

(-) Patah tulang


(-) Luka bakar
Lain-lain :

(-) Operasi
(-) Kecelakaan

Riwayat Keluarga
2

Hubungan

Umur

Jenis

(tahun

Kelamin

)
-

Laki-laki
Perempuan
Laki-laki
Perempuan
3
1

Kakek
Nenek
Ayah
Ibu
Saudara
Anak-anak

Keadaan Kesehatan

Penyebab Meninggal

Adakah Keluarga /Kerabat Yang Menderita:


Penyakit
Alergi
Asma
Tuberkulosis
Arthritis
Rematisme
Hipertensi
Jantung
Ginjal
Lambung

Ya
-

Tidak
-

Hubungan
-

Status Presens

Status umum
Keadaan umum
Kesadaran
Suhu
Kulit
Kepala
Muka
Mata
Hidung
Mulut/gigi
Leher
Kelenjar limfe
Dada

: Tampak sakit sedang


Keadaan Gizi : Gizi cukup
: Compos Mentis
Pernapasan
: 20x/menit
: 36,0C
Tekanan darah : 140/90
Nadi: 94 x/menit
: Warna sawo matang, tidak tampak kelainan
: Normocephali, tidak tampak kelainan
: Simetris, tidak tampak kelainan
: Simetris, Pupil 3mm/3mm, Refleks Cahaya (+/+)
: Cavum nasi lapang, deviasi septum (-), tidak tampak kelainan
: Simetris, tidak tampak kelainan
: Tidak tampak kelainan
: Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
: Pegerakan dada saat statis dan dinamis simetris, tidak ada bagian dada
3

Jantung
Paru
Abdomen

yang tertinggal, bentuk dada normal


: BJ1-II murni reguler, murmur (-), gallop (-)
: SNV (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

Inspeksi

: Perut datar, lesi (-),benjolan(-) Simetris, Membuncit (-),Lemas (+)

Palpasi

: Defans Muskular (-),nyeri lepas (-), benjolan (-) Nyeri tekan perut bawah

(+) Distensi (+)


Auskultasi

: Bising usus (+)

Hati
: Tidak teraba pembesaran
Limpa
: Tidak teraba pembesaran
Ginjal
: Ballotemen (-/-)
Kandung kencing : Distensi (-)
Kemaluan
: Dalam batas normal
Rektum/Anus
: Dalam batas normal
Punggung
: Skoliosis (-), lordosis (-), kyphosis (-)
Ekstremitas
: Akral hangat, CRT <2 detik
Status Lokalis
Genital Pria
Tampak skrotum kanan lebih besar dari kiri dengan kedudukan dan ukuran asimetris teraba
benjolan berdiameter 5,5 cm dengan konsistensi kenyal tidak bisa dimasukkan namun dirasakan
ada rongga. Saat diraba dan digerakkan Os tidak mengeluhkan adanya nyeri.
III PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal 6 April 2016
Darah rutin
a Hb
:13,2 g/dL
b Leukosit
:16,570/mm3
c Trombosit
:390,700/ mm3
d Ht
:39.8 %
e Eritrosit
:4.41 juta/uL
Elektrolit
a Natrium :134mEq/L
b Kalium :3.8mEq/L
c Clorida
:96 mEq/L
Fungsi Liver dan ginjal
a SGOT
:12U/L
b SPOT
:5U/L
c Ureum
:35 mg/dL
4

IV

d Kreatinin :1.00mg/dL
Gula Darah
a GDS
: 103 mg/dL

BT/CT

:2/12

RINGKASAN (RESUME/SILENT FEATURES)

Seorang laki laki berusia 54 tahun datang datang ke UGD RSUD Tarakan dengan keluhan nyeri
perut bawah 4 hari SMRS yang dirasakan tajam tapi tidak menjalar. Keluhan Os disertai adanya
pembesaran kantong kemaluan kanan yang sebelumnya dirasakan ada benjolan 1 tahun SMRS.
Benjolan bisa dimasukkan saat kaki kanan diangkat dan nyeri dirasakan hilang timbul dan keluar
waktu mengedan saat BAB namun saat ini benjolan tidak bisa masuk lagi dan keluhan nyeri
bertambah sering. Os pernah ke tukang urut untuk berobat. Os mengeluh adanya mual muntah.
Os masih bisa BAB dan BAK. Os juga mengeluh adanya mual muntah.
TD : 140/90 mmHg

N : 94x/m

RR : 20x/menit S : 36,0C Leu: 16,570

Terlihat benjolan di skrotum (regio inguinal dextra), berdiameter 5,5cm. Benjolan tidak dapat
dimasukkan kembali, teraba kenyal, dan tidak nyeri saat dipegang. Perut supel, nyeri tekan (+),
bising usus (+) normal, normotimpani. BU (+)
DIAGNOSIS KERJA PRA BEDAH
Hernia Skrotalis Dextra Irreponibel Inkarserata
DIAGNOSIS PASCA BEDAH
Hernia Skrotalis Dextra Irreponibel Strangulata
Dasar diagnosis:

Adanya benjolan di skrotum dextra, yang tidak dapat dimasukkan kembali

namun tidak menimbulkan rasa nyeri.


Benjolan ada di dalam skrotum.

Benjolan mulai wujud sejak 1 tahun yang lalu, teraba lunak, berbatas tegas berdiameter
5,5cm
DIAGNOSIS DEFERENSIAL
5

Hidrokel
Dasar diagnosis banding :
Pada perabaan, teraba lunak dan lembek. Untuk membedakan hidrokel dengan hernia
skrotalis dilakukan tes transluminasi.

Jika terdapat cairan bening seringkali adalah

hidrokel. Disarankan juga pemeriksaan USG testis untuk memastikan diagnosa. hidrokel
mempunyai batas atas tegas , transluminasi positif dan tidak dapat dimasukkan kembali.
Testis pada pasien hidrokel tidak dapat diraba. Pada hidrokel, pemeriksaan transluminasi
atau diafanoskopi akan memberi hasil positif
Varikokel
Karena adanya pembesaran skrotum yang jarang menimbulkan nyeri.
VPENATALAKSANAAN
Medikamentosa
Ketorolac 3x 30 mg IV
Ceftriaxone 2gr IV
Tindakan :
Rencana herniotomy dan Tension free herniorraphy
Pasang DC dan NGT
Laporan Pembedahan tanggal 06 April 2016
Operator: dr Diah Asih Lestari SpB

1
2
3
4
5
6

Pasien terlentang di atas meja operasi dalam pengaruh anestesi spinal


Antiseptik dan asepsis lapangan operasi dan sekitarnya
Insisi 2 jari medial SIAS menuju massa hernia menembus kutis dan subkutis
Aponeuresis m.oblik externa hingga tampak kantong hernia lalu dibuka
Isi kantong berupa cairan berupa serohemoragik dan 1 loop ileum panjang 20cm
Ileum tampak sembab,peristaltik +,konsistensi kenyal,warna merah ungu pulsasi

A.mesenterika +
Jeratan dibebaskan dengan cara memotong annulus inguinalis internus sehingga

m.oblik internus- sehingga ileum bisa..,batas jeratan jelas dan utuh


8 Keluar cairan serous dari rongga peritoneal
9 Ileum dikembalikan lagi dalam rongga peritoneum
10 Kantong hernia sisi proksimal dibebaskan dari kantong hernia sisi distal secara
bridging
6

11 Kemudian kantong hernia sisi proksimal dibebaskan dari jaringan sekitar sehingga
tampak preperitoneal lalu diligasi seproksimal mungkin
12 Aponeuresis sisi medial dibebaskan sehingga tampak conjoin tendon
13 Aponeuresis sisi lateral dibebaskan sehingga tampak ligamentum inguinale
14 Dipasang mesh pada inguinal floor dengan menjahitkan sisi:
-Inferior ke tuberculum pubikum
-lateral ke ligamentum inguinale
-medial ke conjoined tendon
-superior mengelilingi funiculus sisi proksimal atau keluar dari annulus inguinalis
internus.
Edukasi:
Diet susu
Tidak bisa mengedan
Latihan duduk
Instruksi Post Op:
VI

Aminofluid 1500 cc/hari @ Futrolit 1500cc/hari


Cinam 1.5gr 3x1 IV
Paracetamol drip 3x1
Luka tidak perlu di GV
Clear fluid semampu pasien dengan NGT dialirkan
Jika BAB tanyakan warnanya
Mulai mobilisasi 10 pagi besok
Ondansentron 3x8mg IV
Omeprazol 2x40mg IV

RENCANA PEMERIKSAAN LANJUTAN


Observasi pasien

VII

PROGNOSIS
- Vitam
: ad bonam
- Fungsionam : ad bonam
- Sanationam : ad bonam

VIII FOLLOW UP
Pada tanggal 7 April 2016
S : - Pasien merasa perut sakit dan kembung sehingga sulit tidur.Dirasakan nyeri di
tempat luka sayatan. Sempat BAB malam sebelumnya 1 kali dengan konsistensi cair
warna coklat.
O : KU : TSB
7

Kesadaran : CM
TD : 140/90 mmHg
N : 80 x/menit

RR : 30x/menit
S: 36.8C

Abdomen: Kembung,teraba keras,seluruh perut didapatkan timpani,normoperistaltik,distensi +


Terpasang DC:
A : - Post herrniotomy dan Tension free Herniorraphy
P : - Lanjutkan terapi
-

Aff DC,clear fluid 30cc/jam

Puasa
Mobilisasi duduk

Pada tanggal 8 April 2016


S : - Pasien merasa perut sakit dan kembung namun sudah berkurang. Belum BAB. BAK
normal.
O : KU : TSB
Kesadaran : CM
TD : 130/80 mmHg
N : 84x/menit

RR : 18x/menit
S: 36.2C

Abdomen: Kembung,teraba keras,seluruh perut didapatkan timpani,normoperistaltik,distensi +


Mobilisasi duduk (+)
A : - Post herrniotomy dan Tension free Herniorraphy
P : - Lanjutkan terapi
- Puasa
- Mobilisasi jalan
Pada tanggal 9 April 2016
S : - Pasien merasa perut sakit dan kembung namun semakin berkurang tapi bila muncul
sangat nyeri. Sempat BAB malam sebelumnya 1 kali dengan konsistensi cair warna
coklat.
O : KU : TSS
Kesadaran : CM
8

TD : 120/80 mmHg
N : 84 x/menit

RR : 20x/menit
S: 36.9C

NGT: 250cc
Abdomen: Kembung,teraba keras,seluruh perut didapatkan timpani,normoperistaltik
Mobilisasi jalan (-)
A : - Post herrniotomy dan Tension free Herniorraphy
P : - Lanjutkan terapi
-

Minum semampu pasien

Puasa
Mobilisasi jalan
Ganti Ketorolac 2 mg IV 2x1

Pada tanggal 11 April 2016


S : - Pasien tidak merasa perut sakit dan kembung. BAB cair warna hijau kuning dan
BAK normal. Pasien mulai berasa mahu makan dan terasa sudah membaik.
O : KU : TSR
Kesadaran : CM
TD : 130/70 mmHg
N : 84 x/menit

RR : 18x/menit
S: 36.5C

Abdomen: Datar,supel,seluruh perut didapatkan timpani,normoperistaltic


Mobilisasi jalan dan duduk (+)
A : - Post herrniotomy dan Tension free Herniorraphy
P : - Lanjutkan terapi
-

Ketorolac stop
Minum semampu pasien
Diet bubur sum sum

Pada tanggal 12 April 2016


S : - Pasien tidak merasa perut sakit dan kembung. BAB cair warna hijau kuning dan
BAK normal.
O : KU : TSR
Kesadaran : CM
TD : 120/80 mmHg
N : 80 x/menit

RR : 24x/menit
S: 36.1C

Abdomen: Datar,supel,seluruh perut didapatkan timpani,normoperistaltic


9

Mobilisasi jalan dan duduk (+)


A : - Post herrniotomy dan Tension free Herniorraphy
P : - Lanjutkan terapi
-

Minum semampu pasien


Diet lunak

Pada tanggal 13 April 2016


S : - Pasien tidak ada keluhan.BAB warna hijau coklat konsistensi cair
O : KU : TSR
Kesadaran : CM
TD : 140/90 mmHg
N : 73 x/menit

RR : 30x/menit
S: 36.0C

Abdomen: Datar,supel,seluruh perut didapatkan timpani,normoperistaltic


Mobilisasi jalan dan duduk (+)
A : - Post herrniotomy dan Tension free Herniorraphy
P : - Pasien bisa pulang
-

Asam Mefenamat 500mg 3x1


Cefixime 100mg 2x1
Kontrol tanggal 19 April

10

BAB I
PENDAHULUAN
Latar belakang
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis. Sampai
saat ini masih merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat karena
besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat
lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan
bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.1
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum
Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan
struktur anatomi pada regio inguinal.1
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami lebih
jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi
menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis
ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia
inguinalis medialis. Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis
sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis pada pria
kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak
50 %. Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7 : 1. Prevalensi hernia
ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur. 1

11

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Definisi
Hernia merupakan protrusi atau penonjolan isi suatu rongga melalui defek atau
bagian lemah dari dinding rongga bersangkutan (fascia dan muskuloaponeurotik) yang
menberi jalan keluar pada alat tubuh selain yang biasa melalui dinding tersebut. Pada hernia
abdomen, isi perut menonjol melalui defek atau bagian lemah dari lapisan muskuloaponeurotik dinding perut. Hernia terdiri atas 3 hal : cincin, kantong dan isi hernia.1,2

2.2. Anatomi
Region inguinal harus dipahami, pengetahuan tentang region ini penting untuk terapi
operatif dari hernia. Sebagai tambahan, pengetahuan tentang posisi relatif dari saraf, pembuluh
darah dan struktur vas deferen, aponeurosis dan fascia.3
* Kanalis Inguinalis
Kanalis inguinalis pada orang dewasa panjangnya kira-kira 4 cm dan terletak 2-4 cm
kearah caudal ligamentum inguinal. Kanal melebar diantara cincin internal dan eksternal.
Kanalis inguinalis mengandung salah satu vas deferens atau ligamentum uterus. Funikulus
spermatikus terdiri dari serat-serat otot cremaster, pleksus pampiniformis, arteri testicularis n
ramus genital nervus genitofemoralis, ductus deferens, arteri cremaster, limfatik, dan prosesus
vaginalis. 2,3,4
Kanalis inguinalis harus dipahami dalam konteks anatomi tiga dimensi. Kanalis inginalis
berjalan dari lateral ke medial, dalam ke luar dan cepal ke caudal. Kanalis inguinalis dibangun
oleh aponeurosis obliqus ekternus dibagian superficial, dinding inferior dibangun oleh
ligamentum inguinal dan ligamentum lacunar. Dinding posterior (dasar) kanalis inguinalis

12

dibentuk oleh fascia transversalis dan aponeurosis transverses abdominis. Dasar kanalis
inguinalis adalah bagian paling penting dari sudut pandang anatomi maupun bedah. 3,4
Pembuluh darah epigastric inferior menjadi batas superolateral dari trigonum Hesselbach.
Tepi medial dari trigonum dibentuk oleh membrane rectus, dan ligamentum inguinal menjadi
batas inferior. Hernia yang melewati trigonum Hesselbach disebut sebagai direct hernia,
sedangkan hernia yang muncul lateral dari trigonum adalah hernia indirect. 4

Gambar 1 Segitiga Hesselbach's


* Aponeurosis Obliqus External
Aponeurosis otot obliquus eksternus dibentuk oleh dua lapisan: superficial dan profunda.
Bersama dengan aponeorosis otot obliqus internus dan transversus abdominis, mereka
membentuk sarung rectus dan akhirnya linea alba. external oblique aponeurosis menjadi batas
superficial dari kanalis inguinalis. Ligamentum inguinal terletak dari spina iliaca anterior
superior ke tuberculum pubicum. 3,4

13

Gambar 2 Otot Oblique


* Otot Oblique internus
Otot obliq abdominis internus menjadi tepi atas dari kanalis inguinalis . bagian medial
dari internal oblique aponeurosis menyatu dengan serat dari aponeurosis transversus abdominis
dekat tuberculum pubicum untuk membentuk conjoined tendon. adanya conjoined tendon yang
sebenarnya telah banyak diperdebatkan, tetapi diduga oleh banyak ahli bedah muncul pada 10%
pasien. 2,3,4
* Fascia Transversalis
Fascia transversalis dianggap suatu kelanjutan dari otot transversalis dan aponeurosisnya.
Fascia transversalis digambarkan oleh Cooper memiliki 2 lapisan: "Fascia transversalis dapat
dibagi menjadi dua bagian, satu terletak sedikit sebelum yang lainnya, bagian dalam lebih tipis
dari bagian luar; ia keluar dari tendon otot transversalis pada bagian dalam dari spermatic cord
dan berikatan ke linea semulunaris. 3,4

14

Gambar 3. Fascia Transversalis


* Ligamentum Cooper
Ligamentum Cooper terletak pada bagian belakang ramus pubis dan dibentuk oleh ramus
pubis dan fascia. Ligamentum cooper adalah titik fixasi yang penting dalam metode perbaikan
laparoscopic sebagaimana pada teknik McVay. 3
* Preperitoneal Space
Preperitoneal space terdiri dari jaringan lemak, lymphatics, pembuluh darah dan saraf.
Saraf preperitoneal yang harus diperhatikan oleh ahli bedah adalah nervus cutaneous femoral
lateral dan nervus genitofemoral. nervus cutaneous femoral lateral berasal dari serabut L2 dan L3
dan kadang cabang dari nervus femoralis. Nervus ini berjalan sepanjang permukaan anterior otot
iliaca dan dibawah fascia iliaca dan dibawah atau melelui perlekatan sebelah lateral ligamentum
inguinal pada spina iliaca anterior superior. 4
Nervus genitofemoral biasanya berasal dari L2 atau dari L1 dan L2 dan kadang dari L3.
Ia turun didepan otot psoas dan terbagi menjadi cabang genital dan femoral. Cabang genital
masuk ke kanalis inguinalis melalui cincin dalam sedangkan cabang femoral masuk ke hiatus
femoralis sebelah lateral dari arteri. ductus deferens berjalan melalui preperitoneal space dari
caudal ke cepal dan medial ke lateral ke cincin interna inguinal.
Jaringan lemak, lymphatics, ditemukan di preperitoneal space, dan jumlah jaringan lemak
sangat bervariasi. 1,2,3,4
2.3. Etiologi
Penyebab terjadinya hernia 1,2,3,4,5:
15

1. Lemahnya dinding rongga perut. Dapat ada sejak lahir atau didapat kemudian dalam hidup.
2. Akibat dari pembedahan sebelumnya.
3. Kongenital
a. Hernia kongenital sempurna

Bayi sudah menderita hernia kerena adanya defek pada tempat tempat tertentu.
b. Hernia kcongenital tidak sempurna

Bayi dilahirkan normal (kelainan belum tampak) tapi dia mempunyai

defek

pada

tempat tempat tertentu (predisposisi) dan beberapa bulan (0 1 tahun) setelah lahir
akan terjadi hernia melalui defek tersebut karena
intraabdominal (mengejan, batuk,

dipengaruhi

oleh

kenaikan

tekanan

menangis).

4. Aquisial adalah hernia yang buka disebabkan karena adanya defek bawaan tetapi disebabkan oleh
fakor lain yang dialami manusia selama hidupnya, antara lain :

Tekanan intraabdominal yang tinggi. Banyak dialami oleh pasien yang sering

mengejan yang baik saat BAB maupun BAK.


Konstitusi tubuh. Orang kurus cenderung terkena hernia jaringan ikatnya yang
sedikit.

Sedangkan pada orang gemuk juga dapat terkena hernia karena

banyaknya

jaringan lemak pada tubuhnya yang menambah beban

kerja

jaringan ikat
penyokong pada LMR.
Banyaknya preperitoneal fat banyak terjadi pada orang gemuk.
Distensi dinding abdomen karena peningkatan tekanan intraabdominal.
Sikatrik.
Penyakit yang melemahkan dinding perut.
Merokok
Diabetes mellitus

2.4. Klasifikasi
a. Hernia secara umum
1. Hernia interna adalah tonjolan usus tanpa kantong hernia melalui suatu lubang dalam
rongga perut seperti foramen Winslow, resesus retrosaekalis atau defek dapatan pada
mesentrium umpamanya setelah anastomosis usus. Hernia yang terjadi di dalam
tubuh pasien sehingga tidak dapat dilihat dengan mata. Contohnya hernia
diafragmatika, hernia obturatoria dan hernia winslowi.
2. Hernia eksterna yakni hernia yang menonjol keluar melalui dinding perut, pinggang
atau peritoneum. Hernia ini dapat dilihat oleh mata disebabkan benjolan hernia
16

menonjol keluar secara lengkap. Misalnya hernia inguinalis, hernia femoralis, hernia
epigastrium, hernia umbilikus dan hernia lumbalis.
b. Hernia berdasarkan terjadinya
1. Hernia bawaan atau kongenital yakni didapat sejak lahir atau sudah ada semenjak
pertama kali lahir.
2. Hernia dapatan atau akuisita yang merupakan bukan bawaan sejak lahir, tetapi hernia
yang didapat setelah tumbuh dan berkembang setelah lahir.
c. Hernia menurut sifatnya
1. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengejan dan masuk
lagi jika berbaring atau didorong masuk, tidak ada keluhan nyeri.
2. Hernia irreponibel
Terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi
tidak dapat dimasukkan lagi. Pada keadaan ini belum ada gangguan penyaluran isi
usus. Isi hernia yang tersering adalah omentum, karena mudah melekat pada dinding
hernia dan isinya dapat menjadi lebih besar karena infiltrasi lemak. Usus besar lebih
sering menyebabkan irreponible dibandingkan usus halus. Kadang juga disebabkan
oleh perlekatan isi kantong di perineum kantong hernia yang disebut hernia akreta.
Tidak ada keluhan rasa nyeri atau tanda sumbatan akibat perlekatan.
3. Hernia inkarserata
Bila isi hernia semakin banyak yang masuk akan terjepit oleh cincin hernia sehingga
isi kantong hernia terperangkap dan tidak dapat kembali ke rongga perut disertai
akibatnya yang berupa gangguan pasase. Secara klinis, hernia incarserata merupakan
hernia irreponible dengan gangguan pasase. Pada keadaan ini akan timbul gejala ileus
antara lain perut kembung, muntah dan obstipasi.
4. Hernia strangulata
Hernia ini terjadi gangguan vaskularisasi, sebenarnya gangguan vaskularisasi sudah
mulai terjadi saat jepitan dimulai dengan berbagai tingkat gangguan mulai dari
17

bendungan sampai nekrosis(2). Disebut hernia ritcher bila strangulasi hanya menjepit
sebagian dinding usus. Pada keadaan ini nyeri timbul lebih hebat dan kontinyu,
daerah benjolan menjadi warna merah dan pasien menjadi gelisah.

Gambar 4: Hernia usus

d. Hernia menurut letaknya


1. Obturatorius
Hernia melalui foramen obturatoria. Hernia ini berlangsung 4 tahap. Tahap pertama
mula mula tonjolan lemak retroperitoneal masuk kedalam canalis obturatoria. Tahap
kedua disusul oleh tonjolan peritoneum parietal. Tahap ketiga, kantong hernianya
mungkin diisi oleh lekuk usus. Dan tahap keempat mengalami incarserata parsial,
sering secara Ritcher atau total.
2. Epigastrika
Hernia ini juga disebut hernia linea alba di mana hernia keluar melalui defek di linea
alba antara umbilikus dan processus xiphoideus. Penderita sering mengeluh kurang
enak pada perut dan mual, mirip keluhan kelainan kandung empedu, tukak peptik atau
hernia hiatus esophagus.

18

3. Ventralis, adalah nama umum untuk semua hernia di dinding perut bagian
anterolateral seperti hernia sikatriks. Hernia sikatriks merupakan penonjolan
peritoneum melalui bekas luka operasi yang baru maupun yang lama. Faktor
predisposisinya ialah infeksi luka operasi, teknik penutupan luka operasi yang kurang
baik, jenis insisi, obesitas dan peninggian tekanan intra abdomen.
4. Lumbalis
Didaerah lumbal antara iga XII dan crista illiaca, ada dua buah trigonum yaitu
trigonum costolumbalis superior (Grijnfelt) berbentuk segitiga terbalik dan trigonum
costolumbalis inferior atau trigonum illiolumbalis (petit) yang berbentuk segitiga.
Pada pemeriksaan fisik tampak dan teraba benjolan di pinggang tepi bawah tulang
rusuk XII (Grijnfelt) atau di tepi cranial dipanggul dorsal.
5. Spiegel, hernia interstitial dengan atau tanpa isinya melalui fascia Spieghel.
6. Perienalis
merupakan tonjolan hernia pada peritoneum melalui defek dasar panggul yang dapat
secara primer pada perempuan multipara atau sekunder setelah operasi melalui
perineum seperti prostatektomi atau reseksi rectum secara abdominoperienal.

7. Diafragma
8. Inguinalis
9. Pantalon
merupakan kombinasi hernia inguinalis lateralis dan medialis pada satu sisi. Kedua
kantong hernia dipisah oleh vasa epigastrika inferior sehingga berbentuk seperti
celana.
10. Umbilikal
merupakan penonjolan yang mengandung isi rongga perut yang masuk melalui cincin
umbilikus akibat peninggian tekanan intraabdomen. Hernia umbilikalis merupakan
hernia kongenital pada umbilikus yang hanya tertutup peritoneum dan kulit
11. Femoralis

19

merupakan tonjolan di lipat paha yang muncul terutama pada waktu melakukan
kegiatan yang menaikkan tekanan intra abdomen seperti mengangkat barang atau
ketika batuk. Hernia femoralis adalah hernia yang berjalan melalui canalis femoralis
yang berada di bawah ligamentum inguinale. Pintu masuknya adalah annulus
femoralis dan keluar melalui fossa ovalis di lipatan paha. Batas batas annulus
femoralis antara lain ligamentum inguinale (tempat vena saphena magna bermuara di
dalam vena femoralis) di anterior, medial ligamentum lacunare gimbernati, posterior
ramus superior ossis pubic dan m. pecnitus beserta fascia, lateral m.illiopsoas dan
v.femoralis beserta fascia locus minoris resistantnya fascia transversa yang menutupi
annulus femoralis yang disebut septum cloquetti serta - caudodorsal oleh pinggir os.
pubic dari ligamen iliopectineale (ligamentum couper)
12. Hernia scrotalis
Merupakan lanjutan dari hernia inguinalis lateralis bila hernia ini masuk ke dalam
scrotum. Isi dari hernia ini bisa berupa omentum atau usus. Bila isinya omentum
maka pada perabaan konsistensi kenyal lembut seperti adonan dan bila hernia ini
reponible, maka mula-mula mudah dimasukkan kemudian sulit karena biasanya ada
perlengketan dengan kantong hernia. Bila isi hernia adalah usus maka akan
memberikan bunyi seperti bising usus di mana hernia ini mula-mula akan sulit
dimasukkan lalu lebih mudah dan disertai bunyi gelembung udara. Gejala dari hernia
scrotalis antara lain timbul benjolan atau massa yang semakin membesar pada posisi
berdiri dan akan mengecil pada posisi tidur. Pada anak kecil sering menangis,
mengejan, batuk dan buang air kecil tidak lancar. Pada usia lanjut bisa disebabkan
pekerjaan dan aktivitas, penyakit kronis, BPH dan sering partus.

2.3 Hernia inguinalis1,2


Hernia inguinalis merupakan protrusi viscus atau organ dari cavum peritoneal ke
dalam canalis inguinalis melalui sebuah defek di dinding perut.

20

Gambar 5: Gambaran anatomis hernia yang turun ke daerah skrotum

Klasifikasi
Hernia inguinalis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, antara lain
1.

Hernia inguinalis lateralis/indirect


Hernia inguinalis lateralis adalah hernia yang keluar dari rongga peritoneum melalui
annulus inguinalis internus yang ada di sebelah lateral vasa epigastrika inferior,
menyelusuri canalis inguinalis dan keluar ke rongga perut melalui annulus inguinalis
eksternus5. Hernia ini disebut juga hernia inguinalis indirect. Apabila hernia ini berlanjut,
tonjolan akan sampai ke scrotum, ini disebut hernia scrotalis. Kantong hernia berada di
dalam m. cremaster, yang terletak anteromedial terhadap vas deferens dan struktur lain
dalam funikulus spermatikus.
Pada hernia lateralis bayi dan anak, hernia disebabkan oleh kelainan bawaan berupa tidak
menutupnya processus vaginalis peritoneum sebagai akibat proses penurunan testis ke
scrotum. Hernia geser dapat terjadi di sebelah kanan atau kiri. Hernia yang di kanan berisi
saekum dan sebagian colon ascendens sedangkan yang di kiri berisi sebagian colon
descendens.

21

2.

Hernia inguinalis medialis/direct


Hernia inguinalis direct disebut juga hernia inguinalis medialis karena menonjol langsung
ke depan melalui trigonum Hesselbach yang merupakan daerah yang dibatasi oleh
ligamentum inguinale (inferior), vasa epigastika inferior (lateral) dan tepi lateral m. rectus
abdominis (medial). Dasar trigonum Hesselbach ini dibentuk oleh fascia transversal yang
diperkuat oleh serat aponeurosis m. transversus abdominis yang kadang tidak sempurna
sehingga daerah ini berpotensial untuk menjadi lemah di mana bila tekanan intra
abdomen yang meningkat terjadi desakan organ intraperitoneal di mana menimbulkan
penonjolan ( protrusi). Hernia inguinalis medialis karena tidak keluar melalui canalis
inguinalis dan tidak ke scrotum, umumnya tidak disertai strangulasi karena cincin hernia
longgar.

Gambar 6: Hernia medialis


Tabel 1:Perbedaan hernia inguinalis lateralis dan medialis
Hernia inguinalis lateralis
Disebut juga hernia indirect
Lateral vasa epigastrika inferior
Bentuk lonjong
Finger test (+) massa teraba di ujung jari
Melalui canalis inguinalis
Biasa karena proc. vaginalis yang terbuka

Hernia inguinalis medialis


Disebut juga hernia direct
Medial vasa epigastrika inferior
Bentuk bulat
Finger test (+) massa teraba di sisi jari
Tidak melalui canalis inguinalis
Biasa karena adanya lokus minoris resistant

Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia
Ingunalis Medialis (HIM). Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia
22

indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia
indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya kanal yang berjalan miring dari
lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya
terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan
kelainan kongenital meskipun ada yang didapat. 3
Tabel. 2 Perbedaan HIL dan HIM.3

Tipe

Deskripsi

Hubungan

Dibungkus

dengan vasa

oleh fascia

Onset biasanya

epigastrica

spermatica

pada waktu

inferior

interna

Penojolan melewati cincin


Hernia
ingunalis
lateralis

Hernia
ingunalis

inguinal

dan

merupakan

kegagalan penutupan cincin


ingunalis interna pada waktu
embrio

setelah

Kongenital
Lateral

Ya

Dan bisa pada


waktu dewasa.

penurunan

testis
Keluar langsung menembus
fascia dinding abdomen

Medial

Tidak

Dewasa

medialis
Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:3
Stage 1 : hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
Stage 2 : hernia direk dengan pembesaran atau distorsi cincin interna.
Stage 3 : semua hernia direk atau hernia femoralis.
Klasifikasi menurut Halverson dan McVay, hernia terdapat terdapat 4 kelas:3
Kelas 1 : hernia indirek yang kecil.
Kelas 2 : hernia indirek yang medium.
Kelas 3 : hernia indirek yang besar atau hernia direk.
Kelas 4 : hernia femoralis.
Sistem Ponka membagi hernia menjadi 2 tipe:3
23

1. Hernia Indirek
hernia inguinalis indirek yang tidak terkomplikasi.
hernia inguinalis indirek sliding.
2. Hernia Direk
Suatu defek kecil di sebelah medial segitiga Hesselbach, dekat tuberculum pubicum. hernia
divertikular di dinding posterior. Hernia inguinalis direk dengan pembesaran difus di seluruh
permukaan segitiga Hesselbach
Gilbert membuat klasifikasi berdasarkan 3 faktor:3
1. Ada atau tidak adanya kantung peritoneal.
2. Ukuran cincin interna.
3. Integritas dinding posterior dan kanal.
Gilbert membagi hernia menjadi 5 tipe. Tipe 1, 2, and 3 merupakan hernia indirek, sedangkan
tipe 4 and 5 merupakan hernia direk.
Tabel 3: Tipe Hernia menurut Gilbert
Hernia tipe 1
Hernia tipe 2

Hernia tipe 3

mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna yang


berdiameter
(hernia indirek yang paling sering) mempunyai kantung peritoneal yang
melewati cincin interna yang berdiameter 2 cm
hernia mempunyai kantung peritoneal yang melewati cincin interna
yang berdiameter > 2 cm
menjadi hernia komplit dan sering menjadi slidinhernia.

Hernia tipe 4

mempunyai robekan dinding posterior atau defek posterior multipel.


Cincin interna yang intak dan tidak ada kantung peritoneal.
merupakan hernia divertikuler primer. Pada hernia ini tidak terdapat

Hernia tipe 5

kantung peritoneal.

Nyhus membuat klasifikasi berdasarkan ukuran cincin interna dan integritas dinding posterior,
meliputi:3
Tipe 1 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang normal.
24

Tipe 2 adalah hernia indirek dengan cincin interna yang membesar.


Tipe 3a adalah hernia inguinalis indirek.
Tipe 3b adalah hernia indirek yang menyebabkan kelemahan dinding posterior.
Tipe 3c adalah hernia femoralis.
Tipe 4 memperlihatkan semua hernia rekuren.
Bagian bagian hernia :
1. Kantong hernia
Pada hernia abdominalis berupa peritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia insisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
2. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus, ovarium,
dan jaringan penyangga usus (omentum).
3. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang dilalui kantong hernia.
4. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
5. Locus minoris resistence (LMR)

2.5 Patofisiologi Hernia Inguinalis


A. Hernia Inguinalis Direkta (Medialis)
Hernia ini merupakan jenis hernia yang didapat (akuisita) disebabkan oleh faktor
peninggian tekanan intra abdomen kronik dan kelemahan otot dinding di trigonum Hesselbach*.
Jalannya langsung (direct) ke ventral melalui annulus inguinalis subcutaneous. Hernia ini sama
25

sekali tidak berhubungan dengan pembungkus tali mani, umumnya terjadi bilateral, khususnya
pada laki-laki tua. Hernia jenis ini jarang, bahkan hampir tidak pernah, mengalami inkarserasi
dan strangulasi. 4,5,6
B. Hernia Inguinalis Indirekta (lateralis)
Hernia ini disebut lateralis karena menonjol dari perut di lateral pembuluh epigastrika
inferior. Dikenal sebagai indirek karena keluar melalui dua pintu dan saluran, yaitu annulus dan
kanalis inguinalis. Pada pemeriksaan hernia lateralis akan tampak tonjolan berbentuk lonjong.
Dapat terjadi secara kongenital atau akuisita: 5,6

Hernia inguinalis indirekta congenital.


Terjadi bila processus vaginalis peritonei pada waktu bayi dilahirkan sama sekali tidak
menutup. Sehingga kavum peritonei tetap berhubungan dengan rongga tunika vaginalis propria
testis. Dengan demikian isi perut dengan mudah masuk ke dalam kantong peritoneum tersebut.
1,2,3,4,5

Hernia inguinalis indirekta akuisita.


Terjadi bila penutupan processus vaginalis peritonei hanya pada suatu bagian saja.
Sehingga masih ada kantong peritoneum yang berasal dari processus vaginalis yang tidak
menutup pada waktu bayi dilahirkan. Sewaktu-waktu kantung peritonei ini dapat terisi dalaman
perut, tetapi isi hernia tidak berhubungan dengan tunika vaginalis propria testis. 1,2,3

26

Gambar 5 Hernia inguinalis indirek


2.6. Gejala Dan Tanda Klinik
2.6.1. Gejala
Pasien mengeluh ada tonjolan di lipat paha , pada beberapa orang adanya nyeri dan
membengkak pada saat mengangkat atau ketegangan. Seringnya hernia ditemukan pada saat
pemeriksaan fisik misalnya pemeriksaan kesehatan sebelum masuk kerja. Beberapa pasien
mengeluh adanya sensasi nyeri yang menyebar biasanya pada hernia ingunalis lateralis, perasaan
nyeri yang menyebar hingga ke scrotum. Dengan bertambah besarnya hernia maka diikuti rasa
yang tidak nyaman dan rasa nyeri, sehingga pasien berbaring untuk menguranginya.11
Pada umumnya hernia direct akan memberikan gejala yang sedikit dibandingkan hernia
ingunalis lateralis.dan juga kemungkinannya lebih berkurang untuk menjadi inkarserasi atau
strangulasi.11
2.6.2. Tanda
Pada pemeriksaan hernia pasien harus diperiksa dalam keadaan berdiri dan berbaring dan
juga diminta untuk batuk pada hernia yang kecil yang masih sulit untuk dilihat.kita dapat

27

mengetahui besarnya cincin eksternal dengan cara memasukan jari ke annulus jika cincinnya
kecil jari tidak dapat masuk ke kanalis inguinalis dan akan sangat sulit untuk menentukan pulsasi
hernia yang sebenarnya pada saat batuk. Lain halnya pada cincin yang lebar hernia dapat dengan
jelas terlihat dan jaringan tissue dapat dirasakan pada tonjolan di kanalis ingunalis pada saat
batuk dan hernia dapat di diagnosa.9
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dilakukan dan ini tidak terlalu
penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia ingunalis pada
masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama. hernia yang turun
hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.9
Pada inspeksi pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris, dengan tonjolan yang sirkuler di cincin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada saat
pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan yang
berbentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.9
Pada palpasi dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada
hernia inguinalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan terasa pada sisi jari maka itu hernia direct.
Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui cincin interna
ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia inguinalis lateralis.
Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati Trigonum Hesselbachs dan
kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya besar maka pembedaanya dan
hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan
pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9
2.7. Pemeriksaan Penunjang
2.7.1. Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
-

Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.


Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi

dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius
yang menyebabkan nyeri lipat paha.8
28

2.7.2. Pemeriksaan Radiologis


Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis. 8 Pada pemeriksaan
radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya suatu gambaran massa.
Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia En Masse. Adalah suatu keadaan
dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia beserta isinya ke rongga extraperitoneal.
Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en masse :

Retropubic
Intra abdominal
Pre peritoneal

2.8. Diagnosa Banding

Tabel 4: Diagnosa banding hernia


2.9. Penatalaksanaan Hernia
2.9.1. Penanganan DI IGD

Mengurangi hernia.
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus

istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.


Menurunkan tegangan otot abdomen.
Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
Pasien pada posisi Trendelenburg dengan sudut sekitar 15-20 terhadap hernia inguinalis.

29

Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan

proses analgesia.
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki

kodok)
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjut

selama proses reduksi penonjolan


Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isis
hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis hernia

keluar dari pintu hernia.


Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaanm
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.7

Konsul bedah jika :

Reduksi hernia yang tidak berhasil


Adanya tanda strangulasi dan keadaan umum pasien yang memburuk
Hernia ingunalis harus dioperasi meskipun ada sedikit beberapa kontraindikasi .
penanganan ini teruntuk semua pasien tanpa pandang umur inkarserasi dan strangulasi

hal yang ditakutkan dibandingkan dengan resiko operasinya.


Pada pasien geriatri sebaiknya dilakukan operasi elektif agar kondisi kesehatan saat
dilakukan operasi dalam keadaan optimal dan anestesi dapat dilakukan. Operasi yang cito

mempunyai resiko yang besar pada pasien geriatri.


Jika pasien menderita hyperplasia prostate akan lebih bijaksana apabila dilakukan
penanganan terlebih dahulu terhadap hiperplasianya. Mengingat tingginya resiko infeksi

traktus urinarius dan retensi urin pada saat operasi hernia.


Karena kemungkinannya terjadi inkarserasi, strangulasi, dan nyeri pada hernia maka
operasi yang cito harus di lakukan. Pelaksanaan non operasi untuk mengurangi hernia
inkarserasi dapat dicoba. Pasien di posisikan dengan panggul dielevasikan dan di beri

.analgetik dan obat sedasi untuk merelaxkan otot-otot.


Operasi hernia dapat ditunda jika massa hernia dapat dimanipulasi dan tidak ada gejala

strangulasi.
Pada saat operasi harus dilakukan eksplorasi abdomen untuk memastikan usus masih

hidup, ada tanda-tanda leukositosis.


Gejala klinik peritonitis, kantung hernia berisi cairan darah yang berwarna gelap.7
30

Indikasi operasi :
Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,
yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko
infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
pada pria dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan inkarserata
dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen, Gavrilenko)
bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan morbiditas
lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
1) Konservatif :
Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong sedangkan
tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan menetap
sampai terjadi reposisi.
Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg, pemberian
sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak boleh
menjalani operasi pada hari berikutnya.
Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan harus
dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit dan
otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam.

2) Operatif
Anak-anak : Herniotomy : Karena masalahnya pada kantong hernia, maka dilakukan
pembebasan kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia,
jika ada perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi
mungkin lalu dipotong. Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah,
maka kedua sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral.
Dewasa :Herniorrhaphy :Perawatan kantung hernia dan isi hernia
Penguatan dinding belakang (secara Bassini, Marcy Ferguson, Halsted / Kirchner,

Lotheissen-McVay (Coopers ligament repair), Shouldice, Tension free herniorrhaphy)


Berliner repair
The Lichtenstein repair
The Wilkinson Technique
Abrahamson Nylon Darn Repair
31

Lichtenstein Plastic Screen Reinforcement

Klasifikasi dan terapi menurut Gilbert tipe I-IV

Rutkow Mesh-plug hernioplasty


Rives Prosthetic Mesh Repair
Stoppa Gerat Prosthetic for Reinforcement of the Visceral Sac
Minimally Invasive Surgery (Laparoscopy)

TAPP = Trans Abdominal Pre Peritoneal


TEP = Total Extra Peritoneal
2.9.2. Teknik-Teknik Operasi Hernia
Tujuan operasi adalah menghilangkan hernia dengan cara membuang kantung dan memperbaiki
dinding abdomen.
Teknik Operasi;

Adapun teknik-teknik operasi hernia ada beberapa cara, yaitu :


Marcy dikenal dengan ligasi sederhana dengan diangkat tinggi kantungnya.melewati ingunal
yang dikombinasi dengan pengikatan cincin interna. Lebih sering digunakan pada anak-anak.
Bassini, dahulu merupakan metode yang sering digunakan, dengan cara conjoint tendon
didekatkan dengan ligamentum Pouparts dan spermatic cord diposisikan seanatomis mungkin di
bawah aponeurosis muskulus oblikuus eksterna.
Halsted, menempatkan muskulus oblikuus eksterna diantara cord kebalikannya cara Bassini.
Mc Vay, dikenal dengan metode ligamentum Cooper, meletakkan conjoint tendon lebih posterior
dan inferior terhadap ligamentum Cooper.
Berdasarkan pendekatan operasi, banyak teknik hernioraphy dapat dikelompokkan dalam 4
kategori utama:6
a. Kelompok 1 : Open Anterior Repair
Kel. 1 operasi hernia (teknik Bassini, McVay dan Shouldice) melibatkan pembukaan
aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dan membebaskan funnikulus spermatikus.
Fascia transversalis kemudian dibuka, dilakukan inspeksi kanalis spinalis, celah direct dan
indirect. Kantung hernia diligasi dan dasar kanalis spinalis di rekonstruksi.
Teknik Bassini
32

Komponen utama dari teknik ini adalah :


- Membelah aponeurosis otot obliquus abdominis eksternus dikanalis inguinalis hingga ke
-

cincin eksternal.
Memisahkan otot kremaster dengan cara reseksi untuk mencari hernia indirect sekaligus

menginspeksi dasar dari kanalis inguinal untuk mencari hernia direct.


Memisahkan bagian dasar atau dinding posterior kanalis inguinalis (fascia transversalis)
Melakukan ligasi kantong hernia seproksimal mungkin.
Rekonstruksi dinding posterior dengan menjahit fascia transversalis, otot transversalis
abdominis dan otot abdominis internus ke ligamentum inguinalis lateral.

Gambar 6 Bassini technique


Teknik kelompok ini berbeda dalam pendekatan mereka dalam rekonstruksi, tetapi
semuanya menggunakan jahitan permanen untuk mengikat fascia disekitarnya dan memperbaiki
dasar dari kanalis inguinalis. Kelemahannya adalah tegangan yang terjadi akibat jahitan tersebut,
selain dapat menimbulkan nyeri juga dapat terjadi nekrosis otot yang akan menyebabkan jahitan
terlepas dan mengakibatkan kekambuhan.

Gambar 7 McVay open anterior repair.


33

b. Kelompok 2 : Open Posterior Repair


Posterior repair (iliopubic repair dan teknik Nyhus) dilakukan dengan membelah lapisan
dinding abdomen superior hingga ke cincin luar dan masuk ke properitoneal space. Diseksi
kemudian diperdalam kesemua bagian kanalis inguinalis. Perbedaan utama antara teknik ini dan
teknik open anterior adalah rekonstruksi dilakukan dari bagian dalam. Posterior repair sering
digunakan pada hernia dengan kekambuhan karena menghindari jaringan parut dari operasi
sebelumnya. Operasi ini biasanya dilakukan dengan anastesi regional atau anastesi umum.
c. Kelompok 3: Tension-free repair with Mesh
Kelompok 3 operasi hernia (teknik Lichtenstein dan Rutkow) menggunakan pendekatan
awal yang sama dengan teknik open anterior. Akan tetapi tidak menjahit lapisan fascia untuk
memperbaiki defek, tetapi menempatkan sebuah prostesis, yaitu Mesh yang tidak diserap. Mesh
ini dapat memperbaiki defek hernia tanpa menimbulkan tegangan dan ditempatkan di sekitar
fascia. Hasil yang baik diperoleh dengan teknik ini dan angka kekambuhan dilaporkan kurang
dari 1 persen. Beberapa ahli bedah meragukan keamanan jangka panjang penggunaan implant
prosthesis, khususnya kemungkinan infeksi atau penolakan. Akan tetapi pengalaman yang luas
dengan mesh telah mulai menghilangkan anggapan ini, dan teknik ini terus populer. Teknik ini
dapat dilakukan dengan anastesi lokal, regional atau general.

Gambar 8 Setelah pemasangan Mesh13


d. Kelompok 4 : Laparoscopic
Operasi hernia laparoscopic makin populer dalam beberapa tahun terakhir, tetapi juga
menimbulkan kontroversi. Pada awal pengembangan teknik ini, hernia diperbaiki dengan
menempatkan potongan mesh yang besar di regio inguinal diatas peritoneum. Teknik ini
ditinggalkan karena potensi obstruksi usus halus dan pembentukan fistel karena paparan usus
34

terhadap mesh. Saat ini kebanyakan teknik laparoscopic herniorhappies dilakukan menggunakan
salah satu pendekatan transabdominal preperitoneal (TAPP) atau total extraperitoneal (TEP).
Pendekatan TAPP dilakukan dengan meletakkan trokar laparoskopik dalam cavum abdomen dan
memperbaiki regio inguinal dari dalam. Ini memungkinkan mesh diletakkan dan kemudian
ditutupi dengan peritoneum. Sedangkan pendekatan TEP adalah prosedur laparokopik langsung
yang mengharuskan masuk ke cavum peritoneal untuk diseksi. Konsekuensinya, usus atau
pembuluh darah bisa cedera selama operasi.

Gambar 9 Laparoscopic mesh repair


2.10. Komplikasi
Hernia inkarserasi :
Hernia yang membesar mengakibatkan nyeri dan tegang
Tidak dapat direposisi
Adanya mual ,muntah dan gejala obstruksi usus.
Hernia strangulasi :
Gejala yang sama disertai adanya infeksi sistemik
Adanya gangguan sistemik pada usus.12

35

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hernia merupakan kasus tersering di bagian bedah abdomen sesudah appendicitis. Hernia
didefinisikan adalah suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah
(defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh
kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia inguinalis dibagi dua jenis hernia inguinalis medialis/hernia inguinalis
directa/hernia inguinalis horisontal dan hernia ingunalis lateralis/ hernia indirecta/hernia obliqua.
Yang tersering hernia inguinalis lateralis angka kejadiannya lebih banyak pada laki-laki dan yang
paling sering adalah yang sebelah kanan.
Pada hernia inguinalis lateralis processus vaginalis peritonaei tidak menutup (tetap
terbuka).
Komplikasi yang terjadi yaitu inkarserasi dan strangulasi. Jika sudah terjadi strangulasi
penanganan segera adalah dengan operasi.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Townsend, Courtney M.. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 19 h Edition.


Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.

2.

Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery. Eighth


edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.

3.

Inguinal Hernia: Anatomy and Management Accesed on 10 April 2016 Available at


http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4

4.

Manthey,

David.

Hernias

.2007.

on

10

April

2016

Available

at

http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
36

5.

Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic Science
and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.

6.

Rasjad C. Hernia. Dalam : Sjamsuhidajat R, Jong WD, editor. Buku Ajar Ilmu Bedah.
Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG; 2004; hal. 523-38

7.

Kerry

V.

Cooke.incarcerated

hernia.2005.

on

April

2016

Available

at

http://www.webmed.com
8.

Inguinal

hernia.

Accesed

on

April

2016

Available

at

http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia-Symptoms
9.

Doherty GM. 2006. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall. Current Surgical
Diagnosis and Treatment. Twelfth edition. New York. Mc Graw-Hill. 765-777

10.

Inguinal hernia. Accesed on 11 April 2016 Available at www.healthsystem.virginia.

11.

Inguinal hernia. Accesed on 12 April 2016 Available at http://www.webmed.comHernia

12.

Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New York. WB
Saunders Company. 795-801

13.

Cook, John. 2000. Hernia. General Surgery at the Distric Hospital. Switzerland. WHO.
151-156.

14.

Zinner, Michael J. 2001. Hernias. Maingots Abdominal Operation. Volume 1. Tenth


edition. New York. Mc Graw-Hill. 479-525.

37

Vous aimerez peut-être aussi