Vous êtes sur la page 1sur 3

ABDULLAH BIN UMAR; Penyayang Fakir Miskin

dan Anak Yatim


Penutur Ulang Lukman Hakim Zuhdi
Abdullah bin Umar termasuk seorang sahabat yang memiliki keistimewaan
dalam ilmu dan amal. Sejak masih kecil, ia sudah masuk Islam bersama Ayahnya,
Umar bin Khattab. Ia termasuk anak cerdas dan hebat yang menjadi kesayangan
orang tuanya. Ayahnya benar-benar mendidik kedisiplinan dan ketaatan kepada
agamanya. Apalagi lingkungan keluarga dan masyarakat sekitar sangat
mendukungnya dalam hal-hal keislaman. Ia ikut hijrah (pindah) ke Kota Madinah
bersama Ayahnya ketika usianya baru menginjak sepuluh tahun.
Ketika itu, Kota Madinah sedang memainkan peranan yang sangat menonjol
sebagai pusat pemikiran dan intelektual Islam setelah masa Rasulullah SAW.
Abdullah bin Umar mendengar, mencatat dan mempertimbangkan dengan
sangat kritis semua cerita dan anekdot tentang Rasulullah yang dituturkan
penduduk Madinah. Oleh karena itu, ia bersama sahabat Abdullah bin Abbas
menjadi perintis paling awal yang membuka bidang kajian baru, yaitu hadis
(tradisi) Rasulullah, disamping menghafal Al-Quran secara sempurna.
Abdullah bin Umar sering bergaul dan selalu dekat dengan Rasulullah.
Kecintaannya kepada Rasulullah sangat mengagumkan. Kemana pun Rasulullah
pergi, ia sering turut menyertainya. Ia memang tercatat masih ipar Rasulullah,
karena saudari kandungnya yang bernama Hafsah binti Umar menjadi istri
Rasulullah. Ia senantiasa berusaha mencontoh sifat, kebiasaan harian dan
meniru segala gerak-gerik Rasulullah, seperti cara memakai pakaian, makan,
minum, bergaul, dan hal lainnya. Atas dasar inilah, ia disegani dan dihormati
banyak orang. Bahkan, ia pernah menjadi guru yang mengajari murid-muridnya
yang datang dari berbagai tempat, meski tidak lama.
Keistimewaan Abdullah bin Umar
Abdullah bin Umar adalah pemuda teladan yang tekun beribadah dan senang
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apabila sedang membaca Al-Quran atau
ketika shalat, dia tak sadarkan diri sampai menangis. Sebelum tidur, ia
membentangkan sajadah untuk mengerjakan shalat. Setelah selesai, sajadah itu
dibiarkan tetap terbentang di dekat tempat tidurnya. Sejenak ia tidur, lalu
bangun lagi untuk mengambil air wudhu dan shalat malam. Hampir setiap
malamnya tidak kurang dari empat atau lima rakaat. Begitu rutinitas setiap
malam hingga waktu istirahatnya berkurang. Ia selalu memohon ampun kepada
Allah. Semua itu dikarenakan rasa takwa dan takutnya kepada Allah.
Keistimewaan lain yang melekat pada diri Abdullah bin Umar ialah keluasan ilmu,
kerendahan hati, kebulatan tekad dan ketegasan pendirian, kedermawanan,
serta keteguhannya pada contoh yang telah diberikan Rasulullah.
Kepribadiannya yang sungguh mengagumkan nyaris tanpa cela sedikit pun.
Orang-orang yang semasa dengan Abdullah bin Umar umumnya mengatakan:
Tak seorang pun di antara sahabat-sahabat Rasulullah yang lebih berhati-hati
agar tidak terselip atau terkurangi sehuruf pun dalam menyampaikan hadis
Rasulullah sebagaimana halnya Abdullah bin Umar.

Ada lagi kehebatan Abdullah bin Umar. Dikisahkan dalam satu perjalanan, ia di
tengah jalan tiba-tiba dihadang seekor singa besar dan galak. Singa itu
mengaum berkali-kali, seperti hendak memangsanya. Suaranya menggelegar,
membuat bulu kuduk merinding. Abdullah bin Umar menghentikan untanya, lalu
turun menghampirinya. Mendadak singa itu diam saja dan menjadi penurut.
Kedua telinganya kemudian digosok-gosok secara perlahan oleh Abdullah bin
Umar.
Selang beberapa menit, singa itu mengibaskan ekornya, lantas pergi
meninggalkan Abdullah bin Umar. Seseorang yang mengetahui peristiwa itu
merasa takjub. Ia segera mendekat, lalu bertanya kepadanya, Bagaimana
caranya agar singa itu tidak menerkam Anda?. Abdullah bin Umar menjawab,
dirinya pemah mendengar Rasulullah SAW bersabda, Jika manusia hanya takut
kepada Allah SWT, maka tidak ada hal lain yang bisa menguasainya. Orang itu
langsung menganggukkan kepalanya, sementara Abdullah bin Umar melanjutkan
perjalanannya.
Kemurahan Abdullah bin Umar
Abdullah bin Umar termasuk orang yang hidup makmur, kaya raya dan
berpenghasilan banyak. Ia pedagang dan saudagar yang jujur dan berhasil
dalam sebagian besar kehidupannya. Di samping itu, gajinya dari Baitul maal
(kas negara) tidak sedikit pula. Tetapi, tunjangan itu tidak satu dirham pun
disimpannya, melainkan dibagi-bagi sebanyak-banyaknya kepada fakir miskin
dan anak yatim. Ia banyak memberi kepada orang lain karena ia dikenal sangat
pemurah. Bahkan, ia tidak peduli apakah kemurahannya itu akan
menyebabkannya miskin atau kelaparan. Ia memang zahid, yakni orang yang
tidak berminat terhadap pesona dunia.
Seseorang bernama Ayub bin Mail Ar Rasibi pernah menceritakan salah satu
contoh kedermawanan Abdullah bin Umar. Pada suatu hari, Abdullah bin Umar
menerima uang sebanyak 4.000 dirham dan sehelai baju dingin. Hari berikutnya,
Ayub bin Mail melihatnya di pasar sedang membeli makanan untuk hewan
tunggangannya secara berhutang. Maka, Ayub bin Mail pergi menemui keluarga
Abdullah bin Umar.
Bukankah kemarin Abdullah bin Umar menerima kiriman 4.000 dirham dan
sehelai baju dingin? tanya Ayub bin Mail.
Benar, jawab salah seorang dari keluarga Abdullah bin Umar.
Saya lihat ia tadi di pasar membeli makanan untuk hewan tunggangannya dan
tidak punya uang untuk membayarnya, kata Ayub bin Mail.
Tidak sampai malam hari, uang itu telah habis dibagi-bagikannya. Mengenai
baju dingin, mula-mula dipakainya, lalu ia pergi keluar. Saat ia kembali, baju itu
tidak kelihatan lagi. Ketika kami tanyakan, jawabnya bahwa baju itu telah
diberikannya kepada seorang miskin, tutur keluarganya.
Setelah mendengar penjelasan tersebut, Ayub bin Mail pamitan pulang. Dalam
perjalanan, Ayub bin Mail berkata dalam hati, sungguh kedermawanan Abdullah
bin Umar bukanlah sebagai alat untuk mencari nama, popularitas atau
memperoleh penghormatan dari manusia. Semua niatan itu berasal dari dalam

hatinya yang tulus dan semata karena Allah SWT. Pemberiannya pun hanya
ditujukan kepada fakir miskin, anak yatim dan orang yang benar-benar
membutuhkan. Ayub bin Mail menambahkan, jarang sekali ia makan seorang
diri, karena pasti disertai anak-anak yatim dan kaum fakir miskin.
Satu waktu, Khalifah Utsman bin Affan pernah menawari Abdullah bin Umar
untuk menjabat sebagai hakim. Tetapi ia tidak mau menerimanya. Ia lebih
memilih menjadi warga biasa. Memasuki masa tua, Abdullah bin Umar mendapat
cobaan dari Allah SWT, yakni kehilangan pengelihatannya. Sahabat yang paling
banyak meriwayatkan hadis sejumlah 2.630 hadis setelah Abu Hurairahini
kemudian wafat pada tahun 72 hijriyah dalam usia 84 tahun. Ia merupakan salah
satu sahabat Rasulullah yang paling akhir yang meninggal di Kota Mekkah.***

Vous aimerez peut-être aussi