Vous êtes sur la page 1sur 18

BAB I

PENDAHULUAN
1.1

LATAR BELAKANG
Gigantisme adalah: kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 1, edisi 3)
Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam
banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan
kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001)
Akromegali dan gigantisme merupakan penyakit kronis yang diakibatkan oleh
kelebihan GH (Growth Hormone) / IGF-1 (Insulin Like Growth Factor-1) yang dapat
mengganggu faal jantung dan pernapasan sehingga meningkatkan angka morbiditas
dan mortalitas. Penyebab kematian tersering pada akromegali adalah penyakit
kardiovaskuler.
Kelebihan GH pada masa kanak-kanak, dimana lempeng epifisis (epiphyseal
plate) pada ujung-ujung tulang panjang masih belum tertutup, akan berakibat
timbulnya tubuh raksasa (gigantisme). Apabila kelebihan GH terjadi setelah dewasa,
dimana lempeng epifisisnya sudah menutup maka yang terjadi adalah akromegali.
Pada umumnya pasien gigantisme juga menunjukkan gambaran akromegali. Penyakit
ini jarang sekali, insiden pasien baru adalah 3-4/1 juta penduduk / tahun. Usia ratarata pada saat ditegakkannya diagnosis akromegali adalah 40-45 tahun.
Peningkatan GH / IGF-1 biasanya akibat tumor hipofisis yang menghasilkan
GH (somatotroph tumor). Penyebab lain yang sangat jarang adalah peningkatan
GHRH (Growth Hormone Releasing Hormone) yang dihasilkan oleh tumor-tumor
hipotalamus dan GHRH / GH ektopik dari tumor-tumor non endokrin.
Timbulnya gambaran klinis berlangsung perlahan-lahan dimana waktu ratarata antara mulai keluhan sampai terdiagnosis berkisar sekitar 12 tahun. Gambaran
klinis akromegali / gigantisme dapat berupa akibat kelebihan GH / IGF-1 dan akibat

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

massa tumor sendiri. Pengobatan pada kasus dini dengan pembedahan tumor, obatobatan dan penyinaran dapat memperbaiki kualitas hidup pasien.
1.2

RUMUSAN MASALAH
Fokus dalam penulisan asuhan keperawatan (askep) ini adalah untuk
menjelaskan suatu konsep dasar dari penyakit GIGANTISME yaitu: mulai dari apa
definisi dari gigantisme, etiologi, bagaimana patofisiologinya, manifestasi klinis,
komplikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan dan bagaimana asuhan
keperawatan pada penyakit gigantisme ini.

1.3

TUJUAN
1.3.1

Tujuan Umum
Setelah mengikuti diskusi ini, mahasiswa mampu memahami dan mengerti
asuhan keperawatan pada pasien yang menderita GIGANTISME

dan

AKROMEGALI.
1.3.2

Tujuan Khusus
Setelah mengikuti diskusi ini, ditujukan agar mahasiswa mampu :
a. Menjelaskan pengertian dari gigantisme dan akromegali
b. Menyebutkan dan menjelaskan etiologi dari gigantisme

dan

akromegali
c. Menyebutkan manifestasi klinis dari gigantisme dan akromegali
d. Menjelaskan patofisiologi dari gigantisme dan akromegali
e. Menyebutkan dan menjelaskan penatalaksanaan dari gigantisme dan
akromegali
f. Menyebutkan komplikasi dari gigantisme dan akromegali
g. Membuat dan melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien
penderita gigantisme dan akromegali
1.4

MANFAAT
1. Manfaat Institusi
Sebagai bahan masukan dalam menentukan arah kebijakan terutama yang
berhubungan dengan kasus gigantisme dan akromegali.
2. Manfaat Ilmiah
Hasil diskusi ini diharapkan dapat menjadi informasi dan bahan bagi
pengembangan ilmu keperawatan.

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1

PENGERTIAN
Gigantisme adalah: kelainan yang disebabkan oleh karena sekresi hormone
pertumbuhan (HP) atau Growth Hormon (GH) yang berlebihan. (Ilmu Penyakit
Dalam, Jilid 1, edisi 3)

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

Gigantisme dan akromegali merupakan peningkatan hormone protein dalam


banyak jaringan, meningkatkan penguraian asam lemak dan jaringan adipose dan
kadar glukosa darah. (Keperawatan Medikal Bedah, Bruner&Suddarth, 2001)
Gigantisme adalah kondisi seseorang yang kelebihan pertumbuhan, dengan
tinggi dan besar yang di atas normal. Gigantisme disebabkan oleh kelebihan jumlah
hormon pertumbuhan. Tidak terdapat definisi tinggi yang merujukan orang sebagai
"raksasa". Tinggi orang dewasa yang mengalami gigantisme dapat mencapai 2,25 2,40 meter. (Wikipedia 2000)

2.2

ETIOLOGI
Pelepasan hormon pertumbuhan berlebihan hampir selalu disebabkan oleh
tumor hipofise jinak (adenoma). Dapat juga terjadi kelainan hipotalamus yang
mengarah pada pelepasan hormon berlebihan (Price, 2005)
2.2.1 Penyebab gigantisme dan akromegali dapat digolongkan sebagai berikut:
a. GA (Gigantisme Akromegali) Primer atau Hipofisis, dimana
b.

penyebabnya adalah adenoma hipofisis.


GA Sekunder atau Hipotalamik, disebabkan oleh karena hipersekresi

c.

GHRH dari Hipotalamus.


GA yang disebabkan oleh karena tumor ektopik (paru, pancreas, dll)
yang mensekresi HP atau GHRH.

2.3

TANDA dan GEJALA


Pada penderita gigantisme terjadi pertumbuhan tulang yang berlebihan sehingga
tinggi badan abnormal. Masa pubertas tertunda dan alat kelamin pada laki-laki
maupun pada perempuan pun tidak dapat tumbuh atau berkembang secara sempurna .
(Price,2005)
2.3.1 Akibat pada tulang (Skelet).
Gigantisme.
Frontal Bossing.
Kiposis, Ostopenia.
Artropi.

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

Pertumbuhan tulang ekstremitas berlebihan.

2.3.2 Akibat pada jaringan lunak.


Pelebaran dan penebalan hidung, lidah, bibir, dan telinga.
Pembesaran tangan dan kaki.
Kulit tebal, basah, dan berminyak.
Lipatan kulit kasar, skin tag.
Acanthosis nigricans.
Hipertrikosis.
Suara parau.
2.3.3

Akibat pada proses metabolisme


Gangguan toleransi glukosa/diabetes melitus.
Hiperfosfatemia.
Hiperlipidemia.
Hiperkalsemia.
Kelebihan hormon pertumbuhan (GH) sering terjadi pada usia antara
decade kedua dan keempat, karena GH pada decade dua (usia 5 tahun)
merupakan stadium awal perjalanan penyakit secara lambat. Sedangkan pada
decade keempat terjadi secara terus-menerus setelah stadium awal yang
melewati decade tiga sehingga tampak gejala GH: Frontal Bossing,
Pembesaran tangan dan kaki, dll.

2.4

MANIFESTASI KLINIS
1.

Pelepasan hormon pertumbuhan yang berlebihan mulai terjadi usia 30-50

2.

tahun. Karena itu tulang mengalami kelainan bentuk, bukan memanjang.


Gambarang tulang wajah menjadi kasar, tangan dan kakinya membengkak,

3.

sehingga biasanya selama bertahun-tahun tidak disadari oleh penderitanya.


Rambut badan semakin kasar sejalan dengan menebal dan bertambah gelapnya
kulit. Hal itu disebabkan karena adanya kelenjar sebasea dan kelenjar keringat
didalam kulit membesar yang dapat menyebabkan keringat berlebihan dan bau

4.

badan yang menyengat.


Pertumbuhan berlebih pada tulang rahang (mandibula) bisa menyebabkan

5.

rahang menonjol (prognatisme).


Tulang rawan pada pita suara menebal sehingga suara menjadi dalam dan

6.
7.

serak.
Lidah membesar dan lebih berkerut-kerut.
Ditemukan nyeri sendi.

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

8.

Gangguan dan kelemahan tungkai dan lengannya karena jaringan yang

9.

membesar dapat menekan persyarafan.


Gangguan penglihatan karena adanya saraf yang membawa sinyal dari mata ke
otak tertekan sehingga penglihatan terganggu terutama pada lapang pandang

10.
2.5

sebelah luar.
Tumor hipofise dapat menyebabkan sakit kepala hebat.

PATOFISIOLOGI
Sel asidofilik, sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis
anterior menjadi sangat aktif atau bahkan timbul tumor pada kelenjar hipofisis
tersebut. Hal ini mengakibatkan sekresi hormone pertumbuhan menjadi sangat tinggi.
Akibatnya, seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Pada
Gigantisme, hal ini terjadi sebelum masa remaja, yaitu sebelum epifisis tulang
panjang bersatu dengan batang tulang sehingga tinggi badan akan terus meningkat
(seperti raksasa).
Biasanya penderta Gigantisme juga mengalami hiperglikemi. Hiperglikemi
terjadi karena produksi hormone pertumbuhan yang sangat banyak menyebabkan
hormone pertumbuhan tersebut menurunkan pemakaian glukosa di seluruh tubuh
sehingga banyak glukosa yang beredar di pembuluh darah. Dan sel-sel beta pulau
Langerhans pancreas menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi dan akhirnya sel-sel
tersebut berdegenerasi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien Gigantisme menderita
Diabetes Melitus.
Pada sebagian besar penderita Gigantisme, akhirnya akan menderita
panhipopitutarisme bila Gigantisme tetap tidak diobati sebab Gigantisme biasanya
disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai
merusak kelenjar itu sendir.
Melihat besarnya tumor adenoma hipofisis dapat dibedakan dalam dua bentuk
yakni, mikro adenoma dengan diameter lebih kecil dari 10 mm dan makro adenoma
kalau diameternya lebih dari 10 mm.

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

Adenoma hipofisis merupakan penyebab paling sering. Tumor pada umumnya


dijumpai disayap lateral sella tursica. Kadang-kadang tumor ektopik dapat pula
dijumpai digaris migrasi rathke pouch yaitu disinus sfenoidalis dan di daerah para
farings.
o Akromegali yang disebabkan oleh karena GHRH (Growth Hormone Realising
Hormon) sangat jarang (kurang dari 1%). Namun secara klinis keadaan ini
sulit dibedakan dengan akromegali yang disebabkan oleh karena adeno
hipofisis. Perbedaannya hanya dibuat atas dasar pemeriksaan histopatologis
yang mendapatkan adanya hyperplasia dan bukan adanya adenoma. Penyebab
lain adalah tumor Is Let Sel pancreas yang menghasilkan HP (Isolated Ectopic
Production Of GH).

2.6

PATWAY

Adenoma
(tumor hipofisis jinak)
Sel tumbuh abnormal

Fungsi organ terhambat


Hipotalamus
mensekresikan hormon
pertumbuhan
Pertumbuhan tulang yang
berlebihan
gigantisme

Tulang mengalami
kelainan
Tubuh menjadi
semakin tinggi

Jaringan membesar
pada tungkai dan
lengan

Peradangan tungkai
dan lengan

Perubahan penampilan
fisik

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

Kurang pengetahuan

Pertumbuhan
berlebihan pada tulang
rahang (mandibula) &
lidah membesar

MK: Perubahan
proses keluarga
Kesulitan makan

Kelemahan pada
tungkai dan lengan
MK: Gangguan
body image

2.7

MK: Gangguan
mobilitas fisik

Intake makan

MK: pola nutrisi


kurang dari
kebutuhan

KOMPLIKASI
1. Carpal Tunnel Syndrome.
Penyakit pada pergelangan tangan akibat adanya penekanan syaraf atau nervus
medianus pada saat melalui terowongan carpal pada pergelangan tangan yang
diakibatkan karena pembesaran jaringan biasanya pasien merasa kesemutan.
2. Penyakit arteri koroner.
Menyempit ataupun tersumbatnya pembuluh darah arteri karena penimbunan plak
pada dinding arteri.
3. Kardiomiopati yang disertai aritmia, hipertrofi ventikular kiri dan fungsi diastolik
menurun merupakan penyakit yang melemahkan dan memperbesar otot jantung atau
disebut juga miokardium
4. Obstruksi jalan nafas atas disertai sleep apnea (henti nafas saat tidur)
Sleep apnea biasanya disebabkan karena penebalan lidah pasien sehingga lidah
menggulung ke belakang dan menutupi jalan nafas pasien.
5. Hipertensi
6. Diabetes melitus dan intoleransi glukosa
Hal ini disebabkan karena peningkatan kadar HP akan menurunkan sensitifitas insulin
sehingga transportasi glukosa ke sel pun terganggu sehingga menyebabkan
peningkatan kadar glukosa darah dan terjadilah hipergikemia.
7. Kelumpuhan saraf
a. Saraf ke III saraf okulomotor yaitu saraf jenis sensorik yang mempengaruhi
pergerakan mata.

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

b.

Saraf ke IV saraf troklearis yaitu saraf jenis motorik yang mempengaruhi

c.

pergerakan mata ke bawah dan ke dalam.


Saraf ke V saraf trigeminalis merupakan jenis saraf sensorik an motorik
mempengaruhi sensasi pada wajah, kulit kepala, kornea, dan pergerakan

d.

rahang untuk mengunyah.


Saraf ke VI saraf abdusens merupakan jenis saraf motorik yang
mempengaruhi pergerakan mata ke lateral.

2.8

PEMERIKSAAN PENUNJANG
1.
2.
3.

Rontgen tengkorak untuk melihat penebalan tulang.


CT scan otak.
Laboratorium darah yaitu pemeriksaan darah yang mengukur kadar GH akan

4.
5.

menunjang diagnosis gigantisme dan akromegali.


Tes toleransi glukosa.
Rontgen tangan dapat menunjukkan penebalan tulang dibawah ujung jari tangan
dan pembengkakan jaringan disekitar tulang.

2.9

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Kepastian diagnosis dilakukan dengan pemeriksaan hormon pertumbuhan.
Sebagai uji penyaring pemeriksaan SM-G (IGF-1) kemungkinan dianggap paling
baik.
2. CT-Scan kepala. MRI untuk mengetahui adanya tumor hipofisis makro maupun
mikro.
3. Tes supresi hormon pertumbuhan (GH supresin tes) dengan beban glukosa 100gr.
Dinilai abnormal kalau terdapat kegagalan penekanan sampai dibawah 2g/l.
(Rumohargo. 1999)

2.10

PENATALAKSANAAN

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

Tujuan pengobatan adalah:


1. Menormalkan tubuh kembali kadar GH atau IGF1/SM-C.
2. Memperkecil tumor atau menstabilkan besarnya tumor.
3. Menormalkan fungsi hipofisis.
4. Mencegah komplikasi akibat kelebihan kadar GH/IFG1 atau SM-C akibat
pembesaran tumor.

2.10.1

TERAPI PEMBEDAHAN PADA AKROMEGALI DAN GIGANTISME


Dalam hal ini dikenal 3 macam terapi, yaitu:
1.

Terapi pembedahan.
Terapi pembedahan adalah cara pengobatan utama. Dikenal 2 macam
pembedahan tergantung dari besarnya tumor yaitu:
a. Bedah makro dengan melakukan pembedahan pada batok kepala
b.

(TC atau Trans Cranial).


Bedah
mikro
(TESH/

Trans

Ethmoid

Sphenoid

Hypophysectomy). Cara terakhir TESH ini dilakukan dengan


cara pembedahan melalui sudut antara celah intra orbita dan
jembatan hidung antara kedua mata untuk mencapai tumor
hipofisis.
2.

Terapi radiasi.
Indikasi radiasi adalah sebagai terapi pilihan secara tunggal, kalau
tindakan operasi tidak memungkinkan dan menyertai tindakan
pembedahan atau masih terdapat gejala aktif setelah terapi pembedahan
dilakukan.
Tindakan radiasi dapat dilaksanakan dalam 2 cara, yaitu:
a. Radiasi secara konversional (Conventinal High
b.

Voltage

Radiation, 45 69 4500 RAD).


Radiasi dengan energy tinggi partikel berat (High Energy
Particles Radiation, 150 69 15000 RAD).

3.

Terapi medikamentosa.
Agosis dopamine
Pada orang normal dopamine atau agosis dopamine dapat
meningkatkan kadar HP tetapi tidak demikian halnya pada pasien

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

akromegali. Pada akromegali dopamine ataupun agosis dopamine


menurunkan kadar HP dalam darah.

Contoh agosis dopamine:


a. Brokriptin
Dianjurkan memberikan dosis 2,5 mg sesudah makan
malam, dan dinaikkan secara berkala 2,5 mg setiap 2-4 hari.
Perbaikan klinis yang dicapai antara lain adalah:
Ukuran tangan dan jari mengecil, serta
Terjadi perbaikan gangguan toleransi glukosa
Efek samping yang terjadi adalah vaso spasme digital,
hipotensi ortostatik, sesak nafas ringan, nausea, konstipasi,
dll.
b.

Ocreotide (Long Acting Somatostatin Analogue)


Cara pemberian melalui subkutan.
Dosis: dosis rata-rata adalah 100-200 mikrogram diberikan
setiap 8 jam.
Perbaikan klinis yang dicapai:
Menurunkan kadar HP menjadi dibawah 5 mikrogram/

1 pada 50 kasus
Menormalkan kadar IGF1/ SM-C pada 50% kasus
Penyusunan tumor
Efek samping: ringan dan mempunyai sifat sementara
yaitu nyeri local/ di daerah suntikan dan kram perut.

BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP)

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

3.1

PENGKAJIAN
A.

B.

Biodata pasien
Nama
Umur
Jenis kelamin
Suku
Status
Golongan darah

: Ny.E
: 44 tahun
: Perempuan
: sunda
: sudah menikah
:B

Anamnesa
1. Keluhan Utama (KU):
mengeluh pembesaran pada telapak kaki dan tangannya.
2.

Riwayat Penyakit Sekarang (RPS):


pembesaran pada telapak tangan dan kaki, 3 bulan yang lalu klien
mulai merasakan kulit yang melapisi hidung, bibir, dan bagian dari
wajah menjadi tebal dan kasar, rahang menjadi lebih menonjol, kulit

3.
4.

lebih berlemak, lidah kian besar suara memberat.


Riwayat Penyakit Dahulu (RPD):
__
Riwayat Penyakit Keluarga (RPK):
Gigantisme dan akromegali tidak diturunkan dari riwayat keluarga
yang memilki penyakit akromegali dan gigantisme.

3.2

PEMERIKSAAN FISIK
1.

BREATH (B1)
Biasanya pada pasien akromegali dan gigantisme tidak terjadi perubahan
pola nafas. Bunyi nafas normal. Gangguan nafas biasanya terjadi akibat
adanya proses pembesaran tumor hipofisis.

2.

BLOOD (B2)
Pada gigantisme biasanya tidak terjadi perubahan dalam kerja jantung. Pada
akromegali jantung biasanya membesar dan fungsinya sangat terganggu

3.

sehingga terjadi gagal jantung.


BRAIN (B3)
Pada tumor hipofisis yang mengakibatkan akromegali biasanya terjadi nyeri
kepala bitemporal, gangguan penglihatan disertai hemi-anopsia bitemporal

4.

akibat penyebaran supraselar tumor dan penekanan kiasma optikum.


BLADDER (B4)
Pada gigantisme terjadi pertumbuhan alat kelamin yang tidak sempurna. Pola
BAK biasanya normal. Pada akromegali terdapat penurunan libido,

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

impotensi, oligomenorea, infertilitas, nyeri senggama pada wanita, batu


5.

ginjal.
BOWEL (B5)
Biasanya pola BAB normal, terjadi deformitas mandibula disertai timbulnnya
prognatisme (rahang ang menjorok ke depan) dan gigi geligi tidak dapat
menggigit sehingga meyulitkan dalam mengunyah makanan. Pembesaran
mandibula menyebabkan gigi-gigi renggang, lidah juga membesar sehingga

6.

penderita sulit berbicara. (Price, 2005)


BONE (B6)
Pada gigantisme pertumbuhan longitudinal, pembesaran pada kaki dan
tangan perubahan bentuk yang terjadi membesar. Deformitas tulang belakang
karena pertumbuhan tulang yang berlebihan, mengakibatkan timbulnya nyeri
punggung dan perubahan fisiologik tulang belakang. Terdapat nyeri sendi

7.
8.

pada bahu tulang dan lutut. (Price, 2005)


Atropometri : Tanda tanda vital
Pemeriksaan
Nadi
Suhu
TD
RR

9.

Nilai normal
60-80x/menit
37,5C
110/80
12-20x/menit

Pemeriksaan laboratorium.
Pemeriksaan
Hb
Leukosit
Ht
Eritrosit
Trombosit

3.3

Hasil
98X/menit
35,1C
120/90
20X/menit

Hasil
12,8
5.900
37%
4,31
2,5

Nilai normal
12-16
4500-13.500
35%-52%
150.000-450.000

DATA FOCUS

Inspeksi
pembesaran pada telapak tangan dan kaki, lidah membesar, suara berat.
Palpasi
kulit yang melapisi hidung, bibir, wajah menjadi tebal, kulit

berminyak.
Auskultasi : Perkusi
:3.4
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Keperawatan

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

1. Gangguan body image berhubungan dengan perubahan penampilan fisik


ditandai dengan klien merasa malu dengan kondisinya.
Tujuan:
Tidak terjadi penurunan bodi image pada klien.
Kriteria Hasil
Klien dapat menerima perubahan diri.
Klien mau bersosialisasi dengan lingkungan.

Intervensi

Rasional

1. Pertahankan lingkungan yang kondusif.


2.
3.
4.
5.
6.

1. Agar pasien dapat mengungkapkan tentang


perasaan dan anggapan mengenai
keadaannya.
Kaji klien dengan mengidentifikasi dan
2. Untuk membantu pasien dalam mengatasi
mengembangkan mekanisme koping untuk
perubahan fisik.
mengatasi perubahan fisik.
Ikut sertakan klien dalam merencanakan
3. Keterlibatan klien dapat meningkatkan dan
perawatan dan membuat jadwal aktivitas.
memperbaiki rasa percaya diri klien.
Bantu pasien mengidentifikasi
4. Membantu klien untuk mengalihkan
kekuatannya serta segi-segi positif yang
perhatian tentang keadaannya dg melakukan
dapat dikembangan oleh klien.
hobi yang positif.
Berikan bantuan positif dari orang-orang
5. Dukungan positif orang-orang terdekat dapat
terdekat klien.
meringankan beban klien dan membantu
Berikan support dan keyakinan kepada
klien dalam mengatasi gangguan citra diri.
klien bahwa penyakitnya dapat sembuh
6. Meningkatkan koping dan kepercayaan
dengan pengobatan teratur
pasien terhadap kesembuhan penyakit.

Diagnosa keperawatan:
2. Resiko tinggi perubahan pola nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh
b.d
peningkatan
metabolisme,
lidah
membesar,
mandibula tumbuh berlebih, gigi menjadi terpisah-pisah.
Tujuan :

Nutrisi klien adekuat.

Kriteria Hasil :

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

Klien tidak mengalami penurunan berat badan yang berarti .


Nafsu makan klien meningkat.

Intervensi
1. Beri makan sedikit tapi sering
(termasuk cairan).
2. Masukkan makanan kesukaan
dalam diet.
3. Anjurkan untuk makan sendiri,
bila mungkin (kelemahan otot
dapat membuat keterbatasan).
4. Memilih makanan dari daftar
menu.
5. Atur makanan secara menarik
diatas nampan (piring).
6. Atur jadwal pemberian makanan.
7. Berikan makanan yang bergizi
tinggi dan berkualitas.

Rasional
1. Memenuhi nutrisi klien
2. Membantu menambah nafsu makan
klien
3. Agar otot otot pasien bisa terlatih
selama pasien berada di rumah
sakit.
4. Agar si pasien tidak cepat bosan
dengan menu makanan yang sudah
di sediakan oleh rumah sakit.
5. Agar pasien merasa terhibur dan
diperhatikan oleh perawat maupun
keluarganya.
6. Agar
nutrisi
sesuai
dengan
kebutuhan klien
7. Agar kebutuhan klien terpenuhi
dengan cukup dan mempercepat
penyembuhan

Diagnosa Keperawatan:
3. Perubahan
gigantisme.

proses

keluarga

b.d

keluarga

dengan

Tujuan :
Mempersiapkan keluarga untuk dapat merawat anggota dengan
gigantisme keluarga dapat beradaptasi dengan penyakitnya
Kriteria Hasil:
Keluarga dapat mengatasi masalah yang timbul dari adanya tanda
dan gejala yang muncul dan memberikan atau menyediakan
lingkungan yang sesuai dengan kondisi klien.
Intervensi

Askep gigantisme.2A.Kel.7

Rasional

18

1. Berikan dukungan emosional


pada keluarga dan klien.
2. Anjurkan orang tua untuk
mengekspresikan perasaannya.
3. Anjurkan klien untuk berbagi
rasa tidak berdaya, malu,
ketakutan
yang
berkaitan
dengan manifestasi penyakit.
4. Bertindak sebagai pembela dan
penghubung klien dan keluarga
dengan anggota tim perawatan
kesehatan lainnya.
5. Anjurkan
klien
untuk
bersosialisasi
dengan
lingkungan sekitar.

1. Meringankan tekanan psikis klien


dan keluarga
2. Mengetahui perasaan orang tua
dan membantu mencarikan solusi
3. Menghindari perilaku menarik diri
klien
4. Menjadikan
hubungan
klien,
keluarga klien dan tim perawat
baik
sehingga
memudahkan
tindakan perawatan
5. Membangun
kepercayaan
kembali untuk bersosialisasi

diri

6. Dorong
keterlibatan
klien 6. Menghindarkan klien dari stres
dalam aktifitas rekreasi dan
aktivitas
pengalihan
yang
sesuai dengan usia.
Diagnosa Keperawatan:
4. Gangguan mobilitas fisik
b.d hipermetabolik
peningkatan kebutuhan energi.

dengan

Tujuan :
Menunjukkan perbaikan kemampuan berpartisipasi dalam melakukan
aktifitas.

Kriteria Hasil :

Tidak terjadi kelelahan yang berarti pada klien setelah


melakukan aktivitas.
Klien tidak merasa malas saat akan melakukan aktivitas.
Intervensi

Askep gigantisme.2A.Kel.7

Rasional

18

1. Kaji tanda-tanda vital.


2. Ciptakan lingkungan yang tenang
: ruangan yang dingin, turunkan
stimulasi sensori.
3. Sarankan klien untuk mengurangi
aktivitas
dan meningkatkan istirahat di
tempat tidur.
4. Berikan tindakan yang membuat
klien nyaman; sentuhan, masage.
5. Memberikan aktivitas pengganti
yang menyenagkan dan tenang;
membaca, mendengarkan radio
dan menonton televisi.
6. Berikan obat sesuai
sedatif (fenobarbital ).

1. Mengetahui perkembangan klien


2. Menurunkan stimulasi yang
kemungkinan besar dapat
menimbulkan agitasi, hiperaktif,
dan insomnia
3. Membantu melawan pengaruh
dari peningkatan metabolism
4. Dapat menurunkan energy
dalam saraf yang selanjutnya
meningkatkan relaksasi
5. Memungkinkan untuk
menggunakan energy dengan
cara konstruktif dan mungkin
juga akan menurunkan ansietas

indikasi, 6. Untuk mengatasi keadaan


(gugup,) hiperaktif dan insomnia

BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Akromegali dan gigantisme terjadi akibat hipersekresi persisten dari GH, yang
merangsang sekresi IGF-1 oleh hati dan akhirnya menyebabkan manifestasi klinis.

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

Akromegali terjadi apabila peningkatan GH terjadi setelah dewasa sedangkan pada anakanak / remaja akan muncul sebagai gigantisme.
Penyebab terbanyak (95%) dari akromegali / gigantisme adalah adenoma
hipofisis yang mensekresi GH , jarang sekali disebabkan oleh GH / GHRH ektopik.
Gambaran klinik ditentukan oleh tingginya GH/IGF-1 dan efek massa tumor.
Konsekuensi akromegali / gigantisme : meningkatkan angka morbiditas dan motalitas,
terutama oleh komplikasi cardioserobrovaskuler dan pernafasan.
Pilihan utama pengobatan adalah operasi transsphenoid, namun akhir-akhir ini
pesat perkembangan pengobatan medis / farmakologis. Oleh karena pengobatan radiasi
masih banyak kelemahannya, penggunaannya hanya sebagai penunjang pada kasus-kasus
tertentu
B. SARAN
Kepada mahasiswa (khususnya mahasiswa perawat) atau pembaca disarankan
agar dapat mengambil pelajaran dari asuhan keperawatan (askep) ini sehingga apabila
terdapat tanda dan gejala penyakit gigantisme maka kita dapat melakukan tindakan yang
tepat agar penyakit tersebut tidak berlanjut ke arah yang lebih buruk. Dan disarankan
kepada orang tua agar menjaga/menghindarkan anak-anak dari bahan-bahan yang dapat
menyebabkan penyakit gigantisme.

Askep gigantisme.2A.Kel.7

18

Vous aimerez peut-être aussi