Vous êtes sur la page 1sur 18

TUGAS MANDIRI PBL BLOK 18 SISTEM RESPIRASI 2

Nama

: Andrie Yogie Putra

NIM

: 10 - 2007 - 129

Kelompok

:B-6

Tutor

: dr. Friska Mardianty

Skenario B

SASARAN BELAJAR :

Asma Bronkial
Asma bronkhial adalah penyakit jalan nafas obstruktif intermitten, reversible dimana
trakeobronkial berespon secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu.
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus terhadap
berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan
derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American
Thoracic Society).

Diagnosis asma bronchial :


1. Anamnesis
a. Keluhan sesak nafas, mengi, dada terasa berat atau tertekan, batuk berdahak yang tak
kunjung sembuh, atau batuk malam hari.
b. Semua keluhan biasanya bersifat episodik dan reversible.
c. Mungkin ada riwayat keluarga dengan penyakit yang sama atau penyakit alergi yang lain.

2. Pemeriksaan
- Pemeriksaan Fisik :
a. Keadaan umum : penderita tampak sesak nafas dan gelisah, penderita lebih nyaman dalam
posisi duduk.
b. Jantung

: pekak jantung mengecil, takikardi.

c. Paru

Inspeksi

: dinding torak tampak mengembang, diafragma terdorong ke bawah.

Auskultasi : terdengar wheezing (mengi), ekspirasi memanjang.


Perkusi

: hipersonor

Palpasi

: Vokal Fremitus kanan = kiri

- Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah rutin didapat peningkatan eosinofil dan Ig E
b. Sputum didapat adanya eosinofil, spiral crushman, kristal charcot Leyden.
c. Foto toraks dapat normal diluar serangan, hiperinflasi saat serangan, adanya penyakit
lain
d. Faal paru (spirometri /peak flow meter) menilai berat obstruksi, reversibilitas,
variabilitas
e. Uji provokasi bronkus untuk membantu diagnosis

3. Diagnosis Kerja

Asma Bronkial
Etiologi
Sampai saat ini etiologi dari asma bronchial belum diketahui. Berbagai teori sudah
diajukan, akan tetapi yang paling disepakati adalah adanya gangguan parasimpatis (hiperaktivitas
saraf kolinergik), gangguan Simpatis (blok pada reseptor beta adrenergic dan hiperaktifitas
reseptor alfa adrenergik).

Gambar 1 : tipe asma


Berdasarkan penyebabnya, asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1. Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan aspirin)
dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya suatu predisposisi
genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor pencetus spesifik seperti
yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan asma ekstrinsik.
2. Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang tidak
spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan oleh adanya

infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi lebih berat dan sering
sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang menjadi bronkhitis kronik dan
emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma gabungan.
3. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.

Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma
bronkhial, antara lain :
1. Faktor predisposisi
Genetik. Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya
mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi
ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktor
pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2. Faktor presipitasi
a. Alergen, dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan (debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi)

Ingestan, yang masuk melalui mulut (makanan dan obat-obatan)


Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit (perhiasan, logam dan jam
tangan)
b. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim
kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan
debu.
c. Stress
Stress/gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa
memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul
harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguan emosi perlu
diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum
diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di laboratorium
hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu
libur atau cuti.

e. Olahraga/ aktifitas jasmani yang berat


Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau olahraga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan
asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas
tersebut.

Patofisiologi
Asma ditandai dengan kontraksi spastik dari otot polos bronkus yang menyebabkan sukar
bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas bronkhioulus terhadap benda-benda
asing di udara. Reaksi yang timbul pada asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai
berikut : seorang yang alergi mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody
IgE abnormal dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi dengan
antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel mast yang terdapat
pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila
seseorang menghirup alergen maka antibody IgE orang tersebut meningkat, alergen bereaksi
dengan antibodi yang telah terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan
berbagai macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), faktor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin.

Gambar 2. mekanisme asma


Efek gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada dinding
bronkhioulus kecil maupun sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkhioulus dan spasme
otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan saluran napas menjadi sangat meningkat.

Gambar 3. Penyempitan saluran nafas

Pada asma, diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada selama
inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa menekan bagian luar
bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian, maka sumbatan selanjutnya adalah
akibat dari tekanan eksternal yang menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada
penderita asma biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat kesukaran mengeluarkan
udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan barrel chest.
Klasifikasi

Derajat
Intermiten

Gejala
Gejala kurang dari 1x/minggu

Mild persistan

Asimtomatik
-Gejala lebih dari 1x/minggu tapi
kurang dari 1x/hari

Gejala malam
Faal paru
Kurang dari 2 kali dalamAPE > 80%
sebulan
Lebih dari 2 kali dalam

APE >80%

sebulan

-Serangan dapat menganggu Aktivitas

Moderate

dan tidur
-Setiap hari,

persistan

Lebih

kali

dalamAPE

60-

seminggu

80%

Sering

APE <60%

-serangan 2 kali/seminggu, bisa


berahari-hari.
-menggunakan obat setiap hari

Severe

-Aktivitas & tidur terganggu


- gejala Kontinyu

persistan
-Aktivitas terbatas
-sering serangan

Manifestasi Klinis
Penyakit asma mempunyai manifestasi fisiologis berbentuk penyempitan yang meluas
pada saluran udara pernafasan yang dapat sembuh spontan atau sembuh dengan terapi. Penyakit
ini brsifat episodik dengan eksaserbasi akut yang diselingi oleh periode tanpa gejala.
Keluhan utama penderita asma adalah sesak napas mendadak disertai inspirasi yang lebih
pendek dibandingkan dengan fase ekspirasi dan diikuti oleh bunyi mengi (wheezing), batuk yang
disertai serangan sesak napas yang kumat-kumatan. Pada beberapa penderita asma keluhan
tersebut dapat ringan, sedang atau berat dan sesak napas penderita timbul mendadak, dirasakan
makin lama makin meningkat atau tiba-tiba menjadi berat. Hal ini sering terjadi terutama pada
penderita dengan rhinitis alergika atau radang saluran napas bagian atas. Sedangkan pada
sebagian besar penderita keluhan utama ialah sukar bernapas disertai rasa tidak enak di daerah
retrosternal.
Status Asmatikus adalah keadaan darurat medik paru berupa serangan asma yang berat
atau bertambah berat yang bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim
diberikan. Refrakter adalah tidak adanya perbaikan atau perbaikan yang sifatnya hanya singkat,
dengan waktu pengamatan antara satu sampai dua jam.

Gambaran klinis status asmatikus :


Penderita tampak sakit berat dan sianosis.
Sesak nafas, bicara terputus-putus.
Banyak berkeringat, bila kulit kering menunjukkan kegawatan sebab penderita sudah jatuh
dalam dehidrasi berat.
Pada keadaan awal kesadaran penderita mungkin masih cukup baik, tetapi lambat laun
dapat memburuk yang diawali dengan rasa cemas, gelisah kemudian jatuh ke dalam koma.

Komplikasi
1. Pneumotoraks
2. Pneumodiastinum dan emfisema subcutis
3. Atelektasis
4. Gagal nafas

4. Diagnosis Banding
1. Bronkitis kronis

Ditandai dengan batuk kronik menegluarkan sputum 3 bulan dalam setahun paling
sedikti terjadi dua tahun. Gejala utama batuk disertai sputum biasanya terjadi pada
penderita > 35 tahun dan perokok berat. Gejalanya berupa batuk di pagi hari, lama-lama
disertai mengi, menurunya kemampuan kegiatan jasmani pada stadium lanjut ditemukan
sianosis dan tanda-tanda kor pumonal.
2. Emfisema paru
Sesak merupakan gejala utama emfisema, sedangkan batuk dan mengi jarang
menyertainya. Penderita biasanya kurus. Berbeda dengan asma, emfisema biasanya tida ada
fase remisi, penderita selalu merasa sesak pada saat melakukan aktivitas. Pada pemeriksaan
fisik di dapat dada seperti tong, gerakan nafas terbatas, hipersonor, pekak hati menurun,
suara vesikuler sangat lemah. Pada foto dada di dapat adanya hiperinflasi.
3. Gagal jantung kiri
Gejala gagal jantung yang sering terjadi pada malam hari dikenal sebagai paroksisimal
dispneu. Penderita tiba-tiba terbangun pada malam hari karena sesak, tetapi sesak
berkurang jika penderita duduk. Pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya kardiomegali
dan udem paru.

4. Emboli paru
Hal-hal yang dapat menimbulkan emboli paru adalah gagal jantung dan tromboflebitis
dengan gejala sesak nafas, pasien terbatuk-batuk disertai darah, nyeri pleura, keringat

dingin, kejang, dan pingsang. Pada pemeriksaan fisik didapat ortopnea, takikardi, gagal
jantung kanan, pleural friction, gallop, sianosis, dan hipertensi.

5. Penatalaksanaan :
1. Tujuan pengobatan asma
a. Menghilangkan & mengendalikan gejala asma
b. Mencegah eksaserbasi akut
c. Meningkatkan & mempertahankan faal paru optimal
d. Mengupayakan aktivitas normal (exercise)
e. Menghindari ESO
f. Mencegah airflow limitation irreversible
g. Mencegah kematian
2. Terapi awal
a. Pasang Oksigen 2-4 liter/menit dan pasang infuse RL atau D5.
b. Bronkodilator (salbutamol 5 mg atau terbutalin 10 mg) inhalasi dan pemberian dapat
diulang dalam 1 jam.
c. Aminofilin bolus intravena 5-6 mg/kgBB, jika sudah menggunakan obat ini dalam 12
jam sebelumnya cukup diberikan setengah dosis.

d. Anti inflamasi (kortikosteroid) menghambat inflamasi jalan nafas dan mempunyai efek
supresi profilaksis
e. Ekspektoran adanya mukus kental dan berlebihan (hipersekresi) di dalam saluran
pernafasan menjadi salah satu pemberat serangan asma, oleh karenanya harus
diencerkan dan dikeluarkan, misalnya dengan obat batuk hitam (OBH), obat batuk putih
(OBP), gliseril guaiakolat (GG).
f. Antibiotik hanya diberikan jika serangan asma dicetuskan atau disertai oleh
rangsangan infeksi saluran pernafasan, yang ditandai dengan suhu yang meninggi.
Antibiotika yang efektif adalah :
1. Pengobatan berdasarkan saat serangan :
a. Reliever/Pelega:
Gol. Adrenergik:

Adrenalin/epinephrine 1 : 1000 ? 0,3 cc/sc

Ephedrine: oral

Short Acting beta 2-agonis (SABA)

Salbutamol (Ventolin): oral, injeksi, inhalasi

Terbutaline (Bricasma): oral, injeksi, inhalasi

Fenoterol (Berotec): inhalasi

Procaterol (Meptin): oral, inhalasi

Orciprenaline (Alupent): oral, inhalasi

Gol. Methylxantine:

Aminophylline: oral, injeksi

Theophylline: oral

Gol. Antikolinergik:

Atropin: injeksi

Ipratropium bromide: inhalasi

Gol. Steroid:

Methylprednisolone: oral, injeksi

Dexamethasone: oral, injeksi

Beclomethasone (Beclomet): inhalasi

Budesonide (Pulmicort): inhalasi

Fluticasone (Flixotide): inhalasi

b. Controller/Pengontrol:
Gol. Adrenergik
Long-acting beta 2-agonis (LABA) Salmeterol & Formoterol (inhalasi)

Gol. Methylxantine: Theophylline Slow Release


Gol. Steroid: inh., oral, inj.
Leukotriene Modifiers: Zafirlukast
Cromolyne sodium: inhalasi
Kombinasi LABA & Steroid: inhalasi

2. Terapi serangan asma akut

Berat

Terapi

lokasi

ringannya
serangan
Ringan
Terbaik : Agonis beta 2 inhalasi diulang setia Di rumah
1 jam

Sedang

Alternatif : agonis beta 2 oral 3 X 2 mg


Terbaik : oksigen 2-4 liter/menit dan agonis - puskesmas
beta 2 inhalasi
- klinik rawat jalan
Alternatif

:agonis

beta

IM/adrenalin

subkutan. Aminofilin 5-6mg/kgbb

- IGD
-praktek dokter umum
-rawat inap jika tidak ada

Berat

Terbaik :

respons dalam 4 jam.


- IGD

-Oksigen 2-4 liter/menit

- Rawat inap apabila dalam 3


jam belum ada perbaikan

-agonis beta 2 nebulasi diulang s/d 3 kali


dalam 1 jam pertama

-pertimbangkan masuk ICU


jika

keadaan

-aminofilin IV dan infuse


progresif.
-steroid IV diulang tiap 8 jam
Mengancam Terbaik
jiwa
-lanjutkan terapi sebelumnya

ICU

memburuk

-pertimbangkan

intubasi

dan

ventilasi

mekanik
3. Terapi Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk
a. meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit
asma sendiri)
b. meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma
mandiri)
c. membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma

6. Pencegahan
a. Menjauhi alergen, bila perlu desensitisasi
b. Menghindari kelelahan
c. Menghindari stress psikis
d. Mencegah/mengobati ISPA sedini mungkin
e. Olahraga renang, senam asma

7. Prognosis

Vous aimerez peut-être aussi