Vous êtes sur la page 1sur 36

MAKALAH KAPITA SELEKTA FARMASI KLINIK

INFEKSI SALURAN KEMIH


Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kapita Selekta Farmasi Klinik

Disusun oleh:
Lutfiara Sabella

1061511054

A Gusti

1061521001

Anita Wulandari

1061521013

Dewi Ariyani

1061521022

Fahrudin Arif

1061521033

Fransisca F

1061521035

Juniah

1061521044

PROGRAM STUDI PROFESI APOTEKER


SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASI
SEMARANG
2016

BAB I
PENDAHULUAN
Secara global infeksi saluran kemih masih menjadi masalah
kesehatan yang penting dan banyak dijumpai di berbagai unit
pelayanan kesehatan dasar hingga subspesialistik (Kusnan, 2014).
Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearing
house (NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua tersering
setelah infeksi saluran pernafasan yaitu sebanyak 8,1 juta kasus per
tahun. Jumlah pasien ISK perempuan dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan pasien laki-laki yaitu 1,2% versus 0,6%.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu reaksi inflamasi sel-sel
urotelium melapisi saluran kemih, sebagai bentuk pertahanan yang
disebabkan karena masuknya bakteri ke dalam saluran kemih dan
berkembangbiak di dalam media urin (Purnomo, 2003). Komplikasi ISK
yang paling berat adalah urosepsis yang menyumbang angka kematian
yang tinggi yaitu 25% sampai 60% dan bisa menyebabkan terjadinya
gagal ginjal akut yang dapat mengancam nyawa penderita penyakit ini
(Kusnan, 2014). Seseorang dapat dicurigai sebagai penderita ISK
apabila ditemukan bakteri di dalam urin karena pada saluran kemih
normal tidak dihuni oleh bakteri aerob atau mikroba lain (Kumala et al.,
2009).

Mikroorganisme

yang

paling

sering

ditemukan

sebagai

penyebab ISK adalah jenis aerob yaitu Escherecia coli, Klebsiella


aerogenes, dan Acinetobacter calcoaceticus (Samirah et al., 2006).
Antibiotik

merupakan

golongan

obat

yang

paling

banyak

digunakan di dunia untuk mengatasi penyakit yang terjadi akibat


adanya infeksi bakteri. Di negara berkembang 30-80% penderita yang
dirawat di rumah sakit mendapatkan terapi antibiotik. Dari persentase
tersebut ditemukan 20-65% penggunaan antibiotiknya dianggap tidak
tepat (Febrianto et al., 2013). Selain menggunakan antibiotik, tata
laksana terapi ISK juga memungkinkan penggunaan obat dari golongan
lain untuk meringankan gejala lain yangdapat dirasakan pasien ISK,
yaitu mual, muntah, demam, disuria, dan terdesak kencing yang

biasanya terjadi bersamaan disertai nyeri suprapubik dan daerah pelvis


(Israr, 2009).
Berdasarkan hal tersebut, perlu pemahaman tentang pengobatan
yang

tepat

terhadap

penyakit

ISK,

sehingga

DRP

dapat

dihindari,memudahkan dalam memberikan informasi dan konseling


terhadap pasien.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Defenisi dan Klasifikasi Infeksi Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi di sepanjang
saluran kemih, termasuk ginjal itu sendiri, akibat proliferasi suatu
mikroorganisme. Sebagian besar infeksi saluran kemih disebabkan oleh
bakteri, tetapi virus dan jamur juga dapat menjadi penyebabnya
(Corwin,

2007).

Infeksi

saluran

kemih

merupakan

jenis

infeksi

nosokomial yang sering terjadi. Beberapa penelitian menyebutkan,


infeksi saluran kemih merupakan 40% dari seluruh infeksi nosokomial
dan

dilaporkan

80%

infeksi

saluran

kemih

terjadi

sesudah

instrumentasi, terutama oleh kateterisasi (Darmadi, 2008).


Infeksi saluran kemih diklasifikasikan berdasarkan (Sukandar E,
2006 ):
1. Anatomi
ISK bawah, presentasi klinis ISK bawah tergantung dari gender.
a. Perempuan
Sistitis, adalah presentasi klinis infeksi saluran kemih disertai
bakteriuria bermakna. Sindrom uretra akut (SUA), adalah
presentasi

klinis

sistitis

tanpa

ditemukan mikroorganisme

(steril).
b. Laki-laki
Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis,
prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
ISK Atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.

Obstruksi saluran kemih serta refluk vesikoureter dengan atau


tanpa bakteriuria kronik sering diikuti pembentukan jaringan
ikat parenkim ginjal yang ditandai pielonefritis kronik yang
spesifik.
2. Klinis
ISK sederhana/ tidak komplikasi, yaitu ISK yang terjadi pada
perempuan yang tidak hamil dan tidak terdapat disfungsi
stuktural ataupun ginjal.
ISK berkomplikasi, yaitu ISK yang berlokasi di vesika urinaria, ISK
pada anak-anak, laki-laki, atau ibu hamil.
B. Epidemiologi
ISK tergantung banyak faktor; seperti usia, gender, prevalensi bakteriuria, dan faktor
predisposisi yang menyebabkan perubahan struktur saluran kemih termasuk ginjal.
Selama periode usia beberapa bulan dan lebih dari 65 tahun perempuan cenderung
menderita ISK dibandingkan laki-laki. ISK berulang pada laki-laki jarang dilaporkan,
kecuali disertai faktor predisposisi (pencetus). Prevalensi bakteriuria asimtomatik lebih
sering ditemukan pada perempuan. Prevalensi selama periode sekolah (school girls) 1 %
meningkat menjadi 5% selama periode aktif secara seksual. Prevalensi infeksi
asimtomatik meningkat mencapai 30%, baik laki-laki maupun perempuan bila disertai
faktor predisposisi seperti berikut litiasis, obstruksi saluran kemih, penyakit ginjal
polikistik, nekrosis papilar, diabetes mellitus pasca transplantasi ginjal, nefropati
analgesik, penyakit sickle-cell, senggama, kehamilan dan peserta KB dengan table
progesterone, serta kateterisasi. (Sukandar, E., 2004).

Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di 2,7% lelaki
dan 0,7% di perempuan (Wettergren, Jodal, and Jonasson, 1985). Insidens ISK pada lelaki
yang tidak disunat adalah lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12%
berbanding 0,11%) pada usia hidup 6 bulan pertama ( Wiswell and Roscelli, 1986). Pada
anak berusia 1-5 tahun, insidens bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5%,
sementara berkurang di lelaki menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5
tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran kemih, seperti
vesicoureteral reflux atau obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada
anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan
kelainan fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding.Menjelang remaja,
insidens ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara
konstan pada lelaki muda.Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang didiagnosis
pada wanita muda tiap tahun.Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun adalah
berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK bertambah secara
signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas dan mortalitas ISK paling tinggi pada
kumpulan usia yang <1 tahun dan >65 tahun. (Nguyen, H.T., 2004).

C. Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril.Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram
negatif.Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang simtomatik
maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus mirabilis (30 %
dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 % pada anak
perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai
penyebab.
Tabel 2.2: Famili, Genus dan Spesies mikroorganisme (MO) yang Paling Sering
Sebagai Penyebeb ISK (Sukandar, E., 2004). Organisme gram positif seperti
Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus
viridans jarang ditemukan.Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih
pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species.Pada ISK nosokomial atau ISK
kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas (Lumbanbatu, S.M.,
2003).

D. Patofisiologi ISK
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative (Sukandar, E.,
2004).
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam
kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal.
Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat
jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan
lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus.
Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokkokus aureus) dikenal Nephritis
Lohein. Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi
hematogen (Sukandar, E., 2004).

E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis ISK secara umum adalah rasa panas dan nyeri saat buang air kecil,
sering buang air kecil dengan keinginan buang air kecil yang mendesak dan tiba-tiba, serta
rasa tidak nyaman di area suprapubik.Manifetasi ini dikategorikan sistitis atau ISK
bawah.Adanya keluhan nyeri pinggang, demam, dan urine berwarna kemerahan menunjukan
pielonefritis atau ISK atas (Lewis et al., 2007).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS ISK
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin, serta
jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.
Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan
protocol yang dianjurkan (Sukandar, E., 2004).
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.Renal imaging
procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram (USG),

radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop scanning
(Sukandar, E., 2004).
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosuria
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah
ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air
kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal.
Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai
pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan kultur.

Gambar 2.1. Leukosuria


b. Hematuria
Dipakai oleh beberapa peneliti sebagai petunjuk adanya ISK, yaitu bila dijumpai 5-10
eritrosit/LPB sedimen urin. Dapat juga disebabkan oleh berbagai keadaan patologis baik
berupa kerusakan glomerulus ataupun oleh sebab lain misalnya urolitiasis, tumor ginjal, atau
nekrosis papilaris.
3. Bakteriologis
a. Mikroskopis
Dapat digunakan urin segar tanpa diputar atau tanpa pewarnaan gram. Dinyatakan
positif bila dijumpai 1 bakteri /lapangan pandang minyak emersi.
b. Biakan bakteri

Gambar 2.2. Biakan bakteri


Dimaksudkan untuk memastikan diagnosis ISK yaitu bila ditemukan bakteri dalam
jumlah bermakna.

3. Tes kimiawi
Lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan
perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi
Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak,
infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)

Gambar 2.3. Plat celup

Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat
khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng
dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan
pengeraman semalaman pada suhu 37 C. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar
yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara
1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah
dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.

G. TERAPI
1. Tujuan terapi
Mencegah atau mengobati akibat sistemik dari infeksi
Membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
Mencegah terjadinya infeksi ulangan

2. Sasaran terapi
Mikroorganisme penyebab penyakit
Menghilangkan gejala
Mengatasi anemia mikrositik
3 Strategi terapi
a. Terapi Pencegahan
Beberapa hal penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi saluran
kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri, bila setelah buang air
besar atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari depan ke belakang,
dan mencuci kulit di sekitar antara rektum dan vagina setiap hari, mencuci
sebelum dan sesudah berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang

wanita dari infeksi saluran kemih.


Bagi perempuan, membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki

pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air
kecil juga bisa membantu mengurangi resiko infeksi kandung kemih atau ISK

Buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks dapat
mengurangi setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan

seksual
Hindari pemakaian celana dalam ketat yang dapat membuat keadaan lembab dan
berpotensi berkembang biaknya bakteri.

b. Terapi Non Farmakologi


Secara umum terapi non farmakologi dan pencegahan ISK dapat dilakukan
dengan mengupayakan anak minum 8 hingga 10 gelas air dan cairan lainnya sehari.
Minum jus cranberry sering dianjurkan sebab mungkin dapat mencegah melekatnya
E.coli pada dinding kandung kemih, pemberian vitamin C sesuai kebutuhan harian
dianjurkan karena menyebabkan keasaman urin dan membuat lingkungan yang tidak
bersahabat untuk bakteri, menghindari mandi busa dan sabun berparfum karena dapat
menyebabkan iritasi pada uretra, mengganti diaper secara teratur untuk mencegah
kontak yang lama feses dengan daerah genital yang akan memberikan kesempatan
kepada bakteri untuk bergerak naik ke uretra kemudian ke kandung kemih,
membersihkan genital yang benar pada anakperempuan dengan cara membersihkan
genital dari depan ke belakang setelah BAK/BAB akan mengurangi pajanan uretra
terhadap ISK yang disebabkan oleh bakteri dari feses, menggunakan celana dalam
dengan bahan katun karena dapat mengurangi pertumbuhan bakteri pada daerah uretra
dibandingkan nilon atau bahan lainnya. Mengosongkan kandung kemih segera setelah
terjadi dorongan untuk buang air kecil juga bisa membantu mengurangi resiko infeksi
kandung kemih atau ISK.Buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan
seks dapat mengurangi setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama
hubungan seksual.

c. Terapi Farmakologi
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah
diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta
timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek
samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain. Antibiotika yang digunakan
untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua yaitu antibiotika oral dan
parenteral.

1) Kotrimoksazol (Trimetropim-Sulfametoksazol)
Trimetropim dan sulfametoksazol menghambat reaksi enzimatik obligatpada
dua tahap yang berurutan pada mikroba sehingga kombinasi kedua obatmemberikan
efek sinergi. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama kotrimoxazolyang sangat
berguna untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Trimetoprim pada umumnya 20-100
kali lebih poten daripada sulfametoksazol sehingga sediaan kombinasi diformulasikan
untuk mendapatkan sulfametoksazol in vivo 20 kalilebih besar daripada trimetoprim.

2) Fluoroquinolon
Fluoroquinolon efektif untuk infeksi saluran kemih dengan atau tanpa penyulit
termasuk yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P.aeruginosa.
Fluoroquinolon merupakan agen yang efektif untuk infeksi saluran kemih walaupun
infeksi - infeksi itu disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap banyak obat seperti
pseudomonas.
Ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin dan ofloxacin merupakan kelompok
fluoroquinolon lama yang mempunyai daya antibakteri jauh lebih kuat dibandingkan
kelompok quinolon lama.Kelompok fluoroquinolon lama ini mempunyai daya
antibakteri yang sangat kuat terhadap E. coli, Klebsiella,Enterobacter, Proteus, H.
influenzae. Providencia, Serratia, Salmonella, N.meningitidis, N. gonorrhoeae, B.
catarrhalis dan Yersinia enterocolitica.
3) Ciprofloxacin
Ciprofloxacin

aktif

terhadap

bakteri

Gram

positif

dan

Gram

negatif.Ciprofloxacin terutama aktif terhadap kuman Gram negatif termasuk


Salmonella,Shigella, Campilobakter, Neisseria, dan Pseudomonas. Penggunaan
ciprofloxacin termasuk untuk infeksi saluran napas, saluran kemih, sistem
pencernaan, dangonore serta septikemia oleh organisme yang sensitif.
4) Ofloxacin
Ofloxacin digunakan untuk infeksi saluran kemih, saluran nafas bagian bawah,
gonoroe, uretritis, dan serfisitis non gonokokkus.
5) Levofloxacin
Levofloxacin aktif terhadap organisme Gram positif dan Gram negatif.
Memiliki aktifitas yang lebih besar terhadap Pneumokokkus dibandingkan
ciprofloxacin.

6) Norfloxacin
Nofloxacin adalah kelompok fluoroquinolon yang paling tidak efektif terhadap
organisme Gram negatif maupun Gram positif dengan MIC yang empat kali sampai
delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang dimiliki oleh ciprofloxacin yang
merupakan prototipe obat tersebut.
7) Sefalosporin
Spektrum kerja sefalosporin luas dan meliputi banyak kuman Grampositif dan
Gram negatif termasuk E. coli, Klebsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam
fase pertumbuhan kuman berdasarkan penghambat sintesa peptidoglikan yang
diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya.Kepekaannya terhadap betalaktamase lebih rendah daripada penisilin.Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi
berdasarkan aktifitas antimikrobanya.Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram positif
maupun

Gramnegatif

tetapi

spektrum

antimikroba

masing-masing

derivat

bervariasi.Sefalosporin generasi ketiga dalam bentuk tunggal atau kombinasi dengan


aminoglikosida

merupakan

obat

pilihan

utama

untuk

infeksi

berat

oleh

Klebsiella,Enterobacter, Proteus, Provedencia, Serratia dan Haemophillus spesies.


8) Aminoglikosida
Aminoglikosida merupakan antibiotik dengan spektrum luas tetapi tidakboleh
digunakan pada setiap jenis infeksi oleh kuman yang sensitif karena resistensi
terhadap aminoglikosida relatif cepat berkembang, toksisitasnya relative tinggi, dan
tersedianya berbagai antibiotik lain yang cukup efektif dan toksisitasnya lebih rendah.
Gentamisin yang sudah cukup luas digunakan dibeberapa tempat sudah menunjukkan
resistensi yang cukup tinggi. Penggunaan antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran
kemih pada pasien dewasa menurut Guidelines on Urological Infections tahun 2010
dan Obstetrics, Gynaecology, Paediatrics and Dental Drug Guidelines tahun 2007
dapat dilihat ditabel 1.

Sedangkan pengobatan antibiotik untuk pyelonefritis pada penggunaan oral dan


parenteral dapat dilihat pada tabel 2 dan 3.
Tabel 2. Terapi empirik untuk pengobatan pyelonefritis pada kasus ringan sampai
sedang pada pasien dewasa

Tabel 3. Terapi empirik untuk pengobatan pyelonefritis pada kasus berat pada
pasien dewasa

Penggunaan antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran kemih pada pasien anak
menurut Guidelines on Urological Infections tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.

Tabel 4. Terapi empirik untuk pengobatan infeksi saluran kemih pada pasien anak

Menurut Drug Information Handbook 14th edition tahun 2006 dosiscefixime adalah
untuk anak-anak usia 6 bulan dosisnya 8mg/kg/hari 1-2x seharisedangkan untuk anak
>50kg atau >12tahun dan dewasa dosisnya 400mg/hari 1-2xsehari. Durasi penggunaan
cefixime adalah 5-10 hari.

Dosis ampicillin untuk anak 100-150mg/kg/hari 4xsehari maksimal 2-4g/hari secara


i.v dan 50-100mg/kg/hari 4xsehari maksimal 2-4g/hari secara p.o.Sedangkan untuk dosis
dewasa 250-500mg tiap 6 jam.Sedangkan durasi penggunaan ampicillin 2-3 hari.
Dosis ceftriaxon untuk anak-anak 50-75mg/kg/hari 1-2xsehari minimalpenggunaan 2
hari sampai tanda dan gejala infeksi berkurang, sedangkan dosisdewasa 1-2g 1-2xsehari
selama 7-14 hari. Dosis amoxicillinuntuk anak-anak 25mg/kg/hari 2xsehari atau
20mg/kg/hari 3xsehari dan dosisdewasa 500mg tiap 12 jam atau 250mg tiap 8 jam.
Sedangkandurasi penggunaannya adalah 2-3 hari.
Dosis ciprofloxacin untuk anak 20-30mg/kg 2xsehari selama 10-21 hari,maksimal
1,5g/hari secara oral dan 6-10mg/hari 3xsehari selama 10-21 hari, maksimal 400mg secara
i.v. Sedangkan untuk dosis dewasa untuk indikasi pyelonefritis 1g tiap 24 jam per oral selama
3 hari dan untuk indikasi cystitis 500mg per oral tiap 24 jam selama 3 hari, sedangkan untuk
intravena dosisnya200mg 2x sehari selama 7-14 hari.
Dosis levofloxacin untuk infeksi saluran kemih tanpa komplikasi adalah250mg
1xsehari selama 3 hari dan untuk infeksi saluran kemih dengan komplikasi termasuk
pyelonefritis dosisnya adalah 250mg 1xsehari selama 10 hari.
Dosis cefazolin untuk anak-anak 25-100mg/kg/hari 3-4x sehari maksimal 6g/hari dan
dosis untuk dewasa 250mg-2g 3xsehari maksimal 12g/hari dengan durasi penggunaan 1 hari.
Dosis cefotaxime untuk anak-anak 50-180mg/kg/hari 3xsehari dan dosis untuk dewasa 1g
2xsehari selama 2-3 hari.
BAB III
KASUS DAN PEMBAHASAN
A. KASUS
Ibu MHK, 57 thn, BB 53 kg dirawat inap 27 maret-7 apr 2014
Diagnosa

: ISK, BRPN, ulkus DM post debridement

BB

: 57 kg

TB

: 160 cm

Keluhan utama

: Mual,anoreksia, dyspnea

Riwayat penyakit : DM, HT


Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
27 mar

1 apr

6 apr

HR (x/men)
RR
T
TD

74
33
36,8
90/70

80
30
37
140/100

60
20
37,2
120/90

HASIL PEMERIKSAAN LAB


30/3 Kultur sputum Pseudomonas aeroginosa
S; amikacin, cefepim, fosfomycin, piperacilin tazobactam
I: cefoperason-sulbactam
R: AB yg lain
31/3 Kultur urin: Proteus mirabilis 10.000K/cc
S: amikacin, cefepim, fosfomycin, gentamycin, cefoperazzon sulbactam,
tygecyclin
R: AB yg lain
Parameter
Hb
eritrosit
Leukosit
LED
trombosit
GDS
Ureum
kreatinin
K
Ca
albumin

27 Mar
8,3 g/dL
4
20,8 g/dL
72
171.000
191 mg/dL
80,3
1,51
6,3
7,2
2,74

Terapi
Nama

Dosis

Infus Ringer Lactat


Potacol R
5 amp Impugan murni
Thidim
Avelox
Methycobal 3 amp
Fluconazol

16 tpm
10 tpm
7 mg/jam
2x1 g
1x1 amp
Kolf
1x1 amp

Pantoprazol 40

2x1

27-

29-

31

28

30

Novorapid 50 U/50ws
Plasbumin 25%100cc
premid dexamet 1am
Nebu:

3x

flexotide+meptin+1cc
fluimucil
P.O:
Kalquest
Ca CO3
Prorenal
Elovess
Glurenorm 30
Trajenta5
Aprovel 150
Serolin 10
Laxoberon
ketosteril
Coralan 7,5

1x1 sak
3x500
3x1
1x1
3x1
1x1
1x0,5
2x1
3 x 20 tts
3x1
2x0,5

B. PENYELESAIAN KASUS DENGAN METODE SOAP


1. Subjectif :
a. Pasien

: Ibu MHK, 57 thn, BB 53 kg dirawat inap 27 maret-7 apr 2014

b. Diagnosa

: ISK, BRPN, ulkus DM post debridement

c. Keluhan utama

: Mual,anoreksia, dyspnea

d. Riwayat penyakit : Diabetes Melitus , Hipetensi

2. Objektif
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
HR (x/men)
RR
T
TD

27 mar
74
33
36,8
90/70

1 apr
80
30
37
140/100

6 apr
60
20
37,2
120/90

HASIL PEMERIKSAAN LAB


30/3 Kultur sputum Pseudomonas aeroginosa

Nilai Normal
60-80 x/menit
18-22 x/menit
36-37 C
120/80 mmHg

Keterangan
Normal
Meningkat
Normal
Meningkat

S; amikacin, cefepim, fosfomycin, piperacilin tazobactam


I: cefoperason-sulbactam
R: AB yg lain
31/3 Kultur urin: Proteus mirabilis 10.000K/cc
S: amikacin, cefepim, fosfomycin, gentamycin, cefoperazzon sulbactam,
tygecyclin
R: AB yg lain
Parameter

27 Mar

Normal

Keterangan

Hb
Eritrosit
Leukosit
LED
Trombosit
GDS
Ureum
Kreatinin
K
Ca
Albumin

8,3 g/dL
4
20,8 g/dL
72
171.000
191 mg/dL
80,3
1,51
6,3
7,2
2,74

13-16 g/dL
3,8-5,0 x 106 sel
3,6-11 g/dL
<20 mm/jam
170.000-380.000 g/l
<200 mg/dL
15-40 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
3,6- 4,8 mEq/l
8,8-10,4 mg/dl
3,5-5,0 g

Meningkat
Normal
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun

Terapi
Nama
Infus Ringer Lactat
Potacol R
5 amp Impugan murni
Thidim
Avelox
Methycobal 3 amp
Fluconazol

Dosis
16 tpm
10 tpm
7 mg/jam
2x1 g
1x1 amp
Kolf
1x1 amp

Pantoprazol 40
2x1
Novorapid 50 U/50ws
Plasbumin 25%100cc
premid dexamet 1am
Nebu:

27-

29-

31

28

30

3x1

flexotide+meptin+1cc
fluimucil
P.O:
Kalquest

1x1 sak

Ca CO3
Prorenal
Elovess
Glurenorm 30
Trajenta5
Aprovel 150
Serolin 10
Laxoberon
Ketosteril
Coralan 7,5

3x500
3x1
1x1
3x1
1x1
1x0,5
2x1
3 x 20 tts
3x1
2x0,5

3. Assesment
Tanda-tanda Vital
1. Heart rate pada pasien berada dalam keadaan normal
2. Respiration rate yang meningkat (Takipnea) bisa terjadi karena adanya penyimpitan
pembuluh darah sehingga kerja jantung akan meningkat. Peningkatan RR tersebut
juga menyebabkan peningkatan detak jantung (Takikardi).
3. Suhu tubuh pasien normal yaitu 37,2C.
4. Tekanan darah pasien tgl 1 april 140/100 mmHg menujukkan pasien mengalami
hipertensi.
Data Laboratorium
1. HB menurun, maka pasokan ke berbagai bagian tubuh berkurang fungsi tubuh akan
terhambat dan mengalami anemia.
2. LED merupakan kecepatan endapan eritrosit yang menggambarkan komposisi plasma
serta perbandingan eritrosit dan plasma, peningkatan nilai LED disebabkan karena
adanya infeksi yang disebabkan oleh Proteus mirabilis.
3. Ureum dan keratinin yang tinggi menyebabkan penurunan fungsi ginjal untuk
mempertahankan homeostasis tubuh sehingga mengakibatkan gagal ginjal.
4. Dalam kasus ini pasien mengalami hiperkalemia.
5. Pada kasus ini pasien mengalami hipokalsemia.
6. Dalam kasus ini nilai albumin menurun bisa disebabkan pada keadaan malnutrisi,
nefrotik sindrom dan infeksi kronis.
DRP
Interaksi Serius
1. Fluconazole dan Avelox = meningkatkan QT prolong action yang dapat menyebabkan
ayritmia.
Intreaksi Signifikan
1. Glurenorm dan Fluconazole = dapat meningkatkan efek glurenorm dengan cara
menurunkan metabolismenya.

2. Ca Carbonat dan Avelox = menurunkan absorpsi di GI.


3. Avelox dan Glurenorm = meningkatkan efek Glurenorm dan dapat menyebabkan
hipoglikemia.
4. Impugan dan Aprovel = aprovel meningkatkan dan impugan menurunkan kadar
Kalium.
5. Avelox dan Novorapid = meningkatkan efek novorapid sehingga terjadi hipoglikemia
6. Tragenta dan Novorapid = meningkatkan efek keduanya
4. Plan
Nama obat

Dosis

Infus Ringer Lactat


Potacol R

16 tpm
10 tpm

5 amp Impugan murni


Thidim
Avelox

7 mg/jam
2x1 g
1x1 amp

Methycobal 3 amp

Kolf

Fluconazol

1x1 amp

Pantoprazol 40
Novorapid 50 U/50ws
Plasbumin 25%100cc
premid dexamet 1am
Nebu:
flexotide+meptin+1cc
fluimucil
P.O:
Kalquest
Ca CO3

2x1

Prorenal
Elovess
Glurenorm 30

3x1
1x1
3x1

3x1

1x1 sak
3x500

Dosis seharusnya
500 ml-1 L per hari
500-1000 mL/dosis melalui drip infusion
intravena (IV) lambat.
2-4 ml secara im/iv
500 mg IV atau IM q8-12hr
400mg secara IV atau peritonial 1kali
sehari
Dosis obat suntik 500 mcg/ hari sebanyak
3x seminggu
Dosis 400 mg, pada hari ke- 1 dilanjutkan
200-400 mg 1x/hari.
1x40 mg atau 2x 20mg
0,2 -0,6 U /kGBB/ hari
Awal : 25 g ( 5 % atau 25 % larutan ) infus
IV
1-2 x sehari

Keterangan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Tidak
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan

dewasa 15-30 mg /hari


Digunakan
1-1,2 gram po perhari terbagi dalam 6-12 Digunakan
jam dengan sarapan
1-2 kapsul/ hari sesudah makan
Digunakan
15 mg sehari sebelum makan pagi.Jika Digunakan
respon
yang
diharapkan
belum
memuaskan, maka dosis dapat dinaikkan
perlahan-lahan dengan setiap kenaikan
sebesar 15 mg sampai 45-60 mg sehari
yang dapat dibagi 2-3 kali pemberian,
dimana dosis yang terbesar dberikan
sebelum makan pagi.
Maksimal: Dosis tunggal 60 mg

Trajenta5
Aprovel 150

1x1
1x0,15

Serolin 10

2x1

1 kali sehari sebelum makan


Digunakan
awal 75 mg, pemeliharaan 150 mg Digunakan
1x1/hari
10 mg : 3 x 1-2 tablet per hari
Digunakan

Laxoberon

3 x 20 tts

8-12 tetes pada malam hari.

ketosteril

3x1

Dewasa 70kgBB : 1 tablet/ 5KgBB atau 3 Digunakan


kali sehari 4-8 tablet

Coralan 7,5

2x0,075

Dosis awal : 5 mg 2x/hari, dapat Digunakan


ditingkatkan menjadi 7,5 mg 2x/hari
sesudah 1 bulan terapi, tergantung dari
respon terapeutik pasien.

Digunakan

Parenteral
1. Ringer laktat diindikasikan untuk mengembalikkan keseimbangan elektrolit
pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
2. Potacol R diidikasikan untuk mengganti atau memperbaiki cairan ekstraseluler
dan cairan interstisial serta sebagai asupan kalori.
3. Impugan murni digunakan untuk mengurangi kelebihan cairan didalam tubuh,
biasanya pada penderita gagal ginjal termasuk sindrom nefrotik dan untuk
pengobatan hipertensi.
4. Thidim digunakan untuk infeksi paru

atau infeksi yang disebabkan oleh

Pseudomonas sp. pada pasien dengan fibrosis kistik.


5. Avelox digunakan untuk eksaserbasi bakteri akut dari bronkitis kronik
6. Methycobal digunakan untuk kekurangan vitamin B12, penyakit saraf tepi
(neuropati perifer), penurunan

kadar sel darah merah akibat gangguan

penyerapan vit B 12 (anemia pernisiosa).

7. Fluconazol digunakan untuk infeksi sistemik candidiasis dan infeksi bronkus


paru, karena ada interaksi maka diganti dengan flucitosin dosis 50mg/kgBB
IV tiap 6 jam.
8. Pantoprazol digunakan untuk menghilangkan gejala & untuk terapi jangka
pendek gangguan gaster & intestinal yang memerlukan pengurangan sekresi
asam lambung.
9. Novorapid digunakan untuk pengobatan Diabetes Melitus tipe 2.
10. Plasbumin 25 % digunakan untuk terapi darurat untuk syok hipovolemik.
11. Nebulizer: flexotide+meptin+1 cc fuimucil digunakan untuk mengatasi
bronkus pneumonia yang dialami pasien.
Peroral
1. Kalquest digunakan untuk hiperkalemia karena gagal ginjal akut atau kronik.
2. Ca CO3 digunakan untuk suplemen kalsium.
3. Prorenal digunakan untuk terapi insufisiensi ginjal kronik.
4. Elovess digunakan untuk suplemen untuk defesiensi vitamin pada penyakit

hipertensi.
5. Glurenorm diindikasikan untuk pengobatan diabetes mellitus yang tidak

tergantung insulin (NIDDM) atau diabetes mellitus tipe 2 dan tidak terkontrol
dengan diet.
6. Trajenta digunakan untuk meningkatkan kontrol glikemik pada terapi diabetes

militus tipe 2 pasien dewasa.


7. Aprovel digunakan untuk menurunkan mikro dan makro albuminuria pada

pasien hipertensi dengan diabetic nefropati yang disebabkan oleh non insulin
dependent diabetic melitus (NIDDM).
8. Serolin digunakan untuk Arteriosklerosis serebral.

9. Laxoberon digunakan untuk Untuk pemakaian jangka pendek pada sembelit

dan kondisi yang membutuhkan pengosongan usus besar secara perlahanlahan.


10. Ketosteril digunakan untuk terapi insufisiensi ginjal kronik.
11. Coralan

7,5 digunakan untuk mengurangi risiko rawat inap untuk

memburuknya gagal jantung pada pasien dengan gagal jantung kronis.

EVALUASI DRP
1. Fluconazole dan Glurenorm interaksi tidak terjadi karena waktu pemberiannya
berbeda,dan fluconazole sudah diganti dengan flusitosin.
2. Interaksi Fluconazol dan Avelox, fluconazole dihilangkan dan diganti dengan
flusitosin dosis 50mg/kgBB IV tiap 6 jam.
3. Ca Carbonat dan Avelox waktu pemberiannya dijeda 2 jam
4. Aprovel dan Impugan murni pemakaian dimonitoring
5. Tragenta dan Novorapid dibedakan waktu pemberian tragenta pagi sebelum
makan sedangkan novorapid malam
6. Avelox dan Novorapid dibedakan waktu pemberian avelox pagi dan novorapid
malam dan monitoring kadar gula darah
7. Avelox dan Glurenorm dimonitor kadar gula darah
KIE :
Untuk mencapai outcome terapi dan keberhasilan terapi yang digunakan maka pasien
memerlukan beberapa KIE sebagai berikut:
1. Menginformasikan kepada pasien untuk teratur dalam peminuman antibiotik dan harus
dihabiskan.
2. Menginformasikan kepada pasien menjaga kebersihan sekitar organ intim dan saluran
kemih.

3. Membiasakan untuk mengeringkan organ vitalnya dari arah depan ke belakang karena
akan membantu mengurangi suatu kemungkinan bakteri yang masuk ke dalam daerah
uretra.
4. Membiasakan untuk melakukan buang air kecil dengan teratur. Dengan cara mengawasi
mereka asupan air putih yang harus dikonsumsi anak.
5. Menghindari pemakaian dari celana dalam yang terlalu ketat yang mendorong dari
terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Lakukan pemeriksaan ke dokter jika anak mengalami demam dan bau urin yang
menyengat, warnanya keruh atau juga mengandung kandungan darah. Selain itu, jika
anak mengalami beberapa gejala yang tidak jelas maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan
ke anak, misalnya jika anak mengalami masalah sakit perut, sering buang air kecil dan
juga tidak bisa menahannya atau mengompol padahal sudah bisa buang air kecil sendiri di
toilet.
7. Dilakukan pemeriksaan USG dan VCUG ke dokter untuk mencegah infeksi berulang.

Drug related problem

pertanyaan

yes

no

Korelasi obat dg
masalah
medis(correlation
between drug
therapy&medical
problem

Adakah obat tanpa


indikasi medis?

Adakah masalah medis


yang tidak diobati?

Ketepatan
pengobatan(appropiad
e therapy)

Apakah obat yang


digunakan terbukti
efektif?

Apakah obat yang


digunakan aman?
Apakah terapi non-obat
diperlukan?

Apakah obat yang


digunakan dapat
mencapai hasil yang
diinginkan (therapeutic

Keterangan

outcome)?

Drug regimen

Apakah obat yang


digunakan sesuai untuk
pasien?

Apakah besaran dosis


sudah tepat untuk
pasien?

Apakah frekuensi
pemberian sudah tepat?

Apakah lama pemberian


obat sudah tepat

Duplikasi terapi

Adakah terjadi duplikasi


terapi?

Adverse drug reactions

Adakah gejala/ masalah


medis yang disebabkan
oleh obat?

Interaksi obat

Adakah interaksi obat


obat yang berdampak
klinis?

Adakah interaksi obat


makanan yang
berdampak klinis?

Adakah interaksi obatpemeriksaan


laboratorium yang
berdampak klinis?

Alergi obat / intoleransi Apakh terjadi alergi/


intoleransi terhadap
obat?

DAFTAR PUSTAKA
Kumala, S., Raisa, N., Rahayu, L., dan Kirana, A., 2009, Uji Kepekaan Bakteri yang
Diisolasi dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) terhadap
BeberapaAntibiotika pada Periode MaretJuni 2008, Majalah Ilmu Kefarmasian,
6(2):1693-9883.
Kusnan, A., 2014, Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil di
Laboratorium Prodia, Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1): 2355-312X.
Foxman, B., 2003, Epidemiology of Urinary Tract Infections: Incidence, Mobidity, and
Economic Costs, Dis Mon Journal, 4(49): 53-70.
Israr, Y. A., 2009, Infeksi Saluran Kemih (ISK), Riau: Fakultas Kedokeran Universitas Negeri
Riau.
Purnomo, B. B., 2003, Dasar-Dasar Urologi Edisi II, Jakarta: CV Sagung Seto.
Samirah, Darwati, Windarwarti, dan Hardjoeno, 2006, Pola Sensitivitas Kuman di Penderita
Infeksi Saluran Kemih, Indonesian Journal of Clinical Pathology andMedical
Laboratory, 12(3): 110-113.
Febrianto, A. W., Mukaddas, A., dan Faustine, I., 2013, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata
Palu Tahun 2012, Online Jurnal of Natural Science, 2(3): 2338-2950.
Corwin, E.J., 2009, Patofisiologi: Buku saku (Penerjemah: Nike Budhi Subekti), Jakarta:
EGC.
Sukandar E., 2006, Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV, Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI.
Darmadi, 2008, Konsep dasar keperawatan, Jakarta: EGC Kedokteran.
Dipiro, Joseph, T., Robert, L., Talbert, Gary, C., Yee, Gary, R., Matzke, B.G.,
Wells&Posey,L.M. 2009. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh
Edition., New York: McGraw-Hill
Dipiro, Joseph, T., Robert, L., Talbert, Gary, C., Yee, Gary, R., Matzke, B.G.,
Wells&Posey,L.M. 2009. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Ninth
Edition., New York: McGraw-Hill
Gardjito, W., Puruhito&Iwan, A. 2005.Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki.Dalam : Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta : Penerbit EGC
Nicolle, L. E. 2008.Un Complicated Urinary Tract Infection In Adults Including
Uncomplicated Pyelonephritis. UrolClin North Am 35 (1):1-12.
Rani, H. A. A., Soegondo, S&Nasir, A. U. 2004.Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 2004.Jakarta : Pusat Penerbit IPD FKUI.

Sukandar, E. 2006.Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam :Buku Ajar IlmuPenyakit
Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI
Tessy, A., Ardaya&Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia
Widayati,

A.,

Wirawan,

I.

P.

E&Kurharwanti,

A.

M.

W.

2005.

Kesesuaian

PemilihanAntibiotika Dengan Hasil Kultur Dan Uji Sensitivitas Serta Efektivitasnya


Berdasarkan Parameter Angka Lekosit Urin Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih
Rawat Inap Di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta (Juli Desember 2004).
Yokyakarta : Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Woodfort, H. J&George, J. 2011.Diagnosis And Management Of Urinary Infection In Older
People. Clinical Medicine. London, England. 11 (1) : 80-3.
Lumbanbatu, S. M. 2003. Bacteriuria Asimtomatik Pada Anak Sekolah Dasar Usia 9-12
Tahun. Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran: Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN OBAT ISK


Obat

Infus RL

Potacol R

Komposisi
Tiap 500 ml mengandung
:
Natrium Klorida 3 g
Kalium Klorida 0,15 g
Kalsium Klorida.2HO
0,1 g
Natrium Laktat 1,55 g
Air untuk injeksi ad 500
ml
Per Liter: NaCl 6 g, KCl
0,3 g, CaCl2 0,2 g, Na
Laktat 3,1 gram, Maltosa
50 g

5 amp impugan
murni

Furosemid 10 mg/ ml
injeksi

Thidim

Seftazidim 500mg

Dosis
Dosis tergantung pada
usia, berat badan dan
keadaan klinis penderita.

Indikasi
diindikasikan untuk
pengobatan kekurangan
cairan dimana rehidrasi
secara
oral tidak mungkin
dilakukan.

Kontraindikasi
Hipernatremia

Dewasa:
500-1000 mL/dosis
melalui drip infusion
intravena (IV) lambat.
Kecepatan infus perifer
umumnya : 0,3 g/kg berat
badan/hari.
2-4 ml secara im/iv

Asupan kalori,
mengganti atau
memperbaiki cairan
ekstraseluler dan cairan
interstisial, memperbaiki
asidosis metabolik.

Laktasidemia

Ruam kulit, edema


otak, paru-paru, dan
pembuluh darah tepi
(pada dosis besar).

Mengurangi kelebihan
cairan didalam tubuh,
biasanya pada penderita
gagal ginjal termasuk
sindrom nefrotik dan
untuk pengobatan
hipertensi
Infeksi paru , Infeksi
yang disebabkan oleh
Pseudomonas sp. pada

Alergi terhadap
furosemid dan pasien
anuria

Hipokalemi,
hiperurikemia,
hiperglikemi, mual
dan muntah.

Hipersensitivitas
terhadap obat atau
komponen

Sakit perut, Koma,


Pusing, Demam,
halusinasi,

Infeksi Saluran Kemih :


500 mg IV atau IM q812hr

Efek samping

Avelox

Moxifloxacin HCL
400mg / 250mL

dewasa >=18 th 400mg


secara IV atau peritonial
1kali sehari, lama terapi
untuk bronkitis kronis
eksaserbasi akut 5-10 hari.

Methycobal 3 amp

Mecobalamin
1000mcg/mL

Dosis obat suntik 500


mcg/ hari sebanyak 3x
seminggu dan setelah 2
bulan dosis diturunkan
menjadi suntikan tunggal
500 mcq setiap 1-3 bulan.

Fluconazol

Fluconazol 50 mg

Pantoprazol 40

Pantoprazole 40mg

Dosis 400 mg, pada hari


ke- 1 dilanjutkan 200-400
mg 1x/hari.
1x40 mg

pasien dengan fibrosis


kistik yang memiliki
fungsi ginjal yang sehat
30-50 mg q8hr IV / kg ;
tidak melebihi 6 g / hari
Eksaserbasi bakteri akut
dari bronkitis kronik,

leukopenia,
Mual atau muntah

indikasihipersensitifita
s, hamil,laktasi anak
dan remaja,riwayat
penyakit dengan
tendon yang
berhubungna dengan
kuinolon,gangguan
elektrolit,brandikardi,
gagal
jantung,gangguan
fungsi hati
Kekurangan vitamin
Hipersensitif terhadap
B12, penyakit saraf tepi methycobal,
(neuropati perifer),
penggunaan pada
penurunan kadar sel
penderita penyakit
darah merah akibat
jantung , paru-paru,
gangguan penyerapan vit dan darah tinggi harus
B 12 (anemia pernisiosa) berhati-hati.
Infeksi sistemik
candidiasis, infeksi
bronkus paru.
Menghilangkan gejala &

Hipersensitif

Kerusakan fungsi hati,

reaksi pada tempat


injeksi dan
infus,super infeksi
kandida,,mual
muntah,nyeri gidan
abdomen,diare ,sakit
kepala, pusing

mual, diare, ruam


kulit, kehilangan
nafsu makan, nyeri
dan pengersana pada
tempat penyuntikan,
sakit kepala,
berkeringat, dan
deman
Sakit kepala, pusing,
ruam kulit
Sakit kepala, diare,

Novorapid 50
U/50ws

Insulin aspart 100unit/


mL

Plasbumin 25 %
100 cc premid
dexamet 1am

Albumin

0,2 -0,6 U /kGBB/ hari


sebaiknya bersama
makanan untuk DM typ 1
10 unit per hari SC
(0,1-0,2 u/kg BB / hari
untuk DM type 2
Awal : 25 g ( 5 % atau 25
% larutan ) infus IV ;
dapat mengulang q1530min jika respon tidak
memadai

untuk terapi jangka


pendek gangguan gaster
& intestinal yang
memerlukan
pengurangan sekresi
asam lambung; ulkus
duodenal; ulkus gaster.
Pengobatan DM tipe 1
dan tipe 2

kehamilan.

Terapi darurat untuk syok


hipovolemik, sindroma
gawat nafas pada
dewasa.

Hipersensitivitas
terhadap produk
albumin yang tersedia
secara komersial
anemia berat , gagal
jantung

Tidak melebihi 250 g / 48


jam
Nebu :
flexotide+meptin+
1 cc fuimucil

Flexotide + (fluticasone
propionate)

dewasa dan remaja: >16 th


500-2000 mcg 2kali/hari.
Anak 4- 16 th 1000 mcg
2kali per hari

meredakan gejala, dan


eksaserbasi asma pada
pasien yang sebelumnya
diterapi dengan
bronkodilatorsaja,
profilaksis asma berat

mual nyeri perut


bagian atas,
kembung, ruam
kulit, pruritus,
pusing.

Hipoglikemia

Volume darah dalam


sirkulasi berlebih,
urtikaria, menggigil,
demam, perubahan
dalam pernafasan,
denyut nadi dan
tekanan darah.

kandidiasis pada
mulut dan
tenggorokan,suara
serak, rwaksi
hipersensitifitas,
katarak dan glukoma

P.O :
Kalquest

Meptin + (procetarol
HCL)

dewasa 30-50 mcg(0.3-0.5


ml)melaluai
nebulezerdengan
mengambil nafas dalam

1 cc fuimucil +
(acetylcysteine)

300 mg/3 ml nebulisasi 1


ampul 1-2 x sehari

Ca polystyrene sulfonat

dewasa 15-30 mg /hari


disuspensikan dalam 30-50
ml air diberikan dalam 23 dosis terbagi
1-1,2 gram po perhari
terbagi dalam 6-12 jam
dengan sarapan

Ca CO3

Prorenal

- DL-3-metil-2-oksoasam valerianat

pada dewasa remaja >16


th asma ringan dan
sedang pada anak 4-16 th
remisi berbagai gejala
yang di sebabkan
gangguanobstruksi
saluran nafas karena
asma akut sedang
terapi penyakit saluran
pernapasanyang ditandai
dengan adanya sekret
mukoid dan
mukopurulen, seperti
pada bronkitis akut,
kronis,emfisema,
mukovisidosis
danbronkiektasis.

hiperkalemia karena
gagal ginjal akut atau
kronik

antasida dan laksatif


yang mengandung Al,
Mg, atau Ca ; digitalis

suplemen kalsium

hipersensitivitas,
hiperkalsemia,
hipophosphatemia,
renal
calculi,hypercalciuria
Hiperkalsemia.
Gangguan

pereforasi dan
obstruksi usus halus,
konstipasi, mual,
anoreksia
anorexia, konstipasi,
hiperkalesemia,
mual, muntah

Terapi insufisiensi ginjal


kronik bersama dengan

palpitasi, takikardi,
tremor, sakit kepala,
mual, muntah,
penurunan kadar K

Dapat menyebabkan
hiperkalsemia.

diet tinggi kalori-rendah


protein, pada retensi
yang terkompensasi atau
dekompensasi.

Elovess

Glurenorm 30

Asam folat 400mcg, vit


B12 200mcg, vit B6
100mg, vit B1 50mg, cod
liver oil 100mg
Gliquidon 30 mg

Trajenta 5

linagliptin 5 mg

Dosis : 1-2 kapsul/ hari


sesudah makan
(k24klik.com)
15 mg sehari sebelum
makan pagi. Jika respon
yang diharapkan belum
memuaskan, maka dosis
dapat dinaikkan perlahanlahan dengan setiap
kenaikan sebesar 15 mg
sampai 45-60 mg sehari
yang dapat dibagi 2-3 kali
pemberian, dimana dosis
yang terbesar dberikan
sebelum makan pagi.
Maksimal: Dosis tunggal
60 mg
Dosis sehari 120 mg
1 kali sehari sebelum
makan

suplemen untuk
defesiensi vit
antihipermosisten pada
penyakit hipertensi
Untuk pengobatan
diabetes mellitus yang
tidak tergantung insulin
(NIDDM) atau diabetes
mellitus tipe 2 dan tidak
terkontrol dengan diet.

meningkatkan kontrol
glikemik pada terapi

metabolisme asam
amino.
Belum ada informasi
mengenai efektivitas
dan keamanan untuk
anak-anak dan wanita
hamil.

Diabetes tergantung
insulin (diabetes
mellitus tipe 1),
terkomplikasi dengan
asidosis atau ketosis,
kehamilan dan
menyusui

Umum : Gangguan
GI, sakit kepala.
Jarang : reaksi
hipoglikemik, reaksi
alergi pada kulit

hidung berair, radang


tenggorokan, nyeri

Aprovel

ibesartan 150 mg

awal 75 mg, pemeliharaan


150 mg 1x1/hari sampai
maksimal 300 mg/hari

Serolin 10

Nicergoline 10 mg

10 mg : 3 x 1-2 tablet per


hari
30 mg : 1-2 x 1 tablet per
hari

diabetes militus tipe 2


pasien dewasa.
hipertensi esensial, untuk
menurunkan mikro dan
makro albuminuria pada
pasien hipertensi dengan
diabetic nefropati yang
disebabkan oleh non
insulin dependent
diabetic melitus
(NIDDM)
Kelainan vaskulo
metabolik serebral akut
dan kronik
- Arteriosklerosis
serebral
- Trombosis serebral
- Emboli serebral
- Transient Ischemic
Attack
- Insufisiensi cerebral
kronik
Kelainan vaskulo
metabolik perifer akut
dan kronik
- Ateriopathi dari tungkai
- Sindrom lain karena
gangguan aliran darah

Hipersensitif terhadap
NICERGOLINE

otot, dan sakit


kepala.
sakit kepala, pusing,
takikardia, hipotensi,
batuk, mual/muntah,
diare, heartbun,
disfungsi seksual,
lelah, nyeri dada,
nyeri otot, ruam
kulit, hiperkalemia,
hepatitis.
Gangguan saluran
cerna : mual, muntah
Hipotensi
Gangguan tidur
Kelainan kulit
Nyeri pada tungkai

Laxoberon

Na picosulfate

Ketosteril

Asam 3-metil-2oxovalerat 67mg, asam4-metil-2-oxovalerat


101mg, asam-2-okso-3fenilpropionat 68mg,
asam-3-metil-2oksobutirat 86mg, asam2-hidroksi-4metilobutirat 59mg, llysine monoasetat105mg,
L-treonin 53mg, Ltryptophan 23mg, Lhistidine 38mg, L-tyrosin
30mg, nitrogen total
36mg, Ca 0,05 g

perifer
Dementia
Parkinson
Dewasa & anak berusia
Untuk pemakaian jangka
lebih dari 12 tahun: 8-12
pendek pada sembelit
tetes pada malam hari.
dan kondisi yang
Sembelit berat & menetap membutuhkan
pada orang dewasa : dosis pengosongan usus besar
dinaikkan sampai 30 tetes. secara perlahan-lahan
dewasa 70kgBB : 1 tablet/ terapi insufisiensi ginjal
5KgBB atau 3 kali sehari
kronik pada retensi yang
4-8 tablet
terkompensasi atau
Ditelan utuh jangan
dekompensasi (GFR 5dikunyah atau dihancurkan 50mL/ menit)
diberikan setelah makan.

Pembedahan perut
akut.

Jarang : rasa tidak


nyaman pada
abdomen, iritasi,
hipokalemia, diare

hiperkalsemia

Coralan 7,5

Ivabradine 7,5mg

Dosis awal : 5 mg 2x/hari,


dapat ditingkatkan menjadi
7,5 mg 2x/hari sesudah 1
bulan terapi, tergantung
dari respon terapeutik
pasien.

Diindikasikan untuk
kontraindikasi untuk
mengurangi risiko rawat penggunaan betainap untuk memburuknya blocker
gagal jantung pada
pasien dengan gagal
jantung kronis.

Bradikardia ( 10 % ),
Hipertensi atau
tekanan darah
meningkat ( 8,9 % ),
Fibrilasi atrium ( 8.3
% ), fenomena
bercahaya
( phosphenes ) atau
kecerahan visual
( 2,8 % )

Vous aimerez peut-être aussi