Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Disusun oleh:
Lutfiara Sabella
1061511054
A Gusti
1061521001
Anita Wulandari
1061521013
Dewi Ariyani
1061521022
Fahrudin Arif
1061521033
Fransisca F
1061521035
Juniah
1061521044
BAB I
PENDAHULUAN
Secara global infeksi saluran kemih masih menjadi masalah
kesehatan yang penting dan banyak dijumpai di berbagai unit
pelayanan kesehatan dasar hingga subspesialistik (Kusnan, 2014).
Menurut National Kidney and Urologic Diseases Information Clearing
house (NKUDIC), ISK merupakan penyakit infeksi kedua tersering
setelah infeksi saluran pernafasan yaitu sebanyak 8,1 juta kasus per
tahun. Jumlah pasien ISK perempuan dua kali lipat lebih banyak
dibandingkan pasien laki-laki yaitu 1,2% versus 0,6%.
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah suatu reaksi inflamasi sel-sel
urotelium melapisi saluran kemih, sebagai bentuk pertahanan yang
disebabkan karena masuknya bakteri ke dalam saluran kemih dan
berkembangbiak di dalam media urin (Purnomo, 2003). Komplikasi ISK
yang paling berat adalah urosepsis yang menyumbang angka kematian
yang tinggi yaitu 25% sampai 60% dan bisa menyebabkan terjadinya
gagal ginjal akut yang dapat mengancam nyawa penderita penyakit ini
(Kusnan, 2014). Seseorang dapat dicurigai sebagai penderita ISK
apabila ditemukan bakteri di dalam urin karena pada saluran kemih
normal tidak dihuni oleh bakteri aerob atau mikroba lain (Kumala et al.,
2009).
Mikroorganisme
yang
paling
sering
ditemukan
sebagai
merupakan
golongan
obat
yang
paling
banyak
tepat
terhadap
penyakit
ISK,
sehingga
DRP
dapat
2007).
Infeksi
saluran
kemih
merupakan
jenis
infeksi
dilaporkan
80%
infeksi
saluran
kemih
terjadi
sesudah
klinis
sistitis
tanpa
ditemukan mikroorganisme
(steril).
b. Laki-laki
Presentasi ISK bawah pada laki-laki dapat berupa sistitis,
prostatitis, epidimidis, dan uretritis.
ISK Atas
a. Pielonefritis akut (PNA), adalah proses inflamasi parenkim ginjal
yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
b. Pielonefritis kronis (PNK), mungkin terjadi akibat lanjut dari
infeksi bakteri berkepanjangan atau infeksi sejak masa kecil.
Pada anak yang baru lahir hingga umur 1 tahun, dijumpai bakteriuria di 2,7% lelaki
dan 0,7% di perempuan (Wettergren, Jodal, and Jonasson, 1985). Insidens ISK pada lelaki
yang tidak disunat adalah lebih banyak berbanding dengan lelaki yang disunat (1,12%
berbanding 0,11%) pada usia hidup 6 bulan pertama ( Wiswell and Roscelli, 1986). Pada
anak berusia 1-5 tahun, insidens bakteriuria di perempuan bertambah menjadi 4.5%,
sementara berkurang di lelaki menjadi 0,5%. Kebanyakan ISK pada anak kurang dari 5
tahun adalah berasosiasi dengan kelainan congenital pada saluran kemih, seperti
vesicoureteral reflux atau obstruction. Insidens bakteriuria menjadi relatif constant pada
anak usia 6-15 tahun. Namun infeksi pada anak golongan ini biasanya berasosiasi dengan
kelainan fungsional pada saluran kemih seperti dysfunction voiding.Menjelang remaja,
insidens ISK bertambah secara signifikan pada wanita muda mencapai 20%, sementara
konstan pada lelaki muda.Sebanyak sekitar 7 juta kasus cystitis akut yang didiagnosis
pada wanita muda tiap tahun.Faktor risiko yang utama yang berusia 16-35 tahun adalah
berkaitan dengan hubungan seksual. Pada usia lanjut, insidens ISK bertambah secara
signifikan di wanita dan lelaki. Morbiditas dan mortalitas ISK paling tinggi pada
kumpulan usia yang <1 tahun dan >65 tahun. (Nguyen, H.T., 2004).
C. Etiologi
Pada keadaan normal urin adalah steril.Umumnya ISK disebabkan oleh kuman gram
negatif.Escherichia coli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang simtomatik
maupun yang asimtomatik yaitu 70 - 90%. Enterobakteria seperti Proteus mirabilis (30 %
dari infeksi saluran kemih pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5 % pada anak
perempuan ), Klebsiella pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa dapat juga sebagai
penyebab.
Tabel 2.2: Famili, Genus dan Spesies mikroorganisme (MO) yang Paling Sering
Sebagai Penyebeb ISK (Sukandar, E., 2004). Organisme gram positif seperti
Streptococcus faecalis (enterokokus), Staphylococcus epidermidis dan Streptococcus
viridans jarang ditemukan.Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih
pada anak laki-laki sering ditemukan Proteus species.Pada ISK nosokomial atau ISK
kompleks lebih sering ditemukan kuman Proteus dan Pseudomonas (Lumbanbatu, S.M.,
2003).
D. Patofisiologi ISK
Pada individu normal, biasanya laki-laki maupun perempuan urin selalu steril karena
dipertahankan jumlah dan frekuensi kencing. Utero distal merupakan tempat kolonisasi
mikroorganisme nonpathogenic fastidious Gram-positive dan gram negative (Sukandar, E.,
2004).
Hampir semua ISK disebabkan invasi mikroorganisme asending dari uretra ke dalam
kandung kemih. Pada beberapa pasien tertentu invasi mikroorganisme dapat mencapai ginjal.
Proses ini, dipermudah refluks vesikoureter. Proses invasi mikroorganisme hematogen sangat
jarang ditemukan di klinik, mungkin akibat lanjut dari bakteriema. Ginjal diduga merupakan
lokasi infeksi sebagai akibat lanjut septikemi atau endokarditis akibat Stafilokokus aureus.
Kelainan ginjal yang terkait dengan endokarditis (Stafilokkokus aureus) dikenal Nephritis
Lohein. Beberapa penelitian melaporkan pielonefritis akut (PNA) sebagai akibat lanjut invasi
hematogen (Sukandar, E., 2004).
E. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis ISK secara umum adalah rasa panas dan nyeri saat buang air kecil,
sering buang air kecil dengan keinginan buang air kecil yang mendesak dan tiba-tiba, serta
rasa tidak nyaman di area suprapubik.Manifetasi ini dikategorikan sistitis atau ISK
bawah.Adanya keluhan nyeri pinggang, demam, dan urine berwarna kemerahan menunjukan
pielonefritis atau ISK atas (Lewis et al., 2007).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG DIAGNOSIS ISK
Analisa urin rutin, pemeriksaan mikroskop urin segar tanpa puter, kultur urin, serta
jumlah kuman/mL urin merupakan protocol standar untuk pendekatan diagnosis ISK.
Pengambilan dan koleksi urin, suhu, dan teknik transportasi sampel urin harus sesuai dengan
protocol yang dianjurkan (Sukandar, E., 2004).
Investigasi lanjutan terutama renal imaging procedures tidak boleh rutin, harus
berdasarkan indikasi yang kuat. Pemeriksaan radiologis dimaksudkan untuk mengetahui
adanya batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK.Renal imaging
procedures untuk investigasi faktor predisposisi ISK termasuklah ultrasonogram (USG),
radiografi (foto polos perut, pielografi IV, micturating cystogram), dan isotop scanning
(Sukandar, E., 2004).
Pemeriksaan laboratorium
a. Leukosuria
1. Urinalisis
Leukosuria atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adalah
ISK. Dinyatakan positif bila terdapat > 5 leukosit/lapang pandang besar (LPB) sedimen air
kemih. Adanya leukosit silinder pada sediment urin menunjukkan adanya keterlibatan ginjal.
Namun adanya leukosuria tidak selalu menyatakan adanya ISK karena dapat pula dijumpai
pada inflamasi tanpa infeksi. Apabila didapat leukosituri yang bermakna, perlu dilanjutkan
dengan pemeriksaan kultur.
3. Tes kimiawi
Lebih dari 100.000 - 1.000.000 bakteri. Konversi ini dapat dijumpai dengan
perubahan warna pada uji tarik. Sensitivitas 90,7% dan spesifisitas 99,1% untuk mendeteksi
Gram-negatif. Hasil palsu terjadi bila pasien sebelumnya diet rendah nitrat, diuresis banyak,
infeksi oleh enterokoki dan asinetobakter.
4. Tes Plat-Celup (Dip-slide)
Lempeng plastik bertangkai dimana kedua sisi permukaannya dilapisi perbenihan padat
khusus dicelupkan ke dalam urin pasien atau dengan digenangi urin. Setelah itu lempeng
dimasukkan kembali ke dalam tabung plastik tempat penyimpanan semula, lalu dilakukan
pengeraman semalaman pada suhu 37 C. Penentuan jumlah kuman/ml dilakukan dengan
membandingkan pola pertumbuhan pada lempeng perbenihan dengan serangkaian gambar
yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni yang sesuai dengan jumlah kuman antara
1000 dan 10.000.000 dalam tiap ml urin yang diperiksa. Cara ini mudah dilakukan, murah
dan cukup akurat. Tetapi jenis kuman dan kepekaannya tidak dapat diketahui.
G. TERAPI
1. Tujuan terapi
Mencegah atau mengobati akibat sistemik dari infeksi
Membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
Mencegah terjadinya infeksi ulangan
2. Sasaran terapi
Mikroorganisme penyebab penyakit
Menghilangkan gejala
Mengatasi anemia mikrositik
3 Strategi terapi
a. Terapi Pencegahan
Beberapa hal penting untuk mencegah infeksi saluran kencing, infeksi saluran
kemih, dan infeksi ginjal adalah menjaga kebersihan diri, bila setelah buang air
besar atau air kecil bersihkan dengan cara membersihkan dari depan ke belakang,
dan mencuci kulit di sekitar antara rektum dan vagina setiap hari, mencuci
sebelum dan sesudah berhubungan seksual juga dapat menurunkan resiko seorang
pH balanced (seimbang) sebab membersihkan dengan air saja tidak cukup bersih.
Mengosongkan kandung kemih segera setelah terjadi dorongan untuk buang air
kecil juga bisa membantu mengurangi resiko infeksi kandung kemih atau ISK
Buang air kecil sebelum dan sesudah melakukan hubungan seks dapat
mengurangi setiap bakteri yang mungkin masuk ke uretra selama hubungan
seksual
Hindari pemakaian celana dalam ketat yang dapat membuat keadaan lembab dan
berpotensi berkembang biaknya bakteri.
c. Terapi Farmakologi
Pengobatan infeksi saluran kemih menggunakan antibiotika yang telah
diseleksi terutama didasarkan pada beratnya gejala penyakit, lokasi infeksi, serta
timbulnya komplikasi. Pertimbangan pemilihan antibiotika yang lain termasuk efek
samping, harga, serta perbandingan dengan terapi lain. Antibiotika yang digunakan
untuk pengobatan infeksi saluran kemih terbagi dua yaitu antibiotika oral dan
parenteral.
1) Kotrimoksazol (Trimetropim-Sulfametoksazol)
Trimetropim dan sulfametoksazol menghambat reaksi enzimatik obligatpada
dua tahap yang berurutan pada mikroba sehingga kombinasi kedua obatmemberikan
efek sinergi. Kombinasi ini lebih dikenal dengan nama kotrimoxazolyang sangat
berguna untuk pengobatan infeksi saluran kemih. Trimetoprim pada umumnya 20-100
kali lebih poten daripada sulfametoksazol sehingga sediaan kombinasi diformulasikan
untuk mendapatkan sulfametoksazol in vivo 20 kalilebih besar daripada trimetoprim.
2) Fluoroquinolon
Fluoroquinolon efektif untuk infeksi saluran kemih dengan atau tanpa penyulit
termasuk yang disebabkan oleh kuman-kuman yang multiresisten dan P.aeruginosa.
Fluoroquinolon merupakan agen yang efektif untuk infeksi saluran kemih walaupun
infeksi - infeksi itu disebabkan oleh bakteri yang resisten terhadap banyak obat seperti
pseudomonas.
Ciprofloxacin, levofloxacin, norfloxacin dan ofloxacin merupakan kelompok
fluoroquinolon lama yang mempunyai daya antibakteri jauh lebih kuat dibandingkan
kelompok quinolon lama.Kelompok fluoroquinolon lama ini mempunyai daya
antibakteri yang sangat kuat terhadap E. coli, Klebsiella,Enterobacter, Proteus, H.
influenzae. Providencia, Serratia, Salmonella, N.meningitidis, N. gonorrhoeae, B.
catarrhalis dan Yersinia enterocolitica.
3) Ciprofloxacin
Ciprofloxacin
aktif
terhadap
bakteri
Gram
positif
dan
Gram
6) Norfloxacin
Nofloxacin adalah kelompok fluoroquinolon yang paling tidak efektif terhadap
organisme Gram negatif maupun Gram positif dengan MIC yang empat kali sampai
delapan kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang dimiliki oleh ciprofloxacin yang
merupakan prototipe obat tersebut.
7) Sefalosporin
Spektrum kerja sefalosporin luas dan meliputi banyak kuman Grampositif dan
Gram negatif termasuk E. coli, Klebsiella, dan Proteus. Berkhasiat bakterisid dalam
fase pertumbuhan kuman berdasarkan penghambat sintesa peptidoglikan yang
diperlukan kuman untuk ketangguhan dindingnya.Kepekaannya terhadap betalaktamase lebih rendah daripada penisilin.Sefalosporin dibagi menjadi 4 generasi
berdasarkan aktifitas antimikrobanya.Sefalosporin aktif terhadap kuman Gram positif
maupun
Gramnegatif
tetapi
spektrum
antimikroba
masing-masing
derivat
merupakan
obat
pilihan
utama
untuk
infeksi
berat
oleh
Tabel 3. Terapi empirik untuk pengobatan pyelonefritis pada kasus berat pada
pasien dewasa
Penggunaan antibiotik untuk pengobatan infeksi saluran kemih pada pasien anak
menurut Guidelines on Urological Infections tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Terapi empirik untuk pengobatan infeksi saluran kemih pada pasien anak
Menurut Drug Information Handbook 14th edition tahun 2006 dosiscefixime adalah
untuk anak-anak usia 6 bulan dosisnya 8mg/kg/hari 1-2x seharisedangkan untuk anak
>50kg atau >12tahun dan dewasa dosisnya 400mg/hari 1-2xsehari. Durasi penggunaan
cefixime adalah 5-10 hari.
BB
: 57 kg
TB
: 160 cm
Keluhan utama
: Mual,anoreksia, dyspnea
1 apr
6 apr
HR (x/men)
RR
T
TD
74
33
36,8
90/70
80
30
37
140/100
60
20
37,2
120/90
27 Mar
8,3 g/dL
4
20,8 g/dL
72
171.000
191 mg/dL
80,3
1,51
6,3
7,2
2,74
Terapi
Nama
Dosis
16 tpm
10 tpm
7 mg/jam
2x1 g
1x1 amp
Kolf
1x1 amp
Pantoprazol 40
2x1
27-
29-
31
28
30
Novorapid 50 U/50ws
Plasbumin 25%100cc
premid dexamet 1am
Nebu:
3x
flexotide+meptin+1cc
fluimucil
P.O:
Kalquest
Ca CO3
Prorenal
Elovess
Glurenorm 30
Trajenta5
Aprovel 150
Serolin 10
Laxoberon
ketosteril
Coralan 7,5
1x1 sak
3x500
3x1
1x1
3x1
1x1
1x0,5
2x1
3 x 20 tts
3x1
2x0,5
b. Diagnosa
c. Keluhan utama
: Mual,anoreksia, dyspnea
2. Objektif
Pemeriksaan Tanda-tanda Vital
HR (x/men)
RR
T
TD
27 mar
74
33
36,8
90/70
1 apr
80
30
37
140/100
6 apr
60
20
37,2
120/90
Nilai Normal
60-80 x/menit
18-22 x/menit
36-37 C
120/80 mmHg
Keterangan
Normal
Meningkat
Normal
Meningkat
27 Mar
Normal
Keterangan
Hb
Eritrosit
Leukosit
LED
Trombosit
GDS
Ureum
Kreatinin
K
Ca
Albumin
8,3 g/dL
4
20,8 g/dL
72
171.000
191 mg/dL
80,3
1,51
6,3
7,2
2,74
13-16 g/dL
3,8-5,0 x 106 sel
3,6-11 g/dL
<20 mm/jam
170.000-380.000 g/l
<200 mg/dL
15-40 mg/dL
0,5-1,5 mg/dL
3,6- 4,8 mEq/l
8,8-10,4 mg/dl
3,5-5,0 g
Meningkat
Normal
Meningkat
Meningkat
Normal
Normal
Meningkat
Meningkat
Meningkat
Menurun
Menurun
Terapi
Nama
Infus Ringer Lactat
Potacol R
5 amp Impugan murni
Thidim
Avelox
Methycobal 3 amp
Fluconazol
Dosis
16 tpm
10 tpm
7 mg/jam
2x1 g
1x1 amp
Kolf
1x1 amp
Pantoprazol 40
2x1
Novorapid 50 U/50ws
Plasbumin 25%100cc
premid dexamet 1am
Nebu:
27-
29-
31
28
30
3x1
flexotide+meptin+1cc
fluimucil
P.O:
Kalquest
1x1 sak
Ca CO3
Prorenal
Elovess
Glurenorm 30
Trajenta5
Aprovel 150
Serolin 10
Laxoberon
Ketosteril
Coralan 7,5
3x500
3x1
1x1
3x1
1x1
1x0,5
2x1
3 x 20 tts
3x1
2x0,5
3. Assesment
Tanda-tanda Vital
1. Heart rate pada pasien berada dalam keadaan normal
2. Respiration rate yang meningkat (Takipnea) bisa terjadi karena adanya penyimpitan
pembuluh darah sehingga kerja jantung akan meningkat. Peningkatan RR tersebut
juga menyebabkan peningkatan detak jantung (Takikardi).
3. Suhu tubuh pasien normal yaitu 37,2C.
4. Tekanan darah pasien tgl 1 april 140/100 mmHg menujukkan pasien mengalami
hipertensi.
Data Laboratorium
1. HB menurun, maka pasokan ke berbagai bagian tubuh berkurang fungsi tubuh akan
terhambat dan mengalami anemia.
2. LED merupakan kecepatan endapan eritrosit yang menggambarkan komposisi plasma
serta perbandingan eritrosit dan plasma, peningkatan nilai LED disebabkan karena
adanya infeksi yang disebabkan oleh Proteus mirabilis.
3. Ureum dan keratinin yang tinggi menyebabkan penurunan fungsi ginjal untuk
mempertahankan homeostasis tubuh sehingga mengakibatkan gagal ginjal.
4. Dalam kasus ini pasien mengalami hiperkalemia.
5. Pada kasus ini pasien mengalami hipokalsemia.
6. Dalam kasus ini nilai albumin menurun bisa disebabkan pada keadaan malnutrisi,
nefrotik sindrom dan infeksi kronis.
DRP
Interaksi Serius
1. Fluconazole dan Avelox = meningkatkan QT prolong action yang dapat menyebabkan
ayritmia.
Intreaksi Signifikan
1. Glurenorm dan Fluconazole = dapat meningkatkan efek glurenorm dengan cara
menurunkan metabolismenya.
Dosis
16 tpm
10 tpm
7 mg/jam
2x1 g
1x1 amp
Methycobal 3 amp
Kolf
Fluconazol
1x1 amp
Pantoprazol 40
Novorapid 50 U/50ws
Plasbumin 25%100cc
premid dexamet 1am
Nebu:
flexotide+meptin+1cc
fluimucil
P.O:
Kalquest
Ca CO3
2x1
Prorenal
Elovess
Glurenorm 30
3x1
1x1
3x1
3x1
1x1 sak
3x500
Dosis seharusnya
500 ml-1 L per hari
500-1000 mL/dosis melalui drip infusion
intravena (IV) lambat.
2-4 ml secara im/iv
500 mg IV atau IM q8-12hr
400mg secara IV atau peritonial 1kali
sehari
Dosis obat suntik 500 mcg/ hari sebanyak
3x seminggu
Dosis 400 mg, pada hari ke- 1 dilanjutkan
200-400 mg 1x/hari.
1x40 mg atau 2x 20mg
0,2 -0,6 U /kGBB/ hari
Awal : 25 g ( 5 % atau 25 % larutan ) infus
IV
1-2 x sehari
Keterangan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Tidak
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Digunakan
Trajenta5
Aprovel 150
1x1
1x0,15
Serolin 10
2x1
Laxoberon
3 x 20 tts
ketosteril
3x1
Coralan 7,5
2x0,075
Digunakan
Parenteral
1. Ringer laktat diindikasikan untuk mengembalikkan keseimbangan elektrolit
pada keadaan dehidrasi dan syok hipovolemik.
2. Potacol R diidikasikan untuk mengganti atau memperbaiki cairan ekstraseluler
dan cairan interstisial serta sebagai asupan kalori.
3. Impugan murni digunakan untuk mengurangi kelebihan cairan didalam tubuh,
biasanya pada penderita gagal ginjal termasuk sindrom nefrotik dan untuk
pengobatan hipertensi.
4. Thidim digunakan untuk infeksi paru
hipertensi.
5. Glurenorm diindikasikan untuk pengobatan diabetes mellitus yang tidak
tergantung insulin (NIDDM) atau diabetes mellitus tipe 2 dan tidak terkontrol
dengan diet.
6. Trajenta digunakan untuk meningkatkan kontrol glikemik pada terapi diabetes
pasien hipertensi dengan diabetic nefropati yang disebabkan oleh non insulin
dependent diabetic melitus (NIDDM).
8. Serolin digunakan untuk Arteriosklerosis serebral.
EVALUASI DRP
1. Fluconazole dan Glurenorm interaksi tidak terjadi karena waktu pemberiannya
berbeda,dan fluconazole sudah diganti dengan flusitosin.
2. Interaksi Fluconazol dan Avelox, fluconazole dihilangkan dan diganti dengan
flusitosin dosis 50mg/kgBB IV tiap 6 jam.
3. Ca Carbonat dan Avelox waktu pemberiannya dijeda 2 jam
4. Aprovel dan Impugan murni pemakaian dimonitoring
5. Tragenta dan Novorapid dibedakan waktu pemberian tragenta pagi sebelum
makan sedangkan novorapid malam
6. Avelox dan Novorapid dibedakan waktu pemberian avelox pagi dan novorapid
malam dan monitoring kadar gula darah
7. Avelox dan Glurenorm dimonitor kadar gula darah
KIE :
Untuk mencapai outcome terapi dan keberhasilan terapi yang digunakan maka pasien
memerlukan beberapa KIE sebagai berikut:
1. Menginformasikan kepada pasien untuk teratur dalam peminuman antibiotik dan harus
dihabiskan.
2. Menginformasikan kepada pasien menjaga kebersihan sekitar organ intim dan saluran
kemih.
3. Membiasakan untuk mengeringkan organ vitalnya dari arah depan ke belakang karena
akan membantu mengurangi suatu kemungkinan bakteri yang masuk ke dalam daerah
uretra.
4. Membiasakan untuk melakukan buang air kecil dengan teratur. Dengan cara mengawasi
mereka asupan air putih yang harus dikonsumsi anak.
5. Menghindari pemakaian dari celana dalam yang terlalu ketat yang mendorong dari
terjadinya pertumbuhan bakteri.
6. Lakukan pemeriksaan ke dokter jika anak mengalami demam dan bau urin yang
menyengat, warnanya keruh atau juga mengandung kandungan darah. Selain itu, jika
anak mengalami beberapa gejala yang tidak jelas maka sebaiknya dilakukan pemeriksaan
ke anak, misalnya jika anak mengalami masalah sakit perut, sering buang air kecil dan
juga tidak bisa menahannya atau mengompol padahal sudah bisa buang air kecil sendiri di
toilet.
7. Dilakukan pemeriksaan USG dan VCUG ke dokter untuk mencegah infeksi berulang.
pertanyaan
yes
no
Korelasi obat dg
masalah
medis(correlation
between drug
therapy&medical
problem
Ketepatan
pengobatan(appropiad
e therapy)
Keterangan
outcome)?
Drug regimen
Apakah frekuensi
pemberian sudah tepat?
Duplikasi terapi
Interaksi obat
DAFTAR PUSTAKA
Kumala, S., Raisa, N., Rahayu, L., dan Kirana, A., 2009, Uji Kepekaan Bakteri yang
Diisolasi dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) terhadap
BeberapaAntibiotika pada Periode MaretJuni 2008, Majalah Ilmu Kefarmasian,
6(2):1693-9883.
Kusnan, A., 2014, Faktor Risiko Kejadian Infeksi Saluran Kemih pada Ibu Hamil di
Laboratorium Prodia, Jurnal Ilmu Kesehatan, 1(1): 2355-312X.
Foxman, B., 2003, Epidemiology of Urinary Tract Infections: Incidence, Mobidity, and
Economic Costs, Dis Mon Journal, 4(49): 53-70.
Israr, Y. A., 2009, Infeksi Saluran Kemih (ISK), Riau: Fakultas Kedokeran Universitas Negeri
Riau.
Purnomo, B. B., 2003, Dasar-Dasar Urologi Edisi II, Jakarta: CV Sagung Seto.
Samirah, Darwati, Windarwarti, dan Hardjoeno, 2006, Pola Sensitivitas Kuman di Penderita
Infeksi Saluran Kemih, Indonesian Journal of Clinical Pathology andMedical
Laboratory, 12(3): 110-113.
Febrianto, A. W., Mukaddas, A., dan Faustine, I., 2013, Rasionalitas Penggunaan Antibiotik
pada Pasien Infeksi Saluran Kemih (ISK) di Instalasi Rawat Inap RSUD Undata
Palu Tahun 2012, Online Jurnal of Natural Science, 2(3): 2338-2950.
Corwin, E.J., 2009, Patofisiologi: Buku saku (Penerjemah: Nike Budhi Subekti), Jakarta:
EGC.
Sukandar E., 2006, Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I Edisi IV, Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI.
Darmadi, 2008, Konsep dasar keperawatan, Jakarta: EGC Kedokteran.
Dipiro, Joseph, T., Robert, L., Talbert, Gary, C., Yee, Gary, R., Matzke, B.G.,
Wells&Posey,L.M. 2009. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Seventh
Edition., New York: McGraw-Hill
Dipiro, Joseph, T., Robert, L., Talbert, Gary, C., Yee, Gary, R., Matzke, B.G.,
Wells&Posey,L.M. 2009. Pharmacotherapy: A Pathophysiologic Approach. Ninth
Edition., New York: McGraw-Hill
Gardjito, W., Puruhito&Iwan, A. 2005.Saluran Kemih dan Alat Kelamin Lelaki.Dalam : Buku
Ajar Ilmu Bedah. Edisi 2.Jakarta : Penerbit EGC
Nicolle, L. E. 2008.Un Complicated Urinary Tract Infection In Adults Including
Uncomplicated Pyelonephritis. UrolClin North Am 35 (1):1-12.
Rani, H. A. A., Soegondo, S&Nasir, A. U. 2004.Standar Pelayanan Medik Ilmu Penyakit
Dalam. Edisi 2004.Jakarta : Pusat Penerbit IPD FKUI.
Sukandar, E. 2006.Infeksi Saluran Kemih Pasien Dewasa. Dalam :Buku Ajar IlmuPenyakit
Dalam Jilid I. Edisi IV. Jakarta : Pusat Penerbit IPD FK UI
Tessy, A., Ardaya&Suwanto. 2001. Infeksi Saluran Kemih. Dalam : Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid II. Edisi 3. Jakarta, Fakultas Kedokteran UniversitasIndonesia
Widayati,
A.,
Wirawan,
I.
P.
E&Kurharwanti,
A.
M.
W.
2005.
Kesesuaian
Infus RL
Potacol R
Komposisi
Tiap 500 ml mengandung
:
Natrium Klorida 3 g
Kalium Klorida 0,15 g
Kalsium Klorida.2HO
0,1 g
Natrium Laktat 1,55 g
Air untuk injeksi ad 500
ml
Per Liter: NaCl 6 g, KCl
0,3 g, CaCl2 0,2 g, Na
Laktat 3,1 gram, Maltosa
50 g
5 amp impugan
murni
Furosemid 10 mg/ ml
injeksi
Thidim
Seftazidim 500mg
Dosis
Dosis tergantung pada
usia, berat badan dan
keadaan klinis penderita.
Indikasi
diindikasikan untuk
pengobatan kekurangan
cairan dimana rehidrasi
secara
oral tidak mungkin
dilakukan.
Kontraindikasi
Hipernatremia
Dewasa:
500-1000 mL/dosis
melalui drip infusion
intravena (IV) lambat.
Kecepatan infus perifer
umumnya : 0,3 g/kg berat
badan/hari.
2-4 ml secara im/iv
Asupan kalori,
mengganti atau
memperbaiki cairan
ekstraseluler dan cairan
interstisial, memperbaiki
asidosis metabolik.
Laktasidemia
Mengurangi kelebihan
cairan didalam tubuh,
biasanya pada penderita
gagal ginjal termasuk
sindrom nefrotik dan
untuk pengobatan
hipertensi
Infeksi paru , Infeksi
yang disebabkan oleh
Pseudomonas sp. pada
Alergi terhadap
furosemid dan pasien
anuria
Hipokalemi,
hiperurikemia,
hiperglikemi, mual
dan muntah.
Hipersensitivitas
terhadap obat atau
komponen
Efek samping
Avelox
Moxifloxacin HCL
400mg / 250mL
Methycobal 3 amp
Mecobalamin
1000mcg/mL
Fluconazol
Fluconazol 50 mg
Pantoprazol 40
Pantoprazole 40mg
leukopenia,
Mual atau muntah
indikasihipersensitifita
s, hamil,laktasi anak
dan remaja,riwayat
penyakit dengan
tendon yang
berhubungna dengan
kuinolon,gangguan
elektrolit,brandikardi,
gagal
jantung,gangguan
fungsi hati
Kekurangan vitamin
Hipersensitif terhadap
B12, penyakit saraf tepi methycobal,
(neuropati perifer),
penggunaan pada
penurunan kadar sel
penderita penyakit
darah merah akibat
jantung , paru-paru,
gangguan penyerapan vit dan darah tinggi harus
B 12 (anemia pernisiosa) berhati-hati.
Infeksi sistemik
candidiasis, infeksi
bronkus paru.
Menghilangkan gejala &
Hipersensitif
Novorapid 50
U/50ws
Plasbumin 25 %
100 cc premid
dexamet 1am
Albumin
kehamilan.
Hipersensitivitas
terhadap produk
albumin yang tersedia
secara komersial
anemia berat , gagal
jantung
Flexotide + (fluticasone
propionate)
Hipoglikemia
kandidiasis pada
mulut dan
tenggorokan,suara
serak, rwaksi
hipersensitifitas,
katarak dan glukoma
P.O :
Kalquest
Meptin + (procetarol
HCL)
1 cc fuimucil +
(acetylcysteine)
Ca polystyrene sulfonat
Ca CO3
Prorenal
- DL-3-metil-2-oksoasam valerianat
hiperkalemia karena
gagal ginjal akut atau
kronik
suplemen kalsium
hipersensitivitas,
hiperkalsemia,
hipophosphatemia,
renal
calculi,hypercalciuria
Hiperkalsemia.
Gangguan
pereforasi dan
obstruksi usus halus,
konstipasi, mual,
anoreksia
anorexia, konstipasi,
hiperkalesemia,
mual, muntah
palpitasi, takikardi,
tremor, sakit kepala,
mual, muntah,
penurunan kadar K
Dapat menyebabkan
hiperkalsemia.
Elovess
Glurenorm 30
Trajenta 5
linagliptin 5 mg
suplemen untuk
defesiensi vit
antihipermosisten pada
penyakit hipertensi
Untuk pengobatan
diabetes mellitus yang
tidak tergantung insulin
(NIDDM) atau diabetes
mellitus tipe 2 dan tidak
terkontrol dengan diet.
meningkatkan kontrol
glikemik pada terapi
metabolisme asam
amino.
Belum ada informasi
mengenai efektivitas
dan keamanan untuk
anak-anak dan wanita
hamil.
Diabetes tergantung
insulin (diabetes
mellitus tipe 1),
terkomplikasi dengan
asidosis atau ketosis,
kehamilan dan
menyusui
Umum : Gangguan
GI, sakit kepala.
Jarang : reaksi
hipoglikemik, reaksi
alergi pada kulit
Aprovel
ibesartan 150 mg
Serolin 10
Nicergoline 10 mg
Hipersensitif terhadap
NICERGOLINE
Laxoberon
Na picosulfate
Ketosteril
perifer
Dementia
Parkinson
Dewasa & anak berusia
Untuk pemakaian jangka
lebih dari 12 tahun: 8-12
pendek pada sembelit
tetes pada malam hari.
dan kondisi yang
Sembelit berat & menetap membutuhkan
pada orang dewasa : dosis pengosongan usus besar
dinaikkan sampai 30 tetes. secara perlahan-lahan
dewasa 70kgBB : 1 tablet/ terapi insufisiensi ginjal
5KgBB atau 3 kali sehari
kronik pada retensi yang
4-8 tablet
terkompensasi atau
Ditelan utuh jangan
dekompensasi (GFR 5dikunyah atau dihancurkan 50mL/ menit)
diberikan setelah makan.
Pembedahan perut
akut.
hiperkalsemia
Coralan 7,5
Ivabradine 7,5mg
Diindikasikan untuk
kontraindikasi untuk
mengurangi risiko rawat penggunaan betainap untuk memburuknya blocker
gagal jantung pada
pasien dengan gagal
jantung kronis.
Bradikardia ( 10 % ),
Hipertensi atau
tekanan darah
meningkat ( 8,9 % ),
Fibrilasi atrium ( 8.3
% ), fenomena
bercahaya
( phosphenes ) atau
kecerahan visual
( 2,8 % )