Vous êtes sur la page 1sur 20

ASKEP DIABETES MELLITUS

I. KONSEP DASAR
A.PENGERTIAN.
Adalah suatu penyakit kronik yang komplek disertai berbagai kelainan metabolik akibat
gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan dengan membran
elektron.
B.ETIOLOGI.
Insulin Dependent Diabetes Melitus ( IDDM ) atau Diabetes Melitus Tergantung Insulin (
DMTI ) disebabkan oleh destruksi sel B pulau langerhans akibat proses autoimun.
Sedangkan Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus ( NIDDM ) atau Diabetes Melitus Tidak
Tergantung Insulin ( DMTTI ) disebabkan kegagalan relatif sel B dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk merangsang pengambilan
glukosa oleh jaringan perifer dan untuk menghambat produksi glukosa oleh hati.
Sel B tidak mampu mengimbangi resistensi insulin ini sepenuhnya, artinya terjadi defesiensi
relatif insulin. Ketidakmampuan ini terlihat dari berkurangnya sekresi insulin pada rangsangan
glukosa, maupun pada rangsangan glukosa bersama bahan perangsang sekresi insulin lain.
Berarti sel B pankreas mengalami desensitisasi terhadap glukosa.
C.PATOFISIOLOGI.
Dalam proses pencernaan yang normal, karbohidrat dari makanan diubah menjadi
glukosa, yang berguna sebagai bahan bakar atau energi bagi tubuh manusia. Hormon insulin
mengubah glukosa dalam darah menjadi energi yang digunakan sel. Jika kebutuhan energi telah
mencukupi, kebutuhan glukosa disimpan dalam bentuk glukogen dalam hati dan otot yang
nantinya bisa digunakan lagi sebagai energi setelah direkonvensi menjadi glukosa lagi. Proses
penyimpanan dan rekonvensi ini membutuhkan insulin. Insulin adalah hormon yang dihasilkan
oleh kelenjar pankreas yang mengurangi dan mengontrol kadar gula darah sampai pada batas
tertentu.
DM terjadi akibat produksi insulin tubuh kurang jumlahnya atau kurang daya kerjanya,
walaupun jumlah insulin sendiri normal bahkan mungkin berlebihan akibat kurangnya jumlah
atau daya kerja insulin. Glukosa yang tidak dapat dimanfaatkan oleh sel hanya terakumulasi di
dalam darah dan beredar ke seluruh tubuh. Gula yang tidak dikonvensi berhamburan di dalam
darah, kadar glukosa yang tinggi di dalam darah akan dikeluarkan lewat urin, tingginya glukosa
dalam urin membuat penderita banyak kencing ( polyuria ), akibatnya muncul gejala kehausan
dan keinginan minum yang terus menerus ( polydipsi ) dan gejala banyak makan (polypasia),
walaupun kadar glukosa dalam darah cukup tinggi. Glukosa dalam darah jadi mubazir karena
tidak bisa dimasukkan ke dalam sel sel tubuh.

D. TANDA DAN GEJALA.


Gejala sering baru timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengindap
penyakit ini.
Gejala yang sering muncul adalah :
1. Sering buang air kecil terutama pada malam hari.
2. Gatal gatal terutama pada alat kelamin bagian luar.
3. Kesemutan dan kram.
4. Cepat merasa lapar dan kehausan.
5. Gairah sex menurun.
6. Cepat merasa lelah dan mengantuk.
7. BB menurun, nafsu makan bertambah.
8. Penglihatan kabur.
9. Mudah timbul abses dan kesembuhan yang lama.
10. Ibu melahirkan bayi lebih dari 4 kg.
11. Ibu sering mengalami keguguran atau melahirkan bayi mati.
E. KOMPLIKASI.
1. Kardiovaskuler : hipertensi, infak miokard.
2. Mata : retinopati, katarak.
3. Syaraf : neuropati.
4. Paru paru : TBC.
5. Kulit : gangren, ulkus.
6. Hati : sirosis hepatis.
F. PENATALAKSANAAN.
Dalam jangka pendek penatalaksanaan DM bertujuan untuk menghilangkan keluhan atau
gejala DM. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi.
Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid dan insulin. Untuk
mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan
pasien secara holistik dan mengajarkan kegiatan mandiri.
Kerangka utama penatalaksanaan DM yaitu perencanaan :
makanan ( diet ).
Latihan jasmani.
Obat obatan.
II. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN DIABETES MELLITUS
1. Pengkajian.
Mengumpulkan data pasien DM baik dengan pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang,
wawancara, observasi dan dokumentasi secara biopsikososial dan spiritual.

a. Identitas klien.
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, agama, suku bangsa, status
perkawinan, alamat, tanggal masuk rumah sakit, no.register RS, Diagnosa medis,
penanggung jawab.
Keluhan utama.
Biasanya pasien datang dengan keluhan : pusing, lemah, letih, luka yang tidak sembuh
b. Riwayat penyakit sekarang.
perubahan pola berkemih.
Pusing.
Mual, muntah.
Apa ada diberi obat sebelum masuk RS.
c. Riwayat penyakit dahulu.
Apakah pasien punya penyakit DM sebelumnya.
d. Riwayat penyakit keluarga.
Tanyakan pada pasien apa ada keluarga yang menderita penyakit keturunan seperti yang
di derita pasien.
e. Pemeriksaan fisik.
Keadaan umum : penampilan, tanda vital, kesadaran, TB, BB.
Kulit : keadaan kulit, warnanya, turgor,edema, lesi, memar.
Kepala : keadaan rambut, warna rambut, apa ada massa.
Mata : bagaimana pupilnya, warna sklera, kunjungtiva, bagaimana reaksi pupil terhadap
cahaya, apakah menggunakan alat bantal.
Hidung : strukturnya, apa ada polip, peradangan, fungsi penciuman.
Telinga : strukturnya, apa ada cairan keluar dari telinga, peradangan, nyeri.
Mulut : keadaan mulut, gigi, mukosa mulut dan bibir, apa ada gangguan menelan.
Leher : keadaan leher, kelenjar tiroid.
Dada/pernapasan/sirkulasi : bentuk dada, frekuensi napas, apa ada bunyi tambahan,
gerakan dinding dada.
Abdomen : struktur, kebersihan, apa ada asites, kembung, bising usus, apa ada nyeri
tekan.
f. Kebutuhan biologis.
Nutrisi : pola kebiasaan makanan,
jenis makanan / minuman.
Eliminasi : pola, frekuensi, jumlah, warna, bau, konsistensi (BAK/BAB ).
Istirahat / tidur : kebiasaan tidur selama di rumah dan RS.
Aktivitas : Apakah terganggu atau terbatas, faktor yang memperingan atau
memperberat, riwayat pekerjaan.
g. Riwayat psikologis.
Bagaimana pola pemecahan masalah pasien terhadap masalahnya demikian juga
keluarga.

h. Riwayat sosial.
Kebiasaan hidup, konsep diri terhadap masalah kesehatan, hubungan dengan keluarga,
tetangga, dokter, perawat.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL PADA DIABETES MELLITUS.


1. Gangguan mobilisasi fisik berhubungan dengan kelemahan anggota tubuh ditandai,
pasien mengelih badan terasa lemah, berjalan dengan di bantu.
Tujuan : mobilisasi fisik terpenuhi.
Intervensi :
1. Kaji tingkat kelemahan
2. Diskusikan dengan pasien pentingnya aktivitas
3. Berikan partisipasi pasien dalam ADL
4. Dekatkan peralatan yang dibutukan pasien
5. Monitor tanda vital setelah dan sebelum melakukan aktiovitas ringan
6. Bantu pasien melakukan aktipitas ringan.
2. Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan kadar gula
darah ditandai Pasien mengatakan ia sering ingin buang air kecil, kadar gula sewaktu
dan kadar gula darah puasa.
Tujuan : Tidak terjadi kerusakan integritas kulit:
Intervensi :
1. Kaji perubahan warna kulit
2. Anjurkan pasien berhati-hati dalam melakukan aktifitas (kekamar kecil)
3. Beritahu pasien untuk tidak mengkonsumsi makanan yang banyak mengandung
pemanis.
4. Beritahu atau beri penjelasan tentang hal yang berhubungan dengan penyakitnya.
3. Risiko hipoglikemia berhubungan dengan terlalu banyak insulin, makan sedikit, gula
darah terlalu drastis turun ditandai kulit pucat, lembab, takikardi, diaforesis, gugup.
Tujuan : Mengatasi dan meminimalkan episode abnormal gula darah dan komplikasi
vaskuler.
Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala hipoglikemi :
a. Glukosa darah < 70 mg/dl
b. Kulit dingin, pucat, lembab
c. Takikardia, diaforesis
d. Gugup, gelisah
e. Inkoordinasi
f. Cenderung tidur
g. Ketidaksadaran tentang Hipoglikemia.

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIABETES MELLITUS DI RUANG PENYAKIT


DALAM PRIA RSUD H DAMANHURI BARABAI
I. DATA DEMOGRAPI
Tanggal wawancara : 4 Maret 2003
Tanggal MRS
: 3 Maret 2003
No. RMK
: 46 04 87
Nama
: Tn. R
Umur
: 52 tahun
Jenis kelamin
: Laki-laki
Suku/Bangsa
: Banjar/Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: SMP
Pekerjaan
: Swasta
Status Perkawinan
: Kawin
Alamat
: Jl Pasar I Barabai
Penanggung Jawab : Tn. R
II. POLA FUNGSIONAL
1. persepsi Kesehatan dan Penanganan kesehatan
Keluhan Utama / Kesehatan Umum :
Luka Pada ibu jari kaki kanan, nafsu makan kurang dan badan terasa lemah.
Riwayat Penyakit sekarang (Pola PQRST) :
Pasien mengatakan sejak 2 bulan yang lalu pada ibu jari klien luka lecet (sering terkena air) dan
sebulan terkhir ini jadilah borok pada sela ibu kaki kanan, keluhan lain yang menyertai nafsu
makan kurang, dan BB menurun, badan terasa lemah.
Penggunaan Obat sekarang :
Aspilet 11 tab, Tramal 31 tab
Captropil 21 amp
HCT 1-0-0
Inj. Cepotoxin 21 gr (pagi dan sore) IV, Insulin SC
IVFD RL 5% 16 tetes/menit.
Riwayat Penyakit Dahulu : Pasien pernah masuk RS dengan keluhan panas dingin, kepala
pusing.
Upaya pencegahan : membeli obat diwarung/toko obat dan bila tidak sembuh berobat
kepuskesmas terdekat.
Prosedur bedah tidak pernah.
Penyakit masa anak-anak batuk pilek.
Imunisasi tidak lengkap.
Kebiasaan :
Tembakau : berhenti sejak 5 tahun yang lalu

Alkohol : Tidak pernah


Obat-oabt terlarang tidak pernah.
Riwayat penyakit keluarga : Diantara anggota keluarga tidak ada yang menderita penyakit yang
sama seperti klien.
Riwayat penyakit sosial : Selama di rumah sakit pasien di tunggu suami dan sering dikunjungi
teman-temannya, pasien dapat bekerjasama dengan tenaga kesehatan.
2. Pola Nutrisi Metabolik
Masukan nutrisi sebelum sakit :
Pagi : Nasi biasa ,ikan, sayur, 1 piring-2 piring.
Siang : Nasi, ikan, sayur, 1 piring-2 piring
Sore : Nasi, ikan, , 1 piring
Makanan Pantangan tidak ada
Kudapan sore minum teh dan kue.
Saat sakit :
Pagi : Nasi biasa, ikan, tidak dihabiskan.(1/2 porsi yang disajikan) dan minum air putih/teh
Siang: Nasi, ikan, sayur, tidak dihabiskan. (1/2 porsi yang disajikan)
Sore : Nasi, ikan, sayur, tidak dihabiskan. (1/2 porsi yang disajikan)
Nafsu makan menurun.
Kesulitan menelan ( disfagia ) : parsial, tidak menggunakan protesa
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir turun 5 kg (dari 64 kg menjadi 59 kg)
Pemeriksaan fisik :
Tanda vital : Tb : 161 cm, BB : 59 kg
Kulit :
Warna : sawo matang
Suhu : 36 0c
Turgor : Baik ( kalau dicubit kembali dalam 1-2 detik )
Edema : tidak ada
Lesi : pada ibu jari kaki kanan
Memar : Tidak ada
Mulut :
Hygiene: Bersih
Gusi : Normal
Gigi : ada caries
Lidah : Bersih
Mucosa : Normal
Tonsil : Normal ( tidak ada peradangan )
Wicara : Normal ( mampu berkomunikasi dengan baik )

Rambut dan kulit kepala :


Keadaan kulit kepala : Kering dan rambutnya tipis
Warna Rambut : hitam campur uban
Abdomen : Tidak ada nyeri tekan dan kembung tidak ada.
3. Pola Eleminasi
Faeces
Kebiasaan defekasi : selama di rawat di RS pasien BAB 1 kali/hari.
Pemeriksaan Fisik :
Abdomen : Struktur Simetris
Distensi : tidak
Frekuensi BU 8kali/menit (N=8-12 kali/menut).
Urine : Kebiasaan miksi : Normal, frekuensi 5 x/ hari
Pemeriksaan Fisik
Ginjal Tidak teraba , tidak ada nyeri ketuk, distensi tidak ada, uretra normal.
Laboratorium : Tanggal 4 Juli 2002 :
Urin :
Warna kuning muda
Kejernihan: jernih
PH 5,3
BJ 1020
Albumin (++)
Reduksi (-)
urobilin (-),
Bilirubin (-),
aceton (-),
leukosit 4-8/lpb,
erytrosit (-)/lpb,
kristal (-).
Kristal (-)
Nitrtit (+)
4. Pola Aktivitas dan Latihan
Kemampuan Perawatan Diri :
Mandi dibantu orang lain,
Berpakaian dibantu orang lain,
Toileting dibantu orang lain,
Mobilitas di TT mandiri,
Ambulasi bisa dilakukan sendiri.

Pemeriksaan Fisik :
a. Penafasan / Sirkulasi
Tanda Vital :v
Tekanan Darah : 110 / 80 mmHg
Nadi : 76 x / menit
respirasi : 20 x / menit
Kualitasnya Normalv
Batuk Tidak adav
Bunyi nafas Normalv
Kelainan tidak ditemukan.v
Hasil laboratorium tanggal 4 juli 2002
GDP 145,10
GD 2 jam PP 286,20
HB 11,7 gr %
Leukosit 9.600/mm3
LED 73 mm/jam I, 99 mm/jam II
Trombosit 448.000 mm3
b. Muskuloskletal
Rentang gerak : Normalv
Keseimbangan dan cara berjalan : tidak tegapv
Genggaman tangan : sama lemah antara kanan dan kiriv
Otot kaki : sama lemah antara kanan dan kiriv
5. Pola Istirahat dan Tidur
Kebiasaan tidur 9 jam / hari, Jumlahnya siang hanya 2 jam dan pada malam hari 6-7 jamv
Dalam tidur tidak ada masalahv
Pemeriksaan Fisik :v
Pemampilan umum lemah
Mata : Normal
Lingkaran hitam disekitar mata : tidak ada
6. Pola Kognitif Konseptual
Pendengaran : Normal dan tidak mengguanakan alat bantuv
Penglihatan : Menggunakan kaca matav
Vertigo ; tidak adav
Nyeri : nyeri pada lukav
Pemeriksaan fisikv
Mata

Pupil : Isokor
Reflek terhadap cahaya : kanan dan kiri baik
Status mental : kesadaran Compos mentis
GCS 4-5-6
Bicara : normal
Skala nyeri : 2 dari 0-5 / sedang
7. Pola Persepsi Diri / Konsep Diri
Masalah Utama mengenai perawatan di RS/Penyakit : tidak ada masalah
Keadaan Emosional ; Stabil
Kemampuan Adaptasi : Tidak ada gangguan
Konsep Diri : Tidak ada Gangguan.
8. Pola Koping Toleransi Stress
Kemampuan daptasi ; baikq
Cara mengambil keputusan : dibantu istriq
Koping strees terhadap masalah : Baikq
9. Pola Nilai Kepercayaan
Pembatasan religius : Selama dirawat pasien hanya bisa berdoa, sejak dirawat pasien tidak
sholat.q
Klien tidak meminta kunjungan pemuka agama

ANALISA DATA
Nama : Tn. R Rumah Sakit : H Damanhuri
Barabai
Umur : 46 tahun Ruang : PDP
DX Medis : DIABETES MELLITUS NO. RMK : 46-04-87
No Data Subyektif / Obyektif Etiologi Masalah
1.Klien menyatakan sakit pada luka/ ibu jari kaki kanan
Klien tampak meringis
Skala nyeri 2 dari skala 0-5, terdapat luka pada ibu jari kanan.
Trauma Jaringan Nyeri
2. Pasien mengatakan tidak ada selera makanan
Berat Badan turun 5 kg (dari 64 kg menjadi 59 kg), makanan yang disediakan tidak habis ( hanya
1/2 porsi)
Perubahan metabolisme glukosa, penurunan masukan oral.
Nutrisi kurang dari kebutuhan

3 .Klien mengatakan luka pada ibu jari masih keluar nanah.


Luka / ganggren pada ibu jari kanan, terdapat pus dan agak kehitaman.
Interupsi mekanis pada kulit/ jaringan Kerusakan integritas kulit
4.
5.

Pasien mengatakan hanya bisa berdoa,


Pasien tidak bisa melaksanakan ibadah sholat.
Penurunan kemauan/ kemampuan sekunder terhadap penyakit.
Insufiensi pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet. Distres spiritual (sholat)
Risiko terhadap inefektif penatalaksaan regimen/ aturan terapeutik
DAFTAR MASALAH
Nama : Tn. R Rumah Sakit : H Damanhuri
Barabai
Umur : 46 tahun Ruang : PDP
DX Medis : DIABETES MELLITUS NO. RMK : 46-04-87
No Dx. keperawatan Tgl. Muncul Tgl. Teratasi
1 Nyeri sehubungan dengan Trauma Jaringan ditandai dengan Klien menyatakan sakit pada luka/
ibu jari kaki kanan, Klien tampak meringis
Skala nyeri 2 dari skala 0-5, terdapat luka pada ibu jari kanan 4 Maret 2003
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan Perubahan metabolisme glukosa,
penurunan masukan oral ditandai Pasien mengatakan tidak ada selera makanan
Berat Badan turun 5 kg (dari 64 kg menjadi 59 kg), makanan yang disediakan tidak habis ( hanya
1/2 porsi). 4 Maret 2003
3
Kerusakan integritas kulit s/d Interupsi mekanis pada kulit/ jaringan ditandai dengan Klien
mengatakan luka pada ibu jari masih keluar nanah, Luka / ganggren pada ibu jari kanan, terdapat
pus dan agak kehitaman. 4 Maret 2003
4.
5.

Distres spiritual (sholat) sehubungan dengan Penurunan kemauan/ kemampuan sekunder


terhadap penyakit di tandai dengan Pasien mengatakan hanya bisa berdoa, tidak bisa
melaksanakan ibadah sholat, Pasien tidak melaksanakan sholat .
Risiko terhadap inefektif penatalaksaan regimen/ aturan terapeutik sehubungan dengan Insufiensi
pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet. 4 Maret 2003
4 Maret 2003
ASUHAN KEPERAWATAN
Nama : Tn. H Rumah Sakit Umum Daerah BAnjarbaru
Umur : 58 tahun Ruang : Kasuari
DX Medis : DIABETES MELLITUS NO. RMK : 03 07 76
No Diagnosa Keperawatan R e n c a n a Implementasi
Tujuan Intervensi Rasional
1 Nyeri sehubungan dengan Trauma Jaringan ditandai dengan Klien menyatakan sakit pada luka/
ibu jari kaki kanan, Klien tampak meringis
Skala nyeri 2 dari skala 0-5, terdapat luka pada ibu jari kanan Nyeri teratasi dengan kriteria :
Klien nampak rileks/ tidak meringis, skala nyeri 0 dari skala 0-5 1. Dorong klien untuk
melaporkan adanya nyeri
2. Kaji ulang faktor-faktor yang menghilangkan atau meningkatkan nyeri.
3. Beri tindakan nyaman dengan mengompres luka dan mengeluarkan pus.
4. Kolaborasi :beri obat sesuai indikasi
1. Mencoba untuk mentoleransi nyeri
2. Dapat menunjukan dengan tepat pencetus atau faktor yang memperberat nyeri .
3. Meningkatkan relaksasi dan memfokuskan kemabali perhatian serta meningkatkan
kemampuan koping
4. Nyeri bervariasi dari yang ringan sampai yang berat dan perlu penanganan untuk memper
mudahkan istirahat dan penyembuhan. 1. Menganjurkann klien untuk melaporkan bila serangan
nyeri datang.
2. Mengkaji ulang faktor yang mengurangi atau memperberat nyeri
3. Mengompres luka dengan rivanol dan mengeluarkan pus agar tidak terjadi distensi jaringan
setempat yang menimbulkan nyeri, kemudian luka ditutup untuk mencegah perluasan infeksi.
4. Memberikan obat analgetik (tramal 1 tab) dan antibiotik/ inj. Cepotoxin 1 gr/iv.

2 Nutrisi kurang dari kebutuhan sehubungan dengan Perubahan metabolisme glukosa, penurunan
masukan oral ditandai Pasien mengatakan tidak ada selera makanan Berat Badan turun 5 kg (dari
64 kg menjadi 59 kg), makanan yang disediakan tidak habis (hanya 1/2 porsi). Menunjukan
jumlah kalori atau nutrien yang tepat. 1. Timbang BB setiap hari/sesuai indikasi.
2. Tentukan program diet dan pola makanan yang dapat dihabiskan.
3. Beri makan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika
pasien sudah mentoleransinya melalui pemberian cairan melalui oral.
4. Identifikasi makanan yang disukai/dikehendaki pasien.
5. Libatkan keluarga pasien pada perencanaan makan ini sesuai dengan indikasi.
6. Kolaborasi : pantau pemeriksaan gula darah,pH.
7. Kolaborasi: beri Insulin secara teratur.
8. Kolaborasi : Lakukan konsultasi dengan ahli diet. 1. Mengkaji pemasukan makanan yang
adekuat.
2. Mengidentifikasi kekurangan dan penyimpangan dari kebutuhan terapeutik.
3. Pemberian makanan melalui oral lebih baik jika pasien sadar dan fungsi gastrointestinal baik.
4. Jika makanan yang disukai pasien dapat dimasukan dalam perencanaan makan, kerja sama ini
dapat diupayakan setelah pulang.
5. Meningkatkan rasa keterlibatannya, memberikan informasi pada keluarga untuk memahami
kebutuhan nutrisi pasien.
6. Gula darah akan menurun perlahan dengan penggantian cairan dan terapi insulin terkontrol.
Pemberian insulin dosis optimal, glukosa dapat masuk dalam sel dan digunakan untuk sumber
kalori.
7. Insulin reguler memiliki awitan cepat dan karenanya dengan cepat pula dapat membantu
meminimalkan glukosa kedalam sel.
8. sangat bermanfaat dalam perhitungan dan penyesuaian diat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi
pasien. 1. Menimbang BB hasil 59 kg.
2. Menentukan program diet dan pola makanan yang dapat dihabiskan pasien.
3. Memberikan makan, cairan dan elekrolit melaui oral.
4. Mengidentifikasi makanan yang disukai/ dikehendaki pasien sesuai indikasi.
5. Melibatkan keluarga pasien pada perencanaan makanan sesuai indikasi.

6. Kolaborasi : Memantau pemeriksaan kadar gula darah puasa 145,10, pH urin 5,3.
7. Kolaborasi: Memberikan inj. Insulin sesuai indikasi dan terapi dokter.
8. Kolaborasi : Melakukan konsultasi dengan bagian/ahli gizi.
3. Kerusakan integritas kulit s/d Interupsi mekanis pada kulit/ jaringan ditandai dengan Klien
mengatakan luka pada ibu jari masih keluar nanah, Luka / ganggren pada ibu jari kanan, terdapat
pus dan agak kehitaman. . Mencapai penyembuhan luka / ganggren dan mencegah komplikasi.
1. Beri penguat pada balutan awal/ pengganti sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang ketat.
2. Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut pada waktu mengganti.
3. Lakukan nekrotomi pada jaringan yang mati
4. Kaji jumlah dan karakteristik cairan luka.
5. Ingatkan pada pasien untuk tidak memegang daerah luka 1. Lindungi luka dari perlukaan
mekanis dan kontaminasi. Mencegah akumulasi cairan yang dapat menyebabkan eksskoriasi.
2. Mengurangi risiko trauma kulit dan gangguan pada luka.
3. Agar tidak menyebar kejaringan yang sehat.
4. Menurunnya cairan menandakan adanya evolusi dari proses penyembuhan.
5. Mencegah kontaminasi luka.
1. Memberi penguat pada balutan awal/ pengganti sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang
ketat.
2. Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut pada waktu mengganti.
3. Melakukan nekrotomi pada jaringan yang mati.
4. Mengkaji jumlah dan karakteristik cairan luka
5. Mengingatkan pada pasien untuk tidak memegang daerah luka
4.
5.

Pembatasan spiritual (sholat) sehubungan dengan Penurunan kemauan/ kemampuan sekunder


terhadap penyakit di tandai dengan Pasien mengatakan hanya bisa berdoa, tidak bisa
melaksanakan ibadah sholat, Pasien tidak melaksanakan sholat .
Risiko terhadap inefektif penatalaksaan regimen/ aturan terapeutik sehubungan dengan Insufiensi
pengetahuan tentang kondisi, pembatasan diet.
Tidak ada pembatasan dalam melakukan ibadah sholat.
Menunjukan kriteria hasil yang berkaitan dengan perencanaan pulang.
1. Motivasi untuk tetap melakukan ibadah.
2. Motivasi pada keluarga untuk memberikan dorongan moril.
3. Motivasi untuk melakukan ibadah sesuai dengan kondisi orang sakit.
1. Kaji pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai kebutuhan pengobatan dan juga
konsekuensi pengobatan
2. Kaji sistim pendukung yang tersedia bagi pasien.
3. Diskusikan terapi obat-obatan meliputi penggunaan resep dan obat analgetik yang dijual
bebas.
4. Ulangi pentingnya diet nutrisi dan pemasukan cairan yang adekuat.
5. Berikan penyuluhan kesehata tentang nutrisi dan faktor pencetus yangn bisa menimbulkan
kekambuhan 1. Dorongan dari luar (petugas) mungkin membantu dalam memotivasi pasien
untuk melakukan ibadah,
2. Dorongan moril dari orang terdekat (suami) mungkin sangat membantu pasien.
3. Mungkin membantu pasien dalam memenuhi kegiatan spiritual/ ibadah.
1. Memberikan kesempatan untuk menjelaskan sudut pandang memastikan bahwa pasien
memiliki informasi yang akurat untuk membuat pilihan.
2. Adanya keluarga atau orang terdekat yang memperhatikan atau peduli dapat membantu pasien
dalam proses penyembuhan.
3. Meningkatkan kerja sama dan regimen, mengurangi risiko reaks atau efek yang merugikan
4. Sediakan elemen yang dibutuhkan untuk penyembuhan dan mendukung perpusi jaringan dan
fungsi organ
5. Membantu agar pasien dapat meningkatkan kesehatan serta mencegah agar tidak terjadi

kekambuhan.
1. Memotivasi untuk tetap melakukan ibadah.
2. Memotivasi pada keluarga untuk memberikan dorongan moril.
3. Memotivasi untuk melakukan ibadah sesuai dengan kondisi orang sakit
1. mengkaji pengetahuan dan pemahaman pasien mengenai kebutuhan pengobatan dan juga
konsekuensi pengobatan
2. Mengkaji sistim pendukung yang tersedia bagi pasien.
3. Mendiskusikan terapi obat-obatan meliputi penggunaan resep dan obat analgetik yang dijual
bebas.
4. Mengulangi pentingnya diet nutrisi dan pemasukan cairan yang adekuat.
5. Memberikan penyuluhan kesehata tentang nutrisi dan faktor pencetus yangn bisa
menimbulkan kekambuhan.
DATA PERKEMBANGAN
Nama : Tn. H Rumah Sakit : RSUD BB
Umur : 58 tahun Ruang : Kasuari
DX Medis : DIABETES MELLITUS NO. RMK : 00 37 76
NO TGL/
JAM DIAGNOSA
KEPERAWATAN PERKEMBANGAN
1
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8. 4 Maret 2003
Jam 18:00 wita
4 Maret 2003
Jam 18:00 wita
4 Maret 2003
Jam 18:00 wita
4 Maret 2003
Jam 18:00 wita
4 Maret 2003
jam 18.45
4 Maret 2003
jam 18.45
5-5-2004 jam 18.45
5-5-2004 jam 18.45
I
II
III
IV
I
III
IV
S
O

A
P
I
E
S
O
A
P
I
E
S
O
A
P
I
E
S
O
A
P
I
E
S
O
A
P
I
E

S
O
A
P
I
E
S
O
A
P
I
E
S
O
A
P
I
E
Kien mengatakan sakit pada luka mulai berkurang.
Skala nyeri 1 dari 0-5, kadang-kadang masih terlihat meringis saat menggerakan kaki kanan.
Masalah teratasi sebagian
Lanjutkan Intervensi 1,2,3,4.
1. Menganjurkann klien untuk melaporkan bila serangan nyeri datang.
2. Mengkaji ulang faktor yang mengurangi atau memperberat nyeri
3. Mengompres luka dengan rivanol dan mengeluarkan pus agar tidak terjadi distensi jaringan
setempat yang menimbulkan nyeri, kemudian luka ditutup untuk mencegah perluasan infeksi.
4. Memberikan obat analgetik (tramal 1 tab) dan antibiotik (amoxsan 1 tab)
Pasien mengatakan nyeri agak berkurang.
Pasien mengatakan sudah bisa menghabiskan porsi makan yang diberikan oleh RS dan kue /
roti tawar.
Makan yang disajikan sisa porsi.

Masalah teratasi sebagian


Intervensi diteruskan
1. Menimbang BB hasil 59 kg.
2. Menentukan program diet dan pola makanan yang dapat dihabiskan pasien.
3. Memberikan makan, cairan dan elekrolit melaui oral.
4. Mengidentifikasi makanan yang disukai/ dikehendaki pasien sesuai indikasi.
5. Melibatkan keluarga pasien pada perencanaan makanan sesuai indikasi.
6. Kolaborasi : Memantau pemeriksaan kadar gula darah, aseton, pH.
7. Kolaborasi: Memberikan inj. Insulin sesui indikasi dan terapi dokter.
8. Kolaborasi : Melakukan konsultasi dengan bagian/ahli gizi.
Pasien mengatakan nafsu makannya mulai membaik.

Luka/ ganggren pada tibu jari kanan, luka agak kehitaman dan terdapat pus
Masalah belum teratasi
Pertahankan intervensi
1. Memberi penguat pada balutan awal/ pengganti sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang
ketat.
2. Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut pada waktu mengganti, lakukan penekanan
pada daerah luka untuk mengeluarkan pus.
3. Melakukan nekrotomi pada jaringan yang mati.
4. Mengkaji jumlah dan karakteristik cairan luka/pus yang keluar.
5. Mengingatkan pada pasien untuk tidak memegang daerah luka
Kerusakan integritas kulit tidak meluas.
Pasien mengatakan dirinya tidak mampu melaksanakan ibadah sholat karena merasa lemah dan
merasa dirinya kurang bersih.
Pasien belum melaksanakan sholat
Masalah belum teratasi
Pertahankan intervensi
1. Memotivasi untuk tetap melakukan ibadah.
2. Memotivasi pada keluarga (suami) untuk memberikan dorongan moril.
3. Memotivasi untuk melakukan ibadah sesuai dengan kondisi orang sakit
Klien mengatakan akan mencoba melaksanakan ibadah sholat sesuai kemampuannya.
Klien mengatakan luka tidak lagi terasa nyeri.
Ekspresi klien tampak tenang. Skala nyeri 0 dari 0-5
Masalah teratasi


Tujuan berhasil
Klien mengatakan dapat menghabiskan dari porsi makanan yang disajikan.
Makanan yang disajikan tinggal sedikit.
Masalah teratasi sebagian.
Lanjutkan intervensi 1,4,5
Menimbang BB hasil 64 kg.
Mengidentifikasi makanan yang disukai/ dikehendaki pasien sesuai indikasi.
Melibatkan keluarga pasien pada perencanaan makanan sesuai indikasi
Klien mau makan makanan yang dibawa dari rumah sesuai anjuran perawat.

Luka/ ganggren pada ibu jari kanan, luka terlihat kering dan pus berkurang.
Masalah teratasi sebagian
Pertahankan intervensi
1. Memberi penguat pada balutan awal/ pengganti sesuai indikasi. Gunakan teknik aseptik yang
ketat.
2. Secara hati-hati lepaskan perekat dan pembalut pada waktu mengganti, lakukan penekanan
pada daerah luka untuk mengeluarkan pus.
3. Melakukan nekrotomi pada jaringan yang mati.
4. Mengkaji jumlah dan karakteristik cairan luka/pus yang keluar.
5. Mengingatkan pada pasien untuk tidak memegang daerah luka
Kerusakan integritas kulit tidak meluas.
Klien mengatakan dapat melaksanakan sholat walaupun tidak tunai 5 waktu (hanya sholat ashar
dan magrib).
Klien melaksanakan sholat ashar dan magrib dengan cara duduk.
Masalah teratasi sebagian.
Lanjutkan intervensi
1. Memotivasi untuk tetap melakukan ibadah.
2. Memotivasi pada keluarga (suami) untuk memberikan dorongan moril.
3. Memotivasi untuk melakukan ibadah sesuai dengan kondisi orang sakit
Klien melaksanakan sholat ashar dan magrib dengan cara duduk.

Vous aimerez peut-être aussi