Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
A. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi
salmonella Thypi. Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang
sudah terkontaminasi oleh faeses dan urine dari orang yang terinfeksi
kuman
salmonella.
(
Bruner
and
Sudart,
1994
).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh
kuman salmonella thypi dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari
penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid abdominalis. (Syaifullah Noer,
1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala
sistemik yang disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C.
penularan terjadi secara pecal, oral melalui makanan dan minuman yang
terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
B. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C.
ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam
typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang sembuh dari
demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam tinja
dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
C. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang
dikenal dengan 5 F yaitu Food (makanan), Fingers (jari tangan / kuku),
Fomitus
(muntah),
Fly
(lalat),
dan
melalui
Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman
salmonella thypi kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui
perantara lalat, dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dimakan
oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang memperhatikan
kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar
kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut.
Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman akan
dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus
bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini
kuman berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman
2. Pemeriksaan
SGOT
DAN
SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi
dapat kembali normal setelah sembuhnya typhoid.
F. Penatalaksanaan
1. Perawatan
o Pasien diistirahatkan 7 hari sampai demam turun atau 14 hari
untuk mencegah komplikasi perdarahan usus.
o Mobilisasi bertahap bila tidak ada panas, sesuai dengan pulihnya
tranfusi bila ada komplikasi perdarahan.
2. Diet
o Diet yang sesuai, cukup kalori dan tinggi protein.
o Pada penderita yang akut dapat diberi bubur saring.
o Setelah bebas demam diberi bubur kasar selama 2 hari lalu nasi
tim.
o Dilanjutkan dengan nasi biasa setelah penderita bebas dari
demam selama 7 hari.
3. Pengobatan
o Klorampenikol
o Tiampenikol
o Kotrimoxazol
ASUHAN
KEPERAWATAN
PADA
PASIEN
DENGAN
TYPHOID
A. Pengkajian
1. Riwayat
Kesehatan
Sekarang
Mengapa pasien masuk Rumah Sakit dan apa keluahan utama pasien,
sehingga dapat ditegakkan prioritas masalah keperawatan yang dapat
muncul.
2. Riwayat
Kesehatan
Sebelumnya
Apakah sudah pernah sakit dan dirawat dengan penyakit yang sama.
3. Riwayat
Kesehatan
Keluarga
Apakah ada dalam keluarga pasien yang sakit seperti pasien.
4. Riwayat
Psikososial
Intrapersonal : perasaan yang dirasakan klien (cemas / sedih)
Interpersonal : hubungan dengan orang lain.
5. Pola Fungsi kesehatan
Pola nutrisi dan metabolisme :
6. Biasanya nafsu makan klien berkurang karena terjadi gangguan pada
usus halus.
Pola istirahat dan tidur
7. Selama sakit pasien merasa tidak dapat istirahat karena pasien
merasakan sakit pada perutnya, mual, muntah, kadang diare.
8. Pemeriksaan Fisik
o Kesadaran dan keadaan umum pasien
Kesadaran pasien perlu di kaji dari sadar - tidak sadar
(composmentis - coma) untuk mengetahui berat ringannya
prognosis penyakit pasien.
o Tanda - tanda vital dan pemeriksaan fisik Kepala - kaki
TD, Nadi, Respirasi, Temperatur yang merupakan tolak ukur dari
Beri kompres dengan air hangat (air biasa) pada daerah axila, lipat
paha, temporal bila terjadi panas
Rasional : melancarkan aliran darah dalam pembuluh darah.
Diagnosa Keperawatan 2. :
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
Diagnosa Keperawatan 3. :
Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang
informasi
Tujuan : Pengetahuan keluarga meningkat
Intervensi :
Beri kesempatan pasien dan keluaga pasien untuk bertanya bila ada
yang belum dimengerti
Rasional : mengetahui sejauh mana pengetahuan pasien dan keluarga
pasien setelah di beri penjelasan tantang penyakitnya.
ASKEP THYPOID
A. KONSEP DASAR
1. Pengertian
Typhoid adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella Thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh faeses dan
urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella. ( Bruner and Sudart, 1994 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella Thypi (
Arief Maeyer, 1999 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi akut usus halus yang disebabkan oleh kuman salmonella thypi
dan salmonella para thypi A,B,C. sinonim dari penyakit ini adalah Typhoid dan paratyphoid
abdominalis, ( Syaifullah Noer, 1996 ).
Typhoid adalah penyakit infeksi pada usus halus, typhoid disebut juga paratyphoid fever, enteric
fever, typhus dan para typhus abdominalis (.Seoparman, 1996).
Typhoid adalah suatu penyakit pada usus yang menimbulkan gejala-gejala sistemik yang
disebabkan oleh salmonella typhosa, salmonella type A.B.C. penularan terjadi secara pecal, oral
melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi (Mansoer Orief.M. 1999).
Dari beberapa pengertian diatasis dapat disimpulkan sebagai berikut, Typhoid adalah suatu
penyakit infeksi usus halus yang disebabkan oleh salmonella type A. B dan C yang dapat
menular melalui oral, fecal, makanan dan minuman yang terkontaminasi.
2. Etiologi
Etiologi typhoid adalah salmonella typhi. Salmonella para typhi A. B dan C. ada dua sumber
penularan salmonella typhi yaitu pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier
adalah orang yang sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi
dalam tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.
3. Patofisiologi
Penularan salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F yaitu
Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat), dan melalui Feses.
Feses dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi kepada
orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat, dimana lalat akan hinggap
dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat. Apabila orang tersebut kurang
memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci tangan dan makanan yang tercemar kuman
salmonella thypi masuk ke tubuh orang yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke
dalam lambung, sebagian kuman akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk
ke usus halus bagian distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel retikuloendotelial. Sel-sel
retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke dalam sirkulasi darah dan menimbulkan
bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa, usus halus dan kandung empedu.
Semula disangka demam dan gejala toksemia pada typhoid disebabkan oleh endotoksemia.
Tetapi berdasarkan penelitian eksperimental disimpulkan bahwa endotoksemia bukan merupakan
penyebab utama demam pada typhoid. Endotoksemia berperan pada patogenesis typhoid, karena
membantu proses inflamasi lokal pada usus halus. Demam disebabkan karena salmonella thypi
dan endotoksinnya merangsang sintetis dan pelepasan zat pirogen oleh leukosit pada jaringan
yang meradang.
4. Manifestasi Klinik
Masa tunas typhoid 10 14 hari
a. Minggu I
pada umumnya demam berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan
gejala demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi / diare,
perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu II
pada minggu II gejala sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor,
pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.
5. Komplikasi
a. Komplikasi intestinal
1) Perdarahan usus
2) Perporasi usus
3) Ilius paralitik
b. Komplikasi extra intestinal
1) Komplikasi kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis.
2) Komplikasi darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
8. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang pada klien dengan typhoid adalah pemeriksaan laboratorium, yang
terdiri dari :
a. Pemeriksaan leukosit
Di dalam beberapa literatur dinyatakan bahwa demam typhoid terdapat leukopenia dan
limposistosis relatif tetapi kenyataannya leukopenia tidaklah sering dijumpai. Pada kebanyakan
kasus demam typhoid, jumlah leukosit pada sediaan darah tepi berada pada batas-batas normal
bahkan kadang-kadang terdapat leukosit walaupun tidak ada komplikasi atau infeksi sekunder.
Oleh karena itu pemeriksaan jumlah leukosit tidak berguna untuk diagnosa demam typhoid.
b. Pemeriksaan SGOT DAN SGPT
SGOT dan SGPT pada demam typhoid seringkali meningkat tetapi dapat kembali normal setelah
sembuhnya typhoid.
c. Biakan darah
Bila biakan darah positif hal itu menandakan demam typhoid, tetapi bila biakan darah negatif
tidak menutup kemungkinan akan terjadi demam typhoid. Hal ini dikarenakan hasil biakan darah
tergantung dari beberapa faktor :
1) Teknik pemeriksaan Laboratorium
Hasil pemeriksaan satu laboratorium berbeda dengan laboratorium yang lain, hal ini disebabkan
oleh perbedaan teknik dan media biakan yang digunakan. Waktu pengambilan darah yang baik
adalah pada saat demam tinggi yaitu pada saat bakteremia berlangsung.
2) Saat pemeriksaan selama perjalanan Penyakit.
Biakan darah terhadap salmonella thypi terutama positif pada minggu pertama dan berkurang
pada minggu-minggu berikutnya. Pada waktu kambuh biakan darah dapat positif kembali.
3) Vaksinasi di masa lampau
Vaksinasi terhadap demam typhoid di masa lampau dapat menimbulkan antibodi dalam darah
klien, antibodi ini dapat menekan bakteremia sehingga biakan darah negatif.
6. Vaksinasi dengan kotipa atau tipa : seseorang yang divaksinasi dengan kotipa atau tipa, titer
aglutinin O dan H dapat meningkat. Aglutinin O biasanya menghilang setelah 6 bulan sampai 1
tahun, sedangkan titer aglutinin H menurun perlahan-lahan selama 1 atau 2 tahun. Oleh sebab itu
titer aglutinin H pada orang yang pernah divaksinasi kurang mempunyai nilai diagnostik.
7. Infeksi klien dengan klinis/subklinis oleh salmonella sebelumnya : keadaan ini dapat
mendukung hasil uji widal yang positif, walaupun dengan hasil titer yang rendah.
8. Reaksi anamnesa : keadaan dimana terjadi peningkatan titer aglutinin terhadap salmonella
thypi karena penyakit infeksi dengan demam yang bukan typhoid pada seseorang yang pernah
tertular salmonella di masa lalu.
b. Faktor-faktor Teknis
1. Aglutinasi silang : beberapa spesies salmonella dapat mengandung antigen O dan H yang
sama, sehingga reaksi aglutinasi pada satu spesies dapat menimbulkan reaksi aglutinasi pada
spesies yang lain.
2. Konsentrasi suspensi antigen : konsentrasi ini akan mempengaruhi hasil uji widal.
3. Strain salmonella yang digunakan untuk suspensi antigen : ada penelitian yang berpendapat
bahwa daya aglutinasi suspensi antigen dari strain salmonella setempat lebih baik dari suspensi
dari strain lain.
9. Tumbuh kembang pada anak usia 6 12 tahun
Pertumbuhan merupakan proses bertambahnya ukuran berbagai organ fisik berkaitan dengan
masalah perubahan dalam jumlah, besar, ukuran atau dimensi tingkat sel. Pertambahan berat
badan 2 4 Kg / tahun dan pada anak wanita sudah mulai mengembangkan cirri sex
sekundernya.
Perkembangan menitik beratkan pada aspek diferensiasi bentuk dan fungsi termasuk perubahan
sosial dan emosi.
a. Motorik kasar
1) Loncat tali
2) Badminton
3) Memukul
4) motorik kasar di bawah kendali kognitif dan berdasarkan secara bertahap meningkatkan irama
dan keleluasaan.
b. Motorik halus
1) Menunjukan keseimbangan dan koordinasi mata dan tangan
2) Dapat meningkatkan kemampuan menjahit, membuat model dan bermain alat musik.
c. Kognitif
1) Dapat berfokus pada lebih dan satu aspek dan situasi
2) Dapat mempertimbangkan sejumlah alternatif dalam pemecahan masalah
3) Dapat membelikan cara kerja dan melacak urutan kejadian kembali sejak awal
4) Dapat memahami konsep dahulu, sekarang dan yang akan datang
d. Bahasa
1) Mengerti kebanyakan kata-kata abstrak
2) Memakai semua bagian pembicaraan termasuk kata sifat, kata keterangan, kata penghubung
dan kata depan
3) Menggunakan bahasa sebagai alat pertukaran verbal
4) Dapat memakai kalimat majemuk dan gabungan
10. Dampak hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat di RS bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan
tidak merasa aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap
kerusakan penyakit dan pengobatan.
Penyebab anak stress meliputi ;
a. Psikososial
Berpisah dengan orang tua, anggota keluarga lain, teman dan perubahan peran
b. Fisiologis
b. Resti gangguan pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake yang tidak
adekuat.
c. Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi.
d. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik.
e. Kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya berhubungan dengan kurang informasi atau
informasi yang tidak adekuat.
3. Perencanaan
Berdasarkan diagnosa keperawatan secara teoritis, maka rumusan perencanaan keperawatan pada
klien dengan typhoid, adalah sebagai berikut :
Diagnosa. 1
Resti gangguan ketidak seimbangan volume cairan dan elektrolit, kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan hipertermia dan muntah.
Tujuan
Ketidak seimbangan volume cairan tidak terjadi
Kriteria hasil
Membran mukosa bibir lembab, tanda-tanda vital (TD, S, N dan RR) dalam batas normal, tandatanda dehidrasi tidak ada
Intervensi
Kaji tanda-tanda dehidrasi seperti mukosa bibir kering, turgor kulit tidak elastis dan peningkatan
suhu tubuh, pantau intake dan output cairan dalam 24 jam, ukur BB tiap hari pada waktu dan jam
yang sama, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah nyeri dan distorsi lambung. Anjurkan
klien minum banyak kira-kira 2000-2500 cc per hari, kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium (Hb, Ht, K, Na, Cl) dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian cairan
tambahan melalui parenteral sesuai indikasi.
Diagnosa. 2
Resiko tinggi pemenuhan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang
tidak adekuat
Tujuan
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh tidak terjadi
Kriteria hasil
Nafsu makan bertambah, menunjukkan berat badan stabil/ideal, nilai bising usus/peristaltik usus
normal (6-12 kali per menit) nilai laboratorium normal, konjungtiva dan membran mukosa bibir
tidak pucat.
Intervensi
Kaji pola nutrisi klien, kaji makan yang di sukai dan tidak disukai klien, anjurkan tirah
baring/pembatasan aktivitas selama fase akut, timbang berat badan tiap hari. Anjurkan klien
makan sedikit tapi sering, catat laporan atau hal-hal seperti mual, muntah, nyeri dan distensi
lambung, kolaborasi dengan ahli gizi untuk pemberian diet, kolaborasi dalam pemeriksaan
laboratorium seperti Hb, Ht dan Albumin dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
antiemetik seperti (ranitidine).
Diagnosa 3
Hipertermia berhubungan dengan proses infeksi salmonella thypi
Tujuan
Hipertermi teratasi
Kriteria hasil
Suhu, nadi dan pernafasan dalam batas normal bebas dari kedinginan dan tidak terjadi
komplikasi yang berhubungan dengan masalah typhoid.
Intervensi
Observasi suhu tubuh klien, anjurkan keluarga untuk membatasi aktivitas klien, beri kompres
dengan air dingin (air biasa) pada daerah axila, lipat paha, temporal bila terjadi panas, anjurkan
keluarga untuk memakaikan pakaian yang dapat menyerap keringat seperti katun, kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian obat anti piretik.
Diagnosa 4
Ketidak mampuan memenuhi kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Kriteria hasil
Mampu melakukan aktivitas, bergerak dan menunjukkan peningkatan kekuatan otot.
Intervensi
Berikan lingkungan tenang dengan membatasi pengunjung, bantu kebutuhan sehari-hari klien
seperti mandi, BAB dan BAK, bantu klien mobilisasi secara bertahap, dekatkan barang-barang
yang selalu di butuhkan ke meja klien, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian vitamin
sesuai indikasi.
Diagnosa 5
Resti infeksi sekunder berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan
Infeksi tidak terjadi
Kriteria hasil
Bebas dari eritema, bengkak, tanda-tanda infeksi dan bebas dari sekresi purulen/drainase serta
febris.
Intervensi
Observasi tanda-tanda vital (S, N, RR dan RR). Observasi kelancaran tetesan infus, monitor
tanda-tanda infeksi dan antiseptik sesuai dengan kondisi balutan infus, dan kolaborasi dengan
dokter dalam pemberian obat anti biotik sesuai indikasi.
Diagnosa 6
Kurang pengetahuan tentang penyakit berhubungan dengan kurang informasi atau informasi
yang tidak adekuat
Tujuan
Pengetahuan keluarga meningkat
Kriteria hasil
Menunjukkan pemahaman tentang penyakitnya, melalui perubahan gaya hidup dan ikut serta
dalam pengobatan.
Intervensinya
Kaji sejauh mana tingkat pengetahuan keluarga klien tentang penyakit anaknya, Beri pendidikan
kesehatan tentang penyakit dan perawatan klien, beri kesempatan keluaga untuk bertanya bila
ada yang belum dimengerti, beri reinforcement positif jika klien menjawab dengan tepat, pilih
berbagai strategi belajar seperti teknik ceramah, tanya jawab dan demonstrasi dan tanyakan apa
yang tidak di ketahui klien, libatkan keluarga dalam setiap tindakan yang dilakukan pada klien
4. Evaluasi
Berdasarkan implementasi yang di lakukan, maka evaluasi yang di harapkan untuk klien dengan
gangguan sistem pencernaan typhoid adalah : tanda-tanda vital stabil, kebutuhan cairan
terpenuhi, kebutuhan nutrisi terpenuhi, tidak terjadi hipertermia, klien dapat memenuhi
kebutuhan sehari-hari secara mandiri, infeksi tidak terjadi dan keluaga klien mengerti tentang
penyakitnya.
TINJAUAN
I.
TEORITIS
Pengertian
Demam Tipoid adalah suatu penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman
Salmonella tiphii yang menyerang saluran pencernaan dengan gejala demam lebih
dari satu minggu, gangguan saluran pencernaan dan gangguan kesadaran. (Buku
Pedoman Penatalaksanaan Penyakit, hal 117).
Demam Tipoid adalah penyakit infeksi akut usus halus. (Kapita Selekta
Kedokteran, jilid 1, hal 421)
Demam Tipoid adalah penyakit menular yang bersigat akut yang ditandai dengan
bakteremia,
perubahan
pada
system
retikuloendotenial
yang
bersifat
difus
pembentukan mikroabses dan ulserasi nodus payer di distal ileum. (Ilmu Penyakit
Anak, hal 1).
II.
Etiologi
Etiologi demam tipoid adalah salmonella tiphii, dimana mikroorganisme ini
merupakan bakteri gram negative yang motif, bersifat aerob dan tidak membentuk
sopra. Salmonella tiphii dapat tumbuh dalam semua media yang selektif. Bakteri ini
memfregmentasi glukosa dan manosa tetapi tidak dapat memfregmentasi laktosa.
Salmonella tiphii bahwa dapat hidup dalam tubuh manusia. Sumber penularan
berasal dari tinja dan urin karier, dari penderita pada fase akut dan fase
penyembuhan.
III.
Manifestasi Klinik
Dalam minggu pertama, keluhan dan gejala serupa dengan penyakit infeksi akut
pada umumnya, yaitu :
Demam, nyeri kepala, pusing, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau
diare, perasaan tidak enak di perut, batuk dan epiktaksis.
Dalam minggu kedua gejala-gejala menjadi lebih jelas berupa demam, bradikardi
relative, lidah tipoid, hepatomegali, splenomegali, meteorismus, dan gangguan
kesadaran.
IV.
Patogenesis
Salmonella Typhosa
Saluran Cerna
Ba
Kelenjar Limpoid
Hati
Endotoksin
Usus Halus
Limpa
Tukak
Hepatumegali
Splenomegali
Demam
V.
1.
Nyeri Perabaan
Penatalaksanaan
Pemberian antibiotic; untuk menghentikan dan memusnakan penyebaran kuman.
Antibiotik yang dapat digunakan :
a.
Kloramfenikoldosis hari pertama 4 x 250 mg, hari kedua 4 x 500 mg, diberikan
selama demam dilanjutkan sampai 2 hari bebas demam, kemudian dosis diturunkan
menjadi 4 x 250 mg selama 5 hari kemudian. Penelitian terakhir (Nelwan, dkk di
RSUP Persahabatan), penggunaan kloramfenikol masih memperlihatkan hasil
penurunan suhu 4 hari, sama seperti obat-obat terbaru dari jenis kuinolon.
b.
c.
d.
Sefalosporin generasi II dan III. Di Sub bagian Penyakit Tropik dan Infeksi FKUI
RSCM, pemberian sefalosporin berhasil mengatasi demam tipoid dengan baik.
Demam pada umumnya mengalami reda pada hari ke-3 atau menjelang hari ke-4.
2.
dipakai oleh pasien. Pasien dengan kesadaran menurun, posisinya perlu diubahubah untuk mencegah dekubitus dan pneumonia nipostatik. Defekasi dan buang air
kecil perlu diperhatikan karena kadang-kadang terjadi abstipasi dan retensi urin.
3.
VI.
1.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan darah tepi : Leukopenia, Limfositosis, Aneosinofilia, Anemia,
Trombositopenia.
2.
3.
Biakan empedu : terdapat basil salmonella typhosa pada urin dan tinja. Jika pada
pemeriksaan selama dua kali berturut-turut tidak didapatkan basil salmonella
typhosa pada urin dan tinja, maka pasien dinyatakan betul-betul sembuh.
4.
Pemeriksaan widal : didapatkan titer terhadap antigen 0 adalah 1/200 atau lebih,
sedangkan titer terhadap antigen H walaupun tinggi akan tetapi tidak bermakna
untuk menegakkan diagnosis karena titer H dapat tetap tinggi setelah dilakukan
imunisasi atau bila penderita telah lama sembuh.
1.
Pengkajian :
a.
Identitas Pasien :
b.
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Alamat
Agama
Suku/Bangsa
Tanggal MRS
Tanggal Pengkajian
Ruangan
Diagnosa Medis
Identitas Penanggung :
Nama Ayah
Agama
Pendidikan
Alamat
Umur
Nama Ibu :
Agama
Umur
Pendidikan
Alamat
2.
Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan Utama
an Utama
: demam
menyertai
b.
Prenatal
Natal
Neonatal
BB / PB apgar score
Post Natal
c.
Pola Kebiasaan
karena
adanya
kelemahan
Kebersihan dan kesegaran tubuh : perlu bantuan orang lain dalam membersihkan
tubuh
d.
Pemeriksaan fisik
KU
Kesadaran
TTV
: lemah
: kompos mentis
- Nadi : cepat
- Respirasi : cepat dan dangkal
- Suhu : meningkat
Mata
Hidung : simetris
Mulut
Ekstremitas
Thoraks : normal
Kulit
Abdomen
: simetris
: pucat
: - nyeri tekan
- kembung
Berat badan
Tinggi badan
Anus
Neurology
Pemeriksaan penunjang
: - uji serologis
- darah
- isolasi kreman
ANALISA DATA
No
Data
Ds
1 : Pasien
Dampak Masalah
mengatakan
Masalah
Peningkatan
widal
suhu tubuh
Do :
-
Suhu
badan
meningkat
Terjadi peradangan
- Bradikardi relatif
Ds : Pasien mengeluh
Peningkatan suhu
Kekurangan
volume cairan
tubuh
dengan demam
Do :
Pasien muntah
Suhu
tubuh
meningkat
Intake cairan
peroral yang kurang
Kekurangan volume
cairan
tidak
makan
ada
nasu
Anoreksia
Perubahan
nutrisi
dari
kurang
yang
Do : pasien muntah
dibutuhkan
muntah
tubuh
pemasukan cairan
perubahan nutrisi
kurang dari yang
dibutuhkan
4
Ds : -
Proses peradangan
Do : Feses encer
Gangguan pola
eliminasi
Diare
Gangguan pola
eliminasi
5
Pasien
mengatakan
merasa lemah
Do
lemas
Pasien
Kelemahan
Keterbatasan
aktivitas
tampak
terutama dalam
memenuhi
kebutuhan
sehari-hari dalam
Imobilisasi
hal nutrisi
eliminasi, dan
personal hygiene
Keterbatasan aktivitas
terutama dalam
memenuhi kebutuhan
sehari-hari dalam hal
nutrisi, eliminasi dan
personal hygiene
ASUHAN
N
Diagnosa
Keperawatan
Peningkatan suhu
Suhu tubuh
KEPERAWATAN
Tujuan
Intervensi
Observasi
Mengetahui
kembali normal
tanda-tanda
keadaan umum
peradangan usus
dengan criteria
vital terutama
pasien
halus, ditandai
hasil ;
suhu tubuh
dengan :
Ds : Pasien
mengatakan
Ds : tidak demam
Do : tanda-tanda vital
badan terasa
panas
dalam batas
normal
tiap 2 4 jam.
Berikan
kompres
dingin.
Atur suhu
Do : Suhu tubuh
ruangan yang
meningkat
nyaman.
Bradikardi relatif
2
Rasional
Mengurangi
peningkatan suhu
tubuh
Memberikan
suasana yang
menyenangkan dan
menghilangkan
ketidaknyamanan.
Kurangnya
Kebutuhan cairan
terpenuhi dengan
kepada pasien
mengetahui tentang
peningkatan suhu
criteria hasil :
tentag
pentingnya cairan
pentingnya
dan dapat
cairan
memenuhi
tubuh, intake
cairan peroral
yang kurang
(mual, muntah),
ditandai dengan :
Ds : merasa mual
disertai dengan
demam
Ds : - tidak mual
Jelaskan
kebutuhan cairan.
- tidak
demam
Do : - muntah
- suhu tubuh
dalam batas
Monitor dan
catat intake
dan output
cairan
Untuk mengetahui
keseimbangan
intake da output
cairan
normal
Do : - muntah
- bradikardi
Kolaborasi
dengan dokter
Untuk mengetahui
pemberian dosis
relative
dalam
yang tepat
pemberian
antiemetik
3
Pola eliminasi
peradangan pada
sesuai dengan
eliminasi
usus halus
kebiasaan sehari-
pasien
ditentukan intake
ditandai dengan :
hari dengan
Ds : Do : feses encer
Kaji pola
yang sesuai
criteria hasil :
Ds : -
Untuk mengetahui
Berikan
minuman oralit
Do : konsistensi
normal
Untuk
menyeimbangkan
elektrolit
Untuk mengetahui
Kolaborasi
dengan dokter
dalam obat
4
Perubahan nutrisi
Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan
makanan yang
menimbulkan selera
dibutuhkan tubuh
criteria hasil :
tidak
pasien dan
merangsang
mengembalikan
saluran cerna,
status nutrisi
Ds : - tidak
demam
- mual
berkurang
Do : - tidak ada
muntah
- porsi makan
tidak dihabiskan
Berikan
Untuk
dan sajikan
dalam keadaan
hangat
Monitor dan
Untuk mengetahui
catat makanan
keseimbangan
yang
haluaran dan
dihabiskan
masukan
pasien
Intoleransi
Kebutuhan sehari-
Kaji
Untuk mengetahui
aktivitas terutama
hari terpenuhi
kemampuan
tingkat kemampuan
dalam memenuhi
setelah diberi
pasien dalam
pasien
kebutuhan sehari-
tindakan
memenuhi
keperawatan
kebutuhan
nutrisi, eliminasi,
dengan criteria
sehari-hari
personal hygiene
hasil :
b/d kelemahan
dan imobilisasi
Ds : pasien
ditandai dengan :
Ds : pasien
mengatakan
Bantu pasien
dalam
mengatakan tidak
melakukan
lemah
aktivitas
Agar kebutuhan
pasien dapat
terpenuhi
Do : tampak rileks
lemah
Do : tampak
lemas
http://jurmanew.unimus.ac.id/download.php?id=1355
https://www.scribd.com/doc/189788201/LAPORAN-PENDAHULUAN-THYPOID
DAFTAR
1.
PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3, jilid I. Media Aesculapius :
Jakarta. 1999.
2.
suriadi dan Yuliani, Rita. Asuhan Keperawatan pada anak. Cv Sagung Seto. Jakarta :
2001.