Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Pembimbing :
Dr. Azizah Retno K., Sp. A
disusun oleh:
Astriana Indrawati
01.206.5138
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
A; LATAR BELAKANG
Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang tersebar di seluruh dunia,
ditularkan melalui gigitan sserangga dengan peningkatan angka kejadian di daerah
tropis. Kasus DHF di dunia rata rata setiap tahunnya dilaporkan ada 925.896
kasus, sedangkan di Indonesia telah mencapai lebih dari 160.000 (15 20% kasus
dunia). Diantara negara WHO, selama 3 tahun berturut turut (tahun 2006, 2007,
2008) laporan kasus di Indonesia merupakan yang tertinggi (Hapsari, et al., 2010).
Tahun 2004 kasus DHF terus meningkat dan meluas sampai lebih dari 350
kabupaten / kota. Tahun 2008, angka kematian akibat DHF mencapai 1.187 orang,
sekitar 100 orang/bulan. Hasil dari RISKESDAS 2007 melaporkan bahwa DHF
merupakan penyebab kematian no. 5 pada balita dan anak, setelah diare,
pneumonia, Necrotizing Enterocolitis (NEC) dan Meningitis. Kasus kematian
karena DHF mencapai 6,8 % (Hapsari, et al., 2010).
Peta insidensi DHF di Indonesia pada tahun 2009 memperlihatkan seluruh
wilayah Jawa insidennya lebih dari 3,5% per 100.000 dan di Jawa Tengah sebesar
5,6 %. Insiden rate di Jawa Tengah dari tahun 1980 sampai 2009 bila ditarik garis
trend kasus tersebut terlihat terus meningkat. Sepuluh kabupaten / kota dengan
insidensi tinggi tahun 2009 adalah kota Semarang, Magelang, Jepara, Surakarta,
Tegal, Pati, Kudus, Purbalingga, Sragen, Tegal, dan Salatiga (Hapsari, et al.,
2010).
Tahun 2009, 35 kabupaten / kota seluruhnya sudah dilaporkan adanya kasus
DHF (tidak ada yang bebas). Pada tahun 2010 sampai dengan bulan Mei sebagian
besar kabupaten/kota di Jawa Tengah bagian Timur insidensinya sudah lebih dari 2
% per 10.000 penduduk. Dilihat dari angka kematian sejak tahun 2007 sudah
dibawah 2 % namun masih diatas 1 %, yang menjadi indikator nasional (Hapsari,
et al., 2010).
LAPORAN KASUS
2
A; IDENTITAS PENDERITA
Nama Penderita
: An. I D T
Umur/ tanggal lahir
: 7 bulan
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Pendidikan
: belum sekolah
Alamat
: Kalibaru Timur RT 07 Rw 09
Nama Ayah
: Bp. B
Umur
: 45 tahun
Pendidikan
: SLTA
Agama
: Islam
Pekerjaan
: karyawan pabrik
Alamat
: Kalibaru Timur RT 07 RW 09
Nama Ibu
: Ibu. M
Umur
: 35 tahun
Pendidikan
:SMU
Agama
: Islam
Pekerjaan
Alamat
: Kalibaru Timur RT 07 RW 09
B; DATA DASAR
Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 21 Mei 2013 pukul
18.20 WIB di ruang ITH lantai 3 Anak dan didukung dengan catatan medis.
KELUHAN UTAMA
Panas
pasien sudah dibawa ke dokter dan diberi obat penurun panas, tetapi tidak ada
perbaikan, kemudian oleh keluarga pasien dibawa ke Rumah Sakit Sultan Agung.
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
C; DATA KHUSUS
1; Riwayat kehamilan
Riwayat ibu menderita kencing manis, asma, tekanan darah tinggi, penyakit
jantung sebelum hamil disangkal.
Ibu memeriksakan kehamilan di bidan secara teratur, sejak mengetahui kehamilan
hingga usia kehamilan kurang lebih 38 minggu. Pemeriksaan dilakukan 1x sebulan dan
mendapat imunisasi tetanus toksoid 1x. Tidak pernah menderita penyakit selama
kehamilan. Riwayat trauma saat hamil disangkal.
2. Riwayat kelahiran
Lahir spontan, aterm (39 minggu), dengan dibantu bidan, Berat Badan 3000
gram, Pajang Badan 48 cm, langsung menangis dan kemerahan.
Kesan kelahiran normal.
3; Riwayat Makan Minum
Minum ASI sampai saat ini, makanan pendamping ASI (Promina) mulai usia 6
bulan.
Kesan: Kualitas dan kuantitas cukup.
4
No
1;
2;
3;
4;
5;
= 1 (Normal)
1
HAZ= TB/U = (68-69,5) = -0,5 (Normal)
2,7
WHZ = BB/TB = (9,3-8,0) = 1,6 (Normal)
0,8
Kesan : Gizi Baik
D; PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 21 mei 2013 jam 18.20 WIB
5
Umur
: 7 bulan
Berat badan : 9,3 kg
Panjang badan : 68 cm
Suhu badan
: 37,8C (axilla)
Nadi
: 140 kali/menit, irama regular, isi dan tegangan cukup, teraba
kuat
Frekuensi nafas: 40 kali/menit
KESAN UMUM
Keadaan Umum: Composmentis,tampak lemas, dan gizi baik,tidak sesak.
Keadaan Tubuh :
Rambut
: hitam, tidak mudah dicabut
Kepala
: mesocephale, ubun-ubun besar menutup
Kulit
: tidak sianosis, Ptechie (+), Turgor baik
Mata
: conjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-), mata cekung (-)
Hidung
: nafas cuping hidung (-), secret (-), epistaksis (-)
Telinga: discharge (-)
Mulut
: gusi berdarah (-), lidah kotor (-), sianotik (-), tonsil membesar (-), bibir
kering (-)
Leher
: simetris, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Tenggorokan : hiperemis (-),
Thorax
Paru-paru
Inspeksi
:
: Statis
: Hemithorax dextra sama dengan sinistra
Dinamis
: Hemithorax dextra sama dengan sinistra,
Auskultasi : SD Vesikuler, Wheezing (-),Ronkhi (-)
Palpasi
: Strem femitus dextra dan sinistra simetris
Perkusi : sonor di seluruh lapang paru
Jantung:
Inspeksi
Perkusi
Abdomen
6
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Atas (ka/ki)
:
< 2
Bawah (ka/ki)
< 2
Akral dingin
-/-
-/-
R. Fisiologis
+/+
+/+
R. Patologis
-/-
-/-
Ptechie
+/+
+/+
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium saat di RS Islam Sultan Agung tanggal 19 mei 2013:
DARAH RUTIN
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Eritrosit
Trombosit
Eosinofil%
Basofil%
Neutrofil%
Limfosit%
Monosit%
Golongan darah/Rh
9,6 g/dl
30,2 % (H)
5,39 ribu/uL
4 juta/uL
132 ribu/uL (L)
0,0 %
0,0 %
10,4 %
82,0 %
7,6 %
o/+
TANGGAL
19/5/2013
21/5/2013
Laboratorium Pukul
21.41Pukul
WIB
WIB
Hb: 9,6
Hb: 10,9
Ht:30,2
Ht: 34,2
Leu:5,39
Leu: 7,7
Trom:132
Trom:48
22/5/2013
05.43Pukul
WIB
Hb:10,5
Ht:32,7
Leu:12,3
Trom:50
23/5/2013
07.53Pukul
WIB
Hb:10,3
Ht:31,9
Leu:10,7
Trom:64
24/5/2013
06.15Pukul 06.10 WIB
Hb:10,4
Ht:32,4
Leu:11,1
Trom:100
ASSESMENT :
1; Febris Akut
2; Gizi Baik
INITIAL PLANS
1; Assesment : Febris Akut
DD : Demam Berdarah Dengue Grade II
Demam Berdarah Dengue Grade I
Demam Dengue
Demam Cikungunya
Initial:
; IPDx
IP Rx
: S:O : Sediaan apus darah tepi, uji serologi, isolasi virus, foto thorax
(AP-RLD)
: Antipiretik bila panas Parasetamol 10 15 mg /KgBB/kali
pemberian
Cairan:
Kebutuhan cairan BB 9,3 kg
larutan isotonik Infus ringer laktat/asetat
Kebutuhan cairan:
Berat Badan < 15 kg : 7 ml/kgBB/ Jam
Berat Badan 15-40 kg: 5 ml/kgBB/ Jam
Berat Badan > 40 kg: 3 ml/kgBB/ Jam
7 x 9,3 = 65,1 ml/Jam
65 ml/ Jam: 4= 16 tpm
;
IP Mx
: - Tanda Vital
-
IP Ex
perdarahan
tanda-tanda syock
input cairan
Tirah baring
Minum obat teratur
Banyak minum 1-2 liter per hari
Makan makanan yang bergizi
Jika kaki-tangan dingin, keluar tanda-tanda perdarahan lapor
perawat
; Di rumah :
Jika panas, minum obat penurun panas, jika panas tidak turun,
segera bawa ke pelayanan kesehatan terdekat.
Proteksi diri dengan tidur menggunakan kelambu.
Melakukan 3 M
;
;
;
;
;
;
;
IP Mx
: -
- Lemak
- Protein
IP Ex
Makan teratur
Asupan makanan yang bergizi seimbang
Jangan mengkonsumsi makanan di sembarang tempat
Menjaga kebersihan diri dan lingkungan
Menimbang berat badan secara rutin
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. DEFINISI
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorrhagic Fever
(DHF) merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan melalui
gigitan nyamuk Aedes aegypti. Virus dengue mempunyai 4 serotipe, yaitu Den 1, 2,3 dan
4. Virus Dengue dapat menyebabkan manifestasi klinis yang bermacam macam dari
asimptomatik sampai berakibat fatal yaitu kematian (Hadinegoro, et al., 1999).
2.2; PATOGENESIS DHF
Terdapat dua teori yang paling banyak dianut dalam patogenesis DBD dan SSD
adalah hipotesis infeksi sekunder oleh virus yang heterologus (secondary
heterologous infection). Hipotesis ini menyatakan bahwa pasien yang mengalami
infeksi kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog akan mempunyai
resiko yang lebih besar untuk menderita DBD dan DSS. Antibodi heterolog yang telah
ada sebelumnya akan mengenali virus lain yang menginfeksi dan kemudian membentuk
kompleks antigen antibodi yang kemudian berikatan dengan Fc reseptor dari membran
sel leukosit terutama makrofag. Oleh karena antibodi heterolog, maka virus tidak
dinetralisasikan oleh tubuh sehingga akan bebas melakukan replikasi dalam sel
makrofag. Dihipotesiskan juga mengenai antibody dependent enhancement (ADE),
suatu proses yang akan meningkatkan infeksi dan replikasi virus dengue di dalam sel
mononuklear. Sebagai respon terhadap infeksi tersebut terjadi sekresi mediator
a; Kriteria Klinis
1; Demam tinggi mendadak tanpa sebab jelas berlangsung terus menerus 2 7
hari.
2; Terdapat manifestasi perdarahan, termasuk uji torniquet positif, petechia,
echimosis, epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis dan atau melena.
3; Pembesaran hati
4; Terdapat tanda tanda kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lemah,
penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan tangan dingin
b; Kriteria Laboratoris
1; Trombositopenia ( 100.000/mm3)
2; Hemokonsentrasi, dapat dilihat dari kenaikan hematokrit 20% atau lebih
menurut standar umur dan jenis kelamin, atau terdapat bukti kebocoran plasma
lainnya (hipoalbuminemia, efusi pleura, acites)
Fase Febris
Pasien panas tinggi secara tiba tiba (akut), berlangsung 2 7 hari disertai dengan
flushing, eritema kulit,badan sakit semua, nyeri otot, nyeri sendi, pusing. Dapat
disertai kejang demam pada anak.
b; Fase Kritis
Terjadi pada hari ke 3 7 sakit dimana suhu turun menjadi 37,5 38 0C. Dapat terjadi
syok karena kebocoran plasma, perdarahan hebat, gangguan fungsi organ.
c; Fase Pemulihan (Recovery)
Apabila pasien dapat melewati fase kritis 24 48 jam, terjadi penyerapan perlahan
lahan dari cairan ekstravaskuler dalam waktu 48 72 jam. Dapat terjadi hipervolemik
(dengan tanda distress respirasi, efusi pleura masif, acites) apabila diberikan cairan
yang berlebihan, kadang kadang terjadi keluhan pruritus. Bradikardi dan perubahan
pada elektrokardiografi sering terjadi pada fase ini.
d; Dengue Berat (Severe Dengue)
Bila terdapat satu dari gejala sebagai berikut :
1; Kebocoran plasma yang dapat menyebabkan syok (sindroma syok dengue)
2; Akumulasi cairan dengan atau tanpa distress respirasi
3; Dan atau perdarahan masif,
4; Dan atau gangguan fungsi organ berat (Hapsari, et al., 2010).
2.4.3. Derajat Penyakit DHF
Derajat penyakit DHF diklasifikasikan dalam 4 derajat (Grade), yaitu :
1; Derajat I
Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdarahan ialah
uji torniquet.
2; Derajat II
Seperti derajat I, disertai perdarahan spontan di kulit dan atau perdarahan lain.
3; Derajat III
Didapatkan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lembut, tekanan nadi
menurun (20 mmHg atau kurang) atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit
dingin dan lembab, dan anak tampak gelisah.
4; Derajat IV
Syok berat (profound shock), nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
terukur (Hapsari, et al., 2010).
2.5; KELAINAN PADA PEMERIKSAAN LABORATORIUM DARAH
1; Jumlah Leukosit
Pada awal perjalanan penyakit jumlah leukosit normal atau menurun, dengan
dominasi neutrofil (Hapsari, et al., 2010). Selanjutnya pada akhir fase demam, jumlah
leukosit dan sel neutrofil bersama sama menurun sehinggadijumpai limfositosis relatif
dengan jumlah limfosit atipikal (Limfosit Plasma Biru/LPB : 4 %) (Hadinegoro, et al.,
1999; Hapsari, et al., 2010).
2; Trombositopenia
Penurunan jumlah trombosit menjadi < 100.000 / mm 3 atau kurang dari 1 2
trombosit/lapangan pandang besar (lpb) dengan rata rata pemeriksaan dilakukan pada
10 lbp, pada umumnya trombositopenia terjadi sebelum ada peningkatan hematokrit dan
terjadi sebelum suhu turun. Jumlah trombosit < 100.000 /mm 3, biasanya ditemukan
antara hari sakit ketiga sampai ketujuh.
3; Hematokrit dan Hemoglobin
Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DHF,
yang merupakan indikator yang peka akan terjadinya perembesan plasma, sehingga
perlu dilakukan pemeriksaan Ht secara berkala. Semakin berat kebocoran / perembesan
plasma darah semakin kental darah dan semakin berat DHF nya. Kadar Hemoglobin
pada hari hari pertama biasanya normal atau sedikit menurun. Tetapi kemudian
kadarnya akan naik mengikuti peningkatan hemokonsentrasi dan merupakan kelainan
hematologi paling awal yang ditemukan pada DHF.
2.6; KELAINAN PADA PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Radiologi berperan penting untk mengetahui kebocoran plasma dan memantau
perburukan serta komplikasi DHF. Pemeriksaan radiologi tersebut antara lain, yaitu :
1; Foto Rontgen Thoraks
Pada foto rontgen thoraks yang dibuat dengan posisi terlentang sinar
anteroposterior (AP supine) dapat terlihat hemithoraks kanan lebih putih (dense)
daripada kiri apabila terdapat efusi pleura kanan (Hapsari, et al., 2010). Tetapi
apabila plasma hebat efusi pleura dapat dijumpai pada kedua hemithoraks
(Hadinegoro, et al., 1999). Pada posisi right lateral decubitus (RLD) sinar
horizontal efusi pleura terlihat sebagai bagian lateral thoraks yang putih berbatas
garis lengkung yang tegas. Pemeriksaan foto rontgen dada adanya cairan pleura 50
100 cc akan tampak pada proyeksi lateral dekubitus kanan (RLD). Apabila
terdapat efusi pleura kemudian dapat dinilai PEI (Pleural Effusion Index). PEI
yaitu persentase rasio antara lebar maksimum hemithoraks. Derajat kobocoran
plasma diukur dari PEI. PEI 6 % saat masuk rumah sakit memiliki korelasi
terjadinya shock.
Pemeriksaan foto thoraks perlu dipertimbangkan apabila :
a; Kita menghadapi keraguan diagnosis (demam lebih dari 3 hari, namun tidak
dijumpai shock, sedangkan klinis mengarah pada DHF dengan asumsi telah
terjadi perembesan plasma, atau
b; Untuk mengevaluasi pemberian cairan, terutama apabila keadaan sirkulasi
belum stabil sedangkan anak sudah tampak sembab dan sesak nafas.
2; USG
Pemeriksaan USG merupakan pemeriksaan yang ideal, aman, non invasive
dalam mendeteksi kebocoran plasma (efusi pleura, efusi pericardium, acites),
hepatomegali atau splenomegali.
Secara USG cairan akan terlihat sebagai daerah hitam dengan batas tegas
(pleura) berbentuk segitiga pada potongan longitudinal) atau bulan sabit (pada
potongan transversal). Apabila cairan tersebut adalah darah, daerah hitam tersebut
dapat disertai bercak bercak echo (berupa titik titik putih) atau gumpalan massa
echogenic (gumpalan putih).
Acites secara USG dapat dilihat di antara hati dan ginjal kanan, di antara usus
usus dan posteriordari vesica urinaria, sebagai suatu daerah hitam (echolucent)
berbatas tegas yang tepinya tidak teratur tergantung organ sekitarnya. Adanya
penimbunan cairan dalam cavum peritoneum sejumlah 100 cc sudah dapat
diketahui.
USG ini dapat mendeteksi awal DHF yaitu penebalan dinding vesica velea (>
3 mm), cairan pericholecystic, acites minimal, efusi pleura, perikardium dan
hepatosplenomegali. Dapat pula mendeteksi perburukan DHF yaitu cairan di
perirenal dan pararenal, cairan subkapsular liver dan lien serta pembesaran
pankreas.
2.7. KOMPLIKASI
1. Ensefalopati Dengue
Ensefalopati terjadi sebagai komplikasi syok yang berkepanjangan dengan
perdarahan, tetapi dapat juga terjadi pada DHF yang tidak syok. Gangguan metabolik
seperti hipoksemia, hiponatremia atau perdarahan, dapat menjadi penyebab terjadinya
ensefalopati. Melihat ensefalopati DHF bersifat sementara, maka kemungkinan dapat
juga disebabkan oleh trombosit pembuluh darah otak sementara sebagai akibat dari
koagulasi intravaskular yang menyeluruh. Dilaporkan bahwa virus dengue dapat
menembus sawar darah otak, tetapi sangat jarang dapat menginfeksi jaringan otak.
Dikatakan pula bahwa keadaan ensefalopati berhubungan dengan kegagalan hati akut.
2. Kelainan Ginjal
Gagal ginjal akut pada umumnya terjadi pada fase terminal, sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik. Untuk mencegah gagal ginjal maka setelah syok
diobati dengan menggantikan volume intravaskular. Diuresis merupakan parameter
yang penting dan mudah dikerjakan, untuk mengetahui apakah syok telah teratasi.
Diuresis diusahakan > 1 m/kg berat badan/jam. Oleh karena bila syok belum teratasi
dengan baik, sedangkan volume cairan telah dikurangi dapat terjadi syok berulang.
Pada syok berat sering kali dijumpai acute tubular necrosis, ditandai penurunan
jumlah urin dan peningkatan kadar ureum dan kreatinin.
3; Oedem Paru
Oedem paru merupakan komplikasi yang mungkin terjadi sebagai akibat
pemberian cairan yang berlebihan. Pemberian cairan pada hari sakit ketiga sampai
kelima biasanya tiak akan menyebabkan udem paru oleh karena perembesan plasma
masih terjadi. Tetapi pada saat terjadi reabsorbsi plasma dari ruang ekstravaskular,
apabila cairan diberikan berlebih (kesalahan terjadi bila hanya melihat penurunan Hb
dan Ht tanpa memperlihatkan hari sakit), pasien akan mengalami distress pernafasan,
disertai sembab kelopak mata dan ditunjang dengan gambaran udem paru pada foto
rontgen dada (Hadinegoro, et al., 1999).
: 6 7 ml/kgBB/jam
BB 15 40 kg : 5 ml/kgBB/jam
BB > 40 kg : 3 4 ml/kgBB/jam
Pantau tanda tanda vital tiap 3 jam, Ht dan Trombosit tiap 4 jam
Perbaikan
Tidak gelisah
Perburukan
Gelisah
Nadi kuat
Distress pernafasan
Hipotensi /tek.nadi
20 mmHg
Diuresis kurang/
Tidak ada
Pengisian kapiler
> 2 detik
Ht tetap tinggi/naik
Tetesan dikurangi
Tetesan
dipertahankan
Rumatan atau
Sesuai kebutuhan
Perbaikan sesuaikan
tetesan
Rumatan
Rumatan
Masuk ke Protokol
syok
Dapat
diulang 3x
Hapsari,
et al., 2010
2; Oksigenasi
adekuat
teratasi ?
Pantau tanda vital tiap 10 menit
Catat balans cairan selama pemberian cairan intravena
Syok teratasi
Kesadaran membaik
Kesadaran menurun
Ekstremitas hangat
Ekstremitas dingin
10 ml/kgBB/jam
20 ml/kgBB/jam
Evaluasi Ketat
Tambahkan koloid/plasma
Dekstran / FPP
Evaluasi 1 jam
Tetesan 5 ml/kgBB/jam
Tetesan 3 ml/kgBB/jam
Infus stop tidak melebihi 48 jam
2.9. PENCEGAHAN
setelah syok teratasi
Ht turun
Ht tetap tinggi/naik
Koloid 20
ml/kgBB
3; Kimiawi
Cara pengendalian ini antara lain dengan:
BAB IV
PEMBAHASAN
Pada pasien anak I.D.T yang berusia 7bulan didiagnosa DHF grade II adalah tepat, karena
dari anamnesa awal ditemukan data-data yang dapat mengarah pada diagnosa DHF grade II , antara
lain : 4 hari panas, panas tinggi mendadak terus menerus, badan lemas(+), pusing (+), mual (+),
muntah (+) 4 hari ini 3-4x/ hari berupa apa yang dimakan dan diminum.
Dari pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi nadi 140 x/menit, respirasi rate 40 x/menit,
temperature 37,8C, ditemukan ptekie pada tangan dan kaki.
Pada pemeriksaan penunjang, pemeriksaan darah rutin hematokrit dan trombosit. Hasil yang didapat
pada tanggal 19 Mei 2013 yaitu hematokritnya 30,2 % , trombositnya 132.000 /ml (N =150000450000), Pada pasien ini terjadi peningkatan Kadar hematokrit artinya terjadi hemokonsentrasi dan
trombositnya terjadi penurunan (trombositopenia). Berdasarkan kriteria WHO :
1; tanda klinis
demam tinggi mendadak tanpa sebab yanng jelas,berlangsung terus menerus selama
2-7 hari
pembesaran hati
syok, ditandai nadi cepat dan lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan
tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah
2; laboratoris
jika terdapat dua tanda klinis atau lebih ditambah satu kriteria laboratoris, sudah cukup
untuk menegakkan diagnosa sementara DHF. Pada pasien ini ditemukan tanda klinis
(panas tinggi mendadak berlangsung terus menerus dan dua kriteria laboratoris
(trombositopenia dan hematokritnya meningkat) jadi pasien ini dapat didiagnosa
sementara DHF.
Penatalaksanaan yang diberikan berupa cairan, dietetik, dan medikamentosa sudah sesuai
teori yang ada. Selama pasien dirumah sakit, yang perlu dimonitoring keadaan umum, tanda-tanda
vital,nilai hematokrit dan trombosit tiap 6 jam, intek cairan/makanan.
Edukasi kepada orang tua pasien, selama pasien dirawat tingkatkan makan dan minum agar
kebutuhan cairan tubuh terpenuhi sehingga tidak terjadi dehidrasi. bila panas kompres dengan air
hangat dan minum obat penurun panas.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Pada pasien anak I.D.T, umur 7 bulan didiagnosa DHF grade II , karena dari hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratoris terdapat tanda-tanda yang termasuk
kriteria DHF grade II .
Terapi yang meliputi aspek cairan, aspek dietetik dan medikamentosa sudah sesuai.
SARAN
Perlunya digalakkan Gerakan 3 M tidak hanya bila terjadi wabah tetapi harus dijadikan
gerakan nasional melalui pendekatan masyarakat.