Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena merupakan perilaku untuk
mengakhiri kehidupannya (Stuart dan Laraia, 1998). Alasan individu mengakhiri
kehidupan adalah: 1) kegagalan untuk beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi
stress, 2) perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal/
gagal melakukan hubungan yang berarti, 3) perasaan marah/ bermusuhan, bunuh diri
dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, 4) cara untuk mengakhiri keputusasaan, 5)
tangisan minta tolong. Selain itu adanya stigma masyarakat bahwa kecendrungan bunuh
diri adalah karena keturunan (Keliat, 1993). Dimana individu tersebut oleh masyarakat
sudah dicap dan tidak perlu ditolong. Penyebab perilaku bunuh diri pada individu
gangguan jiwa karena stress yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang
digunakan dalam mengatasi masalah (Keliat, 1993).
Penelitian Black dan Winokur (1990) bahwa lebih dari 90% tiap menit individu
yang mengalami gangguan jiwa melakukan bunuh diri (Stuart dan Laraia, 1998). Dan
lebih dari 90% orang dewasa dengan gangguan jiwa mengakhiri hidup dengan bunuh diri
(Stuart dan Sundeen, 1995).
Hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga tahun 1995 bahwa 185 dari 1000 anggota
rumah tangga mengalami gangguan jiwa dengan angka bunuh diri 1,6 sampai dengan 1,8
per 100.000 penduduk (Panggabean, 2003). Sedangkan penelitian yang dilakukan Westa
(1996) bahwa percobaan bunuh diri di Unit Gawat Darurat RS Sanglah Bali pada
individu gangguan jiwa terbanyak adalah dewasa muda, wanita dan alat yang digunakan
untuk usaha bunuh diri adalah zat pembasmi serangga
2
Sebanyak satu juta orang melakukan bunuh diri setiap tahun. Jumlah ini melebihi
orang yang tewas akibat pembunuhan atau dalam perang. Data itu diungkapkan Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO). Kasus bunuh diri menempati hampir separuh dari seluruh kematian
akibat kekerasan. Jumlah itu diduga akan mencapai 1,5 juta orang sampai 2020, kata badan
PBB tersebut.
Bunuh diri adalah masalah kesehatan masyarakat global yang tragis. Ada keperluan
mendesak bagi tindakan gencar global yang terkoordinasi guna mencegah jatuhnya korban
yang tak perlu ini," kata Dr. Catherine Le Gales-Camus, Asisten Direktur Jenderal WHO
Urusan Kesehatan Mental dan Penyakit Tak Menular. Eropa Timur menghadapi tingkat
tertinggi, sementara kebanyakan angka paling rendah ditemukan di Amerika Latin, negara
Muslim dan beberapa negara Asia, kata WHO. Meskipun usia pelaku cenderung meningkat,
belum lama ini terdapat peningatan mengkhawatirkan tindakan bunuh diri di kalangan
pemuda yang berusia 15 sampai 25 tahun di seluruh dunia. Di Jepang saja, orang berusia
lanjut lebih cenderung melakukan bunuh diri. Jumlah warga Jepang yang berusia 60 tahun
atau lebih tua dan melakukan bunuh diri dilaporkan mencapai 11.529 pada 2003, atau 33,5
persen dari jumlah total pelaku bunuh diri.
Alasan orang melakukan bunuh diri beragam, termasuk kemiskinan, pengangguran,
kehilangan orang yang dicintai, putus hubungan dan masalah yang berkaitan dengan hukum
atau pekerjaan. WHO menyatakan langkah pencegahan yang dapat dilakukan adalah
pengurangan akses ke bahan kimia, identifikasi dini dan perawatan kelainan mental, termasuk
penyediaan saluran telefon bagi orang lanjut usia dan pendidikan tentang program
pencegahan. WHO mengeluarkan siaran pers tersebut dua hari menjelang peringatan Hari
Pencegahan Bunuh Diri Dunia, 10 September. Hari Pencegahan Bunuh Diri Dunia
diluncurkan tahun lalu.
( http://freemail.pusdiknakes.or.id/?show=detailnews&kode=2818&tbl=cakrawala )
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
Definisi
Bunuh diri merupakan tindakan agresif yang dapat merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan ( stuart dan suddent, 1998; 1 )
Bunuh diri adalah suatu tindakan di mana seseorang telah kehilangan mekanisme
kontrol diri.
(http://www.mail-archive.com/dharmajala@yahoogroups.com/msg07796.html, diperoleh
pada 21 april 2007 )
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan. Perilaku bunuh diri yang tampak pada seseorang disebabkan karena stress
yang tinggi dan kegagalan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah
( http://mustikanurse.blogspot.com/search?updated-min=2006-01-01T00%3A00%3A0008%3A00&updated-max=2007-01-01T00%3A00%3A00-08%3A00&max-results=4,
diperoleh pada 27 april 2007 )
B.
peningkatan diri
pertumbuhan
peningkatan
beresiko
prilaku
destruktif
diri tidak
langsung
pencederaaan
diri
bunuh
diri
4
C.
Etiologi
Secara umum penyebab bunuh diri adalah :
1.
2.
3.
marah atau bermusuhan, dapat merupakan hukuman pada diri sendiri dengan
melakukan tindakan bunuh diri
4.
b.
c.
Gagal sekolah
d.
e.
f.
2.
b.
c.
d.
e.
Keadaan fisik
f.
g.
Masalah sosial
h.
Depresi
5
3.
b.
c.
d.
4.
b.
c.
d.
e.
Kehilangan ganda
f.
g.
Putus harapan
h.
Tidak berdaya
i.
Putus asa
j.
k.
Ragu-ragu
l.
Sedih
m.
Depresi
n.
D.
Manifestasi klinis
1.
Putus asa
2.
Tidak berdaya
6
3.
Putus asa
4.
Apatis
5.
6.
Ragu-ragu
7.
Sedih
8.
Depresi
9.
E.
2.
3.
Bunuh diri
Bunuh diri terjadi setelah tanda peringatan terlewati atau terabaikan. Individu yang
melakukan upaya bunuh diri dan sebenarnya tidak ingin mati akan mati apabila
tanda-tanda peringatan tidak diketahui tepat waktu ( stuart dan sundeen, 1998; 284 )
F.
Ancaman bunuh diri hanya cara individu untuk menarik perhatian, tidak perlu
dianggap serius. Padahal semua perilaku bunuh diri harus dianggap serius
2.
bunuh diri tidak memberikan tanda, padahal delapan dari sepuluh individu
memberikan tanda baik secara verbal maupun non verbal sebelum melakukan
tindakan bunuh diri
3.
kecendrungan bunuh diri adalah keturunan, sebenarnya tidak ada data atau
hasil riset mengenai ini, karena prilaku bunuh diri bersifat individual.
G.
2.
3.
H.
8
2.
3.
I.
2.
3.
4.
Adakan waktu merenung, mensyukuri apa yang diterima hari ini adalah
yang terbaik. ( http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2003/11/30/kel4.html,
diperoleh pada 21 april 2007 )
J.
9
3. Dua dari tiga kasus bunuh diri dilakukan oleh pria kulit putih. Belakangan meningkat
pada ras kulit hitam. Pada kelompok imigran lebih tinggi dibandingkan penduduk asli
4. Bunuh diri pada penduduk Katolik Roma lebih rendah dibandingkan dengan
kelompok Protestan dan Yahudi
5. Perkawinan yang harmonis mempunyai kecenderungan lebih rendah untuk
melakukan bunuh diri. Bunuh diri lebih sering terjadi pada mereka yang secara sosial
terisolasi dan mempunyai riwayat keluarga bunuh diri
6. Semakin tinggi status sosial seseorang semakin besar kemungkinan terjadinya bunuh
diri, namun jatuhnya status sosial juga meningkatkan risiko terjadinya bunuh diri
7. Pada umumnya orang yang berhasil bunuh diri karena menggantung diri. Pria lebih
banyak menggunakan senjata api, gantung diri atau melompat dari ketinggian. Wanita
lebih cenderung overdosis dengan zat psikoaktif atau racun, tetapi senjata api mulai
meningkat penggunaannya.
K.
2.
3.
4.
10
5.
6.
7.
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah awal, pengkajian pada klien tingkah laku bunuh diri
dilakukan dengan observasi, keterampilan mendengar dan mendeteksi tanda spesifik. Hal
utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentukan tingkat resiko
dari tingkah laku bunuh diri :
No
1
2
3
Prilaku / gejala
cemas
depresi
Isolasi menarik diri
Intensitas resiko
Intensitas resiko
Intensitas resiko
rendah
rendah
rendah
Perasaan depresi
sedang
sedang
sedang
Perasaan tidak
tinggi
Tinggi/panik
Berat
Tidak berdaya,
putus asa,
menarik diri
menarik diri
menarik diri,
protes pada diri
11
Fungsi sehari-hari
Baik pada
sendiri
Tidak baik pada
Strategi koping
semua aktifitas
Umumnya
beberapa aktifitas
Sebagian
semua aktifitas
Sebagian
kontruktif
beberapa
konstruktif
destruktif
Sedikit/ hanya satu Tidak ada
penting
Percobaan bunuh
Yang fatal
8
9
10
diri sebelumnya
Pola hidup
bemusuhan
Pemakaian alkohol
fatal
stabil
Ada atau sedikit
Tidak sering
Tidak stabil
Jalas atau ada
Terus-menerus
1. Petunjuk gejala
a.
Keputusasaan
b.
c.
d.
e.
f.
g.
2. Penyakit Psikiatrik
3.
a.
b.
Kelainan afektif
c.
Alkoholisme
d.
12
a.
b.
Hidup sendiri
c.
Tidak bekerja
d.
Stress
e.
f.
4.
Faktor-faktor kepribadian
a.
Impulsif
b.
Agresif
c.
Kekakuan kognitif
d.
5. Riwayat keluarga
a.
b.
B. Masalah keperawatan
1.
keputusasaan
2.
ketidakberdayaan
3.
kecemasan
4.
5.
6.
berduka disfungsional
7.
13
C. Pohon Masalah
Risiko bunuh diri
Ganguan
Ganguankonsep
konsepdiri:
diri:harga
harga diri
dirirendah
rendah
D. Diagnosa keperawatan
1.
2.
3.
b.
c.
d.
14
rasional : isolasi sosial menyebabkan harga diri rendah dan depresi, mencetuskan
prilaku destruktif terhadapa diri sendiri.
e.
2.
a.
b.
c.
d.
15
DAFTAR PUSTAKA
http://freemail.pusdiknakes.or.id/?show=detailnews&kode=2818&tbl=cakrawala
http://www.mail-archive.com/dharmajala@yahoogroups.com/msg07796.html
http://mustikanurse.blogspot.com/search?updated-min=2006-01-01T00%3A00%3A0008%3A00&updated-max=2007-01-01T00%3A00%3A00-08%3A00&max-results=4
http://www.balipost.co.id/BaliPostcetak/2003/11/30/kel4.html
Stuart, Gail wiscarz, sundeen. 1998. buku saku keperawatan jiwa. Jakarta : EGC.
Tomb, David ,A. 2004. buku saku psikiatri. Jakarta : EGC
16