Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Disetujui Oleh :
Pembimbing Utama
SUBEHAN,S.Si.,M.Pharm.,Sc.,Ph.D.,Apt
NIDN. 0025097508
Pembimbing Pertama
Pembimbing Kedua
Pada Tanggal
Februari 2016
ii
SKRIPSI
.................
.................
Anggota
.................
: Fajriansyah, S.Farm.,M.Si.,Apt
Ex-Officio :
1.
.................
2.
.................
3.
.................
Mengetahui
Ketua
Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar
iii
NIM
: 14.01.292
iv
KATA PENGANTAR
mendidik
dan
memotivasi
ananda
hingga
mampu
mengenyam pendidikan hingga saat ini. Untuk kakak tercinta kakak iva ,
kakak Tia, dan kakak Bai, serta untuk seluruh keluarga besar, penulis
ucapkan banyak terima kasih atas segala dukungan dan perhatiannya.
Tidak lupa pula ucapan terimah kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada :
1. Drs. H. Sahibuddin A. Gani, Apt selaku ketua Yayasan Sekolah Tinggi
Ilmu Farmasi Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada
penulis untuk menimba ilmu di Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Makassar.
2. Wahyu Hendrarti, S.Si., M.Kes., Apt selaku ketua Sekolah Tinggi Ilmu
Farmasi Makassar.
3. Subehan, S.Si., M.Pharm., Sc., PhD, Dra. Jeanny Wunas dan Abd.
Halim Umar, S.Farm.,M.Si selaku pembimbing yang telah meluangkan
waktu, memberikan banyak ilmu, membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.
v
4. Dr. Nursamsiar, S.Si., M.Si, Dr. Risfah Yulinty S.Si., M.Si., Apt dan
Fajriansyah, S.Farm., M.Si., Apt selaku tim penguji yang telah
memberikan banyak masukan kepada penulis.
5. Seluruh dosen, staf dan laboran Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi
Makassar khusunya Kak marwati dan Kak Asriful yang selalu setia
membantu penulis selama melakukan penelitian di Laboratorium
Biologi Farmasi.
6. Sahabat-sahabatku
Nc,
Indah,
Pink,
Ghe,
yang
selalu
setia
Penulis
vi
NIM
: 14.01.292
: Makassar
vii
ABSTRAK
Judul : Isolasi dan Karakterisasi Senyawa Dari Fraksi VI Ekstrak
Etanol Umbi Talas Safira (Colocasia esculenta Schott var.
antiquorum)
(Dibimbing oleh : Subehan, Jeanny Wunas dan Abd. Halim Umar)
Telah dilakukan isolasi dan karakterisasi senyawa dari fraksi VI umbi talas
safira. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkarakterisasi isolat dari
fraksi VI ekstrak umbi talas safira. Hasil maserasi dari 500 gram simplisia
kering umbi talas menggunakan pelarut etanol 70% diperoleh 62 gram
ekstrak kental berwarna coklat. Pemisahan dan pemurnian terhadap
ekstrak etanol umbi talas dilakukan dengan kromatografi kolom,
kromatografi lapis tipis dan kromatografi dua dimensi dengan fase gerak
n-heksan dan etil asetat. Pengujian UV-Vis menunjukkan enam pita
serapan yaitu pita I pada panjang gelombang 745,00 nm, pita II pada
panjang gelombang 692,50 nm, pita III pada panjang 303,00 nm , pita IV
pada panjang gelombang 291,50, pita V pada panjang gelombang 262,50
dan pita VI pada panjang gelombang 200,50. Spektrum inframerah
menunjukkan bahwa isolat mempunyai gugus-gugus yang khas seperti OH, C-H, C-C, C=C aromatik dan C-O.
Kata kunci: Isolasi, Fraksi VI, Ekstrak Etanol, Umbi Talas, Colocoasia
esculenta Schott var. Antiquorum
viii
ABSTRACT
Title :
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................
ii
iii
HALAMAN PENGESAHAN.........................................................
iv
vi
viii
ABSTRAK ...................................................................................
ix
ABSTRACT .................................................................................
xi
xiv
xv
5
x
10
10
10
15
17
18
18
20
24
24
24
24
24
III.3.2. Bahan...............................................................
24
xi
25
25
25
25
25
25
26
III.4.6. Isolasi. ..
26
26
27
27
28
36
36
V.2. Saran............................................................................
36
37
xii
DAFTAR LAMPIRAN
40
41
42
43
47
48
49
50
51
52
53
xiii
DAFTAR TABEL
12
32
33
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Indonesia kaya akan tumbuhan alam yang berkhasiat baik untuk
kesehatan. Seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi banyak
tanaman berkhasiat yang di manfaatkan sebagai bahan obat, salah
satunya adalah umbi-umbian. Tanaman pangan lokal umbi-umbian yang
sering dimanfaatkan oleh masyarakat salah satunya adalah talas. Talas
termasuk suku talas-talasan (Araceae) merupakan tanaman sepanjang
tahun.
Manfaat utama umbi talas adalah sebagai bahan pangan sumber
karbohidrat. Bagian tanaman ini yang dapat dimakan yaitu umbi, tunas
muda, dan batang daun. Selain itu, umbi talas juga banyak dibuat
makanan ringan seperti keripik dan getuk talas.
Talas secara umum mengandung flavanoid 6-C-glikosida dan
flavonoid
O-glikosida,
diantaranya
saftosida,
isosaftosida,
orientin,
cairan akar rimpang sebagai obat bisul, sementara getah daunnya sering
digunakan untuk menghentikan pendarahan karena luka dan sebagai obat
untuk bengkak. Pelepah dan tangkai daun yang di panggang dapat
dimanfaatkan untuk mengurangi gatal-gatal. Pelepah daun juga diyakini
mampu mengobati gigitan kalajengking (Akmal 2009)
Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menemukan senyawa
aktif dari umbi talas. Markus Purap (2014) telah melakukan isolasi dan
karakterisasi dari fraksi III
senyawa lain
I.4.Manfaat Penelitaian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam
dunia kesehatan khususnya bidang kefarmasian tentang informasi
mengenai kandungan senyawa lain dalam talas safira dan sebagai
sumber referensi untuk penelitian selanjutnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
: Plantae
Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
4
Bangsa
: Alismatales
Suku
: Araceae
Marga
: Colocasia
Jenis
selain itu, talas juga mengandung beberapa unsur mineral dan vitamin
sehingga dapat dijadikan bahan obat-obatan (Rawuh, 2008). Talas secara
umum mengandung flavonoid 6-C-glikosida dan flavonoid O-glikosida,
diantaranya saftosida, isosaftosida, orientin, isovitexin, isoorientin, vitexin
dan luteolin
ginjal,
menghilangkan
racun
tubuh,
melancarkan
saluran
di luar sel, maka larutan terpekat akan berdifusi keluar sel dan proses ini
akan berulang terus sampai terjadi keseimbangan antara konsentrasi
cairan zat aktif di dalam dan di luar sel. Tujuan ekstraksi adalah untuk
menarik semua komponen kimia yang terdapat dalam simplisia. Ekstraksi
ini didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam
pelarut. Perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka, kemudian
berdifusi masuk ke dalam pelarut (Depkes, 1986; Depkes, 1989).
II.2.2 Metode Maserasi
Maserasi merupakan cara penyarian sederhana yang dilakukan
dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari selama
beberapa hari pada suhu kamar dan terlindung dari cahaya. Metode
maserasi
digunakan
untuk
menyari
simplisia
yang
mengandung
Maserasi remaserasi
Maserasi remaserasi adalah penyarian yang dilakukan dengan
metode
ini
adalah
dapat
digunakan
untuk
mengekstraksi sampel yang memiliki tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan. Selain itu suhu pemanasan dapat diatur dan pelarut
yang digunakan juga sedikit. Sedangkan kerugian dari metode ini adalah
penggunaan pelarut yang sama secara terus menerus sehingga ekstrak
yang terkumpul terus menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan
reaksi penguraian oleh panas (Depkes, 1986; Harborne, 1987).
II.3.4 Metode Perkolasi
Metode perkolasi merupakan cara penyarian yang dilakukan
dengan mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah
dibasahi. Keuntungan metode ini adalah tidak memerlukan langkah
tambahan karena sampel padat telah terpisah dari ekstrak. Kerugiannya
adalah kontak antara sampel padat dan cairan penyari tidak merata atau
terbatas dibandingkan dengan metode refluks. Selain itu pelarut menjadi
dingin selama proses perkolasi sehingga tidak melarutkan komponen dari
simplisia secara efisien (Depkes, 1986; Harborne, 1987).
II.3.5 Metode Refluks
Metode refluks merupakan penarikan komponen kimia yang
dilakukan dengan cara sampel dimasukan ke dalam labu alas bulat
tertentu.
Pada
dasarnya
semua
cara
kromatografi
10
menggunakan dua fase yaitu fase diam dan fase gerak. Pemisahanpemisahan ini bergantung pada gerakan relatif dari dua fase ini. Prinsip
dari pemisahan adalah adanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari
senyawa yaitu kecenderungan dari molekul untuk melarut dalam cairan
(kelarutan),
kromatografi
yang
bermanfaat
dalam
analisis
11
dengan
lebih
cepat.
Pemisahan
suatu
senyawa
Viskositas Cp
pada 20C
pada 20C
68,7
1,890
0,326
Heptana
98,4
1,924
0,409
Sikloheptana
81,4
2,023
1,02
Karbontetra klorida
76,8
2,238
0,969
Benzene
80,1
2,284
0,652
Kloroform
61,3
4,806
0,580
34,6
4,34
0,233
No
Pelarut pengembang
Td C 760 torr
n heksan
8
9
Etil asetat
Piridina
77,1
115,1
6,02
0,455
12,3
0,974
Aseton
56,5
20,7
11
Etanol
78,5
24,30
12
Metanol
64,6
33,62
0,597
13
Air
100,0
80,73
1,005
0,316
10
1,2
12
13
Salah
satu
prinsip
penampakan
noda
lainnya
adalah
=
Jarak yang ditempuh pelarut
14
15
serbuk
diletakkan
di
dalam
kolom,
penjerap
dimasukkan,
di
atasnya
diletakkan
kertas
saring
dan
16
17
resolusi
sampel
ketika
komponen-komponen
solut
sebagaimana
biasa
dengan
eluen
pertama.
UV-Vis
adalah
anggota
tekhnik
analisis
spetroskopik yang memakai radiasi elektromagnetik ultraviolet dekat (190380 nm) dan sinar tampak (380-780 nm) dengan memakai instrument
spekrofotometer.
Metode spektrofotometri UV-Vis merupakan penyerapan sinar
tampak oleh suatu larutan berwarna atau dikenal dengan metode
18
serapan
untuk
setiap
konsentrasi
adalah
bilangan
VD
Keterangan :
SR
: Sumber radiasi
: Monokromator
SK
: Sampel kompartemen
: Blanko
: Detektor
: Amplifier / Penguat
VD
: Visual display
19
a. Sinar radiasi
Sumber radiasi yang biasanya digunakan pada spektroskopi absorbsi
adalah lampu hidrogen atau lampu deuterium yang digunakan sebagai
sumber radiasi pada daerah sinar lembayung.
b. Monokromator
Monokromator digunakan untuk memeproleh sumber sinar yang
monokromatis alatnya dapat berupa prisma.
c. Tempat sampel
Biasa disebut kuvet yang merupakan wadah sampel yang dianalisa.
d. Detektor UV VIS
Detektor berfungsi untuk mengubah tenaga radiasi menjadi arus listrik
atau listrik atau perubah panas lainnya dan biasanya terintegrasi
dengan pencatat (printer). Tenaga cahaya yang diubah menjadi tenaga
listrik akan mencatat secara kuantitatif tenaga cahaya tersebut.
Persyaratan detector yang baik adalah sensivitas tinggi, respon pendek,
stabilitas lama dan sinyal elektronik mudah di perjelas (Mulja ,1990;
Rohman, 2007).
II.6 Spektrofotometer Infra Merah
Spektroskopi infra merah membantu mengidentifikasi macammacam ikatan yang terdapat dalam suatu senyawa. Dengan diketahuinya
macamnya ikatan kovalen yang ada dan mana yang tidak ada dapat kita
perkirakan gugus fungsional yang ada atau tidak ada dalam suatu struktur
misalnya, bila suatu senyawa mempunyai ikatan OH, maka senyawa
20
dapat berupa asam karboksilat (RCOH2), alkohol (ROH) atau suatu fenol
(ArOH).
Spektrofotometer
IR
digunakan
dalam
penentuan
gugus
fungsional dari suatu senyawa seperti gugus : N-H, C-H, O-H, C-X, C=O,
C-C, C=C,C=N dan juga digunakan untuk analisis kuantitatif, seperti
analisis kuantitatif untuk pencemar udara misalnya karbon monoksida
dalam udara dengan teknik non-dispersive. Spektrum infra merah
memberikan
puncak-puncak
maksimal
yang
jelasnya
puncak
dalam
spektrofotometer
ultravaliolet
dan
tampak
(Sastrohamidjojo, 2001)
Bagian pokok dari spektrofotometer infra merah adalah sumber
cahaya infra merah, monokrometer dan detektor. Cahaya dari sumber
dilewatkan
melalui
cuplikan,
dipecah
menjadi
frekuensi-frekuensi
21
2. Monokromator
Monokromator yang mendispresikan energi sinar awal menjadi
banyak frekuensi dan kemudian setelah melalui serangkaian celah yang
menyeleksi frekuensi tertentu yang akan dideteksi oleh detektor.
Prisma dan grating keduanya dapat digunakan. Kebanyakan
prisma yang digunakan adalah NaCI, hal ini disebabkan karena NaCI
hanya transparan dibawah 625 cm1, sedang halida logam lainya harus
digunakan dalam pekerjaan dengan frekuensi yang rendah. Grating dan
prisma mempunyai peranan dalam meresolusi spectra dan dapat dibuat
dari bermacam-macam bahan.
3. Detektor
Ada tiga macam detektor yang digunakan pada spektrofotometer
infra merah, yaitu Bolometer Termokopel, dan Sel pneumatic Golay.
Ketiga macam detektor tersebut bekerja berdasarkan pada pengaruh
panas yang dihasilkan bila radiasi infra merah diserap dari bekas sinar
yang mengenai. Pada umumnya detektor harus mempunyai daerah peka
kecil, kapasitas panas yang rendah, sensitivitas panas yang tinggi,
absorptivitas tidak selektif terhadap semua frekuensi radiasi infra merah.
Sinar yang berasal dari celah keluar monokromator difokuskan
pada suatu detektor yang berfungsi mendeteksi dan mengukur energi
cahaya yang ditimbulkan oleh pengaruh pemanasannya. Variasi suhu
kecil yang diakibatkan oleh variasi energi cahaya yang dideteksi
ditimbulkan bolometer atau termokopel. Pada bolometer kenaikan suhu
22
menyebabkan
perubahan
tegangan
listrik
yang
digunakan
untuk
pneumatic Golay. Detektor ini terdiri dari ruangan yang berisi gas yang
mengalami kenaikan tekanan bila terkena panas oleh energi cahaya.
Daerah spektrum infra merah terletak pada bilangan gelombang
4000 hingga 650 cm-1. Proses serapan infra merah seperti halnya
penyerapan energi yang lain, molekul akan tereksitasi ke tingkatan yang
lebih tinggi bila menyerap radiasi infra merah. Hanya frekuensi tertentu
dari radiasi infra merah yang akan diserap oleh molekul. Penyerapan
radiasi infra merah sesuai dengan perubahan energi. Radiasi dalam
kisaran energi ini sesuai dengan kisaran frekuensi vibrasi rentangan dan
vibrasi bengkokan dari ikatan kovalen dalam kebanyakan molekul.
Namun, tidak semua ikatan dalam molekul dapat menyerap energi infra
merah, meskipun radiasi tetap sesuai dengan gerakan ikatan (Wagner,
dkk., 1999).
23
BAB III
METODE PENELITIAN
Kebangsaan
Makassar
dan
Laboraturium
Terpadu
MIPA
Universitas Hasanudin.
III.3 Alat dan Bahan
III.3.1 Alat
Alat-alat yang digunakan pada penelitian ini adalah : alat-alat
kaca, cawan porselin, lampu ultra violet 254 dan 366 nm, lempeng
kromatografi lapis tipis (KLT) GF
preparative
(KLTP), seperangkat
254,
alat
maserasi,
seperangkat
alat
24
25
gel
sebanyak 40
gram
ke
dalam
26
isolat
dilakukan
dengan
menggunakan
alat
27
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian isolasi dan karakterisasi senyawa dari fraksi VI
ekstrak etanol Umbi Talas safira (Colocasia esculenta Schott var.
antiquorum) dilakukan dalam enam tahap meliputi preparasi sampel,
ekstraksi komponen aktif, pemisahan senyawa aktif menggunakan
Kromtografi Kolom yang dilanjutkan dengan Kromatografi Lapis Tipis
Preparatif (KLTP), dan karakterisasi senyawa aktif menggunakan
Spektrofotometer UV-Vis dan FTIR serta analisis data.
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah bagian umbi
dari
28
dalam penelitian ini adalah metode maserasi. Maserasi adalah salah satu
metode pemisahan senyawa dengan cara perendaman menggunakan
pelarut
organik
pada
suhu
ruangan.
Proses
maserasi
sangat
29
30
(27-29), fraksi 6 vial (30-39), fraksi 7 vial (40-50), fraksi 8 vial (51-71),
fraksi 9 vial (72-121).
Hasil penampakan noda pada lempeng KLT ke 9 fraksi tersebut
tidak menunjukan pemisahan yang baik sehingga dilakukan pencarian
eluen yang lebih baik lagi dan didapatkan eluen n-heksan : etilasetat (3:7).
Dari eluen tersebut didapatkan 7 fraksi berdasarkan kesamaan jarak pada
profil penampakan nodanya di KLT. 7 fraksi tersebut diuapkan dan di
dapatkan bobot dari masing-masing fraksi yaitu fraksi 1 (739,5 mg), fraksi
2 (410 mg), fraksi 3 (509,9 mg), fraksi 4 (666,8 mg), fraksi 5 (939 mg),
fraksi 6 (2,37 gram) dan fraksi 7 (272 mg).
Dari ke 7 fraksi , fraksi 1 dan 2 yang memiliki pemisahan yang
bagus pada metode KLT, namun karna terdapat banyak pemisahan
senyawa sehingga dipilih fraksi yang memiliki bobot paling besar untuk di
lanjutkan ke KLTP yaitu fraksi 6. Hasil KLT fraksi 6 menggunakan eluen nheksan : etilasetat (3:7) tidak menunjukan pemisahan senyawa yang baik
sehinggga dilakukan pencarian eluen yang lebih baik lagi untuk fraksi 6,
dan didapatkan eluen n-heksan : metanol (3:7). Namun pada saat di
lakukan KLTP menggunakan eluen n-hkesan : metanol (3:7) pemisahan
senyawanya sangat tidak bagus sehingga dilakukan pencarian eluen
kembali untuk mendapatkan pemisahan senyawa yang bagus dan
didapatkan eluen n-heksan : etilasetat (3:2). Dari hasil KLTP didapatkan 1
pita menunjukan penampakan noda yang jelas di bawah lampu UV 254
nm dan 366 nm.
31
dan cara
panjang gelombang
(nm)
745,00
692,50
303,00
291,50
262,50
200,50
Isolat
murni
Absorbansi
0,286
0,296
0, 749
0,763
0,850
3,185
yang
diperoleh
selanjutnya
dikarakterisasi
32
Bilangan
gelombang
isolate (cm-1)
Pustaka
(silverstein)
Pustaka
(Fessenden)
Pustaka
( Creswell et
all,)
Prediksi
gugus
fungsi
617,22
1000-650
C-H
651,94
1000-650
C-H
796,6
675-870
1900-1300
C-H
C-O
1099,43
1050-1260
1417,68
1475-1300
C-H
1560,41
1500-1600
C=C
1645,28
1900-1650
C=O
1826,59
1900-1650
C=O
10
1867,09
1900-1650
C=O
11
2270,22
2000-3600
O-H
12
2335,8
2000-3600
O-H
13
2360,87
2000-3600
O-H
14
2403,3
2000-3600
O-H
15
2856,58
2850-2960
2800-3000
C-H
16
2927,94
2850-2960
2800-3000
C-H
17
2962,66
2850-2960
2800-3000
C-H
28
3450,65
3000-3600
19
3728,4
O-H
3750-3000
O-H
pada
bilangan
gelombang
1000-650
cm-1.
Data
spektra
33
adanya
gugus C=C aromatik karena serapan C=C aromatik terjadi pada bilangan
gelombang 1500-1600 cm1. Data spektra menunjukkan adanya serapan
pada frekuensi 1645,28 cm-1. Hal ini mengindikasikan adanya gugus C=O
karena serapan terjadi pada bilangan gelombang 1900-1650 cm-1. Data
spektra menunjukkan adanya serapan pada frekuensi, 2927,94 cm-1, dan
2962,66 cm-1. Hal ini mengindikasikan adanya gugus C-H alifatik karena
terjadi pada bilangan gelombang 2850 cm-1 2960 cm-1. Data spectra
menunjukan adanya serapan pada frekuensi 3450,65 cm -1, hal ini
mengindikasikan adanya gugus O-H karena terjadi serapan pada panjang
gelombang 3000-3600 cm-1 (Fessenden,1997; Silverstein,2005).
Pada penelitian yang dilakukan oleh Markus, tahun 2014 yaitu
isolasi dan karakterisasi senyawa flavonoid dari fraksksi III ekstrak umbi
Talas Safira dengan melakukan uji golongan flavonoid dan melakukan
karakterisasi mengggunakan FT-IR menunujukaan adanya gugus fungsi
O-H, C-H alifatik, C-C alifatik C=C aromatik dan C-O mengindikasikan
adanya senyawa flavonoid. Begitu juga pada penelitian ini yaitu isolasi
34
dalam karakterisasi senyawa fraksi VI dari ekstrak etanol umbi talas safira
mengunakan FT-IR menunjukan adanya Gugus fungsi O-H, C-H alifatik,
C=C aromatik dan C-O namun belum bisa dikatakan adanya senyawa
yang di duga flavonoid karna tidak di lakukan pengujian spesifik golongan
flavonoid.
35
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian
yang
telah
dilakukan,
diperoleh
36
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, M.,( 1997), Teknik Kromatografi untuk Analisis Bahan Makanan.
Edisi I. cetakan pertama. Yogyakarta. PustakaPelajar. p. 9.
Akmal, Dkk. 2009. Pemanfaatan Talas Bogor Dalam Minuman Probiotik
Strategi Peningkatan Kesejahteraan Petani Talas: Institute Pertanian
Bandung
Biren, N.S., B.S. Nayak, S.P. Bhatt, S.S. Jalalpure, & A.K. Seth., ( 2007)
,The Anti-Inflamatory Activity of The Leaves of Colocasia esculenta.
SPJ, Vol. 15, Nos.3-4.
Creswll.,C, Ollaf Ruquist dan Malkom Campbell. Analisis Senyawa
Oraganic. Bandung : ITB
Dalimartha, S., (2006), Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid 4. Depok :
Puspa Swara.
Depkes., (1986), Sediaan Galenik, Departemen Kesehatan RI, Jakarta,
10-12.
Depkes., (1989), Materia Medika Indonesia. Jilid V, Departemen
Kesehatan RI, Jakarta, 194-197, 516-553.
Fessenden, R.J., dan Fessenden, J.S.,(1997), Dasar-Dasar Kimia
Organik, Binarupa Aksara, Jakarta, 151
Gritter,R.J.,dan Bobbits, J.M.,(1991),Pengantar Kromatografi edisi II.
Penerjemah Dr. Kokasih Padmawanita. Bandung. Penerbit ITB. p.
107, 140-141.
Harborne. J.B.,(1987), Metode Fitokimia, Institut Tekhnologi Bandung,
Bandung, 2, 1-8..
Hostettmann, K.M., dan A. Marston., (1995), Cara Kromatografi Preparatif,
Diterjemahkan oleh Kosasi Padmawinata, Institute Tekhnologi
Bandung, Bandung
Lenny. S. 2006. Senyawa terpemoid dan steroid Medan : FMIPA
Universitas Sumatra Utara. Katya Ilmiah
Leong, A.C., Yoshinori K., Masakuni T., Hironori I., Hirosuke O., dan
Hajime T.,( 2009.) Flavonoid glycosides in the shoot syste of
Okinawa Taumu (Colocasia esculenta S.). J. Food Chem.
37
Spektrofotometer
UV-VIS.
38
Suirta I.W., Puspita, N.M, dan Gumiati N.K.2007. Isolasi Dan Identifikasi
Senyawa Aktif Larvarida Dari Biji Mimba (Azadirachta Imdika.A.Juss)
Terhadap Larva Nyamuk Demam Berdarah ( Aeges Aegepty). Jurna
Kimia. 1 (1) : 47-54
Sumarno.,( 2001 ),Kromatografi Teori Dasar. Yogyakarta Bagian Kimia
Farmasi Universitas Gajah Mada. p. 29.
Talamona, A.,( 2005), Laboratory Chromatography Guide.Switzerland.
Penerbit Bchi Labortechnik AG. p. 12.
Wagner, W.L., D.R., Herbst and S.H. Sohmer., (1999), Manual of The
Flowering Plants of HawaiI, Bishop Museum Special Publication,
University of HawaiI and Bishop Museum Press, Honolulu.
Yazid, E., (2005), Kimia Fisika Untuk Paramedis, Andi Yogyakarta,
Yogyakarta.
39
Perajangan sampel
Pengeringan sampel
Sampel kering
40
Maserasi sampel
41
Keterangan Gambar :
a. N : E = n-heksan: etil asetat (3:7)
b. N : K = n-heksan: kloroform (3:7)
c. K : M = kloroform: metanol (3:7)
d. E : M = n-heksan: metanol (3:7)
42
43
44
45
46
Noda A pada
penampakan UV 254 nm
Noda B pada
penmapakan UV 254 nm
Noda A pada
penampakan UV 366 nm
Noda C pada
penampakan UV 254 nm
47
-1
Karbon karbon
c = c (alkenil)
1600 1700
c c (aril)
1450 1600
c = c (alikinil)
2100 2250
Karbon hidrogen
3
2800 3000
3000 3300
Sp C - H
~ 3300
Aldehida C - H
2700 2780
Sp C H
Sp C H
NH
3000 3700
Alkohol C O
900 1300
Eter C O
1050 1260
Senyawa karbonil
Aldehid C = O
1720 1740
Keton C = O
1705 1750
Karbonil C = O
1700 1725
Ester C = O
1735 1750
48
Gugus fungsi
Jenis senyawa
C-H
Alkana
2850-2960, 1350-1470
C-H
Alkena
3020-3080, 675-870
C-H
Aromatik
3000-3100, 675-870
C-H
Alkuna
3300
C=C
Alkena
1640-1680
C=C
Aromatik (cincin)
1500-1600
C-O
1080-1300
C=O
1690-1760
O-H
3610-3640
O-H
2000-3600
O-H
Asam karboksilat
3000-3600 (lebar)
N-H
Amina
3310-3500
C-N
Amina
1180-1360
49
52