Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Rumah sakit merupakan sarana pelayanan umum bagi masyarakat di
bidang kesehatan. Dalam penyelenggaraannya, rumah sakit berusaha
memberikan pelayanan terbaiknya sebagai bagian dari penilaian mutu
pelayanan suatu sistem. Mutu pelayanan harus selalu ditingkatkan baik dari
sisi medis maupun non medisnya. Faktor lain yang harus diperhatikan adalah
bagaimana rumah sakit menyelenggarakan rekam medis bagi pasiennya, baik
pasien rawat inap maupun rawat jalan. Rekam medis adalah suatu berkas yang
berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan,
pengobatan, tindakan dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan
kesehatan (PermenkesNo. 269 / Menkes/ Per/ III/ 2008 Bab I pasal 1).
Sistem pelaporan rumah sakit dibagi menjadi laporan internal dan
laporan eksternal. Laporan disusun oleh Sub B
Rekam
pengalaman
langsung
bagi
mahasiswa
dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SISTEM INFORMASI KESEHATAN
Sistem infomasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi
diseluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan
pelayanan
kepadfa
menyebutkan
sistem
masyarakat.
infomasi
Peraturan
kesehatan
perundang-undangan
adalah
Kepmenkes
yang
nomor
pengembangan
sistem
laporan
informasi
kesehatan
kabupaten/kota.
Menurut Kusumadewi, dkk (2009) secara fungsional Sistem Informasi
Kesehatan dapat dikelompokkan menjadi tiga macam Sistem Informasi, yaitu :
5. Sistem Informasi Rumah Sakit, sistem ini merupakan sistem yang mampu
melakukan integritas dan komunikasi aliran informasi baik didalam
maupun di luar rumah sakit. Sistem informasi ini meliputi : sistem rekam
medis elektronik, sistem informasi laboratorium, dan lain sebagainya yang
terdapat pada fungsi dukung operasional dan medis di ruang lingkup
rumah sakit.
6. Sistem Informasi Kesehatan Publik, jika Sistem Informasi Rumah Sakit
terbatas pada fungsi dukung operasional dan medis dilingkup rumah saki,
Sistem Informasi Kesehatan Publik mempunyai cakupan yang lebih luas.
Kantor-kantor pemerintah yang mengurusi kesehatan dan lembaga layanan
kesehatan non rumah sakit.
7. Sistem Informasi Klinis, pada sistem ini tidak hanya membantu dokter
dalam menangani masalah administrative pasien, tetapi lebih dari itu,
untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pasien. Sistem Informasi
Kesehatan Klinis dapat didukung dengan sistem pendukung keputusan,
yang diantaranya membantu dalam diagnose penyakit dan menentukan
tindakan medis.
secara
bersama-sama,
SIRS
menurut
PERMENKES
RI
NOMOR
petugas
kesehatan
diwajibkan
untuk
menyimpan
rahasia
nomor
baik
yang
tertulis/terekam
tentang
identias
pasien,
menurut
IFHRO
(International
all information about a patient, his illines and treathment and the end
enteries in it are recorded in the order in which event of care occurs
(rekam medis berisi semua informasi mengenai pasien, penyakit,
pengobatan, dan rekaman yang didalam sesuai dengan urutan pelayanan
/perawatan).
Rekam medis adalah berkas yang berisikan catatan dan dokumen
tentang
identitas,
anamnesis,
diagnosis
pengobatan,
pemeriksaan,
berisi
lembar
administrasi
dan
medis
yang
diolah
langsung
dari
sistem
image
dan
struktur
sistem
pada
dasrnya
adalah
untuk
1) Nama pasien harus lengkap, minimal terdiri dari dua suku kata,
dengan demikian ada nenerapa kemungkinan dalam penulisan
nama pasien yaitu :
a) Nama pasien sendiri apa bila sudah terdiri dari 2 suku kata
b) Nama pasien sendiri dilengkapi dengan nama suami bila
seorang perempuan bersuami
c) Nama pasien sendiri dilengkpi dengan nama orang tua,
biasanya ayah
d) Bagi pasien yang mempunyai nama keluarga didahulukan baru
diikuti nama sendiri.
2) Nama ditulis dengan huruf cetak dan mengikuti ejaan yang
disempurnakan
3) Bagi pasien perempuan diakhir nama lengkap ditambah Ny.atau
Nn sesuai dengan statusnya.
4) Pencantuman title selalu diletakan sesuah nama lengkap pasien.
5) Perkataan tuan, bapak, saudara tidak dicantumkan.
b. Sistem penomoran rekam medis
Rekam medis disimpan menurut nomor, yaitu berdasarkan nomor
pasien masuk (admission number). Menurut buku petunjuk teknis
penyelenggaraan rekam medis rumah sakit (1991:13) ada 3 macam
sistem pemberian nomor pasien masuk :
1) Pemberian nomor cara seri
Dengan sistem ini pasien mendapat nomor setiap kali berkunjung
kerumah sakit. Jika pasien berkunjung 5 kali maka pasien
mandapat 5 nomor berbeda. Semua nomor dicatat pada Kartu
Indeks Utama Pasien (KIUP) pasien yang bersangkutan. Rekam
medisnya disimpan diberbagai temapt sesuai nomr yang diperoleh.
2) Pemberian nomor cara unit
Dengan sistem ini memberikan satu unit rekam medis kepada
setiap pasien baik pasien tersebut berobat jalan maupun rawat inap.
Pada saat seorang pasien berkunjung pertama kali ke rumah sakit
apakah pasien berobat sebagai pasien berobat jalan atau dirawat,
kepadanya diberikan satu nomor (admitting number) yang akan
dipakai setiap kali kunjungan berikutnya, sehingga pasien tersebut
hanya mempunyai satu rekam medis yang tersimpan di bawah satu
nomor.
10
dipindahkan.
Tanda
petunjuk
tersebut
diletakkan
numeric
(berdasarkan
angka
/nomor)
ada
macam
angka,
yang
50
angka kedua
(secondary digits)
23
angka pertama
(primary digits)
12
Contoh :
22
Angka kedua
23
angka pertama
50
angka
ketiga
Kebaikan sistem angka tengah adalah :
a) Memudahkan pengambilan 100 buah rekam medis yang
nomornya berurutan.
b) Penggantian dari sistem nomor langsung ke sistem angka
tengah lebih muda daripada penggantian sistem nomor
langsung ke sistem angka akhir.
c) Penyebaran nomor-nomor lebih merata jika dibandingkan
dengan sistem nomor langsung, tetapi masih tidak menyamai
sistem angka akhir.
d) Petugas dapat dibagi pada section penyimpanan tertentu
sehingga kekeliruan menyimpan dapat di cegah.
e) Memerlukan latihan dan bimbingan yang lebih lama bagi
petugas.
f) Terjadi rak lowong pada beberapa section, bila rekam medis
dialihkan ke tempat penyimpanan in-aktif (DEPKES, 1991 :
19).
d. Tata Cara Pengambilan Rekam Medis
Pengambilan rekam medis juga memiliki tata cara tertentu. Adapun
tata cara pengambilan rekam medis pasien yang dibutuhkan dari ruang
penyimpanan rekam medis adalah sebagai berikut:
14
Terputusnya
kombinasi
warna
dalam
satu
seksi
16
17
18
BAB II
PROFIL LOKASI MAGANG
A. GAMBARAN UMUM
1. Sejarah
Sebelum menjadi Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi seperti
sekarang ini, terjadi 3 (tiga) tahap pembentukan dalam prosesnya, yaitu :
b. Jaman penjajahan Belanda sampai Tahun 1942
Pada waktu itu di Kota Surakarta terdapat 3 (tiga) buah rumah sakit
partikelir atau swasta :
1) Zieken Zorg, berkedudukan di Mangkubumen dengan nama
Inslandsch Ziekenhuis der Verreniginging Zieken Zorg dengan
besluit tertanggal 1 Oktober 1942 atas nama : Karl Lodewijk
Nouman Jacobus Geroundus (R.V.O.569 dan 570)
2) Zending Ziekenhius berkedudukan di Jebres milik Zending atau
yayasan Kristen yang sampai sekarang terkenal dengan nama
Yayasan Kesehatan Kristen untuk Umum (YAKKUM)
3) Panti Rogo, adalah rumah sakit milik pemerintah Kasunanan
Kraton Surakarta. Pada waktu permulaan berdirinya rumah sakit
tersebut hanya digunakan untuk perawatan bagi kerabat serta adi
dalem Keraton Surakarta. Akan tetapi akhirnya dipergunakan juga
untuk pelayanan serta perawatan bagi masyarakat umum.
c. Jaman pendudukan Jepang
Waktu itu Rumah Sakit Zieken Zorg juga dipakai sebagai rumah sakit
Inttemeringakemp tetapi pindah ke Jebres menempati Zending
Ziekenhius yang kemudian bernama bernama Rumah Sakit Dr.
Moewardi. Sedangkan Zending Ziekenhius harus pindah ke belakang
dimana didirikan Rehabilitasi Centrum (RC) Prof. Dr. Soeharso.
d. Jaman Kemerdekaan
1) Tahun 1945-1948 rumah sakit atau Zieken Zorg digunakan sebagai
rumah sakit tentara sampai dengan tanggal 19 Desember 1948.
2) Dengan Surat keputusan Komandan Kesehatan Tentara Jawa
tanggal 26 November 1948 No :
19
20
C. MISI
1. Menyediakan pelayanan kesehatan
Poliklinik
21
Ponek
Merupakan ruang pelayanan tindakan kebidanan untuk kasus obstetric dan
gynekologi serta bayi baru lahir. Ponek terdiri dari lantai 1 dan 2 yang
diperuntukkan untuk semua kelas VIP, 1,2, dan 3 dengan kapasitas tempat
tidur 15 TT, karena banyak nya jumlah pasien ruang ponek dapat
menampuang 26 TT dengan rata-rata pelayanan 3 jam sampai 3 hari baik
yang bersifat emergency dan non emergency.
3.
4.
Instalasi Cendana
Merupakan instalasi untuk pelayanan umum dan kerjasama, instalasi
cendana memilki pelayanan 24 jam dengan jenis pelayanan dan
kemampuan medis semua jenis penyakit. Pelayanan Instalasi Cendana
terdiri dari poliklinik, pelayanan rawat inap (VVIP, VIP-A,VIP-B, HCU,
ODC), dan Home Visit.
5.
yang
digunakan
untuk
merawat
pasien-pasien
yang
22
6.
7.
23
pada
Instalasi
Rehabilitasi
Medik
adalah
melakukan
Instalasi Radiologi
Instalasi Radiologi terdiri dari pelayanan :
a. Radiodiagnostik tanpa kontras
b. Radiodiagnostik dengan kontras
c. CT Scan
d. MRI (Brain, Abdomen, Spine, Head and Neck)
e. USG
11.
Instalasi Radioterapi
Instalasi Radioterapi di RSUD Dr. Moewardi terdiri dari pelayanan
Poliklinik, tindakan Radioterapi Eksterna dengan Pesawat Teleterapi
Cobalt 60, tindakan Simulator Radioterapi, dan Dosimetri (kalkulasi
Dosis) dengan computer TPS.
12.
13.
24
Instalasi
Mikrobiologi
Klinis
adalah
instalasi
yang
melakukan
15.
Instalasi Gizi
Instalasi Gizi RSUD Dr. Moewardi adalah instalasi yang melayani asuhan
gizi klinik dan penyelenggaraan makanan rumah sakit mulai dari
perencanaan, penyimpanan, persiapan, dan pengolahan bahan makanan
hingga pendistribusian makanan kepada pasien guna mendukung
tercapainya status kesehatan yang optimal melalui pemberian diet yang
tepat.
Proses pemberian makanan RSUD Dr. Moewardi sudah bersertifikat ISO
22000;2005 (food safety management system) dimana Hazard Analysis of
Critical Control Points (HACCP) menjadi program yang dilaksanakan
dengan konsisten dan teratur serta diaudit oleh Guardian International
Certification (GIC).
Instalasi Gizi menyediakan pelayanan untuk penyelenggaraan makanan
dengan diet yang beraneka ragam, asuhan gizi rawat inap, dan asuhan gizi
rawat jalan (khusus untuk poliklinik regular dan cendana) selain itu
instalasi gizi RSUD Dr. Moewardi juga memilki layanan unggulan yaitu
caf sehat yang melayani makanan bagi pasien penunggu atau karyawan
serta pemesanan diet bagi pasien pasca mondok.
16.
Instalasi Farmasi
Instalasi farmasi terdiri dari :
a. Pengelolaan Perbekalan Farmasi
25
b. Farmasi Klinik
17.
identitas
(klinik/forensic/bencana
massal)
pengawetan,
19.
20.
26
2010,
yakni
merencanakan,
mengkoordinasikan,
mengawasi
dan
melaporkan tentang :
a. Tertib administrasi penerimaan dan penggunaan aset tetap
b. Inventarisasi aset tetap
c. Distribusi/mobilisasi aset tetap
d. Keamanan aset tetap.
21.
22.
Instalasi Sanitasi
Jenis kegiatan pelayanan instalasi sanitasi :
a. Penyehatan ruang dan bangunan
b. Penyehatan dan minuman
c. Desinfeksi ruangan
d. Pengawasan kualitas biologi alat medis dan linen bersih
e. Pengendalian serangga dan binatang pengganggu
f. Pengelolaan limbah padat medis dan non medis
g. Pengelolaan limbah cair
h. Pengelolaan air bersih
i. Pengelolaan kualitas udara lingkungan rumah sakit
j. Pengelolaan limbah bahan berbahaya dan beracun (LB3) umum
23.
24.
kegiatan
inspeksi/pemantauan
pengoperasian,
27
pengelolahan
pengadaan
dan
pemasangan
bahan
F. DATA KEPEGAWAIAN
Tabel 2.1 Data Kepegawaian RSUD Dr. Moewardi berdasarkan tingkat
pendidikan per Juni 2016
PNS
Kepegawaian berdasar pendidikan
Honor Jumlah
Full
Part
time
time
Dokter
Dokter Umum
14
0
8
22
PPDS
669
0
0
669
Dokter Spesialis
212
0
8
22
Dokter Gigi
4
0
0
4
Perawat
S3 keperawatan
0
0
0
S2 keperawatan
0
0
0
0
S1 Keperawatan
302
0
72
374
SPK
11
0
0
11
28
D3 Perawat
205
Bidan
DIV Kebidanan
4
DIII Kebidanan
30
Tenaga medis lainnya
Kefarmasian
61
Kesehatan masyarakat
19
Tenaga gizi
16
Keterampilan fisik
25
Ketrampilan medis
29
Tenaga non kesehatan menurut tingkat pendidikan
Sarjana
92
Sarjana muda
12
Sekolah menengah tingkat atas
154
SLTP dan SD ke bawah
24
Total
1906
Berdasarkan tabel data kepegawaian RSUD
279
484
0
0
0
56
4
86
0
0
0
0
53
3
5
4
56
114
22
21
29
45
0
0
0
0
72
164
33
45
222
376
0
24
891
2797
Dr. Moewardi bulan
Juni tahun 2016 diatas dapat diketahui jumlah pegawai full time PNS
sebanyak 1906 orang dan tenaga honor sebanyak 891, jadi total pegawai
RSUD Dr. Moewardi adalah 2797 pegawai. Tidak pegawai part time yang
bekerja di RSUD Dr. Moewardi.
29
BAB III
HASIL PENGAMATAN
A. KEGIATAN MAGANG
Tabel 3.1 Flowchart Kegiatan Magang
April
Juni
Kegiatan
II V I II II I
magang
I
I
I
V
Perijinan dan
V I
II
Juli
II I
I
Agust
V I II
proposal magang
Pelaksanaan
Laporan
Magang dilaksanakan selama tiga puluh hari kerja yaitu pada tanggal
20 Juni 2016 20 Juli 2016 di RSUD Dr. Moewardi.
Jam kerja rumah sakir RSUD Dr. Moewardi :
Senin - Kamis
: 07.00-14.00 WIB
Jumat
: 07.00-11.00 WIB
Sabtu
: 07.00-12.30 WIB
Mahasiswa melakukan berbagai kegiatan yang terbagi dalam beberapa
bagian di Instalasi Rekam Medis, dan Sub Bagian Monitoring Evaluasi.
Adapun jadwal Rolling bagian yang telah dilaksanakan selama magang adalah
sebagai berikut.
Tabel 3.1.2 Rolling Bagian Kegiatan Magang
Juni
Bagian
III
IV
Instalasi Rekam Medis
Sub Bagian Monitoring Evaluasi
Juli
II
III
(pelaporan)
30
pasien
pada
Sistem
Informasi
d. Filling
1) Out get
a. Out get rawat jalan / rawat inap
(1) Mencari dokumen pasien sesuai nomor Rekam Medis yang
tertulis pada tracer dari bagian pendaftaran.
(2) Mengeluarkan dokumen dari penyimapanan sesuai nomor
Rekam Medis, untuk dikirm kebagian yang yang tertulis
pada tracer
(3) Memberi tanda
(tracer)
pada
bagian
penyimpanan
31
32
33
Informasi yang
unit
perawatan.
Informasi
tersebut
digunakan
untuk
b.
c.
d.
e.
f.
3. OUTPUT
Pelaporan di RSUD Dr. Moewardi dilakukan secara Internal dan
Eksternal. Pelaporan internal ditujukan kepada Direksi Rumah Sakit dan
seluruh pimpinan unit kerja. Sedangkan pelaporan eksternal ditujukan
kepada Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yaitu Gubernur dan Pejabat yang
terkait, Dinas Kesehatan Kota Provinsi Jawa Tengah, dan Dinas Kesehatan
Kota Surakarta (khusus untuk pelaporan kematian, kelahiran dan KLB).
Pelaporan dilakukan secara berkala baik bulanan, truwulan, maupun
36
37
BAB IV
PEMBAHASAN
Untuk menghasilkan output yang baik, suatu sistem membutuhkan
input dan proses yang mendukung atau pengolahan data yang baik.
Pengelolaan data yang baik akan menghasilkan informasi yang berkualitas
dan mendukung dalam pengambilan keputusan. Berikut analisis input,
proses, output pengolahan data yang berhubungan dengan sistem
informasi di RSUD Dr. Moewardi.
A. INPUT
Di RSUD Dr. Moewardi, dalam manajemen bagian input hanya
bermasalah pada Mesin/Sarana. Dalam penginputan data RSUD Dr. Moewardi
menggunakan Sistem Informasi Rumah Sakit yang sudah memadai, namun
masih terdapat kendala yaitu koneksi jaringan online yang terkadang error.
Hal tersebut mampu menambah dampak negatif dalam penginputan data yaitu
data tidak dapat segera terkirim dan diolah atau bahkan di bagian pendaftaran
pasien, pasien tidak dapat segera mendapatkan pelayanan kesehatan/ tindakan
kedokteran karena sistem terganggu. Penyebab buruknya koneksi jaringan
online sistem informasi tersebut adalah masih barunya penggunaan sistem
informasi tersebut yakni <10 tahun sehingga koneksi masih dalam tahap
perbaikan. Oleh sebab itu, keteraturan pemakaian sistem informasi serta
perbaikan yang terus dilakukan oleh pihak rumah sakit perlu terus
dikembangkan dan ditingkatkan agar dengan sendirinya sistem dapat
dipergunakan secara cepat, tepat dan mudah.
B. PROSES
1. Sistem Informasi Rekam Medis
Kegiatan magang meliputi
hal-hal
yang
berkaitan
dengan
38
Bagian koding dibagi menjadi dua, yaitu Koding awat inap dan
Koding rawat jalan. Permasalahan yang terdapat di bagian ini adalah
penulisan diagnosa yang kurang spesifik sehingga menyebabkan pengkoding kebingungan dalam menentukan ICD X dan ICD 9 pasien.
Petugas koding hanya terdiri dari tiga orang sehingga dengan jumlah
pasien yang banyak menyebabkan petugas kewalahan dalam
menjalankan tugasnya, dan mereka merasa sangat terbantu dengan ada
nya mahasiswa magang dibagian koding Instalasi Rekam Medis.
Kelengkapan data manual dari ruangan yang menyebabkan petugas
rawat inap harus bolak balik mengkonfirmasi data ke ruangan atau
kepada Dokter yang bertanggung jawab.
b. Auditing
Sebagai tempat pengecekan kelengkapan dokumen pasien sebelum
masuk ke Filling secara umum Auditing di RSUD Dr. Moewardi tidak
mengalami banyak permasalahan. Masalah yang biasanya terjadi
adalah tanda tangan dokter yang tidak lengkap / diagnosa pasien yang
belum diisikan oleh Dokternya sehingga dokumen harus dikembalikan.
Secara teori dokumen harus dikembalikan lagi kebagian Audit setelah
24 jam namun tidak semua Dokter yang mematuhi peraturan tersebut
akibatnya bagian Audit terlambat mengebalikan data ke bagian Filling/
penyimpanan.
c. Filling
Filling adalah tempat penyimpanan dokumen Rekam Medis pasien.
Pada bagian Filling RSUD Dr. Moewardi sering terjadi permasalahan
seperti kesalahan dalam pengembalian dokumen, kehilangan dokumen
karena keterlambtan pengembalian, kurang maksimalya penyimpanan
untuk data yang sudah lama/ data yang di retensi seperti tidak
terdapatnya salinan dari dokumen yang sudah diretensi. Hal ini dapat
menyulitkan pihak Rumah sakit bila sewaktu-waktu diperlukannya
kembali dokumen yang sudah diretensi misalnya untuk bahan
penelitian, pembuatan ahliwaris, pembuatan surat kematian jika
keluarga pasien membutuhkan.
39
40
perawatan dengan BOR berdasarkan Ruang dan Kelas pada setiap bulan
nya selama beberapa tahun terahir. Namun belum ditemukan penyebab
pasti penyebab perbedaan data tersebut. Ketidakvalidan data harus segera
diatasi karena dapat mempengaruhi statistic rumah sakit.
Tingginya NDR rumah sakit, dimana NDR RSUD Dr. Moewardi
masih 61,88% sedangkan batas maksimal toleransi NDR adalah kurang
25% NDR rumah sakit 33,88% lebih tinggi dari standar yang ditentukan.
Angka GDR rumah sakit juga masih melewati batas minimal GDR dimana
batas maksimal GDR adalah 45% sedangkan GDR rumah sakit masih
82,62% GDR rumah sakit 37,62%.
Data yang tidak valid terjadi karena bebrapa faktor, diantaranya
dari penginput data menjadi dasar pengolahan data. Input data yang
kurang baik misalnya pasien masuk terdaftar sebagai pasien IGD,
kemudian pasien masuk ke ruang ICU sehingga pasien di pindah ke ICU,
setelah keluar dari ICU pasien di pindah ke bangsal namun petugas tidak
langsung menginput data sehingga pasien dalam SIM RS terdaftar di ICU.
Hal tersebut merupakan salah satu contoh penyebab data yang tidak valid
di RSUD Dr.Moewardi. Hal yang sama terjadi pada kasus tinggi nya NDR
dan GDR di RSUD Dr. Moewardi dimana pasien meninggal diperjalanan
seharusnya tidak masuk IGD dan terdaftar di IGD melainkan hanya
terdaftar di IKF-ML dalam hal ini masih terdapat pasien yang dibawa ke
IGD terlebih dahulu kasus ini dapat meningkatkan GDR rumah sakit.
meskipun belum diketahui penyebab pastinya namun untuk mengatasi
permasalahan seperti tingginya NDR dan GDR rumah sakit diperlukan
pengelolaan manajemen rumah sakit.
Selain itu di RSUD Dr. Moewardi juga terdapat bangsal bayangan,
bangsal bayangan terjadi ketika pasien rawat inap mendaftar ke rumah
sakit hari rabu 03 agustus 2016 untuk di rawat di bangsal anggrek III
ternyata bangsal anggrek III penuh sedangkan pasien sudah membutuhkan
perawatan, untuk itu pasien akan di didaftarkan pada bangsal lain sebagai
pasien anggrek III. Pasien ini memiliki data yang berbeda dalam SIM-RS
misalnya untuk gizi pasien akan di daftarkan di bangsal ditempatkan,
41
42
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pengolahan data rekam medis di RSUD Dr. Moewardi adalah
Coding, Tracking, Assembling, Auditing pelaporan dan Anlysing. RSUD
Dr. Moewardi menggunakan SIM-RS. Laporan internal dan eksternal
RSUD Dr. Moewardi disusun oleh Sub Bagian Monitoring Evaluasi.
Laporan internal dan eksternal disusun secara rutin setiap bulan, triwulan,
dan tahunan.
2. Dalam pelaksanaannya masih banyak terdapat permasalahan pada Instalasi
Rekam Medis dan Sub Bagian Monitoring Evaluasi. Pada Instalasi Rekam
Medis, permasalahan masih banyak terjadi terutama pada bagian
Analysing, karena banyaknya data yang tidak valid menyebabkan petugas
mengalami kesulitan dalam menganalisis data rekam medis untuk laporan
rumah sakit. Demikian pula dengan Sub Bagian Monitoring Evaluasi,
masalah yang terjadi yaitu kurang tervalidasinya data yang dikirim oleh
unit kerja dan keterlambatan penyerahan laporan ke Sub Bagian
Monitoring Evaluasi menyebabkan bagian Monitoring Evaluasi terlambat
dalam pembuatan laporan bulanan.
43
B. SARAN
Selama kami menjalankan kegiatan magang di RSUD Dr. Moewardi,
kegiatan pada Instalasi Rekam Medis dan Sub Bagian Monitoring Evaluasi
Rumah Sakit sudah berjalan dan terlaksana dengan baik.
Namun kami masih menemukan beberapa kekurangan, oleh sebab itu
kami memberikan saran sebagai berikut :
1. Penambahan kuantitas sumber daya Manusia di bagian Coding rawat jalan.
2. Petugas Instalasi Rekam Medis agar lebih teliti dalam melakukan
pencatatan berkas rekam medis pasien.
3. Lebih disiplin dalam penggunaan SIM RS sesuai dengan program.
4. Memaksimalkan manajemen waktu dalam penyerahan data sebagai bahan
laporan.
DAFTAR PUSTAKA
44
Anonim.
2000
Pentingnya
Instalasi
Instalasi
Rekam
Medis
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21393/4/Chapter%20II.pdf
diakses tanggal 2 September 2014
Data Kepegawaian RSUD Dr Moewardi bulan Juni 2016
Dewi
1999.
Pengaruh
Motivasi
Dalam
Kerja
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/20836/5/Chapter%20I.pdf
diakses tanggal 2 September 2014
Prasetya, Handyka. 2010. Sistem Informasi Pelaporan Rumah Sakit, Surabaya:
Program Studi Sistem Informasi. STIKOM Surabaya
Profil RSUD Dr. Moewardi tahun 2016
Rano Indradi Sudra. 2010. Pengantar Statistik Rumah Sakit, Semarang. Statistik
Rumah Sakit. Graha Ilmu
45