Vous êtes sur la page 1sur 5

ANALISA KASUS

1. Mengapa anak didiagnosis dengan pneumonia?


Penegakan diagnosis pneumonia didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Berdasarkan pedoman diagnosis dan
tatalaksana WHO untuk pneumonia.
Anamnesa
Pada Kasus
Anak mengalami napas cepat yang sesaat sebelum masuk rumah sakit.
Sebelumnya, anak mengalami batuk serta pilek sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Anak juga mengalami demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Pada Teori
Gejala klinis pneumonia pada bayi dan anak bergantung pada beratringannya infeksi. Prediktor paling kuat adanya pneumonia adalah demam,
sianosis, dan lebih dari satu gejala respiratori seperti takipnea, batuk, napas
cuping hidung, retraksi, ronki, dan suara napas melemah.
Pemeriksaan Fisik
Pada Kasus
Didapatkan hipertermia, takipnea, dan adanya suara napas tambahan
berupa ronki.
Pada Teori

Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan kelompok


usia tertentu. Neonatus : sering dijumpai takipnea, grunting, pernapasan
cuping hidung, retraksi dinding dada, sianosis dan malas menetek. Pada bayi
yang lebih besar, jarang ditemukan grunting. Gejala lain yang sering terlihat
adalah batuk, panas dan iritabel. Anak prasekolah, selain gejala diatas, dapat
ditemukan batuk produktif/nonproduktif dan dyspnea. Anak sekolah dan
remaja, gejala lainnya yang dapat dijumpai yaitu nyeri dada, nyeri kepala,
dehidrasi dan letargi. Pada auskultasi, didapatkan fine crackles (ronki basah
halus) yang khas pada anak besar.
Pemeriksaan Penunjang
Pada Kasus
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan adanya leukositosis
(yaitu 17.280/L). Dan pada pemeriksaan rontgen foto thorak PA didapatkan
adanya gambaran coracan bronkovaskular yang bertambah serta adanya
infiltrat di perihiler kedua paru. Tampak perselubungan opak inhomogen pada
paratrakea sampai suprahiler paru kanan. Kesan : Pneumonia.
Pada Teori
Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya ditemukan leukosit
dalam batas normal atau sedikit meningkat. Akan tetapi pada pneumonia
bakteri didapatkan leukositosis yang berkisar antara 15.000-40.000/mm
dengan predominan PMN.
Pada pemeriksaan rontgen thoraks, gambaran yang dapat ditemui yang
mendukung diagnosis pneumonia adalah:

Infiltrat

interstisial,

ditandai

dengan

peningkatan

corakan

bronkovaskular, peribronchial cuffing, dan hiperaerasi.

Infiltrate

alveolar,

merupakan

konsolidasi

paru

dengan

air

bronchogram.

Bronkopneumonia, ditandai dengan gambaran difus merata pada kedua


paru, berupa bercak-bercak infiltrate yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru, disertai dengan peningkatan corakan peribronkial.

2. Mengapa anak didiagnosis banding dengan bronkiolitis?


Bronkiolitis adalah penyakit infeksi saluran respiratori akut bawah yang
ditandai dengan adanya inflamasi pada bronkiolus. Sekitar 95% dari kasus
bronkiolitis terbukti disebabkan oleh invasi RSV. Penegakan diagnsosis
banding bronkiolitis didasarkan pada anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang.
Anamnesa
Pada Kasus
Anak mengalami napas cepat yang sesaat sebelum masuk rumah sakit.
Sebelumnya, anak mengalami batuk serta pilek sejak 4 hari sebelum masuk
rumah sakit. Anak juga mengalami demam sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit.
Pada Teori
Gejala awal berupa gejala infeksi respiratori-atas akibat virus, seperti pilek
ringan, batuk dan demam. Satu hingga dua hari kemudian timbul batuk yang
disertai dengan sesak napas. Selanjutnya dapat ditemukan wheezing, sianosis,

merintih (grunting), napas berbunyi, muntah setelah batuk, dan penurunan


nafsu makan.

Pemeriksaan Fisik
Pada Kasus
Didapatkan hipertermia, takipnea, dan adanya suara napas tambahan
berupa ronki.
Pada Teori
Pemeriksaan fisik pada anak yang mengarah ke diagnosis bronkiolitis
adalah adanya takipnea, takikardi, dan peningkatan suhu di atas 38,5 oC. selain
itu, dapat juga ditemukan konjungtivitis ringan dan faringitis.
Obstruksi saluran respiratori-bawah akibat respon inflamasi akut akan
menimbulkan gejala ekspirasi memanjang hingga wheezing. Usaha-usaha
pernapasan

yang

dilakukan

anak

untuk

mengatasi

obstruksi

akan

menimbulkan napas cuping hidung dan retraksi interkostal. Selain itu, dapat
juga ditemukan ronki dari pemeriksaan auskultasi paru. Sianosis dapat terjadi,
dan bila gejala menghebat, dapat terjadi apnea, terutama pada bayi berusia <6
minggu.
Pemeriksaan Penunjang
Pada Kasus
Pada pemeriksaan laboratorium darah didapatkan adanya leukositosis
(yaitu 17.280/L). Dan pada pemeriksaan rontgen foto thorak PA didapatkan
adanya gambaran coracan bronkovaskular yang bertambah serta adanya

infiltrat di perihiler kedua paru. Tampak perselubungan opak inhomogen pada


paratrakea sampai suprahiler paru kanan. Kesan : Pneumonia.
Pada Teori
Pemeriksaan darah rutin kurang bermakna karena jumlah leukosit biasanya
normal, demikian pula dengan elektrolit.
Pada foto rontgen toraks didapatkan gambaran hiperinflasi dan infiltrat
(patchy infiltrates), tetapi gambaran ini tidak spesifik dan dapat ditemukan
pada asma, pneumonia viral atau atipikal, dan aspirasi. Dapat pula ditemukan
gambaran atelektasis, terutama pada saat konvalesens akibat sekret pekat
bercampur sel-sel mati yang menyumbat, air trapping, diafragma datar, dan
peningkatan diameter antero-posterior.
Untuk menemukan RSV dilakukan kultur virus, rapid antigen detection
tests (direct immunofluorescence assay dan enzyme-linked immunosorbent
assays, ELISA) atau polymerase chain reaction (PCR), dan pengukuran titer
antibodi pada fase akut dan konvalesens.

Vous aimerez peut-être aussi