Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Sekitar 0,2-4% kehamilan di negara maju disertai komplikasi penyakit
kardiovaskular. Spektrum kejadian penyakit kardiovaskular selama kehamilan
berubah sepanjang waktu dan berbeda antara masing-masing negara. Risiko
seorang wanita untuk mengalami gangguan jantung pada masa kehamilan
dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni usia ibu saat pertama kali mengandung,
gangguan metabolik seperti diabetes mellitus, hipertensi dan obesitas. Penyakit
kardiovaskular ini merupakan penyebab tingginya angka kematian maternal
selama masa kehamilan terutama di negara maju. 1
Penyakit jantung dalam kehamilan merupakan salah satu penyebab
kematian maternal non-obstetrik yang cukup penting. Angka kejadian penyakit
jantung dalam kehamilan bervariasi antara 0,4-4,1 %. Angka kejadian penyakit
jantung dalam kehamilan di Indonesia tahun 2005-2006 sekitar 1,2%. Penelitian
tahun 2007 di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr. Kariadi periode 2001-2005
kematian ibu ketiga disebabkan gagal jantung (21%) setelah infeksi (29%) dan
perdarahan (22,6%). Sementara angka kejadian di negara lainnya 56-89%
kelainan kardiovaskular yang terjadi adalah penyakit jantung rematik. Maka,
tanpa diagnosis yang akurat dan penanganan yang baik penyakit jantung dalam
kehamilan dapat menjadi penyebab yang signifikan terhadap mortalitas dan
morbiditas ibu. 2-4
Resiko terhadap ibu dan janin meningkat seiring dengan kompleksitas
penyakit. Secara umum, toleransi kehamilan pada ibu dengan pernyakit jantung
tergantung pada signifikansi hemodinamik dari lesi, kelas fungsional NYHA , ada
atau tidaknya sianosis, dan adanya hipertensi pulmonal. 5, 6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Fisiologi Kardiovaskular selama Kehamilan
yang perlu diketahui selama periode trimester ke-3 kehamilan adalah bahwa curah
jantung dan volume sekuncup sangat dipengaruhi oleh posisi tubuh, yang akan
meningkat saat berbaring posisi lateral dan berkurang saat berbaring terlentang
akibat kompresi vena cava inferior oleh uterus yang telah membesar (sindrom
uterocaval). Pada periode ini organ jantung dapat mengalami peningkatan ukuran
sebesar kurang lebih 30% dibandingkan dengan ukuran asal sebelum kehamilan,
sebagian akibat dilatasi ruang jantung.1, 5
Wanita yang sedang hamil akan mengalami perubahan hemostasis
bermakna, terjadi peningkatan kadar faktor koagulasi, fibrinogen, agregasi
trombosit, berkurangnya kadar protein S plasma darah, penurunan aktivitas
fibrinolisis, hipertensi vena serta obstruksi aliran vena cava inferior akibat uterus
yang membesar. Semua faktor ini akan menyebabkan kondisi stasis aliran darah
serta hiperkoagulabilitas yang meningkatkan risiko tromboemboli. Selain itu
melemahnya struktur dinding pembuluh darah arteri ukuran sedang dan besar
selama kehamilan disebabkan oleh berkurangnya deposisi serabut kolagen akibat
pelepasan estrogen, elastase dan relaksin ke dalam sirkulasi maternal. Hal ini
membuat wanita hamil terutama pada trimester akhir menjadi lebih rentan
mengalami diseksi pembuluh darah, yakni diseksi aorta atau arteri koroner.9
Perubahan fisiologis selama periode kehamilan dapat mengubah profil
farmakokinetik obat yang diberikan pada masa ini. Hal ini terjadi karena ekspansi
volume plasma darah, volume distribusi, penurunan kadar protein serum,
perubahan afinitas pengikatan terhadap protein plasma, peningkatan akitivitas
metabolisme oleh enzim hepatik serta peningkatan aliran darah ke ginjal
menyebabkan peningkatan klirens obat-obatan yang terutama diekskresi melalui
organ ini. Pada periode kehamilan penting dilakukan penyesuaian dosis dan
monitoring kadar obat dalam darah secara ketat akibat beberapa perubahan
adaptasi ini.1
Proses melahirkan akan meningkatkan curah jantung dan tekanan darah
lebih lanjut akibat kontraksi uterus serta peningkatan kebutuhan oksigen,
perubahan hemodinamik ini sangat dipengaruhi oleh pilihan metode melahirkan.
Curah jantung juga akan tetap meningkat sesaat setelah melahirkan pada periode
nifas akibat bertambahnya volume darah sirkulasi maternal yang berasal dari
pergeseran aliran darah uterus dan plasenta sehingga menyebabkan peningkatan
preload. Hal ini menyebabkan pasien rentan mengalami edema pulmoner pada
periode pasca melahirkan. Pada kebanyakan kasus,perubahan hemodinamik ini
akan berangsur-angsur kembali normal seperti keadaan sebelum hamil dalam 1-3
hari, namun pada beberapa wanita dapat bertahan hingga beberapa minggu.1, 8
Tabel 2.1 Perubahan Hemodinamik Kardiovaskuler 8
c. Berdasarkan etiologi
1. Penyakit jantung kongenital
a) Penyakit jantung kongenital asianotik
b) Penyakit jantung kongenital sianotik
2. Penyakit jantung didapat (acquired heart disease)
a) Penyakit jantung rematik
b) Penyakit jantung koroner
3. Penyakit jantung spesifik pada kehamilan, yaitu kardiomiopati
peripartum 8
WHO kelas I merupakan risiko sangat rendah, dan tindak lanjut kardiologi
selama kehamilan dapat terbatas pada satu atau dua pertemuan. WHO kelas II
merupakan risiko rendah atau moderat, dan direkomendasikan untuk tindak lanjut
tiap trimester. WHO kelas III, terdapat risiko komplikasi yang tinggi, dan
peninjauan kardiologi dan obstetrik berkala direkomendasikan tiap bulan atau tiap
dua bulan. WHO kelas IV perlu disarankan tidak hamil. Tetapi, jika hamil dan
3, 8
10
Pemeriksaan Fisik
Takikardi
Denyut apex jantung berpindah ke
Fatigue
Dispnoe
Penurunan toleransi latihan
11
12
13
2.6 Penatalaksanaan
2.6.1 Prekonsepsi
Pada semua wanita yang menunjukkan gejala dan tanda adanya
penyakit jantung sebaiknya dilakukan evaluasi menyeluruh tentang status
kardiologinya sebelum kehamilan. Evaluasi itu antara lain:
a. Riwayat penyakit jantung yang diderita beserta penanganannya
b. Pemeriksaan fisik umum
c. Pemeriksaan foto toraks dan EKG 12-lead
d. Pemeriksaan pulse oxymetri
e. Pemeriksaan trans-toraks ekokardiografi (untuk mencari lesi
spesifik maupun menentukan fraksi ejeksi)
f. Evaluasi status fungsional jantung (menurut NYHA atau
ACC/AHA)
g. Pengelompokan penyakit jantung berdasarkan kelompok resiko
14
2.6.2
Antepartum
Hal-hal yang perlu diperhatikan selama pasien melakukan kunjungan
15
Percutaneous therapy
Bila diperlukan intervensi maka waktu yang tepat untuk melakukan
intervensi tersebut adalah pada usia kehamilan 4 bulan pada trimester kedua.
Pada waktu tersebut organogenesis lengkap, tiroid janin masih belum aktif,
dan volume uterus masih kecil, sehingga terdapat jarak yang lebih jauh antara
janin dan thoraks ibu. 10
Pembedahan
Mortalitas maternal selama bypass mirip seperti mortalitas pada wanita
tidak hamil. Pembedahan hanya direkomendasikan ketika terapi medis atau
prosedur intervensi gagal dan nyawa ibu terancam. Waktu terbaik untuk
dilakukan pembedahan adalah antara 13 dan 28 minggu kehamilan.
Pembedahan selama trimester pertama lebih beresiko pada malformasi fetal,
dan kejadian persalinan preterm serta komplikasi maternal lebih tinggi.
Operasi sesar dipertimbangkan sebelum dilakukan bypass pada kehamilan 26
minggu. 10
2.6.3
Intrapartum
Induksi persalinan, penanganan persalinan, dan pascapersalinan
16
Persalinan
Prinsip umum manajemen intrapartum adalah meminimalkan stres
kardiovaskular. Pada sebagian besar kasus, prinsip ini akan dicapai dengan
17
Monitoring ketat
Posisi left lateral decubitus
Balans cairan
Bila memungkinkan pengukuran saturasi O2 dengan pulse
e.
f.
g.
h.
oxymetri
Pada kasus risiko tinggi pertimbangkan monitoring invasif
Pertimbangkan penggunaan intrapartum analgesia
Pada persalinan pervaginam dilakukan percepat kala II
Pada pasien yang menggunakan warfarin harus dihentikan
minimal 2 minggu sebelum persalinan dan diganti heparin8
2.6.5
Pascapersalinan
a. Infus oksitosin i.v lambat (<2 U/menit) diberikan setelah
pengeluaran plasenta. Metilergonovine dikontraindikasikan karena
adanya risiko (>10%) vasokonstriksi dan hipertensi.
b. Bantuan berupa pemasangan stoking elastik pada tungkai bawah,
dan ambulasi dini sangat penting untuk mengurangi risiko
tromboemboli. Pemantauan hemodinamik harus dilanjutkan
selama minimal 24 jam setelah melahirkan. Selain itu diperlukan
saran yang tepat tentang penggunaan kontrasepsi.
c. Laktasi dapat berhubungan dengan risiko rendah terjadinya
bakteremia sekunder akibat mastitis. Pada pasien gangguan
jantung berat/ simptomatis, perlu dipertimbangan untuk menyusui
2.6.6
menggunakan botol.11
Terminasi Kehamilan
18
20
21
gadolinium).
Pada wanita dengan katup aorta bikuspid, direkomendasikan
kardiotoraks.
Pada pasien dengan aorta ascenden >45 mm, persalinan sesar harus
dipertimbangkan.
Terapi bedah sebelum hamil harus dipertimbangkan pada wanita
dengan penyakit aorta yang berhubungan dengan katup aorta
tidak hamil.
8. Stenosis katup mitral/ Mitral stenosis (MS)
Tujuan dari terapi adalah :
1. Mencegah takikardia: manajemen nyeri, pemberian -blocker.
Target denyut jantung <100 x/m
2. Menjaga pengisian ventrikel kiri (preload).
Apabila muncul gejala-gejala atau terjadi hipertensi pulmonal (secara
23
24
25
26
elevasi
17. Kardiomiopati peripartum1, 8
Kriteria diagnosis dari kardiomiopati peripartum antara lain (semua
harus terpenuhi):
27
1. Adanya tanda & gejala gagal jantung yang terjadi bulan akhir
kehamilan atau lima bulan pascapersalinan
2. Tidak ditemukannya penyebab dari gagal jantung.
3. Tidak ada penyakit jantung yang diketahui sebelum akhir bulan
kehamilan.
4. Fraksi ejeksi <45%, atau kombinasi dari suatu M-mode fractional
shortening <30% dan dimensi end-diastolic >2,7 cm/m2
Penanganan pasien kardiomiopati peripartum dengan tanda dan
gejala gagal jantung kronik dapat menggunakan dua pendekatan klinis,
yakni terapi non-medikamentosa (mekanik) dan terapi medikamentosa.
Terapi non-medikamentosa yang dapat dilakukan antara lain edukasi
pasien, melakukan aktivitas fisik yang sesuai dengan kondisi klinis,
intervensi diet dengan pembatasan konsumsi garam, mencegah asupan
cairan berlebih, menghindari penggunaan obat golongan NSAID tanpa
indikasi mutlak, dan vaksinasi terhadap agen penyebab infeksi saluran
pernafasan yang dapat memperburuk status klinis pasien.
Persalinan segera, tanpa memperhatikan usia kehamilan harus
dipertimbangkan pada wanita dengan gagal jantung stadium lanjut dan
ketidakstabilan hemodinamik. Segera setelah bayi dilahirkan, dan
pasien stabil secara hemodinamik, terapi standar untuk gagal jantung
dapat diterapkan. Persalinan pervaginam selalu lebih baik dibandingkan
dengan persalinan seksio sesarea jika hemodinamik pasien stabil dan
tidak ada indikasi obstetrik. Diperlukan monitor hemodinamik secara
ketat dan lebih dipilih analgesia epidural. Operasi seksio sesarea
direkomendasikan dengan kombinasi anestesi spinal dan epidural.
Rekomendasi :
- Wanita dengan DCM (dilatation cardiomyopathy) perlu
diinformasikan tentang risiko pemburukan kondisi selama gestasi
-
dan peripartum.
Pada pasien dengan riwayat lalu atau riwayat keluarga dengan
28
dipertimbangkan.
Pada wanita dengan PPCM, kehamilan berikutnya tidak
direkomendasikan jika fraksi ejeksi ventrikel kiri tidak kembali
normal.
29
BAB III
KESIMPULAN
Semua wanita dengan penyakit jantung perlu mendapatkan konseling
multidisiplin dan pemeriksaan jantung sebelum konsepsi. Perkiraan resiko
maternal dan fetal perlu dipertimbangkan bila wanita dengan penyakit jantung
ingin hamil.
Beberapa penyakit jantung yang beresiko tinggi terhadap kehamilan
adalah :
a.
b.
c.
d.
e.
f.
Hipertensi pulmonal
Penyakit jantung sianosis (tanpa perbaikan)
Penyakit jantung bawaan kompleks
Kardiomiopati peripartum
Stenosis berat
Sindroma marfan dengan dilatasi aorta > 45 mm
DAFTAR PUSTAKA
30
31