Académique Documents
Professionnel Documents
Culture Documents
Filsuf berusaha menjawabnya. Thales menjawab Air (Water is the basic principle of the
universe), dalam pandangan Thales air merupakan prinsip dasar alam semesta, karena air
dapat
berubah
menjadi
berbagai
wujud
Kemudian silih berganti Filsuf memberikan jawaban terhadap bahan dasar (Arche) dari
semesta raya ini dengan argumentasinya masing-masing. Anaximandros (610-540 S.M)
mengatakan Arche is to Apeiron, Apeiron adalah sesuatu yang paling awal dan abadi,
Pythagoras (580-500 S.M) menyatakan bahwa hakekat alam semesta adalah bilangan,
Demokritos (460-370 S.M) berpendapat hakekat alam semesta adalah Atom, Anaximenes
(585-528 S.M) menyatakan udara, dan Herakleitos (544-484 S.M) menjawab asal hakekat
alam semesta adalah api, dia berpendapat bahwa di dunia ini tak ada yang tetap, semuanya
mengalir . Variasi jawaban yang dikemukakan para filsuf menandai dinamika pemikiran yang
mencoba mendobrak dominasi mitologi, mereka mulai secara intens memikirkan tentang
Alam/Dunia, sehingga sering dijuluki sebagai Philosopher atau akhli tentang Filsafat Alam
(Natural Philosopher), yang dalam perkembangan selanjutnya melahirkan Ilmu-ilmu
kealaman.
Pada perkembangan selanjutnya, disamping pemikiran tentang Alam, para akhli fikir Yunani
pun banyak yang berupaya memikirkan tentang hidup kita (manusia) di Dunia. Dari titik
tolak ini lahir lah Filsafat moral (atau filsafat sosial) yang pada tahapan berikutnya
mendorong lahirnya Ilmu-ilmu sosial. Diantara filsuf terkenal yang banyak mencurahkan
perhatiannya pada kehidupan manusia adalah Socrates (470-399 S.M), dia sangat menentang
ajaran
kaum
Sofis
Mesopotamia, dan Mesir Kuno). Dalam masa ini Filsafat ditandai antara lain dengan
perhatian pada hal yang lebih aplikatif, serta kurang memperhatikan Metafisika, dengan
semangat yang Eklektik (mensintesiskan pendapat yang berlawanan) dan bercorak Mistik.
Filsafat abad pertengahan sering juga disebut filsafat scholastik, yakni filsafat yang
mempunyai corak semata-mata bersifat keagamaan, dan mengabdi pada teologi. Pada masa
ini memang terdapat upaya-upaya para filsuf untuk memadukan antara pemikiran Rasional
(terutama pemikiran-pemikiran Aristoteles) dengan Wahyu Tuhan sehingga dapat dipandang
sebagai upaya sintesa antara kepercayaan dan akal. Keadaan ini pun terjadi dikalangan umat
Islam yang mencoba melihat ajaran Islam dengan sudut pandang Filsafat (rasional), hal ini
dimungkinkan mengingat begitu kuatnya pengaruh pemikiran-pemikiran ahli filsafat
Yunani/hellenisme dalam dunia pemikiran saat itu, sehingga keyakinan Agama perlu
dicarikan landasan filosofisnya agar menjadi suatu keyakinan yang rasional.
Pemikiran-pemikiran yang mencoba melihat Agama dari perspektif filosofis terjadi baik di
dunia Islam maupun Kristen, sehingga para ahli mengelompokan filsafat skolastik ke dalam
filsafat
skolastik
Islam
dan
filsafat
skolastik
Kristen.
Di dunia Islam (Umat Islam) lahir filsuf-filsuf terkenal seperti Al Kindi (801-865 M), Al
Farabi (870-950 M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al Ghazali (1058-1111 M), dan Ibnu Rusyd
(1126-1198), sementara itu di dunia Kristen lahir Filsuf-filsuf antara lain seperti Peter
Abelardus (1079-1180), Albertus Magnus (1203-1280 M), dan Thomas Aquinas (1225-1274).
Mereka ini disamping sebagai Filsuf juga orang-orang yang mendalami ajaran agamanya
masing-masing, sehingga corak pemikirannya mengacu pada upaya mempertahankan
keyakinan agama dengan jalan filosofis, meskipun dalam banyak hal terkadang ajaran Agama
dijadikan Hakim untuk memfonis benar tidaknya suatu hasil pemikiran Filsafat (Pemikiran
Rasional).
of capitalism, yang salah satu pokok fikirannya adalah bahwa etika kapitalisme yang
menekankan kerja keras, individualitas, dan prestasi telah berubah menjadi hedonis
konsumeristis.
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yg pahamnya berpusat pada manusia individu yang
bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara mendalam mana
yang benar dan mana yang tidak benar. Sebenarnya bukannya tidak mengetahui mana yang
benar dan mana yang tidak benar, tetapi seorang eksistensialis sadar bahwa kebenaran
bersifat relatif, dan karenanya masing-masing individu bebas menentukan sesuatu yang
menurutnya benar.
Eksistensialisme adalah salah satu aliran besar dalam filsafat, khususnya tradisi filsafat Barat.
Eksistensialisme mempersoalkan keber-Ada-an manusia, dan keber-Ada-an itu dihadirkan
lewat kebebasan. Pertanyaan utama yang berhubungan dengan eksistensialisme adalah
melulu soal kebebasan. Apakah kebebasan itu? bagaimanakah manusia yang bebas itu? dan
sesuai dengan doktrin utamanya yaitu kebebasan, eksistensialisme menolak mentah-mentah
bentuk determinasi terhadap kebebasan kecuali kebebasan itu sendiri.
Suatu raksi dari idealisme berbeda dengan materealisme yang berasal dari pemikiran
denmark yang bernama soren kierkegaard. Petama-tama kierkegaard mengutarakan kritiknya
terhadap hegel. Ia berkenalan dengan filsafat hegel ketika belajar teologi di univirsitas
kopenhagen, keberatan yang di ajukan olehnya pada hegel adalah meremehkan eksistensi
yang kngkrit karna hegel mekedepankan idea yang sifatnya umum.menurutnya
kierkegaard,manusia tidak hidup sebagai aku umum tetapi sebagai aku induvidual .
Dengan itu kiekegaard menawarkan istilah eksistensi yang mempunyai arti peran penting
pada abad ke-20.akan tetapi pengaruh kiekegaard masih belum tampak ketika ia masih hidup
bahkan namanya bertahun-tahun belum terkenal, baru setelah akhir abad ke-19 karyanya
mulai di terjemahkan kedalam bahasa jerman dan karyanya menjadi sumber yang sangat
penting sekali dalam abad ke-20 yang di sebut dengan eksistensialisme sehingga dia
mempunyai sebutan bapak filsafat eksistensialisme.dan dia merupakan orang yang menganut
agama kristen.
KaraktKristik pemikiran abad post-moder
Postmodernisme, pada dasarnya merupakan pandangan yang tidak/kurang
mempercayai narasi-narasi universal serta kesamaan dalam segala hal, faham ini lebih
memberikan tempat pada narasi-narasi kecil dan lokal yang berarti lebih menekankan pada
keberagaman dalam memaknai kehidupan. Meskipun pada abad ini pemikiran filsafat menitik
beratkan pada analitik kebahasaan, seperti yang telah diungkapkan oleh Derrida. Konsep
dekonstruksinya (Derrida sendiri menolak merumuskan dekonstruksi sebagai konsep, teori,
atau semacamnya) telah mewarnai wacana pemikiran di berbagai bidang, dari sastra hingga
tata busana, dari senirupa hingga arsitektur. Dekonstruksi selalu menyertai wacana pemikiran
filsafat kontemporer seperti strukturalisme, pascastrukturalisme, pasacamodernisme,
pascakolonialisme, teori kritis, dan kritik baru (new criticism).
Tokoh utama yang paling berpengaruh pada era kritik sastra post-strukturalis
adalah seorang filsuf perancis Jacques Derrida. Selain itu, buah karya pemikiran psikoanalis
Jacques Lacan dan ahli teori kebudayaan Michael Foucault juga berperan penting dalam
kemunculan post strukturalisme tersebut.
zaman Yunani Kuno, ciri yang menonjol dari filsafat Yunani kuno adalah
ditujukannya perhatian terutama pada pengamatan gejala kosmik dan fisik sebagai
ikhtiar guna menemukan asal mula (arche) yang merupakan unsur awal terjadinya
gejala-gejala. Para filosof pada masa ini mempertanyakan asal usul alam semesta dan
jagad raya, sehingga ciri pemikiran filsafat pada zaman ini disebut kosmosentris.
Kedua, adalah zaman Abad Pertengahan, ciri pemikiran filsafat pada zaman ini di
sebut teosentris. Para filosof pada masa ini memakai pemikiran filsafat untuk
memperkuat dogma-dogma agama Kristiani, akibatnya perkembangan alam
pemikiran Eropa pada abad pertengahan sangat terkendala oleh keharusan untuk
disesuaikan dengan ajaran agama, sehingga pemikiran filsafat terlalu seragam
bahkan dipandang seakan-akan tidak penting bagi sejarah pemikiran filsafat
sebenarnya. Ketiga, adalah zaman Abad Modern, para filosof zaman ini menjadikan
manusia sebagai pusat analisis filsafat, maka corak filsafat zaman ini lazim disebut
antroposentris. Filsafat Barat modern dengan demikian memiliki corak yang berbeda
dengan filsafat Abad Pertengahan. Letak perbedaan itu terutama pada otoritas
kekuasaan politik dan ilmu pengetahuan. Jika pada Abad Pertengahan otoritas
kekuasaan mutlak dipegang oleh Gereja dengan dogma-dogmanya, maka pada
zaman Modern otoritas kekuasaan itu terletak pada kemampuan akal manusia itu
sendiri. Manusia pada zaman modern tidak mau diikat oleh kekuasaan manapun,
kecuali oleh kekuasaan yang ada pada dirinya sendiri yaitu akal. Kekuasaan yang
mengikat itu adalah agama dengan gerejanya serta Raja dengan kekuasaan
politiknya yang bersifat absolut. Keempat, adalah Abad Kontemporer dengan ciri
pokok pemikiran logosentris, artinya teks menjadi tema sentral diskusi filsafat.
1. Zaman Modern
Dikenal juga sebagai masa Rasionalisme, yang tumbuh di zaman modern dengan
tokoh utama, yaitu Rene Descartes (1596 1650) yang dikenal sebagai Bapak Filsafat
Modern, Spinoza (1633 1677), dan Leibniz (1646 1716). Descartes
memperkenalkan metode berpikir deduktif logis yang umumnya diterapkan untuk
ilmu alam.