Vous êtes sur la page 1sur 17

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK

A.

TOPIK
Terapi Untuk Depresi Dengan Teknik Pemberian Terapi Naratif

B.

LATAR BELAKANG
Kesehatan adalah impian semua penduduk di muka bumi ini, tak
terkecuali Indonesia. Indonesia bahkan telah dua kali mencanangkan program
Indonesia Sehat. Yang pertama pada 2010, dimana indikator untuk menuju ke
arah Indonesia sehat masih belum terpenuhi dan kemudian diperbaharui
menjadi Indonesia Sehat 2015 (Andri, (2012)
Perkembangan kehidupan sekarang ini banyak mengalami perubahan
dari pola hidup, pola aktifitas , perilaku hingga dari masalah keluarga dan
masalah ekonomi yang mengganggu kesehatan. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik, mental dan
sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan.
Sehat bukan hanya secara fisik yang terlihat diluarnya melainkan sehat
secara rohani, mental, fisik, jiwa , dan psikologis. Sehat membuat manusia
berfikir positif terhadap diri sendiri, membuat manusia mengembangkan
potensi pada dirinya, mampu mengendalikan emosional pada dirinya, mampu
menyelesaikan masalah kehidupan, mampu menerima kenyataan dan mampu
beradaptasi dengan lingkungan. Jika mekanisme koping individu tidak baik
akan mengganggu perkembangan jiwanya (Johnson, 1997).
Penderita gangguan jiwa berat dengan usia di atas 15 tahun di
Indonesia mencapai 0,46%. Hal ini berarti terdapat lebih dari 1 juta jiwa di 2
Indonesia yang menderita gangguan jiwa berat. Berdasarkan data tersebut
diketahui bahwa 11,6% penduduk Indonesia mengalami masalah gangguan
mental emosional ( Riset kesehatan dasar, 2007 ). Sedangkan pada tahun 2013
jumlah penderita gangguan jiwa mencapai 1,7 juta (Riskesdas, 2013 ).
Prevalensi gangguan jiwa berat atau dalam istilah medis disebut
psikosis/skizofrenia di daerah pedesaan ternyata lebih tinggi dibanding daerah
perkotaan. Di daerah pedesaan, proporsi rumah tangga dengan minimal salah

satu anggota rumah tangga mengalami gangguan jiwa berat dan pernah
dipasung mencapai 18,2 persen. Sementara di daerah perkotaan, proporsinya
hanya mencapai 10,7 persen. Nampaknya, hal ini memberikan konfirmasi
bahwa tekanan hidup yang dialami penduduk pedesaan lebih berat dibanding
penduduk perkotaan. Dan mudah diduga, salah satu bentuk tekanan hidup itu,
meski tidak selalu adalah kesulitan ekonomi ( Riskesdas, 2013 )
Tim peneliti dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan
ada lebih dari 350 juta orang mengalami depresi. Jumlah ini merupakan lima
persen dari populasi penduduk di seluruh dunia. Pernyataan tersebut dirilis di
markas WHO di Jenewa, Swiss, Selasa, (9/10), menjelang Hari Kesehatan
Mental Sedunia yang jatuh. Tim peneliti WHO menyatakan lebih dari
setengah penderita depresi tidak mendapat pengobatan. Sebab, sebagian besar
dari mereka tidak berani mengakui sedang mengalami depresi. WHO juga
mengungkapkan bahwa wanita lebih rentan terkena depresi ketimbang pria.
Satu dari lima wanita akan mengalami depresi usai melahirkan.
Lebih lanjut WHO juga menjelaskan, ada sekitar satu juta orang
melakukan bunuh diri dalam setiap tahun. Sebagian besar penyebab mereka
melakukan bunuh diri adalah karena mengalami depresi Para peneliti juga
memperingatkan jika depresi dan kasus bunuh diri akan terus meningkat
akibat krisis ekonomi yang saat ini sedang melanda dunia, terutama negaranegara di Eropa. Untuk itu mereka juga mengatakan bahwa semua orang perlu
diberi pemahaman yang tepat tentang depresi, sehingga para penderita bias
mendapatkan pengobatan yang tepat dan efisien.(NHK/ANS).

C.

TUJUAN TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK


a. Tujuan Umum
Konseli mampu mengekspresikan perasaan dengan cara menulis.
b. Tujuan khusus
1. Konseli mampu menghilangkan depresi melalui terapi naratif .

2. Konseli dapat menurunkan tingkat kecemasan dengan cara


menuliskan pengalaman dengan bahsa yang baru dan segar.
3. Konseli dapat mengungkapkan pengalaman buruknya melalui
terapi naratif.
D.

LANDASAN TEORI
1. Pengertian
Depresi adalah perasaan sedih, ketidakberdayaan dan pesimis yang
berhubungan dengan suatu penderitaan. Dapat berupa serangan yang
ditujukan kepada diri sendiri atau perasaan marah yang dalam
(Nugroho, 2012). Depresi merupakan kondisi emosional yang
biasanya ditandai dengan kesedihan yang amat sangat mendalam,
perasaan tidak berarti dan bersalah, menarik diri dari orang lain dan
tidak dapat tidur, kehilangan selera makan, hasrat seksual dan minat
serta kesenangan dalam aktivitas yang biasa dilakukan (Davison dkk,
2006). Depresi merupakan gangguan suasana hati atau mood yang
dalam edisi DMS (Dignostic and Statistical Manual of Mental
Disorders) yang dikenal sebagai gangguan afektif (Kaplan & Sadock,
2010). Depresif adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada
alam perasaan (affective/mood disorder), yang diatandai dengan
kemurungan, kelesuan, ketidak gairahan hidup, perasaan tidak
berguna, dan putus asa (Hawari, 2010).

2. Etiologi
Dalam Kaplan & Sadock, 2010 penyebab terjadinya depresi adalah :
1. Faktor Biologis
Banyak penelitian melaporkan abnormalitas metabolit amin
biogenicseperti

asam

5-hidroksiindolasetat

(5-HIAA),

asam

homovanilat (HVA) dan 3 metoksi-4-hdroksifenilglikol (MHPG)di dalam darah, urine dan cairan serebrospinalis pasien dengan

gangguan mood. Laporan data ini paling konsisten dengan


hipotesisi bahwa gangguan mood disebabkan oleh disregulasi
heterogen amin biogenic.
2. Faktor Neurokimia
Walaupun data belum meyakinkan, neurotransmitter asam amino
dan peptide neuro aktif telah dilibatkan dalam patofiologi
gangguan mood. Sejumlah peneliti telah mengajukan bahwa
system messengers kedua- seperti regulasi kalsium, adenilat
siklase, dan fosfatidilinositol- dapat menjadi penyebab. Asam
amino glutamate dan glisin tampaknya menjadi neurotransmitter
eksitasi utama pada system saraf pusat. Glutamat dan glisin
berikatan dengan reseptor N-Metil-D-Aspartat (NMDA), jika
berlebihan dapat memiliki efek neurotoksik. Hipokampus memiliki
konsentrasi reseptor NMDA yang tinggi sehingga mungkin jika
glutamate bersama dengan hiperkortisolemia memerantarai efek
neurokognitif pada stress kronis. Terdapat bukti yang baru muncul
bahwa obat yang menjadi antagonis reseptor NMDA memiliki efek
antidepresan.

3. Faktor genetik
Data genetik dengan kuat menunjukkan bahwa faktor genetik yang
signifikan terlibat dalam timbulnya gangguan mood tetapi pola
pewarisan genetik terjadi melalui mekanisme yang kompleks.
Tidak hanya menyingkirkan pengaruh psikososial tetapi faktor
nongenetik mungkin memiliki peranan kausatif didalam timbulnya
gangguan mood pada beberapa orang. Komponen genetik memiliki
peranan yang bermakna didalam gangguan bipolar I daripada
gangguan depresi berat.
4. Faktor Psikososial

Peristiwa hidup dan penuh tekanan lebih sering timbul mendahului


episode gangguan mood yang megikuti. Hubungan ini telah
dilaporkan untuk pasien gangguan depresif berat dan gangguan
depresif I. sebuah teori yang diajukan untuk menerangkan
pengamatan ini adalah bahwa stress yang menyertai episode
pertama mengakibatkan perubahan yang bertahan lama didalam
biologi otak.perubahan yang bertahan lama ini dapat menghasilkan
perubahan keadaan fungsional berbagai neurotransmitter dan
system pemberian sinyal interaneuron, perubahan yang bahkan
mencakup hilangnya neuron dan berkurangnya kontak sinaps yang
berlebihan. Akibatnya seseorang memiliki resiko tinggi mengalami
episode gangguan mood berikutnya, bahkan tanpa stressor
eksternal. Sejumlah klinis bahwa peristiwa hidup memegang
peranan utama dalam depresi. Klinisi lain menunjukkan bahwa
peristiwa hidup hanya memegang peranan terbatas dalam awitan
dan waktu depresi. Data yang paling meyakinkan menunjukkan
bahwa peristiwa hidup yang paling sering menyebabkan timbulnya
depresi dikemudian hari pada seseorang adalah kehilangan orang
tua sebelum usia 11 tahun. Stresor lingkungan yang paling sering
menyebabkan timbulnya awitan depresi adalah kematian pasangan.
Factor ressiko lain adalah PHK- seseorang yang keluar dari
pekerjaan sebanyak tiga kali lebih cenderung memberikan laporan
gejala episode depresif berat daripada orang yang bekerja.
5. Faktor kepribadian
Tidak ada satupun ciri bawaan atau jenis kepribadian yang secara
khas merupakan predisposisi seseorang mengalami depresi
dibawah situasi yang sesuai. Orang dengan gangguan kepribadian
tertentu- objektif kompulsif, histrionic dan borderline- mungkin
memiliki resiko yang lebih besar untuk mengalami depresi

daripada orang dengan gangguan kepribadian antisocial atau


paranoid. Gangguan kepribadian paranoid dapat menggunakan
mekanisme defense proyeksi dan mekanisme eksternalisasi lainnya
untuk melindungi diri mereka dari kemarahan didalam dirinya.
Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa gangguan kepribadian
tertentu terkait dengan timbulnya gangguan bipolar I dikemudian
hari; meskipun demikian, orang dengan gangguan distemik dan
siklotimik memiliki resiko gagguan depresi berat atau gangguan
bipolar I kemudian hari.
6. Faktor psikodinamis
Pemahaman psikodinamik depresi yang dijelaskan oleh Sigmund
freud dan dikembangkan Karl Abraham dikenal dengan pandangan
klasik mengenai depresi. Teori ini memiliki 4 poin penting : (1)
gangguan hubungan ibu-bayi selama fase oral (10-18 bulanpertama
kehidupan) menjadi predisposisi kerentanan selanjutnya terhadap
depresi; (2) depresi dapat terkait dengan kehilangan objek yang
nyata atau khayalan; (3) introyeksi objek yang meninggal adalah
mekanisme pertahanan yang dilakukan untuk menghadapi
penderitaan akibat kehilangan objek; (4) kehilangan objek
dianggap sebagai campuran cinta dan benci sehingga rasa marah
diarahkan kedalam diri sendiri.
3. Klasifikasi
Klasifikasi Depresi Gangguan depresi terdiri dari berbagai jenis, yaitu:
a. Gangguan depresi mayor
Gejala-gejala dari gangguan depresi mayor berupa perubahan
dari nafsu makan dan berat badan, perubahan pola tidur dan
aktivitas, kekurangan energi, perasaan bersalah, dan pikiran
untuk bunuh diri yang berlangsung setidaknya 2 minggu
(Kaplan, et al, 2010).
b. Gangguan dysthmic

Dysthmia bersifat ringan tetapi kronis (berlangsung lama).


Gejala-gejala dysthmia berlangsung lama dari gangguan
depresi mayor yaitu selama 2 tahun atau lebih. Dysthmia
bersifat lebih berat dibandingkan dengan gangguan depresi
mayor, tetapi individu dengan gangguan ini masi dapat
berinteraksi dengan aktivitas sehari-harinya (National Institute
of Mental Health, 2010).
c. Gangguan depresi minor
Gejala-gejala dari depresi minor mirip dengan gangguan
depresi mayor dan dysthmia, tetapi gangguan ini bersifat lebih
ringan dan atau berlangsung lebih singkat (National Institute of
Mental Health, 2010).
d. Gangguan depresi psikotik
Gangguan depresi berat yang ditandai dengan gejala-gejala,
seperti: halusinasi dan delusi (National Institute of Mental
Health, 2010
e. Gangguan depresi musiman
Gangguan depresi yang muncul pada saat musim dingin dan
menghilang pada musi semi dan musim panas (National
Institute of Mental Health, 2010).
4. Tanda dan Gejala
Gejala-gejala dari gangguan depresi sangat bervariasi, gejalagejala tersebut adalah;
a. Merasa sedih dan bersalah
b. Merasa tidak berguna dan gelisah
c. Merasa cemas dan kosong
d. Merasa mudah tersinggung
e. Merasa tidak ada harapan
f. Merasa tidak ada yang peduli
Selain gejala-gejala diatas, gejala-gejala lain yang dikeluhkan adalah;

a. Hilangnya ketertarikan terhadap sesuatu atau aktivitas yang


dijalani
b. Kekurangan energi dan adanya pikiran untuk bunuh diri
c. Gangguan berkonsentrasi, mengingat informasi,dan membuat
keputusan
d. Gangguan tidur, tidak dapat tidur atau tidur terlalu sering
e. Kehilangan nafsu makan atau makan terlalu banyak
f.
Nyeri kepala, sakit kepala, keram perut, dan gangguan
pencernaan (National Institute of Mental Health, 2010)

Tingkat depresi dibagi menjadi 4 tingkat, yang akan dijelaskan


di bawah ini;
a. Gangguan mood ringan dan depresi sedang
Ditandai dengan gejala depresi berkepanjangan setidaknya 2
tahun tanpa episode depresi utama. Untuk dapat diagnosis
depresi ringan-sedang seseorang harus harus menunjukkan
perasaan depresi ditambah setidaknya dua lainnya suasana hati
yang berhubungan dengan gejala.
b. Batas depresi borderline
Ditandai dengan gejala perasaan depresi yang berkepanjangan
disertai perasaan depresi lebih dari dua suasana hati yang
berhubungan dengan gejala.
c. Depresi berat
Ditandai dengan gejala depresi utama selama 2 minggu atau
lebih. Untuk dapat didiagnosis depresi berat harus mengalami
1 atau 2 dari total 5 gejala depresi utama.
d. Depresi ekstrim
Ditandai dengan gejala depresi utama yang berkepanjangan.
Untuk dapat diagnosis depresi ekstrim mengalami lebih dari 2
dari total 5 gejala depresi utama.

5. Langkah-langkah terapi naratif


Dalam melaksanakan terapi naratif terdapat langkah-langkah yang
dapat digunakan diantaranya:
a. Perkenalan. Rancangan Kegiatan
1) Tahap Pembentukan
a) Konselor mengucapkan salam dan memimpin doa.
b) Konselor mengucapkan terima kasih atas kesediaan para
siswa dan memberikan motivasi kepada para siswa.
c) Konselor menjelaskan tentang pengertian konseling
kelompok.
d) Menjelaskan tujuan konseling kelompok
e) Menjelaskan asas-asas dalam konseling kelompok.
2) Tahap Peralihan
a) Konselor menanyakan kesiapan anggota kelompok untuk
melaksanakan kegiatan selanjutnya.
b) Konselor menjelaskan batasan masalah yang akan dibahas
dalam konseling kelompok.
3) Tahap Kegiatan
a) Konselor memberikan kesempatan
kelompok

untuk

kepada

mengungkapkan

pribadinya secara bergiliran.


b) Setelah anggota kelompok

anggota

permasalahan

menyampaikan

masalah

pribadinya masing-masing, konselor menawarkan kepada


anggota kelompok untuk membahas masalah mana yang
akan dibahas terlebih dahulu berdasarkan kesepakatan
bersama.
c) Konselor menanyakan kepada siswa yang bersangkutan
apakah setuju bila masalahnya dibahas dalam forum
tersebut.
d) Setelah siswa
masalahnya,

yang

anggota

bersangkutan
kelompok

mengungkapkan

yang

lain

aktif

memberikan pendapat, aktif bertanya, dan memberikan


alternatif pemecahan masalahnya.

e) Konselor

menerapkan

strategi

konseling naratif untuk

membantu memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh


anggota kelompok.
f) Konselor membacakan cerita.
4) Tahap penutup
a) Menjelaskan bahwa kegiatan konseling kelompok akan
segera diakhiri.
b) Meminta anggota

kelompok

untuk

menyampaikan

kesannya dalam kegiatan konseling kelompok.


c) Konselor menawarkan kepada anggota

kelompok

bagaimana jika diadakan kegiatan seperti ini lagi pada


kesempatan-kesempatan

yang

lain

sehingga

terjadi

kesepakatan antara konselor dengan anggota kelompok.


d) Konselor mengucapkan terima kasih dan ditutup oleh doa
yang dipimpin oleh salah satu anggota kelompok.
E. KRITERIA EVALUASI
1. Kriteria hasil konseli
a. Konseli mampu menuliskan pengalaman atau perasaan melalui
terapi naratif
b. Konseli mampu berinteraksi dengan orang lain tanpa rasa
malu.
c. Konseli mampu mengikuti perintah dan mengikuti kegiatan
sampai dengan selesai.
d. Konseli dapat memfokuskan pikirannya dalam mengikuti
terapi naratif.
e. Konseli dapat mengurangi rasa depresi yang dialami.
2. Evaluasi struktur
a. Kondisi lingkungan tenang, memungkinkan klien untuk
berkonsentrasi terhadap kegiatan.
b. Klien dan terapis duduk bersama membentuk barisan.
c. Peserta sepakat untuk mengikuti kegiatan.

d. Alat yang digunakan dalam kondisi baik.


e. Leader, Co-leader, Fasilitator, observer berperan sebagaimana
mestinya.
3. Evaluasi proses
a. Leader dapat mengkoordinasi seluruh kegiatan dari awal
hingga akhir.
b. Leader mampu memimpin acara.
c. Co-leader membantu mengkoordinasi seluruh kegiatan.
d. Fasilitator mampu memotivasi peserta dalam kegiatan.
e. Fasilitator membantu leader melaksanakan kegiatan dan
bertanggung jawab dalam antisipasi masalah.
f. Observer sebagai pengamat melaporkan hasil pengamatan
kepada kelompok yang berfungsi sebagai evaluator kelompok.
g. Peserta mengikuti kegiatan yang dilakukan dari awal hingga
akhir.
4. Evaluasi hasil
Diharapkan 75% dari kelompok mampu: menulis perasaan dan dapat
berinteraksi dengan teman serta mampu menceritakan di depan temantemannya.

F.

ANTISIPASI MASALAH
1. Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a. Memanggil klien.
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan
perawat atau klien lain.
2. Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin

a. Panggil nama klien.


b. Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan.
3. Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien
yang telah dipilih.
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin
didikuti oleh klien tersebut.
G.

PENGORGANISASIAN DAN PELAKSANAAN


Hari/Tanggal
: Kamis, 7 Juni 2016
Waktu
: Pkl. 09.00 WIB s.d selesai
Alokasi waktu
: Perkenalan dan pengarahan (10 menit)
Terapi naratif (15 menit)
Tempat
: Camillus Class
Jumlah klien
: 7 orang
1. Tim Terapi
a. Leader
: Victorianus Dangga
Uraian tugas : a.
Mengkoordinasi seluruh kegiatan
b.
Memimpin jalannya terapi kelompok
c.Memimpin diskusi
b. Co Leader
: Ni Wayan Widya Stuti
Uraian tugas : a.
Membantu leader

mengkoordinasi

seluruh

kegiatan.
b. Mengingatkan leader jika ada kegiatan yang
menyimpang.
c. Membantu memimpin jalannya kegiatan.
d. Menggantikan leader jika terhalang tugas.
c. Fasilitator

: veronika Ayu, Friandhi, Antonius Alexander S,


, Andika Putri H, Tiveni Elisabhet, Mayni
sakura purba, Monalisa Agustin
Uraian tugas : a.
Memotivasi peserta dalam aktivitas kelompok.

b. Memotivasi anggota dalam ekspresi perasaan


setelah kegiatan.
c. Mengatur posisi kelompok dalam lingkungan
untuk melaksanakan kegiatan.
d. Membimbing kelompok selama
diskusi.
e. Membantu

leader

dalam

permainan

melaksanakan

kegiatan.
f. Bertanggung jawab terhadap program antisipasi
masalah.
d. Observer
Uraian tugas

: Wulan Puspita Sari dan Elisabeth novilia Abri


: a. Mengamati semua proses kegiatan yang
berkaitan dengan waktu, tempat dan
jalannya acara.
b. Melaporkan hasil

pengamatan

pada

leader dan semua anggota kelompok


dengan evaluasi kelompok.
c. Menjalankan musik di laptop.
2. Setting :
a. Terapis dan klien berkumpul dan berdiri bersama dalam barisan
b. Di Camillus Class

Keterangan :
1
2
3
4
5

= Leader
= Co.Leader
= Fasilitator
= Observer
= pasien

3. Alat
a. Name tag
b. Kertas / buku tulis
c. Alat tulis : pulpen/pensil
d. Laptop
4. Metode
a. Diskusi kelompok
5. Langkah Kegiatan :
a. Persiapan :
1) Mengingat kontrak pada klien
2) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. Orientasi :
1) Salam teraupetik\
2) Salam dari terapis kepada klien
3) Terapis dan klien memakai papan nama
c. Evaluasi/validasi
1) Menanyakan perasaan klien saat ini
2) Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama klien
yang lain

d. Kontrak
1) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yaitu terapi naratif
2) Terapis menjelaskan aturan main berikut :
3) Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta
izin kepada terapis
4) Lama kegiatan 25 menit
5) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
e. Tahap kerja
1) Perkenalan
2) Konselor memberikan kesempatan kepada anggota kelompok
untuk mengungkapkan permasalahan pribadinya secara bergiliran.
3) Setelah anggota kelompok menyampaikan masalah pribadinya
masing-masing, konselor menawarkan kepada anggota kelompok
untuk membahas masalah mana yang akan dibahas terlebih dahulu
berdasarkan kesepakatan bersama.
4) Konselor menanyakan kepada siswa yang bersangkutan apakah
setuju bila masalahnya dibahas dalam forum tersebut.
5) Setelah siswa yang bersangkutan mengungkapkan masalahnya,
anggota kelompok yang lain aktif memberikan pendapat, aktif
bertanya, dan memberikan alternatif pemecahan masalahnya.
6) Konselor menerapkan strategi konseling naratif untuk membantu
memecahkan

permasalahan

yang

dihadapi

oleh

anggota

kelompok.
7) Konselor membacakan cerita.

f. Tahap terminasi
1) Evaluasi
a) Leader dan Co Leader menanyakan perasaan klien setelah
mengikuti TAK
b) Leader dan Co leader memberikan pujian atas keberhasilan konseli

2) Evaluasi Dan Dokumentasi


a) Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya
pada tahap kerja. Aspek yang di evaluasi adalah kemampuan
klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK terapi naratif,
kemampuan

klien

yang

di

harapkan

adalah

dapat

mengekspresikan perasaan dan pengalaman secara lepas melalui


tulisan naratif.

DAFTAR PUSTAKA

Hawari, D. 2001. Pendekatan Holistik Pada Gangguan Jiwa Skizofrenia. Jakarta:


EGC
Kusumawati, Faridah dan Hartono. 2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.

Jurnal-jurnal
Capuzzi, D. & Gross, D.R. 2007. Counseling and Psychoteherapy : Theories and
Interventions. Upper Saddle River, New Jersey: Pearson Prentice-Hall
Corey, G. 2009, Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy. Belmont,
CA : Brooks/Cole
Payne, Martin. 2006. Narrative Therapy. Thousand Oaks, California : SAGE
Publications Inc

Vous aimerez peut-être aussi